Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), ketika wilayahnya meluas hingga Semenanjung Malaya dan perdagangannya merambah sampai Timur Tengah. Namun setelah kematiannya, pertikaian internal antara golongan bangsawan dan ulama serta pemberontakan daerah bawahan melemahkan Aceh, hingga akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada abad
1. Makalah Sejarah
Kerajaan Aceh Darussalam
Disusun oleh:
Gita Kennya Saharani
Mira Ismiyanti Pribadi
M. Fauzan Rizfullah
Suci Rifiana Putri
Sunnita Theressa
SMA N 9 BANDUNG
X IPA 2
2. Kerajaan Aceh Darussalaam
A. Letak Kerajaan
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami
masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Perkembangan pesat kerajaan Aceh tidak lepas dari letaknya yang
strategis yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur
pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya
aktivitas pelayaran perdagangan Kerajaan Aceh, mempengaruhi
perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang,
seperti kehidupan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
B. Kehidupan Politik
Berdasarkan Bustanussalatin ( 1637 M ) karangan Naruddin Ar-Raniri
yang berisi silsilah sultan- sultan Aceh, dan berita – berita Eropa, Kerajaan Aceh telah berhasil
membebaskan diri dari Kerajaan Pedir. Raja -raja yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh :
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Adalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 -1528 M. Di bawah kekuasaannya,
Kerajaan Aceh melakukan perluasan ke beberapa daerah yang berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan
melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
2. Sultan Salahuddin
Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemerintahan beralih kepada putranya yang bergelar Sultan
Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528- 1537 M, selama menduduki tahta kerajaan ia tidak
memperdulikan pemerintahan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosotan
yang tajam. Oleh karena itu, Sultan Salahuddin digantikan saudaranya yang bernama Alauddin Riayat Syah
al-Kahar.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Ia memerintah Aceh dari tahun 1537-1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk perubahan dan perbaikan
dalam segala bentuk pemerintahan Kerajaan Aceh.
Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah kekuasaannya seperti
melakukan serangan terhadap Kerajaan Malaka ( tetapi gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki.
Pada masa pemerintahaannya, Kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan
kekuasaan sering terjadi.
4. Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 -1636 M.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Aceh mengalami kejayaan.
Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas
perdagangan Islam, bahkan menjadi bandar transito yang dapat
menghubungkan dengan pedagang Islam di dunia barat.
Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda
meneruskan perjuangan Aceh dengan menyerang Portugis dan Kerajaan
Johor di Semenanjung Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur
3. perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah - daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda juga
menolak permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian barat. Selain itu,
kerajaan Aceh melakukan pendudukan terhadap daerah – daerah seperti Aru, Pahang, Kedah, Perlak, dan
Indragiri, sehingga di bawah pemerintahannya Kerajaan Aceh memiliki wilayah yang sangat luas.
Pada masa kekuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Aceh, yaitu Syech Syamsuddin
bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-Syamsi. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahta
Kerajaan Aceh digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani.
5. Sultan Iskandar Thani.
Ia memerintah Aceh tahun 1636 – 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia melanjutkan tradisi
kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama
Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. Sebagai ulama besar,
Nuruddin ar-Raniri sangat dihormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya serta oleh rakyat Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar
Thani ) dengan gelar Putri Sri Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).
C. Kehidupan Ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh berkembang
pesat. Daerahnya yang subur banyak menghasilkan lada.
Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur dan barat
Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh
atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan
bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.
Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yang merupakan jalan
dagang internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa
asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina,
Jepang, juga berdagang dengan Aceh. Barang – barang yg di
ekspor Aceh seperti beras, lada ( dari Minagkabau ), rempah – rempah ( dari Maluku ). Bahan impornya
seperti kain dari Koromendal ( India ), porselin dan sutera ( dari Jepang dan Cina ), minyak wangi ( dari
Eropa dan Timur Tengah ). Kapal – kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.
D. Kehidupan Sosial
Meningkatnya kemakuran telah menyebabkan berkembangnya sistem feodalisme & ajaran agama Islam di
Aceh. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan
Teuku, sedangkan kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama disebut golongan Teungku.
Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yang kemudian melemahkan Aceh.
Sejak berkuasanya kerajaan Perlak ( abad ke-12 M s/d ke-13 M ) telah terjadi permusuhan antara aliran
Syiah dengan Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah
memperoleh perlindungan & berkembang sampai di daerah – daerah kekuasaan Aceh.
Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fansuri yang diteruskan oleh muridnya yang bernama Syamsuddin Pasai.
Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat, Naruddin Ar-Raniri mengembangkan islam beraliran Sunnah wal
Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yang berjudul Bustanussalatin ( taman raja – raja dan berisi
adat – istiadat Aceh beserta ajaran agama Islam )
E. Kebudayaan
Arsitektur
4. Tidak banyak peninggalan bangunan zaman Kesultanan yang
tersisa di Aceh. Istana Dalam Darud Donya telah terbakar pada
masa perang Aceh - Belanda. Kini, bagian inti dari Istana Dalam
Darud Donya yang merupakan tempat kediaman Sultan Aceh
telah berubah menjadi Kraton Meuligoe yang digunakan
sebagai Pedopo Gubernur Aceh. Perlu dicatat bahwa pada masa
Kesultanan bangunan batu dilarang karena ditakutkan akan
menjadi benteng melawan Sultan. Selain itu, Masjid Raya
Baiturrahman saat ini bukanlah arsitektur yang sebenarnya
dikarenakan yang asli telah terbakar pada masa Perang Aceh -
Belanda. Peninggalan arsitektur pada masa kesultanan yang masih bisa dilihat sampai saat ini antara lain
Benteng Indra Patra, Masjid Tua Indrapuri, Pinto Khop, Leusong dan Gunongan beserta Taman Ghairah
yang luas dipusat Kota Banda Aceh.
Kesusateraan
Sebagaimana daerah lain di Sumatera, beberapa cerita maupun legenda disusun dalam bentuk hikayat
yang terkenal diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang yang berceritakan tokoh heroik Malem Dagang
dalam settingan penyerbuan Malaka oleh Angkatan Laut Aceh. Ada lagi yang lain yaitu Bhikayat Malem
Diwa, hikayat Banta Beuransah, Gajah Tujoh Ulee, Cham Nadiman, hikayat Pocut Muhammad, hikayat
Perang Goempeuni, hikayat Habib Hadat, kisah Abdullah Hadat dan hikayat Prang Sabi.
Salah satu karya kesusateraan yang paling terkenal adalah Bustanus Salatin (taman para raja) karya Syaikh
Nuruddin Ar-Raniry disamping Taj al-salatin (1603), Sulalat al-Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606-1636).
Selain Ar-Raniry terdapat pula penyair Aceh yang agung yaitu Hamzah Fansuri dengan karyanya antara
lain Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yang Bijaksana), Sharab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yang
Berahi), Zinat al-Muwahidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si
Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang dan Syair Perahu.
Karya Agama
Para ulama Aceh banyak terlibat dalam karya di bidang keagamaan yang dipakai luas di Asia Tenggara.
Syaikh Abdurrauf menerbitkan terjemahan dari Tafsir Alqur'an Anwaarut Tanzil wa Asrarut Takwil,
karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad Syirazi Al Baidlawy ke dalam bahasa Jawi.
Kemudian ada Syaikh Daud Rumy menerbitkan Risalah Masailal Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi yang menjadi
kitab pengantar di Dayah sampai sekarang. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya menulis 27 kitab dalam
bahasa melayu dan arab. Yang paling terkenal adalah Sirath al-Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap
dalam bahasa melayu.
5. Militer
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa
teknisi dan pembuat senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian
menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam
sendiri dari kuningan.
Salah satu meriam yang dimiliki Kesultanan Aceh.
F. Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tidak ada raja – raja besar yang mampu
mengendalikan daerah Aceh yg demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar Thani ( 1637 – 1641 ), sebagai
pengganti Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu mulai terasa & terlebih lagi setelah meninggalnya
Sultan Iskandar Thani.
Timbulnya pertikaian yang terus menerus di Aceh antara golongan bangsawan ( teuku ) dgn golongan
utama ( teungku ) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh. Antara golongan ulama sendiri
pertikaian terjadi karena perbedaan aliran dalam agama ( aliran Syi’ah dan Sunnah wal Jama’ah )
Daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau, dan
Siak. Negara – negara itu menjadikan daerahnya sebagai negara merdeka kembali, kadang – kadang di
bantu bangsa asing yang menginginkan keuntungan perdagangan yg lebih besar.
Kerajaan Aceh yang berkuasa selama kurang lebih 4 abad, akhinya runtuh karena dikuasai oleh Belanda
awal abad ke-20.
6. Daftar Pustaka
Badrika Wayan I. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/sejarah-kerajaan-aceh.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh#Arsitektur
http://www.atjehcyber.net/2011/04/kesultanan-aceh-darussalam-full.html