Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
1. Oleh :
1. M. IqramPhonna
2. Nola Hastuti
3. Sulfia Ulfa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU DAN EFUSI
PLEURA
5. 1. Pengertian
Tuberkulosis paru merupakan penyakit
infeksi yang menyerang parenkim paru-
paru,disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini juga dapat
menyebar ke bagian tubuh lain seperti
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe.
6. Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam
dua bentuk yaitu:
a) Tuberkulosis
primer, jika terjadi
pada infeksi yang
pertama kali
b) Tuberkulosis sekunder, kuman yang
dorman pada tuberkulosis primer
akan aktif setelah bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen
menjadi tuberkulosis dewasa.
Mayoritas terjadi karena adanya
penurunan imunitas, misalnya karena
malnutrisi, penggunaan alkohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan
gagal ginjal
7. ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA)
9. Gambaran Klinis
1. Gejala sistemik:
a) Demam
b) Malaise
2. Gejala Respiratorik:
a) Batuk
b) Batuk darah
c) Sesak napas
d) Nyeri dada
11. Test Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa TB Paru, maka tes
diagnostik yang sering dilakukan pada klien adalah:
a)Pemeriksaan Radiologis: foto rontgen thoraks
b)Pemeriksaan Laboratorium
c)Test Tuberculin (Mantoux Test)
12. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien TB Paru
dapat berupa:
Malnutrisi
Empiema
Efusi pluera
Hepatitis, ketulian dangangguan
gastrointestinal (sebagai efek samping obat-
obatan)
14. A. Pengkajian
1) Biodata
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Pengkajian psikososiospiritual
6) Pemeriksaan fisik
15. Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada klien TB Paru
dapat berupa:
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
sputum yang kental.
Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Kurangnya pengetahuan tentang TB Paru berhubungan
dengan kurangnya informasi.
B. Diagnosa Keperawatan
16. Untuk meengatasi diagnosa keperawatan yang ada, maka rencana
keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
Diagnosa 1:
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum yang kental.
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria hasil:
Sekret (-)
Bunyi nafas vesikuler
Reflek batuk (+)
Tanda-tanda vital normal
C. Intervensi Keperawatan
17. Intervensi
Kaji fungsi pernafasan: bunyi nafas,
kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan
otot bantu.
Atur posisi kepala lebih tinggi.
Ajarkan klien latihan nafas dalam dan
batuk efektif.
Berikan cairan minimal 2500ml/hr.
Lakukan fisioterapi dada.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian OAT dan mukolitik.
18. Diagnosa2:
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu
makan.
Tujuan: Nutrisi adekuat.
Kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
Makan habis satu porsi setiap makan.
Turgor kulit elastis dan kenyal.
Berat badan klien dalam batas normal.
Intervensi:
Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia.
Anjurkan klien untuk makan sedikit tetapi sering.
Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Bantu klien untuk melakukan perawatan mulut.
Timbang BB klien setiap minggu.
Kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
19. Diagnosa3:
Kurangnya pengetahuan tentang TB Paru
berhubungan dengan kuranggnya informasi.
Tujuan: Klien dapat memahami penyakitnya
dan program pengobatannya..
Kriteria hasil:
Klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan.
Klien mengerti tentang penjelasan yang
diberikan.
Klien tidak bertanya-tanya lagi akan
penyakitnya.
Intervensi:
Kaji tingkat pemahaman klien tentang
penyakitnya dan program pengobatannya.
Berikan penjelasan tentang penyakit
dan program pengobatan meliputi:
Pengertian TB Paru.
•Penyebab.
•Tanda dan gejala TB Paru.
•Proses penularan.
•Program pengobatan/perawatan.
Minta klien secara verbal untuk
menjelaskan kembali tentang penyakit dan
program pengobatan dengan bahasa yang
sederhana.
Berikan reinforcoment positif pada
setiap penjelasan klien.
23. Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada
rongga pleura (Price & Wilson 2005). Pleura
merupakan lapisan tipis yang mengandung
kolagen dan jaringan elastis yang melapisi rongga
dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru
(pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan
pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan
kedua permukaan bergerak selama pernafasan
25. Etiologi
Berbagai penyebab timbulnya efusi pleura adalah :
Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary
dan perikarditis.
Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan
sindrom Meigs.
Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan
parasit.
Trauma
Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis,
sindroms nefrotik dan uremia.
27. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk
Tidak mempunyai
kaitan yang spesifik
dengan penyakit
penyebabnya.
Ditemukan pada
penyakit-penyakit
berikut: kegagalan
jantung kongestif,
sindroma nefrotik,
asites, infark paru,
lupus eritematosus
systemic, tumor dan
tuberkolosis.
Efusiunilateral
Efusi bilateral
28. Berdasarkan jenis cairannya dibedakan:
Hemotoraks (darah di dalamrongga pleura)
Biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya
adalah: pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura. Kebocoran
aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
Empiema(nanahdi dalamrongga pleura)
Bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam
rongga pleura.
30. KOMPLIKASI
Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis.
Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
Fibrosisparu
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan
KolapsParu
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ekstrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
32. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab
dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan
untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea.
PENATALAKSANAAN
34. A. Pengkajian
a) Anamnesis
Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin
cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai
demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.
b) Kebutuhanistrahat dan aktifitas
Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan
tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.
Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas
sekuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot,
nyeri dan stiffness (kekakuan).
35. c) Kebutuhanintegritas pribadi
Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan
pertolongan dan harapan
Dapat ditemukan perilaku denial / menyangkal (terutama pada tahap awal)
dan ansietas/kecemasan
d) KebutuhanKenyamanan/ Nyeri
Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk
Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan
kurang istirahat/kelelahan
36. e) KebutuhanRespirasi
Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas
pendek, nyeri dada
Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan
fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris,
fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi, suara nafas menurun atau
tidak terdengar pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas
tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian
paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada
ekspirasi pendek setelah batuk.
Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah
Dapat pula ditemukan deviasi trakea
37. f) KebutuhanKeamanan
Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub
febris
Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris
h) KebutuhanInteraksi sosial
Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan
pola peran
38. i) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi
pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris
bahkan menghilang, bising napas juga
menurun atau hilang. Gerakan pernapasan
menurun atau asimetris, lebih rendah terjadi
pada sisi paru yang mengalami efusi pleura.
39. j) Pemeriksaan diagnostik
Kultursputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
Apusan darahasamZehl-Neelsen: positif basil tahan asam
Skintest : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 – 72 jam
setelah injeksi.
Fotothorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru,deposit
kalsium pada lesi primer,dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang
menghilang,serta gambaran batas cairan yang melengkung.
Biakankultur : positif Mycobacterium tuberculosis
Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh
retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio
residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik
tahap lanjut
40. B. DiagnosaKeperawatan
1) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan
akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
3) Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
4) Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan
sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan.
5) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan
(keadaan fisik yang lemah).
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan
kurang terpajang informasi.
41. C. Intervensi
DX1
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara
normal
Kriteria hasil :
– Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal
– Pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya
akumulasi cairan
– Bunyi nafas terdengar jelas.
42. INTERVENSI
• Identifikasi faktor penyebab
• Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman
pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi.
• Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman,
dalam posisi duduk, dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.
• Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah, RR dan respon pasien).
• Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.
• Kolaborasi dengan tim medis lain untuk
pemberian O2 dan obat-obatan serta foto
thorax
RASIONAL
• Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat
menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
• Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan
kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui
sejauh mana perubahan kondisi pasien.
• Penurunan diafragma memperluas daerah dada
sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
• Peningkatan RR dan tachicardi merupakan indikasi
adanya penurunan fungsi paru.
• Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas
pada bagian paru-paru.
• Pemberian oksigen dapat menurunkan beban
pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat
hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor
kemajuan dari berkurangnya cairan dan
kembalinya daya kembang paru.
43. DX2
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
• Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan,
• berat badan normal
• hasil laboratorium dalam batas normal.
44. INTERVENSI
• Beri motivasi tentang pentingnya
nutrisi.
• Auskultasi suara bising usus.
• Lakukan oral hygiene setiap hari.
• Sajikan makanan semenarik
mungkin
• Beri makanan dalam porsi kecil tapi
sering
RASIONAL
• Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi
oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama,
ekonomi dan pengetahuannya tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
• Bising usus yang menurun atau meningkat
menunjukkan adanya gangguan pada
fungsi pencernaan
• Bau mulut yang kurang sedap dapat
mengurangi nafsu makan.
• Penyajian makanan yang menarik dapat
meningkatkan nafsu makan.
• Makanan dalam porsi kecil tidak
membutuhkan energi, banyak selingan
memudahkan reflek.
45. DX3
• Tujuan: Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya
sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
• Pasien mampu bernafas secara normal pasien mampu beradaptasi
dengan keadaannya.
• Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai
• Nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90
kali permenit.
46. INTERVENSI
• Ajarkan teknik relaksasi
• Pertahankan hubungan saling
percaya antara perawat dan
pasien
• Kaji faktor yang menyebabkan
timbulnya rasa cemas
• Bantu pasien mengenali dan
mengakui rasa cemasnya
RASIONAL
• Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
• Hubungan saling percaya membantu proses
terapeutik
• Tindakan yang tepat diperlukan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi klien dan
membangun kepercayaan dalam
mengurangi kecemasan.
• Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga
apabila sudah teridentifikasi dengan baik,
perasaan yang mengganggu dapat
diketahui.
47. DX4
Tujuan: Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat
terpenuhi.
Kriteria hasil:
• Pasien tidak sesak nafas
• pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami gangguan
• pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit
• pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
48. INTERVENSI
• Beri posisi senyaman mungkin
bagi pasien.
• Tentukan kebiasaan motivasi
sebelum tidur malam sesuai
dengan kebiasaan pasien
sebelum dirawat.
• Anjurkan pasien untuk latihan
relaksasi sebelum tidur.
RASIONAL
• Posisi semi fowler atau posisi yang
menyenangkan akan memperlancar
peredaran O2 dan CO2.
• Mengubah pola yang sudah menjadi
kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.
• Relaksasi dapat membantu mengatasi
gangguan tidur
49. DX5
• Tujuan :Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal
mungkin.
Kriteria hasil :
• Terpenuhinya aktivitas secara optimal
• pasien kelihatan segar dan bersemangat
• personel hygiene pasien cukup.
50. INTERVENSI RASIONAL
• Evaluasi respon pasien saat
beraktivitas, catat keluhan
dan tingkat aktivitas serta
adanya perubahan tanda-
tanda vital.
• Libatkan keluarga dalam
perawatan pasien.
• Jelaskan pada pasien tentang
perlunya keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat
• Mengetahui sejauh mana
kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas.
• Memberi pendidikan pada Pasien
dan keluarga dalam perawatan
selanjutnya.
• Istirahat perlu untuk
menurunkan kebutuhan
metabolisme.
51. DX6
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan
pengobatan.
Kriteria hasil :
•Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.
•Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik.
•Pasien dan keluarga mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah
terulangnya masalah.
52. INTERVENSI RASIONAL
• Identifikasi kemungkinan
kambuh atau komplikasi jangka
panjang.
• Kaji ulang tanda atau gejala
yang memerlukan evaluasi
medik cepat (contoh, nyeri dada
tiba-tiba, dispena, distress
pernafasan).
• Kaji ulang praktik kesehatan
yang baik (contoh, nutrisi baik,
istirahat, latihan).
• Penyakit paru yang ada seperti
PPOM berat, penyakit paru infeksi
dan keganasan dapat
meningkatkan insiden kambuh
• Berulangnya effusi pleura
memerlukan intervensi medik
untuk mencegah, menurunkan
potensial komplikasi
• Mempertahankan kesehatan
umum meningkatkan
penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan
53. D. EVALUASI
• Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
• Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak
dan untuk melakukan pengkajian