Bab 4 membahas aliran-aliran pendidikan klasik dan modern serta pengaruhnya di Indonesia, termasuk gerakan baru seperti pengajaran alam sekitar, pusat perhatian, sekolah kerja, dan proyek. Berbagai aliran ini mempengaruhi perkembangan sistem pendidikan di Indonesia.
2. Dalam BAB ini akan kita bahas tentang
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan
pendidikan yang disebut Aliran Pendidikan, yaitu :
A. Aliran pendidikan, yang terbagi kedalam 2 bagian
• Aliran Klasik
• Aliran Modern
B. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya
terhadap Pelaksanaan di Indonesia
C. Lembaga-lembaga pendidikan yang berjiwa
nasional di Indonsia sebelum kemerdekaan.
3. A. Aliran Pendidikan
1. Aliran Klasik
Ada beberapa pendapat berbeda tentang
aliran klasik, oleh sebab itu aliran klasik pun
terbagi atas empat aliran yaitu :
Aliran Empirisme
Aliran Nativisme
Aliran Naturalisme
Aliran Konvergensi
5. Menurut konsepsi empirisme ini pendidikan adalah
maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa
yang diinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak
hatinya, seperti ahli patung yang memahat patung dari
kayu, batu atau bahan lainnya menurut sesuka hatinya.
Contoh : Anak kembar yang dipisahkan oleh orang tuanya
sejk kecil pada lingkungan keluarga yang
berbeda.
Oleh karena itu aliran ini dinamakan aliran “optimis”
dalam pendidikan.
6.
7. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari bahasa Latin, asal katanya
“natives” berarti terlahir. Aliran ini dipelopori oleh
Sckophenhauer seorang filosof kebangsaan
Jermanyang hidup dalam tahun 1788-1880. Dia
berpendapat “Pendidikan ialah membiarkan
seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya.
Seseorang akan berkembang berdasarkan apa yang
dibawaannya dari lahir. Pembawaan itu ada yang
baikdan ada yang buruk, oleh karena itu manusia
akan berkembang dengan pembawaan baik maupun
pembawaan yang buruk yang dibawanya dari lahir.
8. Bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada
artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan, dan
pendidikan tidak bepengaruh sama sekali
terhadap perkembangan seseorang.
10. Aliran Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa inggris asal
katanya “convergency” artinya pertemuan pada satu
titik. Aliran ini dipelopori oleh William Stern seorang
ahli pendidikan bangsa Jerman dalam tahun 1871-
1937.
Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan
dua aliran yang berlainan antara nativisme dan
empirisme. Dengan kata lain pembawaan dan
lingkungan mempengaruhi perkembangan
seseorang.
11. William Stern berpendapat bahwa hasil
pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan
lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju ke
satu titik pertemuan digambarkan sebagau berikut
:
Pembawaan
Hasil pendidikan
Lingkungan
12. Jadi menurut teori kKonvergensi :
a. Pendidikan mungkin dilaksanakan
b. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan
yang diberikan lingkungan pada anak didik
untuk mengembangkan potensi yang baik dan
mencegah berkembangnya potensi yang
buruk
c. Yang membatasi hasil pendidikan adalah
pembawaan dan lingkungan.
13. Pengaruh Aliran Klasik terhadap pemikiran
dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Aliran pendidikan klasik mulai dikenal melalui
upaya pendidikan, utamanya persekolahan dari
penguasa penjajah Belanda dan disusul oleh orang
Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada
masa penjajah.
Raka Joni (1983 : 29) Sulo Lipu La Sulo, 1984
Hubungan pendidik dan peserta didik seyogyanya
adalah hubungan yang setara antara dua pribadi,
meskipun yang satu lebih berkembang dari yang
lain.
14. Hubungan kesetaraan dalam interaksi edukatif tersebut
seyogyanya diarahkan menjadi suatu hubungan yang
transaksional, suatu hubungan antar pribadi yang memberi
peluang baik peserta didik yang belajar, maupun pendidikan
yang ikut yang belajar ( colearner ). Cita-cita pendidikan
seumur hidup diwujudkan melalui belajar seumur hidup.
Hubungan tersebut sesuai dengan azas Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri
Handayani, serta pendekatan cara belajar siswa aktif
(CBSA) dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam UU-RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
peran peserta didik dalam pengembangan bakat, minat dan
kemampuannya itu telah diakui dan dilindungi.
15. B. Gerakan baru Pendidikan dan pengaruhnya
terhadap pelaksanaan di Indonesia.
Beberapa dari gerakan baru tersebut
memusatkan diri pada perbaikan dan
peningkatan kualitas kegiatan belajar-belajar
pada sistem persekolahan, seperti : pengajaran
alam sekitar, pengajaran pusat perhatian,
sekolah kerja, pengajaran proyek dan
sebagainya ( Suparlan, 1984 dan Soejono,
1959).
18. d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada
anak bahan apersepsi intelektual yang kokoh
dan tidak verbalitas. Yang dimaksud dengan
apersepsi intelektual ialah segala sesuatu
yang baru dan masuk dalam intelek
anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan
kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki
anak.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan
apersepsi emosional, karena alam sekitar
mempunyai ikatan emosional dengan anak.
Sedangkan
19. Sedangkan J. Linghthart mengemukakan
pegangan dalam het Volleleven (kehidupan
senyatanya). Sebagai berikut :
Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu
sebelum mendengar namanya, tidak kebalikannya,
sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian
tentang barang itu.
Pengajaran sesungguhnya itu harus mendasaru
pengajaran selanjutnya, atau mata pelajaran yang
lain harus dipusatkan atas itu.
Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup
senyatanya kesemua jurusan agar murid paham
akan hubungan antara bermacam-macam lapangan
dalam hidupnya (pengajaran alam sekitar).
20. Langkah-langkah Pokok Pengajaran Alam Sekitar
a. Menetapkan tujuan, yang harus diperhatikan
ialah kemampuan dan tingkat perkembangan
anak.
b. Persiapan perlu dilakukan, baik persiapan guru
maupun murid.
c. Jika langkah persiapan telah ditangani dengan
baik, pelaksanaan pengamatan biasanya dapat
berjalan dengan lancar.
d. Langkah pengolahan tidak harus dilakukan
diluar proses kegiatan pengamatan itu sendiri.
21.
22. Perkembangan Pengajaran Alam Sekitar
Salah seorang tokoh alam sekitar ialah
J.Linghthart (1859-1916) seoarang ahli
pendidikan bangsa Belanda. Pengajaran alam
sekitar ini dinamakan “pengajaran barang
sesungguhnya”. J. Linghthart menekankan
bahwa didalam pelaksanaan pengajaran yang
amat penting ialah suasananya, yaitu ketulus-
ikhlasan, kasih sayang, persaudaraan dan
kepercayaan.
23. 2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajran pusat perhatian dirintis oleh
Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia.
Dengan pengajaran melalui pusat minat (Cetres
d’interest).
Pendidikan menurut Decorly berdasarkan pada
semboyan : Ecole pour la vie, par la vie (sekolah
untuk hidup dan oleh hidup). Oleh karena itu anak
harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri
(tentang hasrat dan cita-cita) dan pengetahuan
tentang dunianya (lingkungnnya, tempat hidup dihari
depannya).
Menurut Decroly dunia ini terdiri dari alam dan
kebudayaan.
24. Dari penelitian secara tekun, Decroly
menyumbangkan dua pendapat yang sangat
berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang
merupakan dua hal yang khas dari Decroly :
a. Metode Global (keseluruhan).
Dari hasil yang di dapat dari observasi
dan tes, dapatlah ia menetapkan bahwa
anak-anak mengamati dan mengingat secara
global (keseluruhan). Jadi ini berdasar atas
prinsip psikologi Gestal. Metode ini bersifat
ideo visual sebab arti suatu kata yang di
ajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda
(tulisan),atau gambar yang dapat dilihat.
25.
26. Sedangkan minat terhadap masyarakat
(biososial) ialah :
a. Dorongan sibuk bermain-main
b. Dorongan meniru orang
Dorongan-dorongan inilah yang
digunakan sebagai pusat minat. Sedangkan
pendidikan dan pengajaran harus selalu
dihubungkan dengan pusat-pusat minat
tersebut.
27. Azas-azas pusat perhatian
Azas-azas tertentu yang tampaknya lebih
menonjol dalam kaitannya dengan pengajaran
pusat perhatian, yaitu :
a. Pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan
anak dalam hidup dan perkembangannya.
b. Setiap bahan pengajaran harus merupakan
suatu keseluruhan (totalitas) tidak
mementingkan bagian tetapi mementingkan
keberartian dari keseluruhan katan bagian
itu.
28.
29. Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai
kulminasi dari pandangan-pandangan yang
mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J.A Comenius (1592-1670) menekankan
agar pendidikan mengembangkan : pikiran, ingatan,
bahasa dan tangan (keterampilan kerja tangan).
J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan
bermacam-macam mata pelajaran pertukangan di
sekolahnya. Namun yang sering di pandng sebagai
Bapak sekolah kerja adalah G. Kereschensteiner
(1854-1932) dengan Arbeitesschule (sekolah kerja )
di Jerman.
31. Tujuan Sekolah Kerja
Menurut G. Kereschensteriner, tujuan
Sekolah Kerja adalah :
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu
pengetahuan yang didapat dari buku atau
orang lain, dan yang dapat dari pengalaman
sendiri.
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan
kemahiran tertentu.
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai
persiapan jabatan dalam mengabdi pada
negara.
32. Kereschensteiner berpendapat bahwa kewajiban
utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak
untuk dapat bekerja.
Karena banyaknya macam pekerjaan yang
menjadi pusat pelajaran, maka dibagi menjadi tiga
golongan besar.
a. Sekolah-sekolah perindustrian (tukang cukur,
tukang cetak, tukang kayu, tukang daging,
masinis, dll).
b. Sekolah Perdagangan (makanan, pakaian, bank,
asuransi, dll)
c. Sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para
calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan
warga negara yang baik.
33. Pengikut G.Kereschensteiner antara lain :
Leo de Paeue, seorang Dirjen pengajaran
normal di Belgia, yang mendirikan sekolah kerja
di negaranya. Ia membuka lima sekolah kerja
yaitu :
1. Sekolah teknik kerajinan
2. Sekolah dagang
3. Sekolah pertanian bagi anak laki-laki
4. Sekolah rumah tangga kota
5. Sekolah rumah tangga desa.
34. Peranan sekolah kejuruan pada tingkat menengah
merupakan tulang punggung penyiapan tenaga
terampil yang diperlukan oleh negara-negara yang
sedang membangun seperti Indonesia.
Dalam rangka wajib belajar 9 tahun di Indonesia,
akan dikembangkan pula paket program yang
memberi peluang lulusannya untuk memasuki
lapangan kerja, dengan tidak mengabaikan
pendidikan umum yang akan melanjutkan ke SLTA.
Pengaruh terbesar gagasan ini adalah pada jalur
pendidikan luar sekolah (seperti kursus, balai latihan
kerja dan sebagainya).
35. Dasar-dasar Sekolah Kerja
a. Di dalam sekolah kerja anak aktif berbuat,
mengamati sendiri, mencari jalan sendiri,
memikirkan dan memecahkan sendiri setiap
persoalan yang dihadapi.
b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran
ialah anak, bukan guru, metode ataupun
bahan pelajaran.
c. Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi
yang berani berdiri sendiri dan bertanggung
jawab sebagai anggota masyarakat yang
baik.
36.
37. Macam-macam seklah kerja
a. Sekolah kerja sosiologis di gerakan oleh
G.Kereschensteiner (1854-1932), bangsa
Jerman. Tokoh ini lebih cenderung pada
aliran pendidikan sosial ektsrim yang
berpendapat bahwa masyarakatlah yang
primer. Tugas pendidikan adalah memimpin
anakmenjadi warga negara yang baik.
Penekanan khusus ini menyebabkan sekolah
Kereschensteiner ini diberi sifat sebagai
pendidikan kewarganegaraan.
38. b. Sekolah kerja yang didasarkan atas konsepsi
O.Deckroly dinamakan sekolah kerja psikologis
karena menekankan perkembangan anak didik.
Bahan pelajaran ditentukan berdasarkan pusat
perhatian anak.
c. John Dewey mengikuti aliran pendidikan sosial
modern yang menekankan secara seimbang
peranan individu dan masyarakat. Sekolah kerja
yang didasarkan atas konsepsinya itu disebut
sekolah kerja sosiologis-psikologis.
d. Sekolah kerja yang dipelopori oleh H.Gaudig
(1890-1923), bangsa Jerman, lebih menekankan
pengembangan kepribadian anak. Sekolh Gaudig
dinamakan sekolah kerja kepribadian.
40. Langkah-langkah pengajaran proyek
a. Persiapan.
Langkah ini ialah penetapan masalah yang akan
di bahas.
b. Kegiatan belajar.
Kegiatan belajar ini pada dasarnya merupakan
usaha mencari jawaban atas pertanyaan atau
hipotesis yang telah dikemukakan terdahulu.
c. Penilaian.
Bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah
dengan mengadakan pameran.
41. Pengaruh gerakan baru dalam pendidikan
terhadap penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia.
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru
dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Namun dasar pemikirannya tentulah menjangkau
semua segi dari pendidikan, baik aspek
konseptual maupun operasional.
42. C. Lembaga pendidikan yang berjiwa
Nasional sebelum kemerdekaan
Beberapa lembaga pendidikan yang berjiwa
Nasional sebelum kemerdekaan di antaranya :
Perguruan Taman Siswa
Perguruan Muhammadiyah
Ruang INS Kayu Tanam
Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
43. 1. Perguruan Taman Siswa
Perguruan Taman Siswa didirikan pada tanggal 3
Juli tahun 1922 oleh Ki Hajar Dewantara di
Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2
Mei tahun 1889 dengan nama kecil Suwardi
Suryaningrat. Perguruan ini berbentuk yayasan.
Berdirinya sekolah ini karena sekolah yang didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda tidaklah
diperuntukkan bagi kepentingan dan kemajuan
rakyat Indonesia melainkan untuk kepentingan politik
kolonial Belanda meskipun Mr. C. Th. Van Den
Venter mengatakan bahwa Belanda ingin menebus
dosa kepada Rakyat Indonesia (Majelis Luhur
Taman Siswa, 1976).
44. a. Azas Taman Siswa
1. Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri
dengan mengingat tertibnya persatuan dalam
perikehidupan umum.
2. Pendidikan yang diberikan hendaklah dapat
menjadikan manusia yang merdeka batinnya,
fikirannya dan merdeka tenaganya dan
bermanfaat untuk kepentingan bersama.
3. Pendidikan didasarkan atas keadaan dan
budaya Indonesia yang selaras dengan
kodrat kita.
45. 4. Pendidikan harus diberikan kepada seluruh
rakyat tanpa terkecuali
5. Untuk dapat mencapai azas kemerdekaan
maka kita harus bekerja sesuai dengan
kemampuan sendiri tanpa mengharapkan
bantuan orang lain.
6. Karena kita bersandar pada kekuatan sendiri
maka haruslah kita memikul semua beban
belanja dengan uang sendiri.
7. Pendidik hendaknya mendidik anak dengan
dengan sepenuh hati, tulus dan ikhlas tidak
meminta sesuatu hak tetapi menyerahkan diri
untuk berhamba kepada sang anak.
46. b. Dasar Taman Siswa (1947)
Pada tahun 1947 azas Taman Siswa
disesuaikan dengan kondisi bangsa yang telah
merdeka, sehingga kata-kata “azas” di ganti
dengan kata “dasar”. Dasar ini disebut dengan
“Panca Darma” yang terdiri dari :
1. Kebudayaan
2. Kemerdekaan
3. Kodrat Alam
4. Kemanusiaan
5. Kebangsaan
47. c. Tujuan Perguruan Taman Siswa
Tujuan Pendidikan Taman Siswa adalah
menciptakan manusia merdeka lahir dan batin
(Majlis Luhur Taman Siswa, 1976) yakni manusia
yang mampu untuk senantiasa membudayakan
diriya demi kebahagiaan dan kedamaian
kesejahteraan masyarakat secara adil dan
merata (masyarakat harmonis) dengan kata lain
manusia merdeka lahir dan batin adalah manusia
yang mampu untuk senantiasa mewujudkan
kemanusiaannya.
48. d. Semboyan Taman Siswa
1. Suci Tata Ngesti Tunggal, artinya dengan
kesucian batin teraturnya hidup lahiriyah kita
mengejar kesempurnaan.
2. Bibit, bebet, bobot : menganjurkan pemilihan
yang seksama dalam menentukan calon anak
menantu, anak menyehatkan keturunan.
3. Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun
karso, Tut wuri handayani.
49. 4. Lebih baik mati terhormat dari pada hidup
nista, artinya tingkah laku dan budi luhur
harus ditumbuhkan.
5. Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung,
artinya segala sesuatu yang merintangi akan
hancur jika mempunyai kemauan yang teguh.
6. Neng-Ning-Nung-Nang, artinya menimbulkan
fikiran jernih yang menuju kepuasan batin dan
membawa kemenangan.
50. e. Jenis-jenis Pendidikan Taman Siswa
1. Taman Indriya ( Taman kanak-kanak, umur
sekitar 5 tahun).
2. Taman anak ( Kelas I - III SD, umur 8 – 10
tahun.
3. Taman Muda (Kelas IV – VI SD, umur 11 – 14
tahun).
4. Taman Dewasa (SLTP, umur 15 – 18 tahun)
5. Taman Dewasa Raya/ Taman Madya (SLTA,
umur
19 – 21 tahun)
6. Taman Guru (B1, B2,B3 dan Taman Guru
51. f. Hasil-hasil yang dicapai Taman Siswa
Perguruan Taman Siswa sejak didirikan
sampai sekarang telah mencapai berbagai hal
diantaranya :
1. Gagasan/ pemikiran tentang pendidikan
nsional (kebangsaan)
2. Lembaga-lembaga pendidikan dari Taman
Indriya sampai Sarjana Wiyata
3. Sejumlah alumni perguruan yang telah
menjadi tokoh nasional seperti, Ki Hajar
Dewantara, Ki Mangunsarkoro dan Ki
Suratman.
52. 2. Perguruan Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18
November 1912 bertepatan dengan tanggal 8
dzulhijjah 1330Hijriyah di Yogyakarta. Pendirinya
adalah Kiyai Haji Achmad Dachlan.
Muhammadiyah merupakan gerakan Islm Amar
ma’ruf nahi mungkar, beraqidah Islam dan
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah serta
bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama islam sehingga tercipta
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang
di ridhai Allah.
54. Oleh sebab itu maka umat islam melakukan
kegiatan-kegiatan yang mencakup :
1. Membersihkan Islam dari pengaruh-pengaruh
dan kebiasaan-kebiasaan bukan Islam
2. Memformulasikan kembali doktrin Islam
menurut alam fikiran modern
3. Reformasi ajaran dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan
serangan dari luar
5. Melepaskan Indonesia dari belenggu
penjajahan
(Rusli Karim, 1985)
55. B. Azas Pendidikan Muhammadiyah
Azas Pendidikan Muhmmadiyah adalah Islam
dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah
C. Tujuan Dan Target Pendidikan Muhammadiyah
Tujuan pendidikan Muhammadiyah ialah
membentuk manusia muslim, berakhlak mulia,
cakap, percaya kepada diri sendiri dan berguna
untuk masyarakat dan negara.
56. D. Cita-cita Pendidikan
Cita-cita pendidikan Muhammadiyah meliputi
tiga aspek, sebagai berikut :
1. Baik budi, alim dan beragama
2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia
(ilmu-ilmu umum)
3. Bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakatnya
Aspek tersebut sangan relevan dengan
keinginan untuk mencerdaskan umat islam.
57. 3. Aktivitas
e. Dasar Pendidikan Muhammadiyah
1. Tajdid 4. Kreativitas
2. Kemasyarakatan 5. Optimisme
3. Aktivitas
f. Pendidikan
Muhammadiyah
1. Alat dakwah
2. Tempat Pembibitan kader
3. Gerakan amal anggota
58. 1. Gagasan/ pemikiran tentang pembaharuan
pendidikan
2. Lembaga-lembaga pendidikan dari TK sampai
Pasca Sarjana
3. Sejumlah alumni perguruan yang telah
menjadi tokoh nasional seperti Kasman,
Singodimedjo, Panglima Jendral Sudirman.
59. 3. Ruang INS Kayu Tanam
Pendiri INS (Indonesians Nederlandsche
School0 adalah Muhammad pada tanggal 31
Oktober 1926 di Kayu Tanam. Beliau dilahirkan
di Mantan, Kalimantan Barat tahun 1893. Awal
nya INS di pimpin oleh Bapak angkatnya Marah
Sutan kemudian oleh Muhammad Syafei sendiri.
Pada saat itu muhammad syafei adalah satu-
satu nya guru di sekolah tersebut.
61. 5. Ia di serahi tugas memimpin INS pada tanggal 31
Oktober 1926, hingga akhirnya sekolah
tersebut diserahkan seluruhnya pada Beliau.
6. Muhammad Syafei berpedoman pada prinsip
berdiri sendiri.
7. Pada tahun 1946 ia diangkat menjadi Menteri PP
dan K dalam Kabinet Syahrir yang kedua,
kemudian ia menjadi Anggota Dewan
Pertimbangan Agung.
8. Pada tahun 1950 Muhammad Syafei menjadi
anggota parlemen. Ia meninggal di Padang dalam
usia 73 tahun.
(Navis, 1996; Ahmadi, 1987)
62. b. Azas Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
1. Berfikir logis dan rasional
2. Keaktifan atau kegiatan
3. Pendidikan masyarakat
4. Memperhatikan pembawaan anak
5. Menantang Intelektual
63.
64. d. Usaha-usaha Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam
1. Pada zaman Belanda INS menyelenggarakan
berbagai ruang pendidikan seperti : ruang
rendah (7 tahun, setara dengan SD), Ruang
antara (1 tahun), ruang Dewasa ( 4 tahun,
setara Sekolah Menengah), Ruang
Masyarakat (1 tahun).
2. Pada zaman kemerdekaan atas izin
pemerintah Belanda, INS mendirikan Ruang
pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
(RPPK) DI Padang Panjang.
65. 3. Tahun 1952, ia mendirikan percetakan dan
penerbitan yang diberi nama “sridharma” dan
menebitkan majalah bulanan bernama
“Sendi” dan buku bacaan yang dikenal
dengan “Kunci 13”.
4. Tahun 1953 ia mendirikan program khusus
untuk menjadi guru yaitu tambahan satu
tahun setelah ruang dewasa untuk
pembekalan kemampuan mengajar dan
praktek mengajar.
5. Mencetak buku-buku pelajaran
Semua usaha tersebut dilakukan atas dasar
mandiri.
66. 4. Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang
Perguruan ini didirikan pada tanggal 1
November 1923 di Padang Panjang oleh
Rahmah El Yunusiah dengan panggilan “Etek
Amah”. Rahmah di lahirkan tanggal 29
Desember 1900 bertepatan dengan 1 Rajab
1318 Hijriah. Ibunya bernama Rafiah sedangkan
ayahnya bernama Syekh Muhammad Yunus.
67. a. Latar belakang berdirinya Diniyah Putri
Rahmah El Yunusiah mendirikan Diniyah Putri di latar
belakangi oleh rasa ketidakpuasan terhadap Diniyah School
yang didirikan pada tahun 1915 oleh kakak kandungnya
Zainuddin Labay. Rahmah juga tidak puas dengan kondisi
pemahaman agama yang di monopoli oleh kelompok laki-
laki saja pada hal menurut Rahmah pemahaman agama
tidak hanya untuk kaum laki-laki tapi juga kewajiban kaum
wanita untuk bersungguh-sungguh melakukan kajian
tersebut yang bakal melahirkan ahli agama di kalangan
wanita.
68. a. Tujuan Pendidikan Diniah Putri
Pendidikan Diniyah Putri bertujuan
melaksanakan pendidikan dan pengajaran
berdasarkan Islam dengan tujuan membentuk
putri yang berjiwa Islam dan ibu pendidikan yang
cakap, aktif, serta bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas
dasar pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
69. c. Dasar Pendidikan Diniyah Putri
Pendidikan Diniyah Putri didasarkan pada
ajaran Islam dengan berpedoman pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Itu berarti segala kegiatan
pendidikan yang ada dalam lingkungan
perguruan ini seluruhnya didasarkan atas hikmah
ajaran Islam yang pokok-pokoknya telah
termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
70. d. Cara mencapai Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang telah dirumuskan di
wujudkan melalui program pendidikan sebagai
berikut :
1. Program pendidikan umum (general eduction)
untuk mengembangkan kemampuan dan sikap
ilmiah pada diri peserta didik.
2. Program pendidikan yang bertujuan agar anak
didik memiliki cabang ilmu pengetahuan bidang
keahlian agama Islam
3. Program pendidikan yang mengarahkan mereka
pada tujuan untuk menjadi ibu pendidik yang
baik.
4. Program pendidikan keterampilan.
71. e. Progrm pendidikan asrama
Asrama sebagai wahana membina para santri
mempunyai program melatih anak didik untuk
hidup bermasyarakat, memimpin, serta dipimpin
dan mempraktekkan semua ilmu yang diperoleh
pada pagi hari.
f. Sikap perguruan terhadap pemerintah Hindia-
Belanda
Beliau tidak mmau dibujuk bahkan kompromi
dengan pemerintah Belanda, sehingga tawaran
untuk menjadikan sekolah tersebut menjadi
negeri di tolak.
72. g. Jenis Penidikan
1. Sekolah menyesal, sekolah ini pertama
didirikan dengan murid 71 orang. Dinamakan
Sekolah Menyesal karena ada nya
ketertinggalan kaum wanita dalam hal
pendidikan. Murid-murid sekolah ini terdiri dari
ibu-ibu dan remaja putri.
2. Sekolah taman kanak-kanak
3. Sekolah Diniyah Putri Rendah (7 tahun setara
SD)
4. Sekolah Diniyah Putri bagian A, yang diterima
adalah anak-anak yang belum tamat
SD, lama belajar 5 tahun, sederajat
73.
74. 1. Taman Kanak-kanak Rahmah El Yunusiyah
2. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
3. Sekolah Diniyah Putri Menengah Pertama
(DMP)
4. Kuliyatul Mu’alimat El Islamiyah (KMI)
5. Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Islam
(PGTKI)
6. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)