Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan pendidikan Islam dan Barat, sejarah pendidikan Islam, dan tokoh super student dalam Islam seperti KH Ahmad Dahlan. Dokumen ini juga memberikan saran agar pendidikan diarahkan sesuai tujuan semula yakni menghasilkan generasi muda yang menjadi super student dan dapat mengharumkan nama bangsa.
2. Latar Belakang
Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui
pendidikan. Karena dengan ilmu pengetahuan yang di dapat di
dalam pendidikan kita dapat meningkatkan derajat pribadi sendiri.
Dengan ilmu pengetahuan itu juga kita dapat mengetahui segala
sesuatu yang belum pernah kita ketahui sebelumnya.
Hasil akhir dari sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal
pendidikan itu sendiri. Dalam Islam pun, mengajarkan agar kita
meraih pendidikan setinggi mungkin. Akan tetapi Islam dan Barat
memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut.
Paham rasionalisme yang berkembang di Barat di jadikan dasar
pijakan bagi Konsep-konsep pendidikan Barat. Oleh karena itu kita
harus mengetahui seperti apakah pendidikan di mata Islam itu. Dan
bagaimanakah sistem pendidikan di dalam Islam itu sendiri.
3. Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat
Karakteristik Pendidikan Islam
Pendidikan yang Tinggi
Pendidikan yang Komprehensif dan Integral
Pendidikan yang Realistis
Pendidikan yang Berkontinuitas
Pendidikan yang Seimbang
Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang
Pendidikan yang Global/ Internasional
4. Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat
Karakteristik Pendidikan Barat
Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama
tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Namun
sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas dari nilai-
nilai keagamaan dan ketuhanan.
5. Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat
Karakteristik Pendidikan Barat
Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun
di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi
budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan
kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk
rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral,
yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah. Sehingga dari
cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-
ilmu sekular.
6. Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat
Karakteristik Pendidikan Barat
Lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat menurut al-
Attas:
1. Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia.
2. Bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran.
3. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan
pandangan hidup sekular.
4. Menggunakan doktrin humanisme.
5. menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang
dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
7. Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat
Karakteristik Pendidikan Barat
Kelima faktor tersebut sangat mempengaruhi pola pikir para ilmuwan
Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan
pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang
bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme.
Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu
sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini
menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur
kebenaran.
8. Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat
Karakteristik Pendidikan Barat
Selain itu para filsuf lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant,
Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya
juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka,
sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti
empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme,
atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin
keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik,
ekonomi, dan lainnya .
9. Sejarah Pendidikan Islam
Aktivitas pendidikan Islam telah dimulai sejak adanya manusia
(Nabi Adam dan Hawa) di dunia ini. Ayat Al-Qur’an yang pertama
kali di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah iqra’, yang
merupakan kunci dari aktivitas pendidikan. Menurut Harun
Nasution dalam Muhaimin (2011), secara garis besar sejarah
(budaya) Islam terbagi menjadi 3 periode, yaitu:
Periode klasik (650-1250 M),
Periode pertengahan (1250-1800 M) dan,
Periode modern (1800 M-sekarang).
10. Sejarah Pendidikan Islam
Periode klasik (650-1250 M)
Banyak ilmuwan dan pemikir besar yang dilahirkan Islam pada
periode klasik. Hal ini tidak terlepas dari semangat untuk
mempelajari serta mengamalkan Al-Quran dan hadis itu sendiri,
keinginan yang kuat untuk terus menimba dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, serta kesinambungan antara ilmu agama dan
ilmu-ilmu lainnya menjadikan umat Islam sangat unggul dalam
periode klasik.
11. Sejarah Pendidikan Islam
Periode pertengahan (1250-1800 M)
Dalam periode ini Islam menjadi sangat tertinggal dari dunia barat
yang ironisnya kemajuan yang diraih dunia barat bersumber dari
apa yang telah dicapai Islam sebelumnya. Semua menjadi terbalik
bagi umat Islam, tidak banyak ulama yang berani untuk
mengembangkan keilmuannya, umat Islam menjadi terkotak-kotak,
kebergantungan yang kuat terhadap pemimpin negara menjadikan
Islam sedemikian tertinggal dan asing terhadap ilmu serta teknologi
yang sejatinya bersumber pada dunia Islam.
12. Sejarah Pendidikan Islam
Periode modern (1800 M-sekarang)
Angin perubahan dan pengembalian Islam ke zaman keemasannya
telah banyak dikumandangkan. Telah banyak bermunculan kembali
ulama-ulama yang tidak hanya berkutat pada disiplin ilmu
keagamaan tetapi juga ikut turut serta mengembangkan ilmu-ilmu
lainnya.
Namun kembali, nampaknya periode ketiga yang didefinisikan
sebagai periode modern ini masih banyak menimbulkan perdebatan.
Kekhawatiran terbesar mucul dari anggapan modernisasi yang
dilakukan nantinya akan membawa umat Islam kedalam dunia
westernisasi dan sekulerisme.
13. Menjadi Super Student Dalam Islam
Pengertian dari super student adalah pelajar atau
mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi
dan mempunyai tingkat ketaqwaan yang tinggi pula
terhadap Allah SWT. Kita bisa menjadi super student jika
kita mau berusaha untuk belajar dengan tekun dan
berakhlak yang baik.
14. Menjadi Super Student Dalam Islam
Untuk menjadi super student harus mau berusaha untuk belajar
dengan tekun dan berakhlak baik dan harus pula melihat beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pembelajaran di dalam
pendidikan kita supaya aktivitas pembelajaran dapat berlangsung
secara sukses. Beberapa faktor tersebut meliputi:
a) Tujuan Pendidikan.
b) Pendidik.
c) Peserta Didik.
d) Isi atau Materi Pendidikan.
e) Metode Pendidikan.
f) Lingkungan.
15. Menjadi Super Student Dalam Islam
Berikut adalah beberapa tahapan agar proses dari aktivitas
pembelajaran dapat maksimal:
1. Berlajar Diiringi dengan Doa dan Tidak Meninggalkan
Shalat.
2. Membuat Sistem Belajar Sendiri yang Menghasilkan Hasil.
3. Menumbuhkan Keinginan Untuk Sukses di Sekolah atau di
Perguruan Tinggi.
4. Selalu Memotivasi Diri Sendiri.
5. Fokus Pada Tujuan Studi.
6. Terus Melakukan Hal Baik dari Sebelumnya.
7. Rendah Hati.
8. Mengembangkan Kreativitas.
9. Banyak Membaca.
10. Perluas Sosialisasi Diri.
16. Tokoh Super Student Dalam Islam
Tokoh dalam Islam yang menurut kami berhak mendapatkan
predikat super student di masanya adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Karena beliau berjasa dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini
melalui pembaharuan Islam dan pendidikan.
Dan atas jasa-jasanya itu pemerintah Republik Indonesia
menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat
Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
17. Tokoh Super Student Dalam Islam
Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut :
1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam
untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih
harus belajar dan berbuat.
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah
banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada
bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan
beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan
Islam.
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal
usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi
kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita
(Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia
untuk mengecap pendidikan.
18. Kesimpulan
Antara Pendidikan Islam dan Barat jelas terlihat adanya
kesenjangan pola berfikir yang digunakan para ilmuwan sehingga
menghasilkan karakter yang berbeda. Jika sumber dan metodologi
ilmu di Barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris,
rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan dan
memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab
suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber
dari kitab suci al-Qur’an yang diperoleh dari wahyu, Sunnah
Rasulullah saw, serta ijtihad para ulama. Jika Westernisasi ilmu
hanya menghasilkan ilmu-ilmu sekular yang cenderung menjauhkan
manusia dengan agamanya sehingga terjadi kekalutan di dalamnya,
maka Islamisasi ilmu justru mampu membangunkan pemikiran dan
keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani pribadi muslim
yang akan menambahkan lagi keimanannya kepada Allah SWT.
19. Kesimpulan
Dilihat dari karakteristiknya pendidikan Islam dengan jelas unggul
dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam
mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka jelas bahwa pendidikan Islam
tidak menutup mata terhadap perkembangan yang ada ditengah
masyarakat, termasuk perkembangan sains dan tekhnologi.
Oleh karena itu menjadi super student dalam Islam yaitu mendalami ilmu-
ilmu pengetahuan secara menyeluruh akan tetapi tidak melupakan
keislamisasian dari ilmu tersebut. Hal tersebut dilakukan agar kita tidak
menjauh dari akidah Islam yang sesungguhnya. Akan tetapi, Islam
mempunyai sifat eksklusif sekaligus inklusif. Ketika berhadapan dengan
masalah teologi, hakikat sifat-Nya, seorang muslim tidak boleh
berkompromi dengan persepsi agama lain, kecuali yang berhubungan
dengan masalah rubbûbiyyah. Sebaliknya ketika membicarakan masalah
nilai-nilai moral dan etika, maka pintu komunikasi, dialog dan kerjasama
dapat dibuka seluas-luasnya.
20. Saran
Agar pendidikan itu sesuai dengan tujuannya semula yakni sesuai
dengan UU sistem pendidikan no. 20 tahun 2003, maka diperlukan
sebuah kerja sama antara orang tua, masyarakat, sekolah, dan
pemerintah. Mereka hendaknya bersama-sama memperhatikan
sistem pendidikan para generasi muda. Agar generasi muda tersebut
dapat menjadi super student yang dapat mengharumkan nama
bangsa di kancah internasional.