Teks tersebut membahas tentang godaan wanita dan pentingnya menjaga pandangan dan perilaku. Teks tersebut menjelaskan bahwa wanita dapat menjadi sumber godaan bagi laki-laki, namun syariat Islam melarang pengumbaran kecantikan secara bebas. Teks tersebut juga mengingatkan agar muslim menjaga pandangan dan perilaku agar terhindar dari godaan dan dosa.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Ketika wanita menggoda
1. .: Ketika Wanita Menggoda :.
Allah ta‟ala telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat
kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syariat yang suci ini tidak memperkenankan
keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko. Tapi
kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi laki-laki. Di
jalan-jalan, di acara TV atau di VCD para wanita mengumbar aurat seenaknya bak kontes
kecantikan yang melombakan keindahan tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada siksa dan tidak
kenal apa itu dosa. Benarlah sabda Rasulullah yang mulia dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim, di mana beliau bersabda, “Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku
godaan yang lebih besar bagi kaum lelaki daripada wanita.” (HR. Bukhari Muslim)
Ya, begitulah realitasnya, wanita menjadi sumber godaan yang telah banyak membuat
lelaki bertekuk lutut dan terbenam dalam lumpur yang dibuat oleh syaitan untuk
menenggelamkannya. Usaha-usaha untuk menggoda bisa secara halus, baik disadari maupun
tidak, secara terang-terangan maupun berkedok seni. Tengoklah kisah Nabi Allah Yusuf „alaihis
salam tatkala istri pembesar Mesir secara terang-terangan menggoda Beliau untuk diajak
melakukan tindakan tidak pantas. Nabi Yusuf pun menolak dan berkata, “Aku berlindung kepada
Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” (QS. Yusuf: 23)
Muhammad bin Ishaq menceritakan, As-Sirri pernah lewat di sebuah jalan di kota Mesir.
Karena tahu dirinya menarik, wanita ini berkata, “Aku akan menggoda lelaki ini.” Maka wanita
itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau lantas bertanya,
“Ada apa denganmu?” Wanita itu berkata, “Maukah anda merasakan kasur yang empuk dan
kehidupan yang nikmat?” Beliau malah kemudian melantunkan syair,”Berapa banyak pencandu
kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu, namun akhirnya ia mati
meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata. Mereka menikmati kemaksiatan yang
hanya sesaat, untuk merasakan bekas-bekasnya yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan,
sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hamba-Nya, dengan kehendak Dia pulalah
kemaksiatan itu tertutupi jua.” (Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, karya Ibnul
Qayyim)
2. Perhatikanlah bagaimana Rasulullah telah mewanti-wanti kepada kita sekalian lewat
sabda beliau, “Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatilah pada wanita karena fitnah pertama bagi
Bani Isroil adalah karena wanita.” (HR. Muslim) Kini, di era globalisasi, ketika arus informasi
begitu deras mengalir, godaan begitu gampang masuk ke rumah-rumah kita. Cukup dengan
membuka surat kabar dan majalah, atau dengan mengklik tombol remote control, godaan pun
hadir di tengah-tengah kita tanpa permisi, menampilkan wanita-wanita yang berpakaian tapi
telanjang, berlenggak-lenggok memamerkan aurat yang semestinya dijaga.
Lalu, sebagian muslimah ikut-ikutan terbawa oleh propaganda gaya hidup seperti ini.
Pakaian kehormatan dilepas, diganti dengan pakaian-pakaian ketat yang membentuk lekuk
tubuh, tanpa merasa risih. Godaan pun semakin kencang menerpa, dan pergaulan bebas menjadi
hal biasa. Maka, kita perlu merenungkan dua bait syair yang diucapkan oleh Sufyan Ats-Tsauri:
“Kelezatan-kelezatan yang didapati seseorang dari yang haram, toh akan hilang juga, yang
tinggal hanyalah aib dan kehinaan, segala kejahatan akan meninggalkan bekas-bekas buruk,
sungguh tak ada kebaikan dalam kelezatan yang berakhir dengan siksaan dalam neraka.”
Seorang ulama yang masyhur, Ibnul Qayyim pun memberikan nasihat yang sangat
berharga: “AllahSubhanahu wa ta‟ala telah menjadikan mata itu sebagai cerminan hati. Apabila
seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu
meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga akan liar
mengumbar syahwat…”
Wallahul Musta‟an.
by : Abu Harun Aminuddin