Materi Seminar Sains Nasional pendidikan Karakter
JRMN-HASKA JMF FMIPA UNY 2011.
Melandandasi arah gerak Sains Islam.Memeperjelas Perbedaan antara Sains Islam dan Sains Islami.
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
SAINTIS BERKARAKTER
1. INTERNALISASI KARAKTER SAINTIS
RELIGIUS DALAM PENGEMBANGAN
SAINS
.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER
2011
DALAM RANGKAN DIES NATALIS UNY Ke-47
Jaringan Rohis MIPA Nasional
Abdul Mujib
Guru Besar Psikologi Islam
Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Ahad, 15 Mei 2011
Ruang Sidang Utama Rektorat
Universitas Negeri Yogyakarta
3. IPB temukan bakteri Sakazaki di susu formula.
Rektor: riset dirancang untuk berburu bakteri
bukan riset surveilance
Kemenkes, BPOM dan
IPB tetap bersikukuh tak
umumkan daftar susu
formula berbakteri
Sakazakii
Bikin Masyarakat
Resah
BPOM: 25 Susu Formula
Bebas Bakteri Sakazakii
(news.okezone.com)
KASUS
BIDANG BIOLOGI
4. KLONING DAN REKAYASA
GENETIKA
• Sejak peneliti dari Roslin Institute, Ian Wilmut dan
Keith Campbell, sukses melahirkan Dolly, para
ilmuwan berlomba-lomba mengembangkan teknik
kloning untuk manusia.
• Bagaimana pertimbangan Teologis (QS. al-Mu’minun
13-14), moral/etika universal, dan hukum
(perkawinan? anak siapa?)
• Bagaimana eksistensi manusia jika kloning
dikembangkan?
5. SENJATA BIOLOGIS REKAYASA
BIOGENETIKA
• Senjata pemusna massal orang miskin
• Dua jenis senjata biologis: (1) Virus (Ebola
dan Lassa) penyebab infeksi; (2) Bakteri
(Bacillus anthracis) penyebab anthrax
• Senjata biologi hasil Rekayasa bioteknologi
yang kebal antibiotik dan sangat mematikan
• Kasus ‘dendam’ ODHA
6. BIDANG KIMIA
• Bom atom atau nuklir
• Senjata kimia pemusna massal
• Zaman Nabi, perang dilakukan
dengan pedang. Selain heroik, juga
tidak merusak yang lain
• Dulu Al-Ghazali: mengharamkan
belajar kimia, karena menipu,
mengubah besi menjadi emas
7. Adanya interpretasi psikologis yang bias
budaya dalam memahami simbol-simbol
perilaku
KASUS BIDANG PSIKOLOGI
SOSIAL-
HUMANIORA
11. PENGERTIAN SAINTIS
RELIGIUS
Saintis yang mengembangkan sains
berdasarkan kaidah sains pada umumnya yang
penggunaannya didasarkan atas moral religius
(aksiologis)
Saintis yang mengembangkan sains
berdasarkan kaidah sains religius dan
menggunakannya dengan moral religius juga
(ontologis, epistimologis dan aksiologis)
12. FIRMAN ALLAH
QS. Al-Ahzab:59
ي
اجا
وْ
زاأل ْ
لُق ُّ ي
َِّبنال اا
هُّايأا
َي
ْلا ي
اءا
سينا
و ا
كياتانابا
و ا
ك
ا
نييني
مْ
ؤُ
م
يبييبالا
ج ْ
ني
م َّ
ني
هْيالا
ع ا
نيينْ
دُي
ُي ْ
ناأ ا
َنْ
داأ ا
كيلاذ َّ
ني
ه
الاف ا
نْفا
رْع
ا
ر اً
ورُ
فاغ َُّ
اَّلل ا
ناا
كا
و ا
نْياذْ
ؤُي
اً
يمي
ح
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan
Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
(QS. Al-Ahzab:59)
20. Pola Pragmatis
Mengutamakan aspek praktis dan
kegunaannya
Diadopsi dari teori-teori sains Barat
Dilegalisasi atau justivikasi dari al-nash
(Islamisasi sains)
Metode ini menghasilkan rumusan sains
Islami (dengan huruf ‘i’ pada kata Islam).
21. KEBOLEHAN MENGAMBIL
HIKMAH DAN ILMU DARI YANG
LAIN
ْ
ؤُ
ْملا ُةَّلاا
ض ُةا
مْ
كيْ
ْلا ُةا
ميلا
كْلا
اف اا
ها
دا
جا
و ُ
ثْيا
حاف ي
ني
م
ُّ
قا
احأ ا
وُ
ه
اا
ي
ِب
.
)
ماجه وابن الرتمذي رواه
(
”Hikmah itu merupakan barang yang hilang, jika
ditemukan darimana saja datangnya, maka ia
berhak memilikinya.” (HR. Al-Turmudzi dan Ibnu
Majah dari Abu Hurairah)
23. 1. Penguasaan disiplin ilmu modern.
2. Survai disiplin ilmu pengetahuan.
3. Penguasaan khazanah Islam.
4. Penguasaan khazanah ilmiah Islami.
5. Penemuan relevansi Islam terhadap ilmu pengetahuan.
6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern.
7. Penilaian kritis terhadap khazanah Islam.
8. Survai permasalahan umat Islam.
9. Survai permasalahan umat manusia.
10. Analisis kreatif dan sintesis.
11. Penuangan disiplin ilmu ke dalam kerangka Islam.
12. Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamisasikan.
12 Langkah-langkah Operasional menurut al-
Faruqi adalah:
24. 1.Pola similarisasi, yaitu menyamakan begitu saja
konsep-konsep sains dengan konsep-konsep yang
berasal dari Islam, padahal belum tentu sama.
2.Pola paralelisasi, yaitu menganggap paralel konsep
yang berasal dari Islam dengan konsep yang
berasal dari sains karena kemiripan konotasi, tanpa
mengidentikkan keduanya.
3.Pola komplementasi, yaitu antara Islam dan sains
saling mengisi, dan saling memperkuat, tetapi tetap
mempertahankan eksistensinya masing-masing.
6 BENTUK POLA PRAGMATIS
25. 1.Pola komparasi, yaitu membandingkan konsep atau
teori sains dengan Islam mengenai gejala-gejala
yang sama.
2.Pola induktifikasi, yaitu asumsi-asumsi dasar dan
teori-teori ilmiah yang didukung oleh temuan-temuan
empirik dilanjutkan pemikirannya secara teoritis-
abstrak ke arah pemikiran metafisik atau gaib,
kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip Islam.
3.Pola verifikasi, yaitu mengungkapkan hasil-hasil
penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan
kebenaran ajaran Islam.
26. Pola Idealistik:
• Digali dari khazanah Islam
• Pangkal studi dari studi Islam
• Pola ini menggunakan metode deduktif dari
ayat-ayat qawliyyah.
• Melalui pola ini maka tercipta apa yang
disebut dengan Sains Islam
27. SEMUANYA ADA DI AL-QUR’AN
•
ا
اباتي
ْكلا ا
كْيالا
ع ااْنلَّ
زانا
و
ً
انايْبيت
ٍ
ءْ
يا
َ ي
لُ
كيل
اْ
حا
را
و ىً
دُ
ها
و
ىا
رْ
شُبا
و ًة
ا
نيي
ميلْ
سُ
مْليل
• “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.” (QS. al-Nahl:89)
•
ٍ
ءْ
يا
َ ْ
ني
م ي
اباتي
ْكلا ي
ف اانْطَّ
راف اا
م
َُّ
ث
ا
شُْ
ش ْ
ميي
ِبا
ر ا
َريإ
ا
نوُ
ر
• “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. al-An’am:38)
28. Kauniyah (Sunnatullah)
Fardhu Ain Fardhu Kifayah
Psikologi Ilmu Kalam
Biologi Ilmu Fikih
Antropologi Ilmu al-Hadis
Sosiologi Ilmu al-Qur`an
Ekonomi Ilmu Akhlak
Politik Ilmu Tasawuf
Fisika Ushul Fiqh
Kimia Ilmu Nahwu
Seni Ilmu Balaghah
Astronomi Ilmu Manthiq
Zoologi Sejarah Islam
dll dll
Akidah
(Rukun Iman)
Syariah
(rukun islam)
Akhlaq
(Rukun Ihsan)
Qur’aniyah (Dinullah)
Pola Idealistik
33. PENDEKATAN GABUNGAN
ْانأ ي
فا
و ي
اقافاآل ي
ف اانيتا
آَي ْ
مي
هيي
رُنا
س
اَّ
نياباتاي َّ
َّتا
ح ْ
مي
هي
سُ
ف
ْا
َلا
اوأ ُّ
قاْ
ْلا ُهَّناأ ْ
مُا
ل
ْ
يا
َ ي
لُ
كىالا
ع ُهَّناأ ا
كيبا
ريب ي
فْ
كاي
ٌ
ديي
ها
َ ٍ
ء
• “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri
(anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu
adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu)
bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS.
Fushshilat:53)
ْ
مُ
كاايْنُ
د ي
رْ
وُ
ُمي
ِب ُ
مالْعاأ ْ
مُتْانأ
ُ
كينْيي
د ي
رْ
امأ ْ
ني
م ا
ناا
كاا
ماف
َّا
إِلاف ْ
م
• “Engkau lebih tahu tentang urusan duniamu dan apa yang
terkait dengan agamamu maka kembalilah padaku.” (HR.
Muslim)
34. • Niat Ibadah
• Ikhlas, bukan semata-mata karena uang dan kedudukan
• Bersikap tawadhu’ (merendahkan hati) dan tidak
memperlihatkan diri dengan sikap yang sombong atau
angkuh.
• Menjaga diri dalam bertindak yang tidak ma’ruf
(muru’ah) agar wibawanya tetap terjaga.
• Menghindarkan diri dari berbuat yang sia-sia (tidak
bermanfaat).
• Istiqamah, yaitu kontinue dan berkesinambungan
dalam melaksanakan proses komunikasi, baik dari
waktu, materi dan sebagainya.
36. ETIKA PERSONAL RELIGIUS
• Mengembangkan ilmu semata-mata karena ibadah,
sehingga tata caranya tidak boleh bertentangan dengan
akidah, syariah dan akhlak mulia.
• Ikhlas; ketulusan karena ridha Allah Swt., bukan untuk
hawa nafsu, materi dan hasrat duniawi lainnya.
Kebolehan memperoleh honor yang wajar; tidak
mematok harga tinggi; tidak untuk menjustivikasi yang
salah atau kepentingan yang tidak benar.
• Bersikap lemah lembut, penyantun dan mudah
memaafkan
37. • Bersikap tawadhu’ (merendahkan hati) dan tidak
memperlihatkan diri dengan sombong/angkuh.
• Menjaga diri dalam bertindak yang tidak ma’ruf
(muru’ah) agar wibawa ilmunya tetap terjaga.
• Menghindarkan diri dari berbuat yang sia-sia
(tidak bermanfaat).
• Istiqamah, yaitu kontinue dan berkesinambungan
dalam melaksanakan proses komunikasi, baik dari
waktu, materi dan sebagainya.
38. • Sabar dalam menghadapi segala tantangan
dan rintangan dalam berkomunikasi.
• Memiliki tingkat kecerdasan atau intelegensi
(fathanah) yang baik, baik yang berkaitan
dengan intelektual, emosional, moral,
spiritual, dan agama.
• Bertakwa, dalam arti takut dan waspada
terhadap aturan Allah.
39. • Sabar dalam menghadapi segala tantangan
dan rintangan dalam berkomunikasi.
• Memiliki tingkat kecerdasan atau intelegensi
(fathanah) yang baik, baik yang berkaitan
dengan intelektual, emosional, moral, spiritual
• Bertakwa, dalam arti takut dan waspada
terhadap aturan Allah.
• Berdoa, Misalnya:
•
اًمْلِّع يِّنْد ِّ
ز ِّبَر ْلُقَو
41. Tabligh, yaitu menyampaikan ilmu pada orang
yang berhak menerimanya. Hadis Nabi HR
Ahmad dari Abu Hurairah:
•
ايي
ْقلا ا
مْ
واي ااءا
ج ،ُهُ
مالْعاي اً
ْملي
ع ا
ماتا
ك ْ
نا
م
ٍ
را
ن ْ
ني
م ٍ
اما
َّيليب اً
مَّ
َّالُ
م ،ي
ةا
ام
Bertanggungjawab atas segala efek sains yang
dikembangkan, dengan mempertimbangkan
prinsip menarik kemashlahatan dan menolak
kemadharatan
42. KARAKTER PROFESIONAL RELIGIUS
No
Karakteristik
Ilmiah Qur’ani
Deskripsi
1 Empirik-
Metaempirik
Mencakup dan mempertimbangkan
yang ghaib serta konsekuensi
kehidupan akhirat
2 Sebagian Besar
Deduktif
Teori dapat berangkat dari pemikiran
atau konsep universal lalu dicari bukti
empiris dengan metode induktif
3 Teosentris Berujung pada lillahi ta’ala, bukan
sekadar antroposentris
43. KARAKTER PROFESIONAL RELIGIUS
No
Karakter Ilmiah
Qur’ani
Deskripsi
4 Aksioma dari agama Melibatkan wahyu untuk memandu ilmu
5 Keyakinan Tidak semata-mata berangkat dari keraguan,
melainkan keyakinan (termasuk pada agama)
6 Bagaimana
seharusnya
Tidak hanya apa adanya dalam membahas sains
7 Holistik (kaffah) Mencakup semua basic keilmuan, lalu diteruskan
ke spesialisasi menurut peminatan
8 Objektif-Partisipatif Kebenaran bukan hanya pada objek, tetapi juga
pada kebijakan saintis
45. Yul Iskandar, 2002, Test Personaliti, Jakarta Yayasan Dharma Graha, h.59
% Status Interpretasi
86-100 Sangat Tinggi Kejujuran anda sangat membahayakan, membuat orang lain
tidak senang. Sekali-kali perlu berbohong untuk
menghormati norma masyarakat
58-85 Tinggi Anda berani mengemukakan kejujuran, walaupun merusak
diri sendiri. Kepolosan menjadikan orang lain tidak senang
41-57 Rata-rata Kejujuran anda, yang sesekali berbohong, sesuai yang
dikehendaki masyarakat. Anda dinilai bijaksana
20-40 Rendah Ingin dinilai baik tetapi dengan pura-pura menunjukkan
ketidakjujuran. Anda diragukan kejujurannya
0-19 Sangat
Rendah
Anda pembohong. Atau anda orang suci, atau politikus lihai