Presentasi Ke-Presentasi Ke-55
Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MAOleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
Membahas pengertian,Membahas pengertian,
dasar hukum atau dalildasar hukum atau dalil
berkenaan denganberkenaan dengan
shalatshalat sunnahsunnah
jenis-jenis shalatjenis-jenis shalat
tathawwu’, tatacaratathawwu’, tatacara
shalat sunnahshalat sunnah
FFIQHIQH SSHALAT:HALAT:
DDEFINISI,EFINISI,
HHUKUM,UKUM,
MMACAM-ACAM-MMACAM,ACAM,
TTATACARA,ATACARA, SSHALATHALAT
SSUNNAHUNNAH
SHALAT
MAKTUBAH (SHALAT-
SHALAT FARDHU)
NAFILAH (TATHAWWU’)
NAWAFIL TANPA SEBAB
NAWAFIL DENGAN ADA
SEBAB (SHALAT GERHANA)
Lebih muakkadah (dikerjakan Rasul
meski saat hadhar dan safar, seperti
shalat witir dan 2 raka’at fajar)
Muakkadah (dikerjakan Rasul dalam
keadaan hadhar saja, tidak dalam
safar: shalat rawatib dan tahajjud).
Ghairu Muakkadah, shalat sunah
rawatib yang dibenarkan oleh Rasul.
Urgensi Shalat Tathawwu’
• Selain shalat lima waktu ada shalat-shalat lainnya yang
disyari’atkan sebagai tambahan dan penutup kekurangan,
hukumnya sunat. Shalat inilah yang disebut dengan nama
shalat tathawwu’ (sunat).
• Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa ada seseorang yang
bertanya kepada Rasulullah Saw tentang (kewajiban) dalam
Islam? Maka Rasulullah Saw menjawab:
. « ةِ لَ يْ لّ والَ مِ وْ يَ لْ ا فىِ تٍ واَ لَ صَ سُ مْ خَ »
“Shalat lima waktu sehari semalam.”
Orang itu bertanya, “Apakah ada kewajiban lagi selain itu?”
Beliau menjawab, “Tidak, kecuali jika anda ingin
bertathawwu’…dst.” (HR. Bukhari)
Hadis tentang shalat Tathawwu’
•:لَ قاَ ةُ لَ صّ ال مُ هِ لِ ماَ عْ أَ نْ مِ ةِ مَ ياَ قِ لْ ا مَ وْ يَ هِ بِ سُ ناّ ال بُ سَ حاَ يُ ماَ لَ وّ أَ نّ إِ
:هاَ مّ تَ أَ يْ دِ بْ عَ ةِ لَ صَ فيِ رواُ ظُ نْ اُ مُ لَ عْ أَ وَ هُ وَ هِ تِ كَ ئِ لَ مَ لِ لّ جَ وَ زّ عَ ناَ بّ رَ لُ وْ قُ يَ
يئاْ شَ هاَ نْ مِ صَ قَ تَ نْ ا نْ كاَ نْ إِ وَ ،ةً مّ تاَ هُ لَ تْ بَ تِ كُ ةً مّ تاَ تْ نَ كاَ نْ إِ فَ هاَ صَ قَ نَ مْ أَ
: :واْ مّ تِ أَ لَ قاَ عٌ وّ طَ تَ هُ لَ نَ كاَ نْ إِ فَ ،عٍ وّ طَ تَ نْ مِ يْ دِ بْ عَ لِ لْ هَ واْ رُ ظُ نْ ا لَ قاَ
مْ كُ لِ ذَ لىَ عَ لُ ماَ عْ لَ اْ ذُ خَ ؤْ تُ مّ ثُ هِ عِ وّ طَ تَ نْ مِ هُ تَ ضَ يْ رِ فَ يْ دِ بْ عَ لِ
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
adalah shalat. Allah Azza wa Jalla akan berkata kepada para
malaikat-Nya sedangkan Dia lebih mengetahui, “Lihatlah shalat
hamba-Ku, apakah dia menyempurnakannya atau menguranginya?”
jika ternyata sempurna, maka dicatat sempurna. Namun jika kurang,
Allah berfirman, “Lihatlah! Apakah hamba-Ku memiliki ibadah
sunat?” Jika ternyata ada, Allah berfirman, “Sempurnakanlah shalat
fardhu hamba-Ku dengan shalat sunatnya,” lalu diambil amalannya
seperti itu.” (HR. Empat orang ahli hadits dan dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani)
Shalat Rawatib
Shalat sunah yang dikerjakan menyertai shalat fardhu.
Shalat Rawatib terbagi dua: Shalat sunah QABLIYAH, yaitu shalat sunat yang
dilaksanakan sebelum mengerjakan shalat wajib. Dan shalat sunah BA'DIYAH,
yaitu shalat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.
MU’AKKAD (sangat dianjurkan, sering dilakukan oleh Nabi SAW.) :
• dua rakaat qabla subuh
• dua rakaat qabla zuhur
• dua rakaat ba’da zuhur
• dua rakaat ba’da maghrib
• dua rakaat ba’da isya
“Ibnu Umar r.a berkata: Aku ingat dari Nabi SAW 10 rakaat yaitu: dua rakaat
sebelum Dhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di
rumahnya, dua rakaat setelah Isya' di rumahnya, dan dua rakaat sebelum
Shubuh. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat Bukhari-Muslim yang lain: Dan dua
rakaat setelah Jum'at di rumahnya. (H.R. Bukhari Muslim)
GHAIRU MU’AKKAD (tidak dikuatkan, tidak banyak dikerjakan oleh Nabi):
• Sebelum zuhur dua rokaat
• Setelah zuhur dua rokaat
• Sebelum ashar empat rokaat
• Sebelum magrib dua rokaat
• Sebelum isya dua rokaat
Shalat Sunah Lainnya
Shalat Khauf. Shalat yang dilakukan pada saat-saat genting. Shalat ini dapat
dilakukan kapan pun bila kita dalam kondisi merasa takut, misalnya karena
perang, bencana alam, ancaman binatang buas, dikejar musuh atau orang
jahat, dsb. Syariat shalat khauf ini didasarkan pada surat An-Nisâ: 102.
Shalat Dhuha. Shalat sunah yang dikerjakan pada pagi hari, waktunya dimulai
ketika matahari tampak kurang lebih setinggi tombak dan berakhir sampai
tergelincir matahari (waktu zuhur). Jumlah rakaat shalat dhuha adalah
sekurang-kurangnya 2 rakaat, sebanyak-banyaknya 12 atau 16 rakaat.
Shalat Istisqa. Shalat sunah yang bertujuan untuk meminta hujan. Biasanya
dilaksanakan ketika terjadi kemarau panjang sehingga mata air menjadi
kering, tumbuh-tumbuhan mati, manusia dan hewan kekurangan makanan dan
air. Bila sudah masuk dalam kondisi ini, dianjurkan pemimpin masyarakat
setempat atau ulama mengajak masyarakat untuk bertobat dan berdoa.
Shalat Khusuf. Shalat sunah yang dilakukan karena terjadi gerhana bulan.
Waktunya adalah sejak awal gerhana sampai akhir atau tertutupnya bulan tsb.
Shalat Kusuf. Shalat sunah yang dilakukan karena terjadi gerhana matahari.
Waktunya adalah sejak awal gerhana sampai selesai atau tertutupnya
matahari. Apabila terjadi gerhana, Rasulullah SAW keluar ke mesjid lalu
menyuruh seorang pergi berkeliling menyerukan “Ash Shalatul Jami’ah”.
Setelah orang-orang berkumpul di mesjid, beliau pun mengerjakan shalat. Baik
shalat khusuf dan kusuf, tidak ada azan. Kaifiyat (cara shalat) adalah: dua
rakaat dengan 4 ruku’ dan dengan 4 sujud (tiap-tiap rakaat, dua ruku’).
Shalat Istikharah. Shalat sunah dua rakaat yang diiringi dengan doa khusus,
dikerjakan untuk memohon petunjuk yang baik kepada Allah SWT sehubungan
dengan urusan yang masih diragukan untuk diputuskan akan dikerjakan atau
tidak. Urusan yang dimaksud bisa berupa urusan pribadi ataupun yang terkait
dengan kepentingan umum. Petunjuk dari Allah SWT ini biasanya akan
diperoleh melalui mimpi atau kemantapan hati untuk mengambil keputusan.
Shalat Tahajjud. Shalat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari dan
dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu, meskipun hanya sejenak, kemudian
diiringi dengan doa khusus. Shalat tahajud boleh dilakukan di awal, tengah,
atau di akhir malam, asalkan sesudah tidur, namun melakukannya pada
sepertiga malam yang terakhir adalah lebih baik, karena pada saat itu terdapat
waktu doa para hamba dikabulkan oleh Allah SWT.
Shalat Gaib. Shalat yang dilakukan atas seseorang yang meninggal dunia di
suatu tempat atau negeri, baik jauh ataupun dekat dari tempat orang yang
melaksanakan shalat, dan mayatnya tidak ada di tempat (di hadapan) orang-
orang yang menshalatkan.
Shalat Hajat. Shalat sunah dua rakaat yang dikerjakan seseorang yang
mempunyai hajat (keperluan) agar keperluan tsb dimudahkan dan dilancarkan
oleh Allah SWT.
Shalat Tahyatul Masjid. Shalat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap
masjid, dilakukan oleh orang yang masuk ke dalam mesjid sebelum ia duduk.
Shalat ‘Idain. Shalat yang dilakukan pada saat dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan
Idul Adha. Idul Fitri dilaksanakan berkaitan dengan selesainya bulan
Ramadhan yang jatuh pada tanggal 1 Syawal.
Idul Adha dilaksanakan bertepatan dengan selesainya pelaksanaan ibadah
haji, yaitu tanggal 10 Zulhijjah, yang biasanya seusai shalat dilanjutkan dengan
penyembelihan hewan kurban bagi yang mampu.
Shalat Tarawih. Shalat sunah yang dikerjakan umat Islam setiap malam selama
bulan Ramadhan. Ada beberapa pendapat mengenai jumlah rakaat shalat
tarawih, yang pertama adalah 11 rakaat terdiri dari 4 rakaat, kemudian 4 rakaat
lagi, dan ditutup dengan 3 rakaat shalat witir. Ada pendapat lain 20 rakaat
ditambah 3 rakaat witir, sehingga seluruhnya adalah 23 rakaat.
Shalat Witir. Witir berarti ganjil, nama bagi shalat yang rakaatnya ganjil (selain
shalat Maghrib), yaitu shalat 1, 3, 5, 7, 9 atau 11 rakaat yang bersambungan
dan hanya satu kali salam. Waktu pelaksanaannya malam hari, sesudah shalat
Isya sampai terbit fajar. Yang paling baik, witir dijadikan sebagai shalat yang
paling akhir dikerjakan pada malam hari. Bila seseorang khawatir tidak bangun
pada waktu menjelang terbit fajar, ia boleh mengerjakan shalat witir segera
setelah shalat fardu dan sesudah Isya.
Shalat Taubat. Shalat untuk menyatakan bahwa kita bertaubat dari suatu dosa,
artinya menyesal atas perbuatan yang dilakukan, dan bertekad kelak tidak
akan melakukannya lagi, disertai permohonan ampun kepada Allah.
Shalat Tasbih. Shalat sunah empat rakaat yang setiap rakaatnya membaca tasbih
sebanyak 75 kali, sehingga seluruhnya berjumlah 300 kali. Rincian jumlah
tasbih untuk setiap rakaat adalah sbg berikut:
15 kali sesudah membaca surat dan sebelum rukuk
10 kali sesudah membaca tasbih rukuk dan sebelum i’tidal
10 kali setelah membaca tahmid i’tidal
10 kali setelah membacab tasbih sujud
10 kali setelah membaca doa duduk diantara dua sujud
10 kali setelah membaca tasbih sujud kedua
10 kali setelah duduk istirahat sesudah sujud kedua.
Bagi setiap muslim, dianjurkan mengerjakan shalat tasbih setiap malam, bila
tidak mampu maka sekali seminggu, atau sekali sebulan, atau sekali setahun,
bila masih tidak bisa, maka sekurang-kurangnya sekali seumur hidup. Waktu
pelaksanaannya dapat siang hari atau malam hari, empat rakaat dengan satu
atau dua kali salam.
Diantara Dalil Shalat Tathawwu’
1. Shalat sunat rawatib
لّ إِ ةٍ ضَ ريِ فَ رَ يْ غَ عاً وّ طَ تَ ةً عَ كْ رَ ةَ رَ شْ عَ ىْ تَ نْ ثِ مٍ وْ يَ لّ كُ هِ لّ لِ لىّ صَ يُ مٍ لِ سْ مُ دٍ بْ عَ نْ مِ ماَ
« ةِ نّ جَ لْ ا فىِ تٌ يْ بَ هُ لَ ىَ نِ بُ لّ إِ وْ أَ ةِ نّ جَ لْ ا فىِ تاً يْ بَ هُ لَ هُ لّ ال نىَ بَ
“Tidak ada seorang muslim yang melakukan shalat karena Allah dalam
setiap harinya sebanyak 12 rak’at; yakni shalat sunat yang bukan
fardhu, kecuali Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga
atau akan dibangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)
Yaitu 4 rak’at sebelum Zhuhur dan 2 rak’at setelahnya, 2 rak’at
setelah Maghrib, 2 rak’at setelah Isya dan 2 rak’at sebelum
shalat Shubuh sehingga jumlahnya 12. Bisa juga sebelum
Zhuhur 2 rak’at, sehingga jumlahnya 10.
2. Shalat malam (Tahajjud)
ةِ ضَ ريِ فَ لْ ا دَ عْ بَ ةِ لَ صّ ال لُ ضَ فْ أَ وَ مُ رّ حَ مُ لْ ا هِ لّ ال رُ هْ شَ نَ ضاَ مَ رَ دَ عْ بَ مِ ياَ صّ ال لُ ضَ فْ أَ »
. « لِ يْ لّ ال ةُ لَ صَ
“Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram
(yakni tanggal sepuluh dengan sembilannya), dan shalat paling
Dalil-Dalil Shalat Tathawwu’
3. Shalat dhuha
ةٌ قَ دَ صَ ةٍ دَ ميِ حْ تَ لّ كُ وَ ةٌ قَ دَ صَ ةٍ حَ بيِ سْ تَ لّ كُ فَ ةٌ قَ دَ صَ مْ كُ دِ حَ أَ نْ مِ مىَ لَ سُ لّ كُ لىَ عَ حُ بِ صْ يُ »
رِ كَ نْ مُ لْ ا نِ عَ ىٌ هْ نَ وَ ةٌ قَ دَ صَ فِ روُ عْ مَ لْ باِ رٌ مْ أَ وَ ةٌ قَ دَ صَ ةٍ رَ بيِ كْ تَ لّ كُ وَ ةٌ قَ دَ صَ ةٍ لَ ليِ هْ تَ لّ كُ وَ
. « حىَ ضّ ال نَ مِ ماَ هُ عُ كَ رْ يَ نِ تاَ عَ كْ رَ كَ لِ ذَ نْ مِ ئُ زِ جْ يُ وَ ةٌ قَ دَ صَ
“Pada pagi hari setiap persendian kamu harus bersedekah; setiap
tasbih adalah sedekah. Setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil
(ucapan Laailaahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah
sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar juga sedekah
dan hal itu bisa terpenuhi oleh dua rak’at yang dikerjakannya di
waktu Dhuha.” (HR. Muslim)
Jumlah shalat Dhuha bisa 2 rak’at, 4 rak’at, 6 rak’at, 8 rak’at maupun
12 rak’at.
4. Shalat dua rak’at setelah wudhu’
ماَ هُ لَ هُ لّ ال رَ فَ غَ ، هُ سَ فْ نَ ماَ هِ فيِ ثُ دّ حَ يُ لَ ، نِ يْ تَ عَ كْ رَ لىّ صَ مّ ثُ ذاَ هَ ئىِ ضوُ وُ وَ حْ نَ أَ ضّ وَ تَ نْ مَ
. « هِ بِ نْ ذَ نْ مِ مَ دّ قَ تَ
“Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat
dua rak’at dengan khusyu’ melainkan Allah akan mengampuni dosa-
dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil-Dalil Shalat Tathawwu’
5. Shalat tahiyyatul masjid
نِ يْ تَ عَ كْ رَ يَ لّ صَ يُ تىّ حَ سْ لِ جْ يَ لَ فَ دَ جِ سْ مَ لْ ا مُ كُ دُ حَ أَ لَ خَ دَ ذاَ إِ
“Apabila salah seorang di antara kamu masuk ke masjid, maka
janganlah duduk sampai ia shalat dua rak’at.” (HR. Bukhari)
6. Shalat antara azan dan iqamat
ءَ شاَ نْ مَ لِ ةِ ثَ لِ ثاّ ال فيِ لَ قاَ مّ ثُ ةٌ لَ صَ نِ يْ نَ ذاَ أَ لّ كُ نَ يْ بَ ةٌ لَ صَ نِ يْ نَ ذاَ أَ لّ كُ نَ يْ بَ
“Antara dua azan (azan dan iqamat) ada shalat, antara dua azan ada
shalat,” pada ketiga kalinya Beliau mengatakan, “Bagi siapa saja
yang mau.” (HR. Bukhari)
7. Shalat tobat
هُ لَ اُ رَ فَ غَ لّ إِ اَ رُ فِ غْ تَ سْ يَ مّ ثُ ليّ صَ يُ مّ ثُ رُ هّ طَ تَ يَ فَ مُ وْ قُ يَ مّ ثُ نباْ ذَ بُ نِ ذْ يُ لٍ جُ رَ نْ مِ ماَ
“Tidak ada seseorang yang melakukan suatu dosa, kemudian ia berdiri
dan berwudhu, lalu shalat. Setelah itu, ia meminta ampun kepada
Allah, melainkan Allah akan mengampuninya.”
Kemudian Beliau membacakan surat Ali Imran: 135. (HR. Tirmidzi
dan Abu Dawud, dan dihasankan oleh Al Albani)
Dalil-Dalil Shalat Tathawwu’
8. Shalat Sebelum Adzan Jum’at
مّ ثُ هِ تِ بَ طْ خُ نْ مِ غَ رُ فْ يَ تىّ حَ تَ صَ نْ أَ مّ ثُ هُ لَ رَ دّ قُ ماَ لىّ صَ فَ ةَ عَ مُ جُ لْ ا تىَ أَ مّ ثُ لَ سَ تَ غْ ا نِ مَ »
. « مٍ ياّ أَ ةِ ثَ لَ ثَ لَ ضْ فَ وَ رىَ خْ لُ ا ةِ عَ مُ جُ لْ ا نَ يْ بَ وَ هُ نَ يْ بَ ماَ هُ لَ رَ فِ غُ هُ عَ مَ ىَ لّ صَ يُ
“Barang siapa yang mandi kemudian menghadiri shalat Jum’at,
sebelumnya ia shalat semampunya, lalu ia diam sampai khatib
menyelesaikan khutbahnya, kemudian ia shalat bersamanya, maka
akan diampuni dosa-dosanya antara Jum’at yang satu ke Jum’at
berikutnya dengan ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
Shalat ini tidak dilakukan setelah azan dikumandangkan, tetapi
sebelumnya sampai khatib datang.
9. Shalat ba’diyyah Jum’at
. « عاً بَ رْ أَ هاَ دَ عْ بَ لّ صَ يُ لْ فَ ةَ عَ مُ جُ لْ ا مُ كُ دُ حَ أَ لىّ صَ ذاَ إِ »
“Apabila salah seorang di antara kamu shalat Jum’at, maka
kerjakanlah setelahnya empat rak’at.” (HR. Muslim)
Bisa juga ia kerjakan hanya dua rak’at karena Rasulullah Saw pernah
melakukannya seperti itu.
Dalil-Dalil Shalat Tathawwu’
10. Shalat Istikharah (meminta pilihan)
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu
ingin melakukan suatu perbuatan, maka lakukanlah shalat dua
rak’at bukan di shalat fardhu. Setelah itu ucapkanlah:
رُ دِ قْ تَ كَ نّ إِ فَ مِ ظيِ عَ لْ ا كَ لِ ضْ فَ نْ مِ كَ لُ أَ سْ أَ وَ كَ تِ رَ دْ قُ بِ كَ رُ دِ قْ تَ سْ أَ وَ كَ مِ لْ عِ بِ كَ رُ خيِ تَ سْ أَ نيّ إِ مّ هُ لّ ال
رٌ يْ خَ رَ مْ لَْ ا ذاَ هَ نّ أَ مُ لَ عْ تَ تَ نْ كُ نْ إِ مّ هُ لّ ال بِ يوُ غُ لْ ا مُ لّ عَ تَ نْ أَ وَ مُ لَ عْ أَ لَ وَ مُ لَ عْ تَ وَ رُ دِ قْ أَ لَ وَ
ليِ هُ رْ دُ قْ فاَ هِ لِ جِ وآَ ريِ مْ أَ لِ جِ عاَ لَ قاَ وْ أَ ريِ مْ أَ ةِ بَ قِ عاَ وَ شيِ عاَ مَ وَ نيِ ديِ فيِ ليِ
ُنيِ ديِ فيِ ليِ رّ شَ رَ مْ لَْ ا ذاَ هَ نّ أَ مُ لَ عْ تَ تَ نْ ُنْ إِ وَ هِ فيِ ليِ كْ رِ باَ مّ ثُ ليِ هُ رْ سّ يَ وَ
نيِ فْ رِ صْ واَ نيّ عَ هُ فْ رِ صْ فاَ هِ لِ جِ وآَ ريِ مْ أَ لِ جِ عاَ فيِ لَ قاَ وْ أَ ريِ مْ أَ ةِ بَ قِ عاَ وَ شيِ عاَ مَ وَ
نيِ ضِ رْ أَ مّ ثُ نَ كاَ ثُ يْ حَ رَ يْ خَ لْ ا يَ لِ رْ دُ قْ واَ هُ نْ عَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan kepada-Mu, meminta upaya
dengan kekuasaan-Mu. Aku meminta kepada-Mu di antara karunia-Mu yang
besar. Engkau kuasa, aku tidak kuasa, Engkau Mengetahu aku tidak
mengetahui. Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ya Allah, jika hal ini (ia
sebutkan pilihannya) baik untukku, agamaku, duniaku dan akibatnya, cepat
atau lambat, maka taqdirkanlah buatku dan mudahkanlah ia, kemudian
berikanlah keberkahan kepadanya. Namun, apabila hal itu buruk buatku
baik untuk agamaku, duniaku dan akibatnya, cepat atau lambat, maka
hindarkanlah ia dariku dan hindarkanlah aku darinya, taqdirkanlah untukku
Dalil-Dalil Shalat Tathawwu’
11. Shalat gerhana
,ذاَ إِ فَ هِ تِ ياَ حَ لِ لَ وَ دٍ حَ أَ تِ وْ مَ لِ نِ فاَ سِ كَ نْ يَ لَ هِ لّ الَ تِ ياَ آ نْ مِ نِ تاَ يَ آ رَ مَ قَ لْ واَ سَ مْ شّ الَ نّ إِ
, ,فَ شِ كَ نْ تَ تىّ حَ لواّ صَ وَ هَ لّ الَ عواُ دْ فاَ ماَ هُ موُ تُ يْ أَ رَ
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-
tanda kekuasaan Allah, keduanya tidaklah terjadi gerhana karena
kematian seseorang dan tidak juga karena hidupnya. Apabila kamu
melihatnya berdoalah kepada Allah dan lakukanlah shalat sampai
hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jumlahnya dua rak’at, dilakukan secara berjama’ah. Masing-masing
rak’at dua kali ruku’ dan dua kali berdiri (pada setiap berdiri
membaca Al Fatihah dan surat).
Hendaknya imam mengucapkan “Ashsholatu jaami’ah” sebelum sholat
dimulai. Waktu sholat gerhana ialah semenjak terjadinya gerhana
sampai gerhana itu selesai.
Setelah melakukan shalat gerhana, imam disunnahkan untuk
berkhutbah, menasehati orang-orang, mendorong mereka untuk
beristighfar dan beramal shalih.