2. Pengertian dan tujuan
Dosis Ekivalen Efektif
Filosofi Keselamatan Radiasi
dan ALARA
Ketentuan Umum Proteksi
Radiasi
Nilai Batas Masukan dan
Tahunan Batas Turunan
Manjemen Keselamatan
Pemanfaatan Tenaga Nuklir
Pertahanan Berlapis
Landasan Teknis Umum
Prinsip Dasar Keselamatan
Evaluasi Pelaksanaan Kegian
dam Pencatatan
Kegiatan Pokok dan Rincian
Kegiatan
Tanggung Jawab
Sistem Pembatasan Dosis
KESIMPULAN
KESELAMATAN RADIASI
CLICK ME!
HOME
3. Pengertian
Keselamatan Radiasi / Proteksi Radiasi / Fisika Kesehatan adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik
kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan
kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan
diperolehnya “akibat negatif” dari radiasi pengion, sementara kegiatan
yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap
dilakukan.
Akibat negatif yang dimaksud tersebut disebut Somatik apabila diderita
oleh orang yang terkena radiasi dan disebut akibat genetik apabila
dialami oleh keturunannya.
Akibat negatif juga dapat menimbulkan :
Efek Stokastik : akibat dimana kemungkinan terjadinya efek
tersebut merupakan fungsi dan dosis radiasi yang diterima oleh
seseorang tanpa suatu nilai ambang.
4. Efek Non Stokastik : akibat dimana tingkat keparahan dari
akibat radiasi ini tergantung pada dosis radiasi yang diterima
dan oleh karena itu diperlukan nilai ambang.
Tujuan
Khusus :
Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan
membatasi peluang terjadinya efek stokastik.
Umum :
Tercapainya keselamatan petugas, pasien dan masyarakat sekitar
dari bahaya radiasi
Terlaksananya pemantauan kesehatan bagi petugas radiasi
Terlaksananya penggunaan APD bagi petugas dan pasien
Terlaksananya pemantauan dosis radiasi hambur yang diterima oleh
petugas
5. Filosofi Keselamatan Radiasi dan ALARA
Dalam menentukan untung-rugi atau risiko manfaat dari kegiatan yang menggunakan
sumber radiasi perlu ditetapkan suatu sistem pembatasan dosis berdasarkan pada :
Setiap pemakaian zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hanya
didasarkan pada azas manfaat dan harus lebih dahulu memperoleh persetuuan
BAPETEN
Semua penyinaran harus diusahakan serendah – rendahnya (ALARA) dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan social
Dosis ekivalen yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui NBD yang
telah ditetapkan.
Dalam menerapkan sistem pembatasan dosis ini maka rekomendasi yang
dikeluarkan Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (ICRP) dibuat sedemikian
rupa sehingga efek non stokastik dapat dihindari dan untuk memperkecil efek
stokastik (kanker) sampai pada suatu nilai yang dapat diterima.
Risiko kematian yang dapat diterima oleh seorang pekerja dalam 1 tahun adalah
1 dari 10.000 untuk NBD yang berlakun sekarang ini 50mSv/thn
Jika bekerja di industri risiko tesebut besarnya 1 dari 2.000 atau 5 kali besar
risikonya.
6. Nilai tersebut dapat tinggi apabila ALARA tidak diterapkan.
Untuk tujuan standar keselamatan radiasi ICRP membedakan 3
macam kategori penyinaran :
Penyinaran terhadap pekerja radiasi dewasa (di atas 18 tahun),
dibagi lagi penyinaran untuk wanita hamil dan pekerja radiasi
lainnya
Anggota masyarakat terdiri dari anggota masyarakat perorangan
dan keseluruhan masyarakat
Penyinaran medik yaitu memperoleh dosis radiasi dengan sengaja
yang diberikan oleh tenaga medik dan paramedik yang mampu.
Dalam membatasi akibat negatif yang dapat terjadi pada pekerja
radiasi maka dalam SK Kepala BAPETEN No. 01/1999 tentang
Ketentuan Keselamatan Terhadap Radiasi ditetapka NBD sbb:
Untuk menghindari efek non stokastik, ditetapkan NBD :
0.5 Sv (5 rem) untuk semua jaringan kecuali lensa mata sedangkan
untuk lensa mata 0.15 Sv (15 rem)
Untuk membatasi dosis efek stokastik ditetapkan NBD ekivalen
efektif untuk penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv/thn.
7. Dosis Ekivalen Efektif
Karena adanya perbedaan kepekaan di antara jaringan
yang berbeda, terjadi perbedaan faktor perbandingan
antara jaringan tersebut. Perbedaan tersebut sebagai
akibat dari masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh
manusia, dosis ekivalen efektif HE besarnya adlh :
Wt adalah faktor bobot dari jaringan T yang menunjukan
kepekaan dari organ tubuh terhadap efek stokastik. HE
tidak akan > 50 mSv/thn
HE = ∑ Wt Ht
8. Faktor Bobot dan Faktor Risiko Jaringan
terhadap Efek Stokastik
Jaringan Risiko Keterangan Faktor Bobot
Gonad 4.0 x 10-3 Risiko genetik
terhadap 2
generasi pertama
0.25
Payudara 2.5 x 10-3 Rata – rata untuk
semua usia dan
sama untuk pria
dan wanita
0.15
Sumsum Tulang
Belakang
2.0 x 10-3 Leukimia 0.12
Paru-Paru 2.0 x 10-3 Cancer 0.12
Thyroid 5.0 x 10-4 Cancer 0.03
Permukaan Tulang 5.0 x 10-3 Oseteosarcoma 0.03
Selebihnya 5.0 x 10-3 Cancer 0.30
Risiko Total 1.65 x 10-2
9. Dalam SK BAPETEN No. 01/1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap
Radiasi bahwa pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan
pekerja wanita dalam masa menyususi tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi
dengan risiko kontaminasi tinggi.
NBD untuk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv
NBD untuk wanita dalam usia subur 13 mSv
NBD untuk wanita hamil 10 mSv
NBD untuk penyinaran lokal adalah 500 mSv dalam 1 tahun
Pembatasan dosis untuk penyinaran khusus direncanakan.
Penyinaran khusus tersebut tidak boleh diberikan kepada pekerja radiasi
apabila :
Selama 12 bulan sebelumnya pernah menerima dosis lebih besar daripada
NBD seluruh tubuh
Pernah menerima penyinaran akibat keadaan darurat atau kecelakaan
Wanita usia subur
Pembatasan dosis untuk anggota masyarakat
Penyinaran anggota masyaraktat secara keseluruhan
10. NBD dalam satu tahun untuk magang dan siswa yang
harus menggunakan sumber radiasi :
Yang berusia diatas 18 tahun, smaa dengan NBD
untuk pekerja radiasi
Yang berusia antara 16 dan 18 tahun adalah 0.3 dari
NBD untuk pekerja radiasi
Yang berusia dibawah 16 tahun adlah 0.1 dari NBD
untuk masyarakat umum dan tidak boleh menerima
dosis sebesar 0.01 dari NBD masyarakat umum,
dalam sekali penyinaran
11. Nilai Batas Masukan dan Tahunan Batas
Turunan
Ditentukan dengan memperhatikan efek stokastik dan non-stokastik
yaitu tidak melebihi penerimaan dosis ekivalen sebesar 50 mSv dan
dosis yang diterima jaringan lunak dan organ tidak melebihi 500
mSv.
Disamping itu ada pula terdapat nilai Batas Masukan Tahunan
(BMT) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai batas
turunan yaitu kadar radioaktivitas udara di tempat kerja bagi pekerja
radiasi dan batas masukan tahunan melalui saluran pencernaan
makanan.
12. Ketentuan Umum Proteksi Radiasi
Dalam SK Kepala BAPETEN No. 01/1999 tersebut diatur hal – hal sbb :
Pembatasan Penyinaran : dilakukan dengan cara pembagian daerah
kerja, klasifikasi pekerja radiasi, dan pemeriksaan dan pengujian
perlengkapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi.
Daerah Pengawasan (daerah yang memungkinkan seseorang
menerima dosis radiasi < 15 mSv dalam setahun dan bebas
kontaminasi)
Daerah Pengendalian (daerah yang memungkinkan seseorang
menerima dosis radiasi 15 mSv / lebih dalam setahun)
Petugas Proteksi Radiasi : bertanggung jawab atas terlaksananya
tugas – tugas dalam daerah yang memungkinkan seseorang menerima
dosis lebih dari 5 mSv dalam satu tahun dan dalam daerah
kontaminasi.
Ada berbagai hal yang perlu kita lakukan ketika kita menjadi petugas
PPR maupun pekerja radiasi agar keselamatan radiasi boleh tercapai :
13. Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding / tembok ruangan
pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan yang digunakan
oleh pekerja radiasi 100mR/minggu sedangkan di ruangan yang digunakan
selaian pekerja radiasi 10 mR/minggu
Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi yang dikenal dengan Uji
Kesesuaian / kalibrasi
Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Radiasi (APD
Apron, Pelindung Tiroid, Glove Pb, Gogle Pb, Shielding Pb) dengan cara
melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Dan untuk APD yang telah dikalibrasi
diberi sticker yang berisiskan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan (TLD, Pen
Dosimetri, Survey meter)
Memasang tanda – tanda bahaya pada daerah kerja
Melakukan pemantauan kesehatan terhadapa pekerja radiasi. Pemeriksaan
kesehatan meliputi: pemeriksaan kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan
khusus.
14. Manjemen Keselamatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir
Potensi tenaga nulir yang cukup besar tersebut dikembangkan dan dimanfaatkan
bagi sebesar – besarnya kemampuan rakyat.
Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang kesehatan di bagi dalam tiga kelompok
kegiatan , yaitu : kedokteran nuklir, bidang radioterapi, dan radiodiagnostik.
Namun, disamping manfaatnya yang begitu besar tenaga nuklir juga mempunyai
potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan.
Pemanfaatan tenaga nuklir ini harus mendapat penanganan yang lebih cermat
dan teliti agar selalu mengikuti segala ketentuan di bidang keselamatan
Keselamatan nuklir dapat dibagi dua, yaitu:
Keselamatan Instalasi Nuklir
mencegah dan menjamin dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
Keselamatan Radiasi
menjamin penyinaran radiasi didalam instalasi nuklir yang beroperasi dalam
keadaan normal dan setiap pelepasan bahan radioaktif dari instalasi nuklir
dipertahankan serendah yang masih dapat dicapai (ALARA)
15. Prinsip Dasar Keselamatan
Tanggung Jawab Manajemen
Budaya Keselamatan
budaya yang mapan akan mengatur perilaku dan interaksi antar karyawan
dan organisasi yang berkecimpung dalam pemanfaatan tenaga nuklir
Komitmen pada Tingkat Kebijakan
o Pernyataan kebijakan tentang keselamatan
o Struktur Manajemen
o Sumber daya
o Pengaturan Diri
Komitmen pada Tingkat Manajer
o Definisi dan Tanggung Jawab
o Definisi dan Kontrol Praktek Keselamatan
o Penghargaan dan sanksi
16. o Kualifikasi dan training
o Audit, review dan perbandingan
Komitmen Individu
o Sikap ingin tahu
o Pendekatan yang ketat dan bijaksana
o Pendekatan melalui komunikasi
Tanggung Jawab Organisasi Pengoperasian
prinsip utamanya adalah tanggung jawab utama untuk keselamatan
instalasi nuklir terletak pada organisasi pengoperasian (pemegang izin)
Pengaturan dan Penilaian yang Independen
prinsipnya adalah pemerintah membentuk peraturan perundangan
Ketenaganukliran dan menetapkan badan pengawas yang independen
yang bertanggung jawab dalam menyusun peraturan, memberikan izin dan
inspeksi dengan konsekuen peraturan yang relevan
17. Pertahanan Berlapis
Prinsip dasarnya yaitu untuk mengkompensasi kemungkinan
kegagalan manusis dan mesin dipusatkan pada beberapa lapis
proteksi termasuk penghalang ganda untuk mencegah pelepasan
unsur radioaktif ke lingkungan
Pertahanan berlapis yang diterapkan antara lain :
Pencegahan dari keadaan normal (desain dan dibangun &
dioperasikan yang tepat)
Mendeteksi dan meniadakan deviasi dari keadaan normal
(antisipasi dari kecelakaan yang dipostulisasikan)
Mengendalikan kecelakaan (peralatan tambahan dan prosedur)
Manajemen kecelakaan di dalam instalasi
Manajemen kecelakaan bila terjadi pelepasan ke lingkungan
18. Landasan Teknis Umum
Design yang mapan
Jaminan Kualitas
Faktor Manusia
Penilaian Keselamatan dan Vertifikasi
Proteksi Radiasi
Pengalaman Operasi dan Penelitian Keselamatan
19. Sistem Pembatasan Dosis
Prinsip – prinsip keselamatan dan kesehatan agar dapat menjamin
keselamatan kepada setiap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup
:
Setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat lebih
besar dengan risiko yang ditimbulkan
Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak
melebihi NBD yang ditetapkan oleh Badan Pengawas
Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan
sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin
agar paparan radiasi yang terjadi ditekan serendah – rendahnya
Pengusaha instalasi merancang, membuat, mengoperasikan dan
merawat sistem dan komponen sumber radiasi yang mempunyai
potensi bahaya radiasi
Sistem dan komponen sumber radiasi harus dirancang dan dibuat
sesuia dengan standar
20. Sistem pembatasan dosis ini harus memenuhi prinsip – prinsip
keselamatan dan kesehatan, yaitu :
Justifikasi
Pemanfaatan tenaga nuklir harus berlandaskan azas manfaat
dimana risiko yang ditimbulkan oleh pemanfaatan tenaga nuklir
harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan manfaat yang
diterima
Limitasi
NBD yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh dilampaui
Optimasi
pemanfaatan tenaga nuklir penyinaran harus diupayakan
serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial
ekonomi
21. Dalam pemanfaatan teknologi radiasi pengusaha instalasi adalah
orang yang mempunyai wewenang tertinggi di instansi tersebut
Pengusaha instalasi dapat juga menjadi PPR (pasal 9 ayat 2 PP No.
63 tahun 2000) apabila PPR tidak ada dalam instansi tersebut
Dalam hal ini pengusaha instalasi mempunyai tanggung jawab
keselamatan radiasi secara intern maupun ekstern
Dalam melaksanakan tugas keselamatan ini tentunya hubungan
antara PPR dengan Pengusaha Instalasi serta Pekerja Radiasi
lainnya harus terjalin dengan baik sehingga dalam pelaksanaan
keselamatan dibutuhkan juga Organisasi Proteksi Radiasi yang
terdiri dari pengusaha instalasi, PPR dan pekerja radiasi.
22. Tanggung Jawab
Pengusaha Instalasi
o Membentuk Organisasi Proteksi Radiasi dan menunjuk PPR
o Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi
setelah memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan
pengalaman kerja dengan sumber radiasi
o Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya
potensi bahaya radiasi
o Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan
o Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan
o Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
bekerja dengan sumber radiasi
o Memberitahukan BAPETEN dan Instansi lain bila terjadi bahaya
radiasi
23. Petugas Proteksi Radiasi
o Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau
tertulis kepada pekerja radiasi yang baik
o Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran
serendah mungkin dan tidak akan mencapai batas tertinggi
o Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi
o Mencegah zat radioaktif jatuh ketangan orang yang tidak berhak
o Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke dalam
daerah pengenadalian
o Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan
proteksi radiasi
o menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi
o Memeberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan
proteksi radiasi yang memadai
24. Pekerja Radiasi
o Mengetahui, mamahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan radiasi
o Memanfaatkan sebaik – baiknya peralatan keselamatan radiasi
yang tersedia, bertindak hati – hati, serta bekerja secara aman
untuk melindungi baik dirinya sendiri maupun orang lain
o Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya
kepada PPR
o Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang
diduga akibat penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke
dalam tubuh
25. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding atau tembok
ruangan pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan
yang digunakan oleh pekerja radiasi adalah sebesar 100mR/ minggu
sedangkan pada ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi
sebesar 10mR/ minggu.
Pengukuran tersebut meliputi pengukuran pada daerah :
Disekitar ruangan operator
Dibelakang pintu, sekitar lobang kunci atau handle
Pada sekitar diding yang dicurigai adanya kebocoran
Diruangan ganti baju pasien
Disekitar kaca Pb
26. 2. Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi / Pesawat Sinar-X. yang dikenal
juga dengan istilah Uji kesesuaian atau kalibrasi. Pelaksanaan dari uji kesesuaian
ini adalah suatu badan yang telah di tunjuk oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) sebagai.
Ketentuan uji kesesuaian :
Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian Pesawat Sinar –X berlaku selama 4 (empat) tahun.
Khusus dalam hal Pesawat Sinar-X Mammografi, Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian
berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Masa berlaku Notisi Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan adalah sejak tanggal
penerbitan notisi sampai dengan tanggal berakhirnya masa berlaku Izin Penggunaan
Pesawat Sinar-X dari Kepala BAPETEN.
Setiap Pesawat Sinar-X yang telah memiliki Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian atau Notisi
Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan harus diuji ulang paling lama 90
(sembilan puluh) hari sebelum tanggal berakirnya masa berlaku sertifikasi atau notisi
tersebut. Tata cara Uji Kesesuaian kembali sebagaimana dimaksud dilakukan dengan
ketentuan sebagaimana tata cara Uji Kesesuaian awal.
Setiap alat yang sudah lolos uji kesesuaian diberi tanda atau sticker yang berisikan
tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
27. 3. Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Diri
(APD) dengan cara melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Untuk APD
yang telah di kalibrasi diberi Sticker yang berisikan tanggal
pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
Jenis APD yang digunakan adalah :
Apron,
Ketebalan apron untuk radiodiagnostik adalah
setara dengan 0,2 mmPb atau 0,25 mmPb.
Sedangkan untuk ruangan fluoroscopy setara
dengan 0,35 mmPb atatu 0,5 mmPb. Yang ditulis
secara permanen dan mudah terlihat pada apron
tersebut. Pemeliharaan dilakukan dengan cara
digantung.
28. Perlindungan Tiroid, dengan ketebalan
yang setara dengan 1 mmPb. Sarung tangan Pb
(Glove Pb), dengan ketebalan yang setara dengan
0,25 mmPb pada 150KVp.
Kaca mata Pb (Gogle), setara
dengan 1 mmPb.
29. Tabir pelindung (Shielding Pb),
dengan ketebalan yang setara
dengan
1 mmPb, dengan ukuran tinggi 2 m,
lebar 1 m yang dilengkapi dengan
kaca intip Pb yang setara dengan 1
mmPb.
30. 4. Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan.
Peralatan yang digunakan adalah :
Termo Luminisensi Dosimeter (TLD)
TLD yang disediakan oleh Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) – Departemen Kesehatan
atau Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir (BATAN).
Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
31. Pendos (Pen Dosimetri)
Peralatan dosimeter perorangan pembacaan
Langsung secara analog atau digital. Alat ini
di gunakan selama berada dalam medan radiasi
yang nilai nya akan langsung bisa terlihat namun
tidak bisa diakumulasikan. Dimana petugas harus
membuat daftar perolehan dosis yang diterima
setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita langsung dapat menilai daerah yang
banyak mengeluarkan radiasi.Sedangkan kelemahannya setiap pekerja harus
rajindan teliti dalam melakukan pencatat dosis.
Survey meter
Tersedianya survey meter untu
penggunaan pesawat intervensional.
Agar setiap saat dapat mengukur
paparan
radiasi di sekitar lokasi pemeriksaan.
32. 5. Memasang tanda-tanda radiasi pada daerah kerja, seperti :
Memasang lampu merah pada ruangan
pemeriksaan yang menggunakan pesawat sinar – x ,
disertai adanya tulisan “DILARANG MASUK JIKA
LAMPU MERAH MENYALA”
Memasang stiker tanda bahaya
radiasi
di depan pintu ruangan pemeriksaan
yang menggunakan sinar – x.
33. Poster peringatan bahaya Radiasi harus
dipasang di dalam ruangan pesawat sinar-x, yang
memuat tulisan “WANITA HAMIL ATAU DIDUGA
HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU
RADIOGRAFER”
6. Melakukan pemantauan kesehatan terhadap pekerja radiasi.
Pemeriksaan kesehatan meliputi :
Pemeriksaan kesehatan umum, dilakukan pada saat sebelum bekerja,
selama bekerja dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja /
pension.
Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pekerja radiasi yang
mengalami atau diduga mengala,I gejala sakit akibat radiasi serta bagi
pekerja yang mendapatkan paparan radiasi yang melibihi nilai ambang
batas.
34. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
PENCATATAN
Melakukan pencatatan pada formulir pemeliharaan / kalibrasi pesawat
sinar x dan peralatan APD.
Melakukan pencatatan dan penyimpanan hasil penerimaan dosis
radiasi perorangan (TLD).
Melakukan pencatatan hasil pengukuran dosis radiasi hambur pada
sekitar ruangan pemeriksaan.
Melakukan pencatatan inventaris data – data pesawat sinar – x.
Melakukan peng arsipan hasil – hasil pemeriksaan kesehatan.
Melakukan pemantauan terhadap terjadinya kecelakaan radiasi.
35. Kesimpulan
Keselamatan radiasi ini diterapkan agar mampu mencegah dan membatasi peluang
terjadinya efek stokastik dan non stokastik yang dapat terjadi pada setiap pekerja yang
bekerja dengan penyinaran radiasi
Untuk menerapkan setiap tujuan dari keselamatan radiasi berbagai standar ditetapkan
salah satunya adalah ditetapkannya NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh
50 mSv / tahun
Pencapaian dari setiap tujuan keselamatan radiasi tersebut diperlukan pihak – pihak yang
mampu bekerja sama dengan baik yaitu Pengusaha Instalasi, Petugas Proteksi Radiasi dan
Pekerja Radiasi dengan bersungguh – sungguh menjalankan tanggung jawabnya masing –
masing
Keselamatan radiasi ini diterapkan agar mampu mencegah dan membatasi peluang
terjadinya efek stokastik dan non stokastik yang dapat terjadi pada setiap pekerja yang
bekerja dengan penyinaran radiasi
Untuk menerapkan setiap tujuan dari keselamatan radiasi berbagai standar ditetapkan
salah satunya adalah ditetapkannya NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh
50 mSv / tahun
Pencapaian dari setiap tujuan keselamatan radiasi tersebut diperlukan pihak – pihak yang
mampu bekerja sama dengan baik yaitu Pengusaha Instalasi, Petugas Proteksi Radiasi dan
Pekerja Radiasi dengan bersungguh – sungguh menjalankan tanggung jawabnya masing -
masing