Makalah ini membahas perkembangan manusia purba dan budaya masyarakat Indonesia pada zaman protosejarah. Manusia purba seperti Australopithecus, Pithecanthropus, dan Homo erectus mulai bermunculan sejak jutaan tahun lalu dan mampu membuat alat-alat batu sederhana. Masyarakat pada masa itu hidup berpindah-pindah dengan kegiatan berburu dan meramu. Kemudian muncul kegiatan bercoc
1. DINAMIKA BUDAYA DAN MASYARAKAT
INDONESIA PADA ZAMAN PROTO-SEJARAH
A. Manusia purba dan Perkembangannya.
2. Menurut para ahli , keberadaan makhluk hidup dimuka bumi diperkirakan
sejak 6 juta tahun yang lalu . Manusia diperkirakan baru muncul pertama kali dimuka
bumi sekitar 3 juta tahun yang lalu , yaitu , pada zaman yang disebut plestosen . Zaman
ini berlangsung cukup lama , yaitu sekitar antara 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalu.
Oleh para ahli zaman plestosen dibagi menjadi zaman Plestosen awal , Plestosen tengah
dan Plestosen akhir.
Zaman Plestosen ditandai dengan tantangan alam dan perjuangan hidup
yang keras harus dihadapi manusia pada masa itu. Akibatnya , manusia mengalami
perubahan fisik dan akal pikiran untuk menyesuaikan tantangan alam tersebut. Manusia
menciptakan alat yang masih sangat sederhana , yaitu dari batu , tulang atau kayu untuk
berburuh hewan , mengumpulkan buah-buahan dan daun-daunan dll.
Sekitar 5 juta tahun yang lalu , para ahli memperkirakan bahwa dimuka
bumi ini telah ada makhluk yang kemudian disebut Australophithecus .
Australophithecus yang secara harafiah berarti “ Kera dari selatan”. Makhluk ini diduga
dapat berjalan dengan kedua kaki , walaupun belum dapat berdiri tegak secara sempurna.
Tingginya kira-kira 125 sampai 150 cm dan beratnya 25-50 kg . Dugaan tersebut
berdasarkan pada temuan-temuan fosil di Afrika Selatan , pada tahun 1925.
Berdasarkan penemuan tersebut Australopithecus diklasifikasikan menjadi
lima yaitu , Australophitecus africanus , robustus , boisei , habilis dan afarensis. Makhluk
ini diperkirakan hidup di wilayah Afrika Selatan dan di Afrika bagian timur. Mereka
sudah menggunakan alat-alat dari batu berbentuk sangat sederhana seperti kapak penetak
dan alat-alat serpih.
Makhluk lain yang diperkirakan lebih muda dibanding Austalophitecus
adalah Pithecanthropus atau secara harfiah berarti “ manusia kera”. Makhluk ini
diperkirakan sudah muncul pada masa plestosen awal , tengah , akhir . Tingginya kira-
kira 160-180 cm. Volume otaknya antara 750-1300 cc dan diperkirakan sudah dapat
berdiri tegak. Fosil ini ditemukan dibeberapa tempat yaitu di China , Tanzania , Kenya ,
Aljazair , Jerman Barat , Jerman Timur , Prancis , Yunani serta Hongaria.
Di Indonesia makhluk Pithecanthrophus hidup pada masa Plestosen awal
sampai masa Plestosen akhir. Pithecanthrophus yang dianggap paling tua adalah
Pithecanthrophus Modjokertensis. Dari hasil penemun di Mojokerto dan Sangiran , para
ahli berkesimpulan bahwa makhluk ini sudah berdiri tegak dan diperkirakan hidup
2500.000 tahun sampai 1250.000 tahun yang lalu.
Jenis lain dari makhluk Pithecanthropus adalah Pithecanthropus Erectus .
Nama Erectus yang artinya berdiri . Berdasarkan temuan fosil tulang paha , diduga
makhluk ini sudah berjalan tegak. Tinggi badannya diperkirakan 160-180 cm dan berat
badannya sekitar 80-100 kg . Makhluk ini hidup 1000.000 tahun yang lalu. Volume
otaknya 750-1000 cc.
Adapun jenis makhluk Pithecanthropus yang diperkirakan hidup pada
masa Plestosen akhir adalah Pithecanthropus Soloensis . Volume otaknya berkisar 1000
sampai 1300 cc. Tinggi badannya diperkirakan antara 165-180 cm. Makhluk ini hidup
antara 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Fosil makhluk lain yang dianggap paling primitive diberi nama
Meganthropus Palaeojavanicus . Makhluk ini usianya lebih tua dari Pithecanthropus .
Makhluk ini diperkirakan hidup antara 2500.000 tahun yang lalu sampai 1250.000 tahun
yang lalu.
3. Makhluk yang diperkirakan lebih sempurna adalah Homo yang berarti
manusia. Jenis yang paling tua adalah Homo Neanderthalensis yang sudah ada dimuka
bumi sekitar 250.000 tahun yang lalu. Homo Neanderthalensis ini banyak mendiami
daerah Eropa , Asia Barat , dan Afrika Utara. Kemampuan bertutur kata diduga belum
begitu berkembang. Volume otaknya antara 1000-2000 cc . Tinggi badannya berkisar
130-210 cm. dengan berat badan 30-150 kg.
Jenis lain adalah Homo Sapiens yang sudah muncul dimuka bumi sekitar
4000 tahun yang lalu. Homo Sapiens ini sudah menyebar hampir di semua benua. Diduga
Homo Sapiens ini sudah bertutur kata walaupun dengan menggunakan bahasa isyarat.
Diperkirakan hidup sekitar 30.000 tahun yang lalu. Temuan fosil dari Wajak ,
Tulungagung , Jawa Timur merupakan makhluk Homo Sapiens atau secara harfiah berarti
makhluk manusia bijaksana. Selain itu , manusia Wajak ini mempunyai tinggi badan 173
cm, dan menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid . Manusia Wajak
diperkirakan hidup antara 40.000 sampai 25.000 tahun yang lalu.Dilingkungan Homo
Sapiens terdapat 5 Ras yaitu , ras mongoloid , Kaukasid , negroid , khosanoid dan
Australomelanosoid .
B. KEMAMPUAN MEMBUAT PERKAKAS DAN PENGUASAAN TEKNOLOGI
Pada kehidupan berburu dan meramu pada tahap awal , penguasaan
manusia terhadap teknologi masih sangat sederhana dan berkaitan erat dengan kebutuhan
dasar manusia pada masa itu. Oleh karena itu diciptakanlah alat yang masih sangat
sederhana maupun cara pembuatannya , yaitu dari bahan batu , kayu , maupun tulang-
tulang hewan .
Di Indonesia , alat-alat yang terbuat dari batu dikelompokkan menjadi dua
yaitu tradisi kapak perimbas dan tradisi alat serpih. Dengan melihat ciri tertentu alat yang
terbuat dari batu digolongkan menjadi empat yaitu : kapak perimbas , kapak penetak ,
pahat genggam dan kapak genggam awal. Kapak perimbas memiliki ciri-ciri antara lain
bagian tajamnya berbentuk cembung atau lurus dengan memangkas satu sisi pinggiran
batu dan kulit batu masih melekat dipermukaan.Kapak penetak mempunyai ciri-ciri
tajamannya dibentuk liku-liku dengan cara penyerpihan yang dilakukan secara berselang-
seling pada kedua sisi tajamannya. Pahat genggam mempunyai ciri-ciri tajamannya
berbentuk terjal mulai dipermukaan atas batu sampai pinggirannya dibuat dengan cara
penyerpihan. Kapak genggam awal memiliki ciri-ciri bentuknya meruncing dan kulit batu
masih melekat pada pangkal awalnya serta tajamannya dibentuk melalui pemangkasan
pada satu permukaan batu.
Dari empat jenis utama kapak itu terdapat jenis –jenis lain dengan bentuk
dan variasinya sendiri. Hal itu terlihat , misalnya jenis kapak perimbas tipe setrika , kura-
kura dan serut samping didaerah Punung , ( Pacitan ) . Sementara itu , alat-alat serpih
yang paling umum ditemukan mempunyai ciri-ciri kerucut pukulannya menonjol dan
dataran pukulnya lebar dan rata . Ciri-ciri itu digolongkan kedalam jenis alat-alat serpih
sederhana . Temuan-temuan alat serpih di Indonesia juga menunjukkan variasinya ,
bahkan terdapat beberapa alat serpih yang menunjukkan teknik pembuatannya yang lebih
maju.
Ketika manusia sudah mengembangkan usaha bercocok tanam dan tinggal
menetap , tuntutan terhadap alat penunjang kehidupannya juga mengalami
perkembangan. Fungsi alat ini tidak lagi hanya untuk berburu dan mengelola tanah .
4. Akan tetapi juga untuk hal yang bersifat keagamaan . Bahkan pada masa berikutnya
pembuatan benda-benda sudah mulai menampakkan aspek seni yang sangat indah.
Masa bercocok tanam ditandai dengan kemahiran mengasah alat-alat batu
dan pembuatan gerabah. Alat yang diasah adalah kapak batu ,dan beliung serta mata
panah dan mata tombak. Alat batu yang berupa beliung persegi merupakan alat yang
paling umum digunakan pada masa itu. Berdasarkan temuan-temuan alat batu yang
tersebar di beberapa tempat terutama dikawasan bagian Indonesia.
Bentuk beliung kebanyakan memanjang dan setipa permukaan diasah
halus kecuali dibagian pangkal dan tempat mengikat tangkainya. Jenis batuan kalsedon ,
agat dan jaspis paling umum digunakan untuk bahan pembuatan beliung. Persebaran
beliung dan beberapa variasinya terdapat didaerah Bengkulu , Palembang , Lampung ,
Banten , Bogor , Cibadak , Bandung , Tasikmalaya , Cirebon , Pekalongan , Banyumas ,
Semarang , Kedu , Yogyakarta , Wonogiri, Punung , Surabaya, Madura , Malang , Besuki
, Kalimantan, Sulawesi , Bali , Solor , Adonara , Ternate , Maluku , Sangihe dan Talaud.
Teknologi pembuatan alat mengalami kemajuan pesat apalagi ketika
ditemukannya teknik peleburan , pencampuran , penempaan dan pencetakkan logam.
Semula jenis-jenis logam seperti besi , tembaga , timah , dan emas dibuat dengan teknik
peleburan sederhana, kemudian dicampurkan dengan teknik pencampuran menghasilkan
perunggu yang lebih kuat. Pembuatan alat-alat dari logam , Semula menggunakan cara
ditempa , dan dipanaskan , kemudian menggunakan teknik setangkup ( be valve ) dan
cetakan lilin ( a cire perdue ) Teknik setangkup dengan menggunakan model cetakan dari
tanah liat., sedangkan cetakan lilin modelnya dibuat dari lilin , kemudian dibungkus
dengan tanah liat setelah dipanaskan lilin akan mencair keluar dan terbentuk rongga. Ada
temuan benda-benda perunggu di Indonesia yang mempunyai kemiripan dengan temuan
benda-benda di Dongson ( Vietnam ) . Hal itu diduga ada hubungan antara keduanya .
Pada masa bercocok tanam dan tinggal menetap , manusia sudah
menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian mereka .
Teknologi pengairan sederhana pada waktu itu kemungkinan sudah dikuasai , Begitu juga
pengetahuan mengenai iklim dengan memahami tanda-tanda alam untuk mengetahui
kapan musim hujan dan kapan musim kemarau .
C. PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT
Ketika manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masih terbatas
pada kegiatan berburu binatang dan meramu bahan-bahan makanan , Kebergantungan
pada alam dan lingkungannya masih sangat kuat. Kegiatan berburu dan meramu pada
tingkat awal dilakukan oleh makhluk Phitecanthropus erectus . Prakiraan didasarkan pada
kemiripan temuan-temuan alat dari batu dan bentuk fisik Phitecanthropus Erectus dan
fosil Phitecanthropus Pikenensis yang ditemukan di goa Chou Kou tien di Cina
Usaha perburuan didaratan Cina , Menurut para ahli sudah dilakukan pada
zaman plestosen tengah. Manusia pada masa berburu dan meramu tingkat awal itu hidup
secara berkelompok dan tidak tinggal secara menetap. Kelompok berburu biasanya terdiri
dari 20-50 orang . Tugas berburu binatang dilakukan oleh laki-laki dan permepuan
bertugas mengumpulkan makanan , mengurus anak , dan mengajari anaknya dalam
meramu makanan. Pada masa berikutnya , terutama pada akhir masa Plestosen cara hidup
5. manusia tidak banyak mengalami perubahan . Berburu dan meramu atau mengumpukan
bahan makanan masih terus berlanjut . Akan tetapi mereka sudah mulai bertempat tinggal
secara tidak menetap digoa-goa . Mereka akan berpindah ketempat lain, Jika dinding goa
tersebut runtuh akibat bencana alam. Dari hasil temuan dibeberapa tempat di Jawa dan di
Sumatera , ditemukan kerangka manusia yang telah menunjukkan cara penguburan.
Ada kemungkinan beberapa kelompok –kelompok masyarakat yang ada di
Indonesia pada masa itu melakukan usaha bercocok tanam tingkat sederhana secara
berpindah-pindah. Di kawasan Asia Tenggara perladangan berpindah sudah dilakukan
manusia pada masa akhir Plestosen atau kira-kira 9000 tahun Sebelum Masehi. Cara
manusia pada masa bercocok tanam pada system perladangan adalah mereka menebang
hutan lalu membakar ranting-ranting daun , dan pohonnya . Sesudah dibersihkan baru
mereka menanam sejenis umbi-umbian. Setelah masa panen mereka meninggaklkan
tempat itu dan mencari tempat perladangan yang baru , system perladangan itu disebut
slash and burn .
ada tahapan berikutnya , kegiatan pertanian membutuhkan satu organisasi
yang lebih luas yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kegiatan pertanian tersebut
. Dari organisasi tersebut , kemudian menumbuhkan organisasi masyarakat yang bersifat
chiefdoms atau masyarakat yang sudah berkemimpinan, dan sudah dapat dibedakan
antara pemimpin dan yang dipimpin. Pengakuan terhadap pemimpin tidak sekedar karena
factor keturunanya tetapi juga dianggap mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dan
berkedudukan tinggi . Para pemimpin tersebut sudah meninggal arwahnya tetap
dihormati karena kelebihan yang dimilikinya itu.Untuk menghormati sang arwah ,
dibangunlah tempat pemujaan seperti pada peninggalan-peninggalan punden berpundak.,
juga dapat menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkemimpinan .
ada masa itu , ada kemungkinan sudah terbentuk desa-desa kecil . Pada
mulanya hanya berbentuk rumah agak kecil dan berdenah melingkar dengan atap daun-
daunan. Kemudian rumah seperti itu berkembang dengan bentuk yang lebih besar yang
dibangun diatas tiang penyangga . Rumah besar ini bentuknya persegi panjang yang
dihuni oleh beberapa keluarga inti. Dibawah tiang penyangga rumah digunakan untuk
memelihara ternak. Para ahli menduga mereka menggunakan Bahasa Melayu- Polenesia
atau rumpun bahasa Austronesia .
D. KEPERCAYAAN
Untuk menyebut suatu agama yang sering dianut oleh suku-suku bangsa ,
seperti di Indonesia biasanya menggunakan istilah kepercayaan asli yaitu bentuk
kerohanian khas yang dimiliki bangsa Indonesia . Suatu kepercayaan dapat juga muncul
karena getaran jiwa atau emosi yang muncul karena kekaguman manusia terhadap hal-hal
yang luar biasa. Kekuatan itu tidak dapat diterangkan melalui akal , dan berada diatas
kekuatan manusia. Kekuatan itu dikenal dengan kekuatan adi kodrati
Dengan adanya kekuatan adikodrati , manusia perlu melakukan tindakan-
tindakan yang berupa upacara-upacara atau ritus .Beberapa ahli menyimpulkan bahwa
cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah memiliki arti kekuatan atau symbol
kekuatan pelindung dari roh-roh jahat . Adanya keyakinan itulah yang kemudian
mendorong berkembangnya beberapa kepercayaan itu adalah Animisme , Dinamisme ,
dan Tetomisme.
6. Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua
benda mempunyai kekuatan gaib contohnya gunung , batu dan api. Sedangkan animisme
adalah suatu kepercayaan pada roh / arwah yang telah meninggal. Sementara itu ,
tetonisme adalah kepercayaan atas dasar keyakinan bahwa binatang-binatang merupakan
nenek moyang suatu masyarakat atau sebagai orang tertentu. Biasanya binatang yang
dianggap sebagai nenek moyang tidak boleh dimakan , kecuali untuk keperluan upacara.
Sebelum agama hindu dan budha berkembang , kepercayaan animisme
dan dinamisme sebagi kepercayaan asli bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan
berkembang terlebih dahulu. Sesungguhnya , proses pembuatan benda –benda megalitik ,
seperti , menhir , arca , dolmen , punden berundak , kubur peti batu , dolmen semu atau
pandhusa , dan sarkofagus dilandasi dengan keyakinan yang berlaku dalam kepercayaan
animisme dan dinamisme yaitu keyakinan bahwa diluar diri manusia ada kekuatan lain.
Keyakinan akan adanya dunia arwah terlihat dari penempatan kepala mayat yang
diarahkan ketempat asal atau tempat bersemayam roh nenek moyang . Bukti mengenai
hal tersebut terlihat dari hasil penggalian kuburan kuno beberapa tempat , seperti Bali dan
Kalimantan , menunjukkan arah kepala mayat selalu kearah timur atau barat atau
kepuncak-puncak gunung dan bukit. Ketika agama hindu dan budha berkembang
terutama di Pulau Jawa , agaknya kepercayaan animisme dan dinamisme itu tetap
bertahan.
E. SENI
Hasrat untuk mengekspresikan keindahan muncul ketika manusia mulai
menetap sementara di goa-goa . Ekspresi keindahan itu dituangkan dalam bentuk seni
lukis dengan media dinding-dinding goa atau permukaan batu. Ketika manusia mulai
hidup menetap., ekspresi keindahan bertambah variasinya. Seiring dengan perkembangan
teknik tuang logam dan pembuatan gerabah , dalam aspek seni mucul seni lukis dan seni
paung.
Pada masa proto sejarah , berikut ini diuraikan hasil seni rupa seperti seni
lukis , seni patung , dan seni kerajinan. Kegiatan seni melukis berupa lukisan di dinding –
dinding goa atau dinding-dinding karang sudah dilakukan oleh manusia sejak masa
berburu dan meramu. Hal itu terbukti dari temuan-temuan di Prancis , Afrika, India ,
Thailand dan Australia. Di Leant Pattae , di Sulawesi Selatan juga ditemukan di dinding
goa . Bentuk lukisannya berupa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah dan
seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah menancap dijantungnya.
Di Maluku juga ditemukkan lukisan-lukisan di dinding goa dan batu
karang , berwarna merah dan putih yang wujudnya , cap tangan , kadal , manusia dengan
membawa perisai berwarna merah , lukisan burung , dan perahu berwarna putih.
Di Irian Jaya juga ada lukisan didinding goa dan karang pada umumnya
lukisan-lukisan yang ditemukan di Irian Jaya mirip dengan lukisan yang ditemukan di
Pulau Kei daerah Maluku. Bentuknya seperti cap tangan orang , ikan , perahu , binatang
melata , dan cap kaki. Selain , itu terdapat juga lukisan abstrak seperti garis-garis
lengkung dan garis-garis lingkaran.
7. Satu relief ditemukkan pada dinding kubur megalitik , seperti sarkofagus
atau dolmen. Di Jawa sarkofagus dan dolmen yang memiliki relief ditemukkan di Tegal
Ampel di Bondowoso , Jawa Timur dan Tegalalang , Bali.
Seni patung baik patung dari batu maupun dari perunggu umumnya berupa
figure manusia dan binatang. Patung batu pada masa itu dibuat dengan teknik pahat
sederhana yang pahatannya dilakukan pada bagian-bagian tertentu saja , yaitu muka atau
tangan. Kesederhanaan itu juga tampak pada penggarapannya yang agak kasar dan
terkesan kaku dan digunakan untuk pemujaan nenek moyang dan patungnya sendiri
ditempatkan didekat kubur.
Patung-patung manusia ini ditemukan di Jawa , Sumatera , dan Sulawesi .
Patung yang ditemukkan di Cirebon , Gunung Kidul dan di Bada , Sulawesi tengah ,
berupa batu besar yang dibagian atasnya dipahat sehingga berbentuk muka manusia.
Patung menhir adalah patung –patung batu dengan obyek manusia atau binatang.
Jenis perhiasan pada masa itu adalah gelang , bandul kalung dan manik-
manik. Adapun benda-benda upacara berupa nekara, kapak perunggu , senjata besi , dan
gerabah. Semua benda itu tidak hanya mempunyai fungsi estetis dan religius saja , tetapi
dapat juga sebagai alat tukar dan alat Bantu kegiatan manusia sehari-hari.
Nekara umumnya tersusun dalam tiga bagian . Bagian atas terdiri dari
bidang pukul datar dan bagian bahu dengan pegangan. Bagian tengah merupakan silinder
dan bagian bawah berbentuk melebar. Nekara perunggu yang berukuran kecil dan
ramping disebut mako atau moko.
Benda-benda perunggu lainnya termasuk dalam seni kerajinan adalah
kapak perunggu , bentuk kapak ini bermacam-macam , seperti jenis ekor burung seriti ,
jenis pahat bertangkai , dan jenis bulan sabit. Daerah persebarannya juga luas mulai dari
Sumatera , Jawa , Sulawesi , Selayar , Bali , Flores , Maluku dan timor-timor sampai Irian
Jaya.
Seni kerajinan lain adalah gerabah , banyak ditemukan didaerah Bali ,
Sumba Timur , Jawa Barat , Lombok , Flores , Jawa Tengah dan Jawa Timur.Selain
digunakan untuk keperluan sehari-hari gerabah juga digunakan untuk bekal kubur. Ada
dua cara untuk menghias gerabah dengan cara mengecap dan menggores
Benda –benda perhiasan lainnya seperti manik-manik sejak manusia hidup
di goa-goa , dan terbuat dari kerang . Manik-manik dan gelang terbuat dari kaca . Ada
gelang , bandul kalung dan cincin yang dibuat dari perunggu . Manik-manik dari bahan
kaca banyak ditemukan di daerah Bali , Jawa , Sumatera Selatan dan di Timor ,
sedangkan gelang kaca ditemukan di Jawa Barat , dan Gilmanuk , Bali . Sedangkan
gelang dan cincin perunggu banyak ditemukan di Pasemah , Sumatera Selatan .