1. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )
HIPERBILIRUBIN ( IKTERUS) INDIKASI FOTOTERAPI
OLEH :
LUTFI BAHTIYAR
PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2015
2. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
HIPERBILIRUBIN (IKTERUS) INDIKASI FOTOTERAPI
Pokok bahasan : Hiperbilirubin Indikasi Fototerapi
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Hiperbilirubin
2. Penyebab Hiperbilirubin
3. Klasifikasi Hiperbilirubin
4. Tanda gejala hipertensi
5. Komplikasi Hiperbilirubin
6. Penatalaksanaan Hiperbilirubin
Sasaran : Ny. NA dengan Bayi Hiperbilirubin indikasi Fototerapi
Hari / tanggal : Senin, 16 Oktober 2015
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : Lutfi Bahtiyar
Tempat : Ruang Anyelir PICU NICU RSU RA. Kartini Jepara
A. LATAR BELAKANG
Sebelum dilaksanakan pembelajaran pada keluarga dengan Bayi Hiperbilirubin
indikasi Fototerapi, penyuluh melakukan pengkajian tanggal 12 Oktober 2015 di ruang
Anyelir PICU NICU, pada keluarga yang mempunyai bayi dengan hiperbilirubin ternyata
takut dengan fototerapi yang dianjurkan dokter. Maka penyuluh tertarik dengan memberikan
informasi kepada keluarga dengan bayi hiperbilirubin dengan indikasi fototerapi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 1 x 30 menit, Keluarga dengan Bayi
Hiperbilirubin indikasi Fototerapi
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran selama 1 x 30 menit diharapkan,
a. Ny. NA dapat menjelaskan pengertian Hiperbilirubin
b. Ny. NA dapat mengetahui Penyebab dari Hiperbilirubin
3. c. Ny. NA dapat menyebutkan Klasifikasi Hiperbilirubin
d. Ny. NA dapat menyebutkan Tanda gejala hipertensi
e. Ny. NA dapat menyebutkan Komplikasi Hiperbilirubin
f. Ny. NA dapat menyebutkan Penatalaksanaan Hiperbilirubin
C. KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar )
NO PENYAJI RESPON PENDENGAR WAKTU
1. Pembukaan
a) Salam pembuka
b) Perkenalan
c) Tujuna dan Kontrak waktu
d) Apersepsi
Menjawab salam
Memperhatikan
Berpartisipasi
Memperhatikan
5 menit
2. Pelaksanaan
a) Menjelaskan pengertian dari
hiperbilirubin
b) Menjeaskan penyebab dari
hiperbilirubin
c) Menjelaskan klasifikasi dari
Hiperbilirubin
d) Menjelaskan tanda gejala dari
hiperbilirubin
e) Menjelaskan komplikasi dari
hiperbilirubin
f) Menyebutkan penatalaksanaan
hiperbilirubin
Memperhatikan
penjelasan dari penyuluh
dengan cermat
Menanyakan hal yang
belum jelas
Memperhatikan jawaban
dari penyuluh
15 menit
3. Penutup
a) Melakukan evaluasi SAP
(Membagikan leaflet)
b) Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
c) Mengakhiri kegiatan pembelajaran
Membaca Leaflet
Memperhatikan
kesimpulan materi yang
telah disampikan
Menjawab salam
10 menit
D. Metode
Tanya Jawab
Ceramah
E. Media
Leaflet
Lembar Balik
4. F. Pokok materi ( terlampir )
1. pengertian dari hiperbilirubin
2. penyebab dari hiperbilirubin
3. klasifikasi dari Hiperbilirubin
4. tanda gejala dari hiperbilirubin
5. komplikasi dari hiperbilirubin
6. penatalaksanaan hiperbilirubin
G. Evaluasi
1) Struktur
a. Peserta hadir di tempat Pembelajaran
b. Pengorganisasian penyelenggaraan pembelajaran dilakukan sebelumnya (SAP,
Lembar Balik, leaflet)
c. Menyiapkan tempat
d. Menyiapkan pertanyaan
2) Proses
a. Penyuluh bekerja sesuai dengan SAP
b. Kontrak waktu dengan sasaran
c. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes berlangsung
d. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
e. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
f. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
g. Tanya jawab berjalan dengan baik
3) Hasil
a. Penkes dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan 80 % lebih
dengan benar
b. Penkes dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan antara 50 – 80 % dengan benar
c. Penkes dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya mampu
menjawab kurang dari 50 % dengan benar
5. H. Daftar Pustaka
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.
Jakarta.
Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Prawirohadjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Syaifuddin, Bari Abdul. 2009. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2003. Rencana Perawatan Maternal /
Bayi. EGC. Jakarta
6. LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin
direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
B. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
a. Timbul pada hari kedua-ketiga
b. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
d. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemi
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12mg% pada cukup bulan, dan 15 mg
% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Ikterus menetap
sesudah 2 minggu pertama.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama
pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah, dan
nukleus pada dasar ventrikulus IV. Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang
biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari
20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak
bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang
terjadi secara kronik.
C. Etiologi
1. Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek daripada orang dewasa. Ini berarti lebih
banyak bilirubin yang dilepaskan melalui organ hati bayi.
7. 2. Umur sel darah merah janin lebih pendek 40 – 90 hari, dibandingkan 120 hari orang
dewasa (Hansen, 2009)
3. obstruksi empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroid jaundice ASI
4. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir
prematur, asidosis.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari
ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang
biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak
kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak
berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus
yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
6. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
E. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
F. Penatalksanaan
Pada bayi sehat tanpa mengalami ikterus fisiologus yankni timbulnya jaundice bukan
pada 24 jam pertama kehidupan dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI dini dan sering,
berikan fototerapi jika pada hari kedua kehidupan kadar bilirubin serum 15 mg/dl.
(Mueslichan, dkk, 2004)
Fototerapi, merupakan terapi yang dilakukan dengan menggunakan cahaya dari
lampu fluorescent khusus dengan intensitas tinggi, secara umum metode ini efektif untuk
mengurangi serum bilirubin dan mencegah ikterus yang dipaparkan pada kulit bayi (Wong,
2003). Lampu berkisar 6–8 terdiri dari biru (F20T12)
Menyusui minimal setiap 2 jam, selama 15 – 20 menit, Jika bayi mendapkan cairan
IV atau perasan ASI, tingkatkan volume cairan dan/atau susu sebanyak 10% volume harian
total perhari selama bayi dibawah sinar fototerapi, jika mendapkan cairan IV atau diberi
makan melalui slang lambung, jangan memindahkan bayi dari sinar fototerapi
8. Durasi ditentukan oleh penurunan nilai total serum bilirubin sampai mencapau nilai
yang diharapkan (American Academy Of Pediatrick, 2004).
Pengukuran kadar bilirubin serum dilakukan setiap 24 jam, fototerapi dihentikan bila
kadar serum bilirubin kurang dari 13 mg/dl, akan tetapi bila bilirubin tidak dapat diperiksa,
hentikan fototerapi, setelah 3 hari dihentikan, observasi bayi selama 24 jam dan ulangi
pemeriksaan bilirubin serum.