Makalah ini membahas kearifan lokal atau local genius nenek moyang Indonesia. Terdapat dua bentuk local genius, yaitu sebelum dan setelah pengaruh asing. Local genius sebelumnya meliputi kemampuan bersawah, pelayaran, wayang, gamelan, batik, logam, dan astronomi. Setelah pengaruh India dan Islam, terjadi akulturasi seperti wayang Ramayana, arsitektur candi dan masjid, serta agama kejawen. Makalah ini juga menyarankan
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
LokalGenius
1. PEMBAHASAN
Pembahasan di dalam makalah ini menguraikan tentang kebudayaan local
genius atau kearifan lokal nenek moyang Indonesia. Paparan lebih lanjut sebagai
berikut.
A. Elemen-Elemen Local Genius di Indonesia
Local Genius atau kearifan lokal adalah suatu pendangan hidup dan
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
memenuhi kebutuhan mereka (Permana, 2010:2).
Local Genius yang dimiliki nenek moyang Indonesia didapatkan dari
pengalaman-pengalaman dan lingkungan mereka. Mereka berusaha beradaptasi
dan memeecahkan segala masalah yang ada di lingkungan sekitar dan akhirnya
dapat menghasilkan suatu kecakapan dan kecerdasan dalam membuat produk
kebudayaan. Elemen-elemen yang memengaruhi lahirnya local genius oleh nenek
moyang Indonesia ialah sebagai berikut.
1. Elemen Manusia Beserta Pola Pikirnya
Manusia dengan pola pikirannya yang sedemikian rupa membangun
pengetahuannya. Melalui proses yang cukup panjang dan rumit. Selanjutnya
pengetahuan tersebut akan menjadi ekspresi manusia dalam mengembangkan
peradaban komunitasnya, termasuk di dalamnya bangunan-bangunan untuk
mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut.
2. Elemen Alam Beserta Iklimnya
Lingkungan yang menjadi tempat bagi munculnya arsitektur adalah alam
dan iklim. Alam Indonesia sebagai elemen pendorong terbentuknya kearifan-kearifan
lokal di Indonesia dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa kondisi,
yaitu sebagai berikut.
a. Geografi
Indonesia adalah negara yang mempunyai samudera yang sangat
luas, sehingga nenek moyang kita berusaha menaklukan laut dengan cara
membuat kapal atau perahu untuk bisa mengarungi laut serta
2. memanfaatkan laut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembuatan
kapal atau perahu sejak abad V.
b. Kelembaban
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan
kelembabannya juga tinggi sehingga orang Indonesia menggunakan
pakaian yang minimalis, sedangkan pada bangunan yaitu terdapat serambi
atau beranda di depan rumah.
c. Pergerakan Angin
Orang Indonesia membuat bangunan yang arah bubungan atap
melawan arah pergerakan angin. Kebiasaan mereka dalam memanfaatkan
angin untuk menggerakkan perahu layar menimbulkan pengetahuan bagi
mereka dalam memanfaatkan pergerakan angin sebagai pendingin ruangan
bangunan mereka.
d. Musim Kemarau dan Penghujan
Kebanyakan bangunan tradisional Indonesia bersifat terbuka, yaitu
memiliki serambi dan menggunakan kolong. Serambi digunakan untuk
tempat duduk-duduk apabila sedang musim kemarau dan serambi
digunakan apabila ada banjir, jadi air tidak akan bisa masuk ke rumah
penduduk.
e. Rawan Gempa
Bangunan tradisional di Indonesia didominasi oleh penggunaan
material organik seperti kayu, bamboo, rotan, alang-alang dan rumbia.
Pengetahuan masyarakat bahwa bahan-bahan ini akan mengalami
kelapukan menimbulkan solusi penggantian bahan yang tercermin dalam
teknik pembangunannya, misalnya menggunakan teknik konstruksi ikat
dan teknik konstruksi pasak, hal ini dimaksudkan agar memudahkan
mengganti bahan bangunan yang telah lapuk tanpa perlu merobohkan
bangunan keseluruhan. Keuntungan lainnya adalah bangunannya lebih
tahan gempa. Pondasi rumah banyak yang ditanam ketanah sehingga
bangunan masih dapat bergoyang-goyang mengikuti goyangan gempa.
3. B. Bentuk-Bentuk Local Genius Di Indonesia
Local Genius atau kearifan lokal nenek moyang Indonesia memiliki 2
bentuk, yaitu Local Genius sebelum Indonesia mendapat pengaruh asing
(pengaruh kebudayaan India dan Islam) dan Local Genius setelah mendapat
pengaruh asing.
1. Local Genius Sebelum Mendapat Pengaruh Asing
Posisi ini terjadi ketika Local Genius atau kearifan lokal tersebut mampu
menjalankan fungsinya dalam masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai
pranata sosial. Menurut Dr. J. L. Brandes, nenek moyang Indonesia telah memiliki
10 unsur budaya asli Indonesia yang merupakan hasil dari kecakapan dari
pengalamannya. 10 unsur budaya tersebut ialah sebagai berikut.
a. Kepandaian Bersawah
Awalnya sistem yang dikenal adalah sistem berladang kemudian
berkembang ke sistem tegalan dan sistem bersawah. Pada masa purba, teknik
pembukaan ladang dikenal dengan teknik slash and burn ( tebang dan bakar).
b. Kemampuan dalam Pelayaran
Bukti yang mendukung hal ini adalah adanya relief kapal pada candi
Borobudur, yang menunjukkan kegiatan berlayar dengan menggunakan
perahu jenis cadik (bersayap).
c. Mengenal Prinsip Dasar Pertunjukan Wayang
Bermula dari kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Dimainkan pada
malam hari oleh Dalang menggunakan boneka sebagai penjelamaan roh nenek
moyang. Biasanya berisi petuah, nasihat kepada penonton.
d. Kemampuan dalam Seni Gamelan
Digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang dan juga mengiringi
pelaksanaan upacara. Alat yang dipakai misalnya bonang, kempul, saron,
gendang, gendher, dan lain-lain.
e. Kepandaian Membatik
Berupa kepandaian menghias kain dengan menggunakan canthing. Motif
biasanya menggambarkan alam sekitar.
f. Mengerjakan Barang dari Logam
Ada dua teknik yang digunakan dalam membuat barang dari logam, yaitu:
4. 1) Bivalve, memakai cetakan dari tanah liat yang dibakar.
2) A Cire Perdue, memakai cetakan dari lilin.
g. Menggunakan Aturan Metrik.
h. Menggunakan Alat Tukar Uang Logam.
i. Mengenal Sistem Perbintangan (Astronomi)
Biasanya digunakan dalam kegiatan pelayaran (terutama malam hari) dan
juga untuk kegiatan pertanaian (penentuan saat cocok tanam dan panen).
j. Telah Terbentuknya Susunan Masyarakat yang Teratur.
Dintandai munculnya masyarakat suku-suku yang dipimpin oleh seorang
kepala suku (primus interpares).
2. Local Genius Setelah Mendapat Pengaruh Asing
Saat kebudayaan asing masuk ke Indonesia, nenek moyang Indonesia tidak
sertamerta menolak atau menerima semua unsur kebudayaan asing yang masuk.
Dalam posisi ini, nenek moyang Indonesia menggunakan local genius-nya untuk
menyaring, mengubah, dan akhirnya menciptakan sebuah karya baru hasil dari
pengambilan unsur-unsur kebudayaan asing yang sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia dipadukan dengan kebudayaan asli Indonesia atau biasa disebut
sebagai akulturasi kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat (2009:202), bahwa
Akuturasi adalah proses sosial yang yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Sachari (2007:32), menyatakan bahwa
“.... terjadi proses akulturasi dengan kebudayaan asing –terutama India-sehingga
kebudayaan yang masuk bersamaan dengan sistem kepercayaannya,
mendorong proses transformasi yang memiliki kekuatan ganda untuk segera
menyesuaikan diri dengan kebudayaan lokal. Hal ini terbukti dari
perkembangan Sriwijaya sebagai suatu kerajaan maritim dan pusat agama
Budha Mahayana yang dapat tumbuh dengan pesat. Demikian pula candi
Borobudur yang telah dianggap monumen kehadiran agama Budha Mahayana
dari Syailendra pada abad ke-8, kemudian candi Prambanan sebagai monumen
Hindu-Siwa pada abad ke-8. Semua itu menunjukkan sikap budaya lokal yang
luwes menerima kehadiran kebudayaan lain. Proses transformasi budaya di
dua kawasan tersebut menunjukkan bahwa proses perubahan bukanlah suatu
proses “Indianisasi” melainkan proses penyerapan budaya asing menjadi
bagian dari kebudayaan Indonesia”.
5. Selain bentuk akulturasi yang dicontohkan oleh Sachari, ada beberapa contoh
lagi seperti berikut ini.
a. Akulturasi wayang asli Indonesia dan cerita Ramayana atau Mahabharata
dari India.
b. Akulturasi dalam bidang arsitektur, contoh candi dan masjid di Indonesia
memakai gaya punden berundak di bagian atapnya.
c. Akuturasi dalam bidang religi, seperti akulturasi antara Animisme,
agama Hindu dan agama Islam yang akhirnya menghasilkan Islam
Kejawen, dan sebagainya.
C. Aplikasi Local Genius Pada Zaman Modern Di Indonesia
Di era globalisasi, kebudayaan asli Indonesia mulai luntur dan digantikan
oleh kebudayaan asing yang sebenarnya tidak cocok dengan kepribadian bangsa
Indonesia. Masalah terjangan kebudayaan asing yang semakin hari semakin tidak
terkendali ini, merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Untuk itu,
perlunya solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini dengan meniru
kecakapan nenek moyang bangsa Indonesia dahulu dengan local genius-nya.
Menurut I. Wayan Geriya dalam Woga (2009:173) menyatakan bahwa
peranan kearifan lokal sebagai tameng untuk menghadapi gempuran globalisasi
walaupun sudah terbukti secara historis bahwa warisan budaya religius lokal
mempunyai potensi besar sebagai “pengokoh jati diri, penjaga keseimbangan dan
harmoni, konservasi sumber daya dan perlindungan hak-hak lokal.”