SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada banyak pengertian filsafat yang dikemukakan para ilmuan, namun di sini
akan diambil salah satu saja. Filsafat berasal dari bahasa Yunani philo yang berarti cinta
dan shopos yang berarti ilmu atau hikmah (Katsoff, 1989:11). Dengan demikian filsafat
dapat diartikan cinta terhadap ilmu atau hikmah. Namun Dr. Harun Nasution
berpendapat bahwa filsafat adalah tata cara berfikir menurut tata tertib (logika) dengan
bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya
sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.
Sedangkan pendidikan menurut Lodge dalam artinya yang terbatas, yaitu
memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh ,
yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi ,
kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol (Lodge, 1974:23).
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik
yang mendapat awalan pen-dan akhiran –an yang berarti perbuatan (hal, cara dan
sebagainya) mendidik (Poerwadarminta, 1995:250). Secara semantik kata pendidikan
tersebut menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan
pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dalam hal ini peserta didik.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah suatu
kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh pendidik
terhadap peserta didiknya berdasarkan sistem, metode, maupun program yang sesuai
dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan
hidup seseorang. Oleh karena itu Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah
satu hal yang wajib hukumnya bagi manusia yang berlangsung seumur hidup (long life
education).
Pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dengan berbagai
permasalahan di dalamnya yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Diantara
permasalahannya banyak yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan
mendalam sehingga membutuhkan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi pendidikan ?
2. Bagaimana kedudukan evaluasi pendidikan ?
3. Apa fungsi evaluasi dalam pendidikan islam ?
4. Jelaskan prinsip evaluasi dalam pendidikan islam ?
5. Sebutkan sasaran evaluasi dalam pendidikan islam ?
6. Sebutkan ciri-ciri evaluasi dalam pendidikan islam ?
7. Bagaimana prosedur evaluasi dalam pendidikan islam ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.
2. Memahami kedudukan evaluasi pendidikan.
3. Mengetahui fungsi evaluasi dalam pendidikan islam.
4. Memahami prinsip evaluasi dalam pendidikan islam.
5. Memahami sasaran evaluasi dalam pendidikan islam.
6. Mengetahui ciri-ciri evaluasi dalam pendidikan islam.
7. Memahami prosedur evaluasi dalama pendidikan islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan
atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau
proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan.1 Dalam bahasa arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang berarti
ujian. Dan dikenal juga dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari
proses pendidikan.2
Dari segi istilah evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi
yang ada dengan kriteria tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi
dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.3
Jika kata evaluasi tersebut dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat
diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu
terhadap masala-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu evaluasi
pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar para siswa dalam suatu
jenjang pendidikan tertentu, melainkan juga berkenaan dengan penilaian terhadap
berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa tersebut, seperti evaluasi
terhadap guru, kurikulum, metode, sasaran prasarana, lingkungan, dan sebagainya.
Namun demikian, pada umumnya evaluasi pendidikan lebih diarahkan pada
upaya untuk mengetahui dengan jelas dan obyektif terhadap hasil belajar yang dilakukan
oleh suatu lembaga pendidikan. Pengertian ini memang ada benarnya juga, karena tujuan
akhir dari suatu kegiatan pendidikan bisa diarahkan kepada keberhasilan yang dicapai
oleh peserta didik setelah mereka mengikuti kegiatan belajar.
Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hampir berdekatan,
yaitu pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam memakainya hanya
tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkan. Sementara yang lain,
membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan,
1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan,Jakarta:Bumi Aksara,cet.10.1993.h.1
2 H.M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara.cet.1,1991,h.274.
3 A.Tabrani Rusyan dkk., Pendekatan dalam proses belajar-mengajar, Bandung:Remaja Rosda Karya,cet. 2
,1992
4
ataupun hubungan antara ketiganya, menurut Suharsimi Arikunto dapat dipahami melalui
contoh-contoh dibawah ini:
1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil pada kita, dan kita disuruh
memilih dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu kita akan memilih yang
panjang. Kita tidak memilih yang pendek kecuali ada alasan yang khusus.
2. Pasar merupakan tempat pertemuan orang-orang yang akan menjual dan membeli.
Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih
terlebih dahulu mana barang yang lebih baik menurut ukurannya. Apabila ia ingin
membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, halus kulitnya. Semuanya itu
dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang
demikian ini rasanya akan manis, sedang jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya
agak kasar, biasanya rasanya masam.4
2.2 Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil
dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan
kegiatan pendidikan.
Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut.
Allah SWT dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci al-Qur’an memberitahukan
kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu
tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.
Hal ini, misalnya dapat dipahami dari ayat yang berbunyi sebagai berikut:
‫ا‬ ‫ادم‬ ‫علم‬ ‫و‬‫ص‬ ‫كنتم‬ ‫ان‬ ‫ؤالء‬ ‫باسما‬ ‫انبئونى‬ ‫فقال‬ ‫الملئكة‬ ‫على‬ ‫ضهم‬ ‫عر‬ ‫ثم‬ ‫كلها‬ ‫سماء‬ ‫اال‬.‫ادقين‬
‫الح‬ ‫العليم‬ ‫انت‬ ‫انك‬ ‫علمتنا‬ ‫ما‬ ‫اال‬ ‫لنا‬ ‫علم‬ ‫ال‬ ‫سبحانك‬ ‫قالو‬‫كيم‬
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu Allah berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka
menjawab:”Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi maha
Bijaksana.”(Q.S. al-Baqarah,2:31-32)
Dari ayat tersebut ada 4 hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah SWT dalam
ayat tersebut telah bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran, kepada Nabi
Adam as. Kedua, para malaikat karena tidak memperoleh pengajaran sebagaimana yang
4 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 1
5
diterima oleh Nabi Adam, mereka tidak dapat menyebutkan nama-nama benda (ajaran)
yang telah diberikan kepada Nabi Adam. Ketiga, Allah SWT telah meminta kepada Nabi
Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang telah diterimanya dihadapan para malaikat.
Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi atau materi yang diujikan,
haruslah materi yang pernah diajarkan.
Selanjutnya Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-
hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita
cantik, yang dikisahkan dalam ayat berikut ini:
‫الكدبين‬ ‫من‬ ‫كنت‬ ‫ام‬ ‫اصدقت‬ ‫سننظر‬ ‫قال‬
Berkata Sulaiman:”akan Kami libat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah
kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”(Q.S. al-Naml,27:27)
2.3 Fungsi Evaluasi
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan tidak
dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai
makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program
secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak
pengelola proses belajar mengajar untuk membuat macam-macam keputusan, Dalam
hubungan ini, A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi
mempunyai beberapa fungsi,yaitu:
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara konprehensif yang
meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang
sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan
sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar
mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahwa pelajaran yang
diberikan dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
Fungsi tersebut diatas memberikan gambaran yang jelas bahwa setiap kegiatan belajar
6
mengajar dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi.
Selain itu evaluasi juga berfungsi dalam beberapa hal sebagai berikut:
a. Evaluasi berfungsi sebagai selektif
Dengan mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan
selekasi atau penilaian terhadap siswanya,evaluasi itu sendiri mempunyai beberapa
tujuan, yaitu:
1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
2) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya.
3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
b. Evaluasi berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping
itu diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi,
sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari
cara untuk mengatasinya.
c. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan dinegara barat adalah sistem
belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket
belajar, baik itu berbentuk modul atau paket belajar yang lain. Sebagai alasan
timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan
individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga
pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Tetapi,
disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual
kadang-kadang sukar sekali dilaksakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani
perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan
dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, maka diperlukan
evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan
berbeda dengan kelompok yang sama dalam belajar.
d. Evaluasi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejau mana
suatu program berhasil ditetapkan. Telah disinggung pada bagian sebelumnya, bahwa
7
keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu, faktor guru, metode
mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman
terhadap ayat-ayat al-Qur’an antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam
problema kehidupan yang dialaminya.
2) Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang
telah diterapkan Rasulullah SAW, terhadap umatnya.
3) Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan
manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia disisi Allah, yaitu yang
paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya
dan manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
2.4 Prinsip Evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai proses penilaian tentang keberhasilan tujuan-tujuan
pendidikan yang dapat tercapai. Maka dari itu, perlu diperhatikan prisip-prinsip evaluasi
sebagai dasar pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a) Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif, yaitu
pengukuran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b) Evaluasi harus dibedakan antara pensekoran dan penilaian dengan ketegori.
Pensekoran berkenaan dengan aspek kuantitatif, dan penilaian berkenaan dengan
aspek kualitatif (mutu).
c) Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian, yaitu
penilaian yang norm referenced dan orientation referenced. Yang pertama berkenaan
dengan hasil belajar dan yang kedua berkenaan dengan penempatan.
d) Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
e) Penilaian hendaknya bersifat kompatabel artinya dapat dibandingkan antara satu
tahap dengan tahap penilaian lainnya.
f) Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar
sendiri, sehingga tidak membingungkan (Rusyan, 1992:211-212).5
Selain itu, A. Thabrani Rusyan juga menyebutkan bahwa penilaian akan
berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut:
5 A. Tabrani Rusyan,Op.., h. 211-212
8
a. Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan.
b. Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai
seluruh aspek kepribadian.
c. Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar subyektif mungkin.
d. Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.6
Prinsip-prinsip tersebut sejalan denga ajaran Islam, karena prinsip-prinsip
tersebut dalam ajaran islam termasuk ke dalam ahklak yang mulia. Dalam akhlak yang
mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuia dengan apa
adanya.7 Orang yang menilai demikian dalam agama Islam dikenal dengan
istilah shiddiq.8 Al-qur’an menjelaskan sebagai berikut:
‫ق‬ ‫الصد‬ ‫مع‬ ‫ا‬ ‫نو‬ ‫وكو‬ ‫هللا‬ ‫اتقوا‬ ‫امنوا‬ ‫الذين‬ ‫ايها‬ ‫يا‬‫ين‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
kamu bersama-sama orang-orang yang benar. (Q.S. al-Taubah, 9:119)
Selanjutnya di dalam hadist dinyatakan sebagai berikut:
‫عندهللا‬ ‫يكتب‬ ‫حتى‬ ‫ليصدق‬ ‫الرجل‬ ‫وان‬ ‫الجنة‬ ‫إلى‬ ‫يهدي‬ ‫وإنالبر‬ ‫البر‬ ‫إلى‬ ‫يهدي‬ ‫الصدق‬ ‫ان‬‫يديقا‬
Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu
membawa ke surga. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar sehinnga tercatat
disisi Allah sebagai orang yang benar. (H.R. Bukhari-Muslim)
Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang yang melakukan
penilaian harus benar-benar yakin terhadap penilaiannya itu. Ia tidak boleh menilai
sesuatu yang belum diketahui dengan pasti atau masih meragukan.
2.5 Sasaran Evaluasi
Langkah yang ditempuh oleh guru dalam mengadakan evaluasi adalah
menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi ini penting
diketahui supaya memudahkan guru dalam menyusun alat-alat evaluasinya.
Pada umumnya ada 3 sasaran pokok evaluasi, yakni:
1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian,
keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
6 Ibid,192
7 Ahmad Amin, Al-Akhlak.Etika, (Ilmu Akhlak). (Terjemahan Farid Ma’ruf dari al-Akhlak,Jakarta:Bulan Bintang,
cet. 1, 1975, h. 68
8 Ali Hasan,Tuntunan Akhlak,Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1, 1978, h. 44
9
2. Segi pendidikan, artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam
proses belajar mengajar.
3. Segi-segi yang menyangkut proses belajar-mengajar dan mengajar itu sendiri, yaitu
bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru, sebab
baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar
yang dicapai oleh murid.9
Ketiga sasaran tersebut diatas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya
jangan dinilai dari segi-segi perubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.
Dengan menetapkan sasaran di atas, maka seorang guru akan mudah
menetapkan alat-alat evaluasinya. Adapun segi-segi yang diukur dalam evaluasi ini
adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan akademis setiap murid, baik dibandingkan dengan teman sekelasnya,
sekolahnya maupun dengan sekolah-sekolah lain.
b. Kemajuan belajar dalam suatu mata pelajaran tertentu, misalnya tauhid, fiqh, tarikh,
dan sebagainya.
c. Kelemahan dan kelebihan murid.
2.6 Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan
Apakah sebenarnya kepandaian itu? Seorang siswa yang pandai matematika,
tidak dapat dengan mudah dibedakan dari siswa lainnya, hanya dengan melihat anak
tersebut. Kita tidak dapat melihat siswa pandai atau siswa bodoh. Kepandaian itu tidak
dapat disaksikan dari luar.
Untuk menentukan siswa mana yang lebih pandai dari yang lain, maka bukan
kepandaiannya yang diukur. Kita dapat mengukur kepandaian melalui gejala yang
nampak atau memancar dari kepandaiannya. Salah satu contoh, anak yang pandai
biasanya dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Inilah ciri utama dari evaluasi pendidikan, yaitu bahwa penilaian dilakukan
secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kepandaian melalui ukuran
kemampuan menyelesaikan soal-soal.
9 A. Tabrani Rusyan,Op. Cit., h, 218
10
Berkenaan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau intelegen, seorang ahli
ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan pendapatnya bahwa
anak yang intelegen (cerdas) adalah anak yang mempunyai:
1. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
2. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik.
3. Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan
orang lain)
4. Kemampuan untuk mengingat-ingat.
5. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
6. Kemampuan untuk berfantasi.10
Ciri kedua evaluasi pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian
pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan sebagai hasil
pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasi ke bentuk kualitatif.
Contoh dari hasil pengukuran, Hery mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Budi
105. Dengan demikian Hery dapat digolongkan sebagai anak pandai, sedangkan Budi
sebagai anak normal.
Ciri ktiga dari evaluasi pendidikan, yaitu bahwa evaluasi pendidikan
menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termasuk anak
normal. Anak lain yang pengukuran IQ nya 80, menurut unit ukurannya termasuk nak
dungu.
Ciri keempat dari evaluasi pendidikan adalah bersifat relative artinya tidak sama
atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
Contoh hasil ulangan matematika yang diperoleh Minarti hari senin adalah 80,
hasil hari selasa 9, tetapi hasil ulangan hari sabtu hany 50. Ketidaktetapan hasil penilaian
ini disebabkan karena banyak faktor. Mungkin pada hari sabtu Minarti sedang risau
hatinya menghadapi malam minggu sore harinya.
Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian
pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat
ditinjau dari berbagai faktor yaitu:
10 Suharsimi Arikunto,Op. Cit., h, 16
11
a. Terletak pada alat ukurnya
Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Misalnya, kita akan
mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang terbuat dari bahan elasis,
dan cara mengukurnya ditarik-tarik, tentu saja pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan
sebagai alat ukur yang baik, karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat
diketahui dengan pasti. Tentang bagaimana syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam
pendidikan, telah dibicarakan tersendiri oleh para ahli.
b. Terletak pada orang yang melakukan penilaian
Hal ini dapat: a) kesalahan pada waktu melakukan penilaian, karena faktor
subyektifitas penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran. Tulisan yang jelek dan
tidak jelas, sering mempengaruhi subyektifitas penilai, jika ada waktu mengerjakan
koreksi, penilai itu sendiri sedang risau. Untuk memperoleh obyektifitas, seorang penilai
harus menjauhkan diri dari hal-hal yang mengganggu konsentrasinya. b) kecenderungan
dari penilai untuk memberikan nilai secara murah atau mahal. c) adanya hallo-effect,
yakni adanya kesan penilai terhadap siswa, d) adanya pengaruh hasil penilaian yang
diperoleh terdahulu.
c. Terletak pada anak yang dinilai
Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati
seseorang akan sangat berpengaruh terhadap hal penilaian, misalnya suasana hati yang
kalut, sedih atau tertekan, akan memberikan hasil kurang memuaskan. Sedangkan
suasana dari gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik. Selain itu, keadaan
fisik siswa ketika sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas atau pipi sedang
membengkak karena sakit gigi, tentu saja mempengaruhi cara siswa untuk memecahkan
persoalan. Pikirannya sangat sukar untuk konsentrasi.
d. Terletak pada situasi dimana penilaian itu berlangsung.
Dalam hubungan ini suasana yang gaduh, baik didalam maupun di luar ruangan,
akan mengganggu konsentrasi siswa. Demikian pula tingkah laku kaawan-kawannya
yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atu nampak
main-main, akan mempengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal.
Selain itu, pengawasan dalam penilaian juga berpengaruh. Tidak menjadi
rahasia lagi bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa yang
suka melihat ke kanan dan ke kiri. Namun, adakalanya, keadaan sebaliknya. Yaitu
12
pengawasan yang longgar justru membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan
percaya diri sendiri dalam menegrjakan soal ujian.11
Ciri-ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana disebutkan diatas adalah suatu
hal yang biasa anda jumpai dalam tugas anda sebagai guru. Dengan mengetahui ciri-ciri
tersebut diharapkan dapat membantu tugas anda sebagai pendidik.
2.7. Prosedur Evaluasi
Prosedur dalam mengadakan evaluasi dapat dibagi ke dalam beberapa langkah.
H.M Arifin menyebutkan langkah-langkah tersebut adalah:
a. Perencanaan.
b. Pengumpulan data.
c. Verivikasi data
d. Analisis data
e. Penafsiran data.12
Setelah diketahui tujuan intruksional yang akan dicapai, maka masalah yang
kedua adalah menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai. Penentuan tentang aspek-aspek
yang harus dinilai ditentukan oleh tujuan evaluasi yang dilaksanakan, yakni untuk
memperoleh bahan informasi yang cukup lengkap tentang anak didik dengan sendirinya
harus diadakan evaluasi tehadap sejumlah aspek tertentu.
Masalah ketiga adalah menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan.
Metode ini ditentukan oleh aspek yang akan dinilai. Untuk menilai sikap, misalnya,
dipergunakan checklist.
Masalah keempat ialah memilih atau menyusun alat-alat evaluasi yang akan
dipergunakan. Alat-alat evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi yang akan
dipergunakan. Apabila alat-alat yang akan dipergunakan cukup tersedia, maka tinggal
memilih salah satu dari alat tersebut. Akan tetapi bila alat tersebut belum tersedia, maka
harus disusun sendiri alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan itu.
Masalah penyusunan alat-alat evaluasi itu merupakan hal yang sangat penting
dalam proses evaluasi, karena tepat tidaknya data yang diperoleh sangat bergantung baik
tidaknya alat-alat evaluasi yang dipergunakan.
11 A. Tabrani Rusyan,Op. Cit., h. 35-36
12 A. Tabrani Rusyan,Op. Cit., 213
13
Masalah kelima ialah menentukan kriteria yang dipergunakan. Setelah alat-alat
evaluasi dipilih dan disusun serta telah ditetapkan kriterianya, maka selanjutnya
ditentukan frekuensi evaluasi.
Dalam proses belajar-mengajar, metode yang tepat untuk dipergunakan dalam
menetapkan frekuensievaluasi ialah susunan bahan pelajaran. Kalau suatu bahan
pelajaran terdiri dari empat unit misalnya, maka evaluasi terhadap bahan pelajaran itu
paling sedikit harus dilaksanakan pada setiap akhir suatu unit.
Langkah-langkah pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa sublangkah,
yaitu pelaksanaan evaluasi, pemeriksaan hasil-hasil evaluasi, dan pemberian kode atau
skor. Pemberian kode berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang tidak bermakna
kuantitatif. Pemberian skor berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang diberi makna
kuantitatif.
Data yang diperoleh dari pengumpulan data masih merupakan data mentah yang
belum dapat memberikan gambaran yang jelas. Agar dapat memberikan gambaran yang
jelas dari evaluasi yang dilaksanakan, maka kode atau skor yang diperoleh harus
dianalisis lebih lanjut.
Sehubungan dengan ini, maka teknik-teknik mengolah data perlu diperhatikan.
Teknik pengolahan data atau analisis data biasanya diklarifikasikan menjadi dua macam,
yaitu pengolahan data secara statistik dan pengolahan data bukan secara statistik,
pengolahan jenis mana yang dipergunakan antara lain tergantung jenis data yang diolah.
Pemberian interpretasi merupakan pernyataan tentang hasil pengolahan data.
Interpretasi tentang hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut norma.
Norma ini ditetapkan atau disiapkan terlebih dahulu secara rasional sebelum suatu
evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
dalam pelaksanaan evaluasi.
Penggunaan hasil evaluasi merupakan pokok dari seluruh prosedur evaluasi dan
bergantung pada tujuan evaluasi yang dilaksanakan. Selanjutnya prosedur tersebut jika
dihubungkan dengan pelaksanaannya akan tergantung pada bidang studi yang akan
dievaluasi.
14
Dalam pelaksanaannya evaluasi bidang studi pengajaran meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Langkah perencanaan.
b. Langkah pelaksanaan.
c. Langkah pengolahan skor13
Langkah-langkah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pada langkah perencanaan agar penyelenggaraan evaluasi itu dapat berjalan
lancar adalah:
1) Semua hasil belajar siswa yang penting harus dinilai sebaik-baiknya.
2) Dalam mengadakan tes harus menggambarkan suatu titik berat dari suatu pelajaran
yang bersangkutan.
3) Tes harus menggambarkan tujuan yang telah dirumuskan.
4) Dalam menyelenggarakan tes harus memperhatikan keadaan yang mempengaruhi
penyelenggaraannya.
5) Sebelum melaksanakan tes sebaiknya menyusun lay out atau kisi-kisi terlebih dahulu.
Dalam tahap perencanaan ini yang paling utama harus diperhatikan adalah menyusun
soal tes. Tes yang dilakukan bisa kurang peka untuk menilai pencapaian tujuan
intruksional tertentu bagi kelas-kelas tertentu. Oleh karena itu, perlu sekali guru-guru
agama menyusun tes yang cocok digunakan untuk kelas-kelas tertentu dan maksud
tertentu , baik untuk pre test atau past test. Misalnya untuk mengevaluasi hasil belajar
pada akhir setiap satuan pelajaran, soal-soal test hendaknya disusun sehingga betul-
betul mengukur tujuan intruksional yang hendak dicapai. Sedangkan untuk evaluasi
hasil belajar pada akhir tri wulan, akhir semester, atau akhir tahun ajaran dan
keseluruhan program, soal test hendaknya lebih dititik beratkan pada evaluasi
terhadap aspek kemampuan yang tinggi yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan
intruksional umum.
Untuk evaluasi dalam proses belajar mengajar dapat digunakan soal test bentuk
uraian dan obyektif yang seringkali dipergunakan baik pada penilaian formatif maupun
pada penilaian sumatif.
13 Suharsimi Arikunto,Op. Cit., h. 85
15
Menyusun soal test bentuk uraian, test bentuk obyektif dan bentuk perbuatan
yang baik tidaklah mudah. Dibawah ini dikemukakan cara menyusun ketiga soal test
tersebut.
a) Menyusun Soal Test Bentuk Uraian
Soal test bentuk uraian menuntut kemampuan siswa untuk menyusun jawaban
dengan kata-kata sendiri dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
pengalaman dan pengetahuannya sendiri.
Selain itu dalam menyusun soal test bentuk uraian ini juga perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
- Setiap pertanyaan hendaknya berisi suatu perumusan masalah yang jelas
- Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk yang jelas tentang jenis jawaban
yang dikehendaki oleh penguji.
- Hendaklah pertanyaan-pertanyaan disusun sehingga menuntut siswa untuk
menguraikan jawaban dengan kata-kata dan pikiran sendiri.
Soal bentuk uraian dapat dipakai bila:
- Siswa yang diuji sedikit jumlahnya.
- Guru ingin mengetahui sampai dimana perkembangan keahlian siswa untuk dapat
menyatakan jawaban yang diberikannya dalam bentuk tulisan terhadap soal yang
diujikan.
- Guru lebih tertarik pada cara-cara memecahkan persoalan itu, tidak hanya kepada
hasilnya.
- Hanya sedikit waktu yang tersedia untuk menyusun soal.
- Guru lebih percaya kepada kecakapannya sebagai pembaca yang kritis daripada
sebagai penulis soal obyektif yang baik.
b) Menyusun soal tes berbentuk obyektif
Pada soal test berbentuk obyektif siswa tinggal memilih jawaban yang benar
diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, atau memberikan jawaban singkat,
atau melengkapi pertanyaan yang belum sempurna. Sebelum menyusun soal, terlebih
dahulu disusun kisi-kisi dengan maksud agar soal yang disusun ini terinci dan terarah.
16
Kisi-kisi tersebut antara lain dibuat dalam tabel yang menggambarkan jumlah
soal yang akan dibuat, kelompok kemampuan yang akan diujikan, yaitu apakah segi
kognitif, afektif atau psikomotorik, dan tingkat kesukaran dan kemudahan soal tersebut.
Bentuk soal tersebut dapat berupa benar salah, pilihan ganda, menjodohkan,
jawaban singkat dan isian.
c) Langkah pelaksanaan
Pelaksanaan evaluasi dalam proses belajar-mengajar dapat dilakukan melalui
test formatif dan test sumatif serta test penempatan dan test diagnostik.
Test formatif diberikan secara periodik untuk memantau kemajuan belajar siswa
selama proses belajar berlangsung dan untuk memberikan umpan balik bagi
penyempurnaan program belajar-mengajar dan mengadakan upaya perbaikan bagi murid.
Test sumatif adalah test yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar
masing-masing siswa antara lain untuk memberikan laporan kepada orang tua murid,
penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya siswa.
Test penempatan digunakan untuk penempatan siswa dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, yang sesuai dengan tingkat kemampuan lain yang dimilikinya.
Test diagnostik digunakan untuk mengenal latar belakang siswa yang
mengalami kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut yang dialami oleh siswa.
d) Alat-alat Evaluasi
Secara garis besar, alat evaluasi yang dapat digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu test dan bukan test (non tes).
Selanjutnya test dan non test ini juga disebut sebagai tehnik evaluasi.
Berhubungan luasnya penjelasan yang menyangkut soal test, maka disini akan
diterangkan masalah non test terlebih dahulu.
(1) Teknik Non Test
Yang tergolong teknik non test adalah:
17
a. Skala bertingkat (rating scale), yaitu suatu nilai yang berbentuk angka terhadap hasil
suatu pertimbangan.
b. Kuesioner yang juga disebut angket.
Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
responden. Ditinjau dari segi siapa yang menjawabnya, kuesioner ini ada dua macam,
yaitu kuesioner langsung , yaitu koesioner yang langsung dikirim pada orang yang akan
menjawabnya, dan kuesioner tidak langsung yang diisi oleh bukan diminta
keterangannya.
Selanjutnya, dilihat dari segi cara menjawabnya, kuesioner ini ada dua macam,
yaitu ada yang tertutup, dimana yang dievaluasi tinggal mengisi saja dari pilihan yang
ada, sedangkan kuesioner yang terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi (responden) bebas mengemukakan pendapatnya.
c. Daftar Cocok (ckeck list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan petanyaan yang biasanya
singkat-singkat, dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan cek (weding)
ditempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan
sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberikan kesempatan sama sekali
untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi yang
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek
evaluasi;
2) Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e. Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara teliti serta pencatatan sistematik.
18
Dalam hubungan ini ada tiga macam observasi, yaitu:
1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam
pada itu pengamatan memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul
mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat
menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok
yang diamati.
2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor diamati sudah didaftar
secara sistematik, dan sudah disusun menurut kategorinya. Pada observasi ini
pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian, pengamat tidak dibidangkan
oleh situasi yang melingkupi dirinya.
3) Observasi eksperimental, yaitu observasi yang terjadi jika pengamat tidak
berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat mengendalikan unsur-unsur
penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan evaluasi.14
(2) Teknis Tes
Secara teoritis, tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif
untuk memperoleh data atau keterangan-keteragan yang diinginkan tentang seseorang
dengan yang dianggap paling tepat dan cepat.
Dilihat dari segi sifat dan fugsinya, tes ini ada yang bersifat diagnostik,tes
formatif dan tes sumatif. Penjelasan atas masing-masing tes ini telah dijelaskan pada
uraian diatas.
Itulah beberapa alat evaluasi yang dapat digunakan. Namun, apa yang
dikemukakan diatas masih terlalu singkat dan sederhana, dan masih perlu anda perdalam
lagi dengan membaca berbagai buku yang berkenaan dengan evaluasi ini, seperti buku-
buku yang terdapat daftar bacaan pada tulisan ini.
Perlu juga dikemukakan disini, bahwa islam tidak memiliki model alat evaluasi
yang khas. Semua alat evaluasi tersebut bersifat netral. Dalam arti dapat digunakan untuk
mengevaluasi hsil pengajaran mata pelajaran agama. Dengan kata lain secara teknis alat
evaluasi pendidikan tersebut sama dengan yang dikehendaki oleh islam.
14 Ibid.,h. 23-28
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi pendidikan adalah proses membandingkan situasi yang ada dengan
kriteria tertentu terhadap masala-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil
dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan
kegiatan pendidikan.
Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai
beberapa fungsi,yaitu:
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara konprehensif yang
meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang
sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan
sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar
mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahwa pelajaran yang
diberikan dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh
Mahasiswa khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan
pemikiran dan pengetahuan bagi rekan-rekan Mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah
ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, cet.10.1993.h.1
H.M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara.cet.1,1991,h.274.
A.Tabrani Rusyan dkk., Pendekatan dalam proses belajar-mengajar, Bandung:Remaja
Rosda Karya,cet. 2 ,1992
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 1
A.Tabrani Rusyan, Op.., h. 211-212
Ibid,192
Ahmad Amin, Al-Akhlak.Etika, (Ilmu Akhlak). (Terjemahan Farid Ma’ruf dari al-Akhlak,
Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1, 1975, h. 68
Ali Hasan, Tuntunan Akhlak,Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1, 1978, h. 44
Sayyid sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, (terjemahan mohammad Abdai
Rothomi dari al-Aqidah al-Islamiyyah, Bandung: CV. Diponegoro, h. 17; lihat pula M. Yusuf
Qardawi, Iman dan Kehidupan, (terjemahan Fachruddin, Jakarta: Bulan bintang, cet. 1 1977,
h. 25; Abdul Mujeb, Tinjauan Hidup Dalam Pandangan Islam, Surabaya: Karya Utama, h.
29-30.
A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., h, 218
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h, 16
A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., h. 35-36
H. M. Arifin, Op. Cit, h. 244
A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., 213
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 85
Ibid., h. 23-28

More Related Content

What's hot

Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanAyu Wikan
 
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAH
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAHPERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAH
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAHMohd Fuad
 
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswajurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswaRisa Meiranti
 
Ppt Analisis Instruksional
Ppt Analisis InstruksionalPpt Analisis Instruksional
Ppt Analisis Instruksionalrizka_pratiwi
 
Artikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikanArtikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikanElsina Sihombing
 
Definisi psikologi pendidikan menurut para ahli
Definisi psikologi pendidikan menurut para ahliDefinisi psikologi pendidikan menurut para ahli
Definisi psikologi pendidikan menurut para ahlimfsginting
 
Ranah kognitif (pengetahuan)
Ranah kognitif (pengetahuan)Ranah kognitif (pengetahuan)
Ranah kognitif (pengetahuan)Sukiman Fitk
 

What's hot (13)

Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi paiMakalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAH
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAHPERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAH
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENILAIAN DAN PENYELIDIKAN KURIKULUM BILIK DARJAH
 
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswajurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
jurnal Hubungan motivasi-belajar-thdp-hasil-belajar-mahasiswa
 
Ppt Analisis Instruksional
Ppt Analisis InstruksionalPpt Analisis Instruksional
Ppt Analisis Instruksional
 
Artikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikanArtikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikan
 
Definisi psikologi pendidikan menurut para ahli
Definisi psikologi pendidikan menurut para ahliDefinisi psikologi pendidikan menurut para ahli
Definisi psikologi pendidikan menurut para ahli
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi paiMakalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 2
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
Ranah kognitif (pengetahuan)
Ranah kognitif (pengetahuan)Ranah kognitif (pengetahuan)
Ranah kognitif (pengetahuan)
 

Viewers also liked

Invitacion Networking Nov 2016.docx - Google Docs
Invitacion Networking Nov 2016.docx - Google DocsInvitacion Networking Nov 2016.docx - Google Docs
Invitacion Networking Nov 2016.docx - Google DocsLuis Gutierrez-Prieto
 
поняття правил Incoterms 2010
поняття правил Incoterms 2010поняття правил Incoterms 2010
поняття правил Incoterms 2010Sergiy Sergiy
 
Spending reviews - Raymond Bausch, Luxembourg
Spending reviews - Raymond Bausch, LuxembourgSpending reviews - Raymond Bausch, Luxembourg
Spending reviews - Raymond Bausch, LuxembourgOECD Governance
 
Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...
Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...
Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...iosrjce
 
OECD, Habitat III and a New Urban Agenda
OECD, Habitat III and a New Urban AgendaOECD, Habitat III and a New Urban Agenda
OECD, Habitat III and a New Urban AgendaOECD Governance
 
Color vibration seminar power point
Color vibration seminar power pointColor vibration seminar power point
Color vibration seminar power pointDonna Reis
 
Sosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasi
Sosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasiSosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasi
Sosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasialiyudhi_h
 
Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)
Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)
Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)eli priyatna laidan
 
Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16
Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16
Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16Amphie Yuurisman
 

Viewers also liked (12)

Invitacion Networking Nov 2016.docx - Google Docs
Invitacion Networking Nov 2016.docx - Google DocsInvitacion Networking Nov 2016.docx - Google Docs
Invitacion Networking Nov 2016.docx - Google Docs
 
поняття правил Incoterms 2010
поняття правил Incoterms 2010поняття правил Incoterms 2010
поняття правил Incoterms 2010
 
The Underwater World
The Underwater WorldThe Underwater World
The Underwater World
 
redditgifts for brands
redditgifts for brandsredditgifts for brands
redditgifts for brands
 
Spending reviews - Raymond Bausch, Luxembourg
Spending reviews - Raymond Bausch, LuxembourgSpending reviews - Raymond Bausch, Luxembourg
Spending reviews - Raymond Bausch, Luxembourg
 
Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...
Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...
Draft Artikel Jurnal Internasional Financial Literacy Development for Increas...
 
OECD, Habitat III and a New Urban Agenda
OECD, Habitat III and a New Urban AgendaOECD, Habitat III and a New Urban Agenda
OECD, Habitat III and a New Urban Agenda
 
ASMAUL HUSNA
ASMAUL HUSNAASMAUL HUSNA
ASMAUL HUSNA
 
Color vibration seminar power point
Color vibration seminar power pointColor vibration seminar power point
Color vibration seminar power point
 
Sosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasi
Sosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasiSosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasi
Sosialisasi Perka Badan POM tentang pengendalian gratifikasi
 
Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)
Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)
Rpp (gerak rotasi translasi dan kesetimbangan benda tegar)
 
Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16
Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16
Soal bahasa indonesia kelas 6 04.02.16
 

Similar to Bab i

Bahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia diniBahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia diniMuhaimin Abu Faiz
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikanAzmiNazarina
 
Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Phujie FaHrani
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK NailZakawali
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam33335
 
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahEvaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahAugust Ruris Narendra
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasiWarnet Raha
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasiWarnet Raha
 
Evaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran linaEvaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran linaJosua Sitorus
 
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docxMAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docxFeniannisa
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7Septian Muna Barakati
 
hakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaranhakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaransuciariani
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingVivi Vey
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingVivi Vey
 

Similar to Bab i (20)

Bahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia diniBahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia dini
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan Hakikat evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pendidikan
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam
 
Pbm
PbmPbm
Pbm
 
Pembelajaran PAI
Pembelajaran PAIPembelajaran PAI
Pembelajaran PAI
 
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolahEvaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah
 
87 435-1-pb
87 435-1-pb87 435-1-pb
87 435-1-pb
 
87 435-1-pb
87 435-1-pb87 435-1-pb
87 435-1-pb
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Evaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran linaEvaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran lina
 
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docxMAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 7
 
hakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaranhakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaran
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 

More from muslih muslihah

More from muslih muslihah (6)

Presentasi filsafat pendidikan islam
Presentasi filsafat pendidikan islamPresentasi filsafat pendidikan islam
Presentasi filsafat pendidikan islam
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Ringkasan buku
Ringkasan bukuRingkasan buku
Ringkasan buku
 
isi
isiisi
isi
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

Recently uploaded

Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 

Recently uploaded (20)

Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 

Bab i

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak pengertian filsafat yang dikemukakan para ilmuan, namun di sini akan diambil salah satu saja. Filsafat berasal dari bahasa Yunani philo yang berarti cinta dan shopos yang berarti ilmu atau hikmah (Katsoff, 1989:11). Dengan demikian filsafat dapat diartikan cinta terhadap ilmu atau hikmah. Namun Dr. Harun Nasution berpendapat bahwa filsafat adalah tata cara berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya. Sedangkan pendidikan menurut Lodge dalam artinya yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh , yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi , kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol (Lodge, 1974:23). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen-dan akhiran –an yang berarti perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik (Poerwadarminta, 1995:250). Secara semantik kata pendidikan tersebut menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dalam hal ini peserta didik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didiknya berdasarkan sistem, metode, maupun program yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang wajib hukumnya bagi manusia yang berlangsung seumur hidup (long life education). Pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dengan berbagai permasalahan di dalamnya yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Diantara permasalahannya banyak yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam sehingga membutuhkan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya.
  • 2. 2 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian evaluasi pendidikan ? 2. Bagaimana kedudukan evaluasi pendidikan ? 3. Apa fungsi evaluasi dalam pendidikan islam ? 4. Jelaskan prinsip evaluasi dalam pendidikan islam ? 5. Sebutkan sasaran evaluasi dalam pendidikan islam ? 6. Sebutkan ciri-ciri evaluasi dalam pendidikan islam ? 7. Bagaimana prosedur evaluasi dalam pendidikan islam ? 1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui pengertian evaluasi pendidikan. 2. Memahami kedudukan evaluasi pendidikan. 3. Mengetahui fungsi evaluasi dalam pendidikan islam. 4. Memahami prinsip evaluasi dalam pendidikan islam. 5. Memahami sasaran evaluasi dalam pendidikan islam. 6. Mengetahui ciri-ciri evaluasi dalam pendidikan islam. 7. Memahami prosedur evaluasi dalama pendidikan islam.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.1 Dalam bahasa arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang berarti ujian. Dan dikenal juga dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.2 Dari segi istilah evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.3 Jika kata evaluasi tersebut dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masala-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar para siswa dalam suatu jenjang pendidikan tertentu, melainkan juga berkenaan dengan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode, sasaran prasarana, lingkungan, dan sebagainya. Namun demikian, pada umumnya evaluasi pendidikan lebih diarahkan pada upaya untuk mengetahui dengan jelas dan obyektif terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan. Pengertian ini memang ada benarnya juga, karena tujuan akhir dari suatu kegiatan pendidikan bisa diarahkan kepada keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mereka mengikuti kegiatan belajar. Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hampir berdekatan, yaitu pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkan. Sementara yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, 1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan,Jakarta:Bumi Aksara,cet.10.1993.h.1 2 H.M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara.cet.1,1991,h.274. 3 A.Tabrani Rusyan dkk., Pendekatan dalam proses belajar-mengajar, Bandung:Remaja Rosda Karya,cet. 2 ,1992
  • 4. 4 ataupun hubungan antara ketiganya, menurut Suharsimi Arikunto dapat dipahami melalui contoh-contoh dibawah ini: 1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil pada kita, dan kita disuruh memilih dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu kita akan memilih yang panjang. Kita tidak memilih yang pendek kecuali ada alasan yang khusus. 2. Pasar merupakan tempat pertemuan orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih terlebih dahulu mana barang yang lebih baik menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, halus kulitnya. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis, sedang jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya rasanya masam.4 2.2 Kedudukan Evaluasi Pendidikan Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci al-Qur’an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Hal ini, misalnya dapat dipahami dari ayat yang berbunyi sebagai berikut: ‫ا‬ ‫ادم‬ ‫علم‬ ‫و‬‫ص‬ ‫كنتم‬ ‫ان‬ ‫ؤالء‬ ‫باسما‬ ‫انبئونى‬ ‫فقال‬ ‫الملئكة‬ ‫على‬ ‫ضهم‬ ‫عر‬ ‫ثم‬ ‫كلها‬ ‫سماء‬ ‫اال‬.‫ادقين‬ ‫الح‬ ‫العليم‬ ‫انت‬ ‫انك‬ ‫علمتنا‬ ‫ما‬ ‫اال‬ ‫لنا‬ ‫علم‬ ‫ال‬ ‫سبحانك‬ ‫قالو‬‫كيم‬ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu Allah berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab:”Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi maha Bijaksana.”(Q.S. al-Baqarah,2:31-32) Dari ayat tersebut ada 4 hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah SWT dalam ayat tersebut telah bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran, kepada Nabi Adam as. Kedua, para malaikat karena tidak memperoleh pengajaran sebagaimana yang 4 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 1
  • 5. 5 diterima oleh Nabi Adam, mereka tidak dapat menyebutkan nama-nama benda (ajaran) yang telah diberikan kepada Nabi Adam. Ketiga, Allah SWT telah meminta kepada Nabi Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang telah diterimanya dihadapan para malaikat. Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi atau materi yang diujikan, haruslah materi yang pernah diajarkan. Selanjutnya Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud- hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat berikut ini: ‫الكدبين‬ ‫من‬ ‫كنت‬ ‫ام‬ ‫اصدقت‬ ‫سننظر‬ ‫قال‬ Berkata Sulaiman:”akan Kami libat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”(Q.S. al-Naml,27:27) 2.3 Fungsi Evaluasi Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat macam-macam keputusan, Dalam hubungan ini, A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi,yaitu: 1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara konprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. 2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari. 3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahwa pelajaran yang diberikan dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan. 4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid. 5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar. 6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat. 7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar. Fungsi tersebut diatas memberikan gambaran yang jelas bahwa setiap kegiatan belajar
  • 6. 6 mengajar dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi. Selain itu evaluasi juga berfungsi dalam beberapa hal sebagai berikut: a. Evaluasi berfungsi sebagai selektif Dengan mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan selekasi atau penilaian terhadap siswanya,evaluasi itu sendiri mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu. 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. 3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya. b. Evaluasi berfungsi diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya. c. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan dinegara barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul atau paket belajar yang lain. Sebagai alasan timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Tetapi, disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, maka diperlukan evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berbeda dengan kelompok yang sama dalam belajar. d. Evaluasi sebagai pengukur keberhasilan Fungsi keempat dari penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejau mana suatu program berhasil ditetapkan. Telah disinggung pada bagian sebelumnya, bahwa
  • 7. 7 keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu, faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya. 2) Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW, terhadap umatnya. 3) Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia disisi Allah, yaitu yang paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya dan manusia yang ingkar kepada ajaran Islam. 2.4 Prinsip Evaluasi Evaluasi diartikan sebagai proses penilaian tentang keberhasilan tujuan-tujuan pendidikan yang dapat tercapai. Maka dari itu, perlu diperhatikan prisip-prinsip evaluasi sebagai dasar pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a) Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif, yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. b) Evaluasi harus dibedakan antara pensekoran dan penilaian dengan ketegori. Pensekoran berkenaan dengan aspek kuantitatif, dan penilaian berkenaan dengan aspek kualitatif (mutu). c) Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian, yaitu penilaian yang norm referenced dan orientation referenced. Yang pertama berkenaan dengan hasil belajar dan yang kedua berkenaan dengan penempatan. d) Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. e) Penilaian hendaknya bersifat kompatabel artinya dapat dibandingkan antara satu tahap dengan tahap penilaian lainnya. f) Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri, sehingga tidak membingungkan (Rusyan, 1992:211-212).5 Selain itu, A. Thabrani Rusyan juga menyebutkan bahwa penilaian akan berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: 5 A. Tabrani Rusyan,Op.., h. 211-212
  • 8. 8 a. Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan. b. Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian. c. Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar subyektif mungkin. d. Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.6 Prinsip-prinsip tersebut sejalan denga ajaran Islam, karena prinsip-prinsip tersebut dalam ajaran islam termasuk ke dalam ahklak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuia dengan apa adanya.7 Orang yang menilai demikian dalam agama Islam dikenal dengan istilah shiddiq.8 Al-qur’an menjelaskan sebagai berikut: ‫ق‬ ‫الصد‬ ‫مع‬ ‫ا‬ ‫نو‬ ‫وكو‬ ‫هللا‬ ‫اتقوا‬ ‫امنوا‬ ‫الذين‬ ‫ايها‬ ‫يا‬‫ين‬ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar. (Q.S. al-Taubah, 9:119) Selanjutnya di dalam hadist dinyatakan sebagai berikut: ‫عندهللا‬ ‫يكتب‬ ‫حتى‬ ‫ليصدق‬ ‫الرجل‬ ‫وان‬ ‫الجنة‬ ‫إلى‬ ‫يهدي‬ ‫وإنالبر‬ ‫البر‬ ‫إلى‬ ‫يهدي‬ ‫الصدق‬ ‫ان‬‫يديقا‬ Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar sehinnga tercatat disisi Allah sebagai orang yang benar. (H.R. Bukhari-Muslim) Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang yang melakukan penilaian harus benar-benar yakin terhadap penilaiannya itu. Ia tidak boleh menilai sesuatu yang belum diketahui dengan pasti atau masih meragukan. 2.5 Sasaran Evaluasi Langkah yang ditempuh oleh guru dalam mengadakan evaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi ini penting diketahui supaya memudahkan guru dalam menyusun alat-alat evaluasinya. Pada umumnya ada 3 sasaran pokok evaluasi, yakni: 1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar mengajar. 6 Ibid,192 7 Ahmad Amin, Al-Akhlak.Etika, (Ilmu Akhlak). (Terjemahan Farid Ma’ruf dari al-Akhlak,Jakarta:Bulan Bintang, cet. 1, 1975, h. 68 8 Ali Hasan,Tuntunan Akhlak,Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1, 1978, h. 44
  • 9. 9 2. Segi pendidikan, artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. 3. Segi-segi yang menyangkut proses belajar-mengajar dan mengajar itu sendiri, yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru, sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid.9 Ketiga sasaran tersebut diatas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan dinilai dari segi-segi perubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar. Dengan menetapkan sasaran di atas, maka seorang guru akan mudah menetapkan alat-alat evaluasinya. Adapun segi-segi yang diukur dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut: a. Kedudukan akademis setiap murid, baik dibandingkan dengan teman sekelasnya, sekolahnya maupun dengan sekolah-sekolah lain. b. Kemajuan belajar dalam suatu mata pelajaran tertentu, misalnya tauhid, fiqh, tarikh, dan sebagainya. c. Kelemahan dan kelebihan murid. 2.6 Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan Apakah sebenarnya kepandaian itu? Seorang siswa yang pandai matematika, tidak dapat dengan mudah dibedakan dari siswa lainnya, hanya dengan melihat anak tersebut. Kita tidak dapat melihat siswa pandai atau siswa bodoh. Kepandaian itu tidak dapat disaksikan dari luar. Untuk menentukan siswa mana yang lebih pandai dari yang lain, maka bukan kepandaiannya yang diukur. Kita dapat mengukur kepandaian melalui gejala yang nampak atau memancar dari kepandaiannya. Salah satu contoh, anak yang pandai biasanya dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Inilah ciri utama dari evaluasi pendidikan, yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. 9 A. Tabrani Rusyan,Op. Cit., h, 218
  • 10. 10 Berkenaan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau intelegen, seorang ahli ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan pendapatnya bahwa anak yang intelegen (cerdas) adalah anak yang mempunyai: 1. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan. 2. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik. 3. Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain) 4. Kemampuan untuk mengingat-ingat. 5. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan). 6. Kemampuan untuk berfantasi.10 Ciri kedua evaluasi pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasi ke bentuk kualitatif. Contoh dari hasil pengukuran, Hery mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Budi 105. Dengan demikian Hery dapat digolongkan sebagai anak pandai, sedangkan Budi sebagai anak normal. Ciri ktiga dari evaluasi pendidikan, yaitu bahwa evaluasi pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang pengukuran IQ nya 80, menurut unit ukurannya termasuk nak dungu. Ciri keempat dari evaluasi pendidikan adalah bersifat relative artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh hasil ulangan matematika yang diperoleh Minarti hari senin adalah 80, hasil hari selasa 9, tetapi hasil ulangan hari sabtu hany 50. Ketidaktetapan hasil penilaian ini disebabkan karena banyak faktor. Mungkin pada hari sabtu Minarti sedang risau hatinya menghadapi malam minggu sore harinya. Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu: 10 Suharsimi Arikunto,Op. Cit., h, 16
  • 11. 11 a. Terletak pada alat ukurnya Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Misalnya, kita akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang terbuat dari bahan elasis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik, tentu saja pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik, karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan pasti. Tentang bagaimana syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam pendidikan, telah dibicarakan tersendiri oleh para ahli. b. Terletak pada orang yang melakukan penilaian Hal ini dapat: a) kesalahan pada waktu melakukan penilaian, karena faktor subyektifitas penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran. Tulisan yang jelek dan tidak jelas, sering mempengaruhi subyektifitas penilai, jika ada waktu mengerjakan koreksi, penilai itu sendiri sedang risau. Untuk memperoleh obyektifitas, seorang penilai harus menjauhkan diri dari hal-hal yang mengganggu konsentrasinya. b) kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara murah atau mahal. c) adanya hallo-effect, yakni adanya kesan penilai terhadap siswa, d) adanya pengaruh hasil penilaian yang diperoleh terdahulu. c. Terletak pada anak yang dinilai Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati seseorang akan sangat berpengaruh terhadap hal penilaian, misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan, akan memberikan hasil kurang memuaskan. Sedangkan suasana dari gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik. Selain itu, keadaan fisik siswa ketika sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas atau pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu saja mempengaruhi cara siswa untuk memecahkan persoalan. Pikirannya sangat sukar untuk konsentrasi. d. Terletak pada situasi dimana penilaian itu berlangsung. Dalam hubungan ini suasana yang gaduh, baik didalam maupun di luar ruangan, akan mengganggu konsentrasi siswa. Demikian pula tingkah laku kaawan-kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atu nampak main-main, akan mempengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal. Selain itu, pengawasan dalam penilaian juga berpengaruh. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. Namun, adakalanya, keadaan sebaliknya. Yaitu
  • 12. 12 pengawasan yang longgar justru membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya diri sendiri dalam menegrjakan soal ujian.11 Ciri-ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana disebutkan diatas adalah suatu hal yang biasa anda jumpai dalam tugas anda sebagai guru. Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut diharapkan dapat membantu tugas anda sebagai pendidik. 2.7. Prosedur Evaluasi Prosedur dalam mengadakan evaluasi dapat dibagi ke dalam beberapa langkah. H.M Arifin menyebutkan langkah-langkah tersebut adalah: a. Perencanaan. b. Pengumpulan data. c. Verivikasi data d. Analisis data e. Penafsiran data.12 Setelah diketahui tujuan intruksional yang akan dicapai, maka masalah yang kedua adalah menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai. Penentuan tentang aspek-aspek yang harus dinilai ditentukan oleh tujuan evaluasi yang dilaksanakan, yakni untuk memperoleh bahan informasi yang cukup lengkap tentang anak didik dengan sendirinya harus diadakan evaluasi tehadap sejumlah aspek tertentu. Masalah ketiga adalah menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan. Metode ini ditentukan oleh aspek yang akan dinilai. Untuk menilai sikap, misalnya, dipergunakan checklist. Masalah keempat ialah memilih atau menyusun alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan. Alat-alat evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi yang akan dipergunakan. Apabila alat-alat yang akan dipergunakan cukup tersedia, maka tinggal memilih salah satu dari alat tersebut. Akan tetapi bila alat tersebut belum tersedia, maka harus disusun sendiri alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan itu. Masalah penyusunan alat-alat evaluasi itu merupakan hal yang sangat penting dalam proses evaluasi, karena tepat tidaknya data yang diperoleh sangat bergantung baik tidaknya alat-alat evaluasi yang dipergunakan. 11 A. Tabrani Rusyan,Op. Cit., h. 35-36 12 A. Tabrani Rusyan,Op. Cit., 213
  • 13. 13 Masalah kelima ialah menentukan kriteria yang dipergunakan. Setelah alat-alat evaluasi dipilih dan disusun serta telah ditetapkan kriterianya, maka selanjutnya ditentukan frekuensi evaluasi. Dalam proses belajar-mengajar, metode yang tepat untuk dipergunakan dalam menetapkan frekuensievaluasi ialah susunan bahan pelajaran. Kalau suatu bahan pelajaran terdiri dari empat unit misalnya, maka evaluasi terhadap bahan pelajaran itu paling sedikit harus dilaksanakan pada setiap akhir suatu unit. Langkah-langkah pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa sublangkah, yaitu pelaksanaan evaluasi, pemeriksaan hasil-hasil evaluasi, dan pemberian kode atau skor. Pemberian kode berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang tidak bermakna kuantitatif. Pemberian skor berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang diberi makna kuantitatif. Data yang diperoleh dari pengumpulan data masih merupakan data mentah yang belum dapat memberikan gambaran yang jelas. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dari evaluasi yang dilaksanakan, maka kode atau skor yang diperoleh harus dianalisis lebih lanjut. Sehubungan dengan ini, maka teknik-teknik mengolah data perlu diperhatikan. Teknik pengolahan data atau analisis data biasanya diklarifikasikan menjadi dua macam, yaitu pengolahan data secara statistik dan pengolahan data bukan secara statistik, pengolahan jenis mana yang dipergunakan antara lain tergantung jenis data yang diolah. Pemberian interpretasi merupakan pernyataan tentang hasil pengolahan data. Interpretasi tentang hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut norma. Norma ini ditetapkan atau disiapkan terlebih dahulu secara rasional sebelum suatu evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan evaluasi. Penggunaan hasil evaluasi merupakan pokok dari seluruh prosedur evaluasi dan bergantung pada tujuan evaluasi yang dilaksanakan. Selanjutnya prosedur tersebut jika dihubungkan dengan pelaksanaannya akan tergantung pada bidang studi yang akan dievaluasi.
  • 14. 14 Dalam pelaksanaannya evaluasi bidang studi pengajaran meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Langkah perencanaan. b. Langkah pelaksanaan. c. Langkah pengolahan skor13 Langkah-langkah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Pada langkah perencanaan agar penyelenggaraan evaluasi itu dapat berjalan lancar adalah: 1) Semua hasil belajar siswa yang penting harus dinilai sebaik-baiknya. 2) Dalam mengadakan tes harus menggambarkan suatu titik berat dari suatu pelajaran yang bersangkutan. 3) Tes harus menggambarkan tujuan yang telah dirumuskan. 4) Dalam menyelenggarakan tes harus memperhatikan keadaan yang mempengaruhi penyelenggaraannya. 5) Sebelum melaksanakan tes sebaiknya menyusun lay out atau kisi-kisi terlebih dahulu. Dalam tahap perencanaan ini yang paling utama harus diperhatikan adalah menyusun soal tes. Tes yang dilakukan bisa kurang peka untuk menilai pencapaian tujuan intruksional tertentu bagi kelas-kelas tertentu. Oleh karena itu, perlu sekali guru-guru agama menyusun tes yang cocok digunakan untuk kelas-kelas tertentu dan maksud tertentu , baik untuk pre test atau past test. Misalnya untuk mengevaluasi hasil belajar pada akhir setiap satuan pelajaran, soal-soal test hendaknya disusun sehingga betul- betul mengukur tujuan intruksional yang hendak dicapai. Sedangkan untuk evaluasi hasil belajar pada akhir tri wulan, akhir semester, atau akhir tahun ajaran dan keseluruhan program, soal test hendaknya lebih dititik beratkan pada evaluasi terhadap aspek kemampuan yang tinggi yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan intruksional umum. Untuk evaluasi dalam proses belajar mengajar dapat digunakan soal test bentuk uraian dan obyektif yang seringkali dipergunakan baik pada penilaian formatif maupun pada penilaian sumatif. 13 Suharsimi Arikunto,Op. Cit., h. 85
  • 15. 15 Menyusun soal test bentuk uraian, test bentuk obyektif dan bentuk perbuatan yang baik tidaklah mudah. Dibawah ini dikemukakan cara menyusun ketiga soal test tersebut. a) Menyusun Soal Test Bentuk Uraian Soal test bentuk uraian menuntut kemampuan siswa untuk menyusun jawaban dengan kata-kata sendiri dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman dan pengetahuannya sendiri. Selain itu dalam menyusun soal test bentuk uraian ini juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: - Setiap pertanyaan hendaknya berisi suatu perumusan masalah yang jelas - Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk yang jelas tentang jenis jawaban yang dikehendaki oleh penguji. - Hendaklah pertanyaan-pertanyaan disusun sehingga menuntut siswa untuk menguraikan jawaban dengan kata-kata dan pikiran sendiri. Soal bentuk uraian dapat dipakai bila: - Siswa yang diuji sedikit jumlahnya. - Guru ingin mengetahui sampai dimana perkembangan keahlian siswa untuk dapat menyatakan jawaban yang diberikannya dalam bentuk tulisan terhadap soal yang diujikan. - Guru lebih tertarik pada cara-cara memecahkan persoalan itu, tidak hanya kepada hasilnya. - Hanya sedikit waktu yang tersedia untuk menyusun soal. - Guru lebih percaya kepada kecakapannya sebagai pembaca yang kritis daripada sebagai penulis soal obyektif yang baik. b) Menyusun soal tes berbentuk obyektif Pada soal test berbentuk obyektif siswa tinggal memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, atau memberikan jawaban singkat, atau melengkapi pertanyaan yang belum sempurna. Sebelum menyusun soal, terlebih dahulu disusun kisi-kisi dengan maksud agar soal yang disusun ini terinci dan terarah.
  • 16. 16 Kisi-kisi tersebut antara lain dibuat dalam tabel yang menggambarkan jumlah soal yang akan dibuat, kelompok kemampuan yang akan diujikan, yaitu apakah segi kognitif, afektif atau psikomotorik, dan tingkat kesukaran dan kemudahan soal tersebut. Bentuk soal tersebut dapat berupa benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat dan isian. c) Langkah pelaksanaan Pelaksanaan evaluasi dalam proses belajar-mengajar dapat dilakukan melalui test formatif dan test sumatif serta test penempatan dan test diagnostik. Test formatif diberikan secara periodik untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung dan untuk memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program belajar-mengajar dan mengadakan upaya perbaikan bagi murid. Test sumatif adalah test yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar masing-masing siswa antara lain untuk memberikan laporan kepada orang tua murid, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya siswa. Test penempatan digunakan untuk penempatan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat, yang sesuai dengan tingkat kemampuan lain yang dimilikinya. Test diagnostik digunakan untuk mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut yang dialami oleh siswa. d) Alat-alat Evaluasi Secara garis besar, alat evaluasi yang dapat digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu test dan bukan test (non tes). Selanjutnya test dan non test ini juga disebut sebagai tehnik evaluasi. Berhubungan luasnya penjelasan yang menyangkut soal test, maka disini akan diterangkan masalah non test terlebih dahulu. (1) Teknik Non Test Yang tergolong teknik non test adalah:
  • 17. 17 a. Skala bertingkat (rating scale), yaitu suatu nilai yang berbentuk angka terhadap hasil suatu pertimbangan. b. Kuesioner yang juga disebut angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Ditinjau dari segi siapa yang menjawabnya, kuesioner ini ada dua macam, yaitu kuesioner langsung , yaitu koesioner yang langsung dikirim pada orang yang akan menjawabnya, dan kuesioner tidak langsung yang diisi oleh bukan diminta keterangannya. Selanjutnya, dilihat dari segi cara menjawabnya, kuesioner ini ada dua macam, yaitu ada yang tertutup, dimana yang dievaluasi tinggal mengisi saja dari pilihan yang ada, sedangkan kuesioner yang terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi (responden) bebas mengemukakan pendapatnya. c. Daftar Cocok (ckeck list) Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan petanyaan yang biasanya singkat-singkat, dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan cek (weding) ditempat yang sudah disediakan. d. Wawancara (interview) Wawancara atau interview adalah metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberikan kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi yang dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi; 2) Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. e. Pengamatan (observasi) Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti serta pencatatan sistematik.
  • 18. 18 Dalam hubungan ini ada tiga macam observasi, yaitu: 1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamatan memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati. 2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor diamati sudah didaftar secara sistematik, dan sudah disusun menurut kategorinya. Pada observasi ini pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian, pengamat tidak dibidangkan oleh situasi yang melingkupi dirinya. 3) Observasi eksperimental, yaitu observasi yang terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan evaluasi.14 (2) Teknis Tes Secara teoritis, tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data atau keterangan-keteragan yang diinginkan tentang seseorang dengan yang dianggap paling tepat dan cepat. Dilihat dari segi sifat dan fugsinya, tes ini ada yang bersifat diagnostik,tes formatif dan tes sumatif. Penjelasan atas masing-masing tes ini telah dijelaskan pada uraian diatas. Itulah beberapa alat evaluasi yang dapat digunakan. Namun, apa yang dikemukakan diatas masih terlalu singkat dan sederhana, dan masih perlu anda perdalam lagi dengan membaca berbagai buku yang berkenaan dengan evaluasi ini, seperti buku- buku yang terdapat daftar bacaan pada tulisan ini. Perlu juga dikemukakan disini, bahwa islam tidak memiliki model alat evaluasi yang khas. Semua alat evaluasi tersebut bersifat netral. Dalam arti dapat digunakan untuk mengevaluasi hsil pengajaran mata pelajaran agama. Dengan kata lain secara teknis alat evaluasi pendidikan tersebut sama dengan yang dikehendaki oleh islam. 14 Ibid.,h. 23-28
  • 19. 19 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Evaluasi pendidikan adalah proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masala-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi,yaitu: 1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara konprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. 2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari. 3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahwa pelajaran yang diberikan dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan. 4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid. 5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar. 6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat. 7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar. 3.2 Saran Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh Mahasiswa khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan pemikiran dan pengetahuan bagi rekan-rekan Mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.
  • 20. 20 DAFTAR PUSTAKA Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, cet.10.1993.h.1 H.M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara.cet.1,1991,h.274. A.Tabrani Rusyan dkk., Pendekatan dalam proses belajar-mengajar, Bandung:Remaja Rosda Karya,cet. 2 ,1992 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 1 A.Tabrani Rusyan, Op.., h. 211-212 Ibid,192 Ahmad Amin, Al-Akhlak.Etika, (Ilmu Akhlak). (Terjemahan Farid Ma’ruf dari al-Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1, 1975, h. 68 Ali Hasan, Tuntunan Akhlak,Jakarta: Bulan Bintang, cet. 1, 1978, h. 44 Sayyid sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, (terjemahan mohammad Abdai Rothomi dari al-Aqidah al-Islamiyyah, Bandung: CV. Diponegoro, h. 17; lihat pula M. Yusuf Qardawi, Iman dan Kehidupan, (terjemahan Fachruddin, Jakarta: Bulan bintang, cet. 1 1977, h. 25; Abdul Mujeb, Tinjauan Hidup Dalam Pandangan Islam, Surabaya: Karya Utama, h. 29-30. A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., h, 218 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h, 16 A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., h. 35-36 H. M. Arifin, Op. Cit, h. 244 A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., 213 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 85 Ibid., h. 23-28