SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Y O S I R I N J A N I
1 1 2 . 0 2 2 1 . 1 7 0
Laporan Kasus
Hemoptisis ec TB Paru
Identitas
 Nama : Ny. S H
 Usia : 30 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Candimulyo, Magelang
 Status : Sudah Menikah
 Agama : Islam
 Datang ke Rumah Sakit pada tanggal : 14 Mei 2013
pukul 08.15 WIB
 Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis pada
tanggal 14 Mei 2013 di IGD Rumah Sakit Tingkat II
Dr.Soedjono Magelang
Anamnesa
 Keluhan Utama :
Batuk keluar darah
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan pagi SMRS batuk keluar darah. Setiap
batuk keluar darah 5 cc ( 1 sendok makan), warna merah
segar.Batuk darah 10x. Saat batuk dada terasa sakit. 1
minggu yang lalu sering demam pada pagi maupun malam
hari dan badan terasa nyeri. Nafsu makan berkurang sejak 3
bulan yang lalu. Kepala terasa pusing. Sebelumnya pernah
batuk tetapi tidak sering. BB saat ini 45 kg, sebelumnya
pasien lupa, namun berat badan dirasakan semakin menurun.
Mual dan muntah (-).Keringat dingin (-). Saat demam
punggung terasa pegal.batuk berdahak sebelumnya yg
produktif (-).
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi : -
Diabetes : -
Asma : -
Thifoid : +
 RPK :
Tb pada ayah pasien 5 tahun yang lalu (sudah pengobatan)
Tb pada anak pasien 2 tahun yang lalu (sudah pengobatan)
 RPO : (-) OAT
pemeriksaan fisik 14 Mei 2013 di bangsal
 Keadaan Umum: Sakit Sedang
 Kesadaran/GCS: Compos Mentis / 15
 Status Gizi : Kurang
 Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Suhu : 36,90C
 Respirasi : 20x/menit
 Kepala & Leher :
 Konjungtiva anemis -/-
 Sklera ikterik -/-
 Tidak ada pembesaran KGB leher
 Thorax :
Cor
 Inspeksi : Dbn
 Palpasi : Ictus cordis teraba di linea mid
clavicularis kiri ICS V
 Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternal
kanan ICS IV, batas jantung kiri di linea midclavicularis
kiri ICS V
 Auskultasi : S1>S2
Bunyi jantung I/II reguler takikardi, mur-mur (-), gallop
(-)
 Pulmo
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : vocal fremitus simetris
 Perkusi : terdengar sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

 Abdomen :
 Inspeksi : datar
 Auskultasi : BU (+) 4x/menit
 Palpasi : supel, Nyeri tekan (-).
 Hepar Lien tidak teraba
 Perkusi : timpani
 Ekstremitas :
 Edema -/-
 Sianosis -/-
 Akral hangat
 Capillary refill dbn
Daftar Masalah
 Dari anamnesis
 Batuk keluar darah sejak pagi SMRS
 Setiap batuk keluar darah 5 cc ( 1 sendok makan)
 warna merah segar.
 Batuk darah 10x.
 dada terasa sakit.
 1 minggu yang lalu sering demam pada pagi maupun malam hari
 badan terasa nyeri.
 Nafsu makan berkurang sejak 3 bulan yang lalu.
 Kepala terasa pusing.
 Sebelumnya pernah batuk tetapi tidak sering, namun pasien lupa, sejak kapan
 berat badan dirasakan semakin menurun.
 Mual dan muntah (-).
 Keringat dingin (-).
 RPK : Tb pada ayah pasien 5 tahun yang lalu (sudah pengobatan)
 Tb pada anak pasien 2 tahun yang lalu (sudah pengobatan)
 RPO : (-) OAT
 Dari Pemeriksaan Fisik
 Status Gizi : kurang
assesment
 Hemoptisis dd ec :
Susp. TB Paru
Bronkitis
Planing
 a. Diagnostik :
 Darah lengkap
 Foto Thoraks
 BTA sputum SPS
 SGOT SGPT
 Ureum Kreatinin
 Glukosa
 Faktor pembekuan darah
Terapi :
 Infus RL 16 tpm
 Inj Cefotaxime 2 x 1 gram/IV
 Kalnex 3 x 1 IV
 Posisi tidur tanpa bantal
Hasil laboratorium tanggal 14 Mei 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil
WBC 8,3 103/mm3
RBC 3.96 106/mm3
HB 11,1 g/dl
HCT 31,6 %
PLT 158 103/mm3
PCT 0.125 %
MCV 79 um3
MCH 20
MCHC 33,1 g/dl
RDW 14,6 %
MPV 7,9 um3
PDW 12,1 %
Diff Count
Jenis Hasil Referensi Jenis Hasil Referensi
% Lym 10 % 20-40 # Lym 2,2 103/mm3 1,2-3,2
% Mid 2,9 % 1-15 # Mid 0,2 103/mm3 0,1-0,8
% Gra 76,5 % 50-70 # Gra 7. 103/mm3 2,0-7,8
Jenis
Pemeriksaan
Hasil Referensi
Gula darah
puasa
104 mg/dl 70-115
Urea 35 mg/dl 0-50
Creatinin 1,4 mg/dl 0-1,3
SGOT 15 U/l 3-35
SGPT 10 U/l 8-41
Pemeriksaan Foto Thoraks
 Kesan : - Peningkatan corakan
bronkovaskular
 Perselubungan opak inhomogen pada apek
pulmo dekstra
 Gambaran TB dd pneumonia
 Pemeriksaan BTA sputum direncanakan
sampai dahak keluar.
 Diagnosis kerja
 Hemoptisis e.c TB Paru
 Planning terapi
 Kausatif : - Rifampisin 450 mg
 - Pirazinamide 1000 mg
 - Isoniazide 300 mg
 - Etambutol 750 mg
 Simtom : - OBH 3 x 1
 Suportif : - RL 20tpm
 Planning monitoring
 Keluhan Utama, Keadaan Umum
 Vital Sign
 Efek Samping obat
 Planning Edukasi :
 Tidur tanpa bantal
 Bedrest
Follow up pasien
Tanggal S O A P
15/05 /2013 (-) Batuk
(-) batuk darah
Dahak sulit keluar
(-) demam
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,50C
K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn
Thorax :
Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop
(-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki +/+,
Wheezing -/-
Abdomen :
Timpani, Bising usus (+) normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema -/-
 Hemoptisis ec TB
paru
Hasil foto Ro :
Perselubungan opak
inhomogen pada apek
pulmo dekstra
Terapi lanjut
Rifampisin 450 mg 1 x 1
Isoniazid 300 mg 1 x 1
Etambutol 750 mg 1 x 1
Pirazinamid 1000 mg 1x1
RL 20 tpm
OBH 3 x 1
Tanggal S O A P
16/05 /2013 (+) Batuk
Dahak sulit keluar
(-) demam
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 88x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,50C
K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn
Thorax :
Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki +/+,
Wheezing -/-
Abdomen :
Timpani, Bising usus (+) normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema -/-
 Hemoptisis ec TB
paru
Hasil foto Ro :
Perselubungan opak
inhomogen pada apek
pulmo dekstra
Cek BTA sputum
Rifampisin 450 mg 1 x 1
Isoniazid 300 mg 1 x 1
Etambutol 750 mg 1 x 1
Pirazinamid 1000 mg 1x1
RL 20 tpm
OBH 3 x 1
Tanggal S O A P
17/05 /2013 (+) Batuk
Dahak sudah bisa
keluar
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,50C
K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn
Thorax :
Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki +/+,
Wheezing -/-
Abdomen :
Timpani, Bising usus (+) normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema -/-
 Hemoptisis ec TB
paru
Hasil foto Ro :
Perselubungan opak
inhomogen pada apek
pulmo dekstra
Cek BTA sputum
Rifampisin 450 mg 1 x 1
Isoniazid 300 mg 1 x 1
Etambutol 750 mg 1 x 1
Pirazinamid 1000 mg 1x1
RL 20 tpm
OBH 3 x 1
Tanggal S O A P
18/05 /2013 (+) Batuk
Dahak sudah bisa
keluar
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,50C
K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn
Thorax :
Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/- ,
Wheezing -/-
Abdomen :
Timpani, Bising usus (+) normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema -/-
 Hemoptisis ec TB
paru
Hasil foto Ro :
Perselubungan opak
inhomogen pada apek
pulmo dekstra
Cek BTA sputum
Rifampisin 450 mg 1 x 1
Isoniazid 300 mg 1 x 1
Etambutol 750 mg 1 x 1
Pirazinamid 1000 mg 1x1
RL 20 tpm
OBH 3 x 1
 Pemeriksaan BTA sputum sudah dilakukan sebanyak
3 kali, namun hasilnya belum keluar, tetapi pasien
sudah dibolehkan pulang.
Hemoptisis
 Mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau
paru
Klasifikasi
 Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam.
 Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam
 Hemoptisis massif : > 600 ml/24 jam.
 Pseudohemoptisis : batuk darah dari struktur
saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari
saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa
perdarahan buatan ( factitious).
Patogenesis
 Patogenesis hemoptisis bergantung dari tipe dan
lokasi dari kelainan.
 Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi
endobronkial, maka perdarahan adalah dari sirkulasi
bronkialis, sedangkan bila lesi di parenkim maka
perdarahan adalah dari sirkulasi pulmoner.
 Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan
berulang, maka perdarahan seringkali berhubungan
dengan peningkatan vaskularitas di lokasi yang
terlibat.
 . Studi arteriografi menunjukan bahwa 92%
hemoptisis berasal dari arteri-arteri bronkialis.
Etiologi
Parenkim paru
Trakeobronkial
Hematologi
Kardovaskular
Idiopatik &
Iatrogenik
 Pada tuberkulosis paru, penyebab bisa sangat
beragam.
 Pada lesi parenkim akut, perdarahan bisa akibat
nekrosis percabangan arteri / vena.
 Pada lesi kronik, lesi fibroulseratif parenkim paru
dengan kavitas bisa memiliki tonjolan aneurisma
arteri ke rongga cavitas yang mudah berdarah.
 Pada tuberkulosis endobronkial, perdarahan bisa
terjadi akibat ulserasi granulasi dari mukosa
bronkus
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan
penilaian terhadap:
 Warna darah untuk membedakannya dengan
hematemesis.
 Lamanya perdarahan.
 Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai
besarnya obstruksi.
 Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi,
respirasi dan tingkat kesadaran.
 Klasifikasi menurut Pussel :
 Positif satu dan dua dikatakan masih ringan
 Positif tiga hemoptisis sedang
 Positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis
masif.
 Pada kasus ini pasien mengalami granulositosis,
limfopenia, Ht menurun, Gambaran anemia
mikrositik hipokrom. Dengan sedikit peningkatan
kreatinin. Hal ini menunjukan telah terjadi
perdarahan dan infeksi yang bersifat akut.
Tata Laksana
 Mencegah tersumbatnya saluran napas.
 Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
 Menghentikan perdarahan
 Terapi konservatif
 Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miri
ng (lateraldecubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi
yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.
 Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
 Lavase bronkus dengan larutan salin normal dingin dapat
dipertimbangkan pada kasus tidak masif
 Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat
hemostasis), misalnya vit.K, ion kalsium, trombin dan
karbazokrom.
Pada kasus diberikan Kalnex yang berisi asam traksenamat.
 Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
Tuberkulosis Paru
 Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi bakteri m
enahun yang disebabkan oleh bakteri
Micobakterium tuberculosis.
 Pada kasus ini M. tuberculosis dapat masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pernapasan. Dilihat dari RPK orangtua pasien + TB dan
anak pasien + TB.
 Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne),
yaitu melalui inhalasi droplet nuclei yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel, kuman ini tidak menghasilkan toksin yang di
kenal.
 Dalam droplet yang terhirup dan mencapai alveoli.
 Resistensi dan hipersensitivitas host sangat mempengaruhi
perkembangan penyakit.Penyakit ini dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel, sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit biasanya sel T adalah sel imunoresponsinya.
 Tipe imunitasseperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
di aktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas atau reaksi lambat.
Faktor yang berpengaruh
Pembentukan dan perkembangan lesi serta
penyembuhannya atau progresifnya terutama
ditentukan oleh :
 Jumlah kuman yang masuk
 Virulensi kuman.
 Hipersensivitas dari host.
 Daya tahan host
Gejala Respiratorik Gejala Sistemik
 Batuk lebih dari 3
minggu
 Dahak (sputum)
 Batuk darah
 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Demam
 Penurunan berat badan
 Rasa lelah dan lemah
(malaise)
 Berkeringat
banyak terutama
di malam hari
 Nafsu makan menurun
Gejala
Klasifikasi
WHO tahun 1991
Tuberkulosis paru BTA ( + ) adalah :
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif
 Hasil pemeriksaan satu specimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberculosis aktif
 Hasil pemeriksaan satu specimen dahak
menunjukkan BTA positif dan biakan positif
Tuberkulosis paru BTA (-) adalah :
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA
negatif, gambaran klinis dan radiologis
menunjukkan tuberkulosis aktif
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA
negatif dan biakan Myccobacterium tuberculosis
positif
Alur diagnosis
Tata laksana
Panduan OAT oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia :
 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
 Kategori 3 : 2HRZ/2HR
 Kategori 4 : tidak dapat diaplikasikan
(mempertimbangkan penggunaan obat-obatan
barisan kedua), tipe MDR diberikan H saja
seumur hidup atau sesuai rekomendasi WHO.
Evaluasi Pengobatan
Klinis
 Kontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2
minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali
sebulan sampai akhir pengobatan.
Bakteriologis
 Setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai
menjadi negatif. Pemeriksaan kontrol sputum BTA
dilakukan sekali sebulan. WHO menganjurkan
pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-2, 4, dan 6.
Radiologis
 Dilakukan untuk melihat kemajuan terapi, evaluasi foto
thoraks dilakukan tiap 3 bulan sekali.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to 170936090-Laporan-Kasus-TB-Paru.ppt

Laporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptx
Laporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptxLaporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptx
Laporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptxBroolyDenfrek
 
119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaidRais Reskiawan
 
COD Tn MN Miki.ppt
COD Tn MN Miki.pptCOD Tn MN Miki.ppt
COD Tn MN Miki.pptssusere14e57
 
Acute Coronary Syndrome.pptx
Acute Coronary Syndrome.pptxAcute Coronary Syndrome.pptx
Acute Coronary Syndrome.pptxICPtvchannel1
 
Mioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilanMioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilanDavidWyanto
 
Managemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaManagemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaHisyam Ilham
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxClassicNeil
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensiBriliant Nissa
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yabeequeen_30
 
Status pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotikStatus pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotikFiqha Rosa
 
MR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptx
MR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptxMR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptx
MR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptxeverlychristian
 
Laporan kasus HHS.pptx
Laporan kasus HHS.pptxLaporan kasus HHS.pptx
Laporan kasus HHS.pptxPeterAgung
 
Morning report 23 mei 2013tx
Morning report 23 mei 2013txMorning report 23 mei 2013tx
Morning report 23 mei 2013txAlan Bakina
 

Similar to 170936090-Laporan-Kasus-TB-Paru.ppt (20)

Laporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptx
Laporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptxLaporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptx
Laporan pasien anyelir RS agung manggarai .pptx
 
119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid
 
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
 
Psmba.pptx
Psmba.pptxPsmba.pptx
Psmba.pptx
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
Tamponade jantung
Tamponade jantungTamponade jantung
Tamponade jantung
 
COD Tn MN Miki.ppt
COD Tn MN Miki.pptCOD Tn MN Miki.ppt
COD Tn MN Miki.ppt
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
 
Acute Coronary Syndrome.pptx
Acute Coronary Syndrome.pptxAcute Coronary Syndrome.pptx
Acute Coronary Syndrome.pptx
 
Mioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilanMioma pada kehamilan
Mioma pada kehamilan
 
Managemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaManagemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus Hipoglikemia
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptx
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix ya
 
Status pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotikStatus pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotik
 
dc hasna abu.docx
dc hasna abu.docxdc hasna abu.docx
dc hasna abu.docx
 
MR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptx
MR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptxMR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptx
MR 210523 hematuria ec tauma tumpul ginjal.pptx
 
laporan kasus.doc
laporan kasus.doclaporan kasus.doc
laporan kasus.doc
 
Laporan kasus HHS.pptx
Laporan kasus HHS.pptxLaporan kasus HHS.pptx
Laporan kasus HHS.pptx
 
Morning report 23 mei 2013tx
Morning report 23 mei 2013txMorning report 23 mei 2013tx
Morning report 23 mei 2013tx
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 

Recently uploaded (20)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 

170936090-Laporan-Kasus-TB-Paru.ppt

  • 1. Y O S I R I N J A N I 1 1 2 . 0 2 2 1 . 1 7 0 Laporan Kasus Hemoptisis ec TB Paru
  • 2. Identitas  Nama : Ny. S H  Usia : 30 tahun  Jenis Kelamin : Perempuan  Alamat : Candimulyo, Magelang  Status : Sudah Menikah  Agama : Islam  Datang ke Rumah Sakit pada tanggal : 14 Mei 2013 pukul 08.15 WIB  Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis pada tanggal 14 Mei 2013 di IGD Rumah Sakit Tingkat II Dr.Soedjono Magelang
  • 3. Anamnesa  Keluhan Utama : Batuk keluar darah  Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan pagi SMRS batuk keluar darah. Setiap batuk keluar darah 5 cc ( 1 sendok makan), warna merah segar.Batuk darah 10x. Saat batuk dada terasa sakit. 1 minggu yang lalu sering demam pada pagi maupun malam hari dan badan terasa nyeri. Nafsu makan berkurang sejak 3 bulan yang lalu. Kepala terasa pusing. Sebelumnya pernah batuk tetapi tidak sering. BB saat ini 45 kg, sebelumnya pasien lupa, namun berat badan dirasakan semakin menurun. Mual dan muntah (-).Keringat dingin (-). Saat demam punggung terasa pegal.batuk berdahak sebelumnya yg produktif (-).
  • 4.  Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi : - Diabetes : - Asma : - Thifoid : +  RPK : Tb pada ayah pasien 5 tahun yang lalu (sudah pengobatan) Tb pada anak pasien 2 tahun yang lalu (sudah pengobatan)  RPO : (-) OAT
  • 5. pemeriksaan fisik 14 Mei 2013 di bangsal  Keadaan Umum: Sakit Sedang  Kesadaran/GCS: Compos Mentis / 15  Status Gizi : Kurang  Tanda Vital :  Tekanan Darah : 110/70 mmHg  Nadi : 88x/menit  Suhu : 36,90C  Respirasi : 20x/menit
  • 6.  Kepala & Leher :  Konjungtiva anemis -/-  Sklera ikterik -/-  Tidak ada pembesaran KGB leher  Thorax : Cor  Inspeksi : Dbn  Palpasi : Ictus cordis teraba di linea mid clavicularis kiri ICS V  Perkusi : Batas jantung kanan di linea parasternal kanan ICS IV, batas jantung kiri di linea midclavicularis kiri ICS V  Auskultasi : S1>S2 Bunyi jantung I/II reguler takikardi, mur-mur (-), gallop (-)
  • 7.  Pulmo  Inspeksi : Simetris  Palpasi : vocal fremitus simetris  Perkusi : terdengar sonor pada kedua lapang paru  Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-   Abdomen :  Inspeksi : datar  Auskultasi : BU (+) 4x/menit  Palpasi : supel, Nyeri tekan (-).  Hepar Lien tidak teraba  Perkusi : timpani  Ekstremitas :  Edema -/-  Sianosis -/-  Akral hangat  Capillary refill dbn
  • 8. Daftar Masalah  Dari anamnesis  Batuk keluar darah sejak pagi SMRS  Setiap batuk keluar darah 5 cc ( 1 sendok makan)  warna merah segar.  Batuk darah 10x.  dada terasa sakit.  1 minggu yang lalu sering demam pada pagi maupun malam hari  badan terasa nyeri.  Nafsu makan berkurang sejak 3 bulan yang lalu.  Kepala terasa pusing.  Sebelumnya pernah batuk tetapi tidak sering, namun pasien lupa, sejak kapan  berat badan dirasakan semakin menurun.  Mual dan muntah (-).  Keringat dingin (-).  RPK : Tb pada ayah pasien 5 tahun yang lalu (sudah pengobatan)  Tb pada anak pasien 2 tahun yang lalu (sudah pengobatan)  RPO : (-) OAT
  • 9.  Dari Pemeriksaan Fisik  Status Gizi : kurang
  • 10. assesment  Hemoptisis dd ec : Susp. TB Paru Bronkitis
  • 11. Planing  a. Diagnostik :  Darah lengkap  Foto Thoraks  BTA sputum SPS  SGOT SGPT  Ureum Kreatinin  Glukosa  Faktor pembekuan darah
  • 12. Terapi :  Infus RL 16 tpm  Inj Cefotaxime 2 x 1 gram/IV  Kalnex 3 x 1 IV  Posisi tidur tanpa bantal
  • 13. Hasil laboratorium tanggal 14 Mei 2013 Jenis Pemeriksaan Hasil WBC 8,3 103/mm3 RBC 3.96 106/mm3 HB 11,1 g/dl HCT 31,6 % PLT 158 103/mm3 PCT 0.125 % MCV 79 um3 MCH 20 MCHC 33,1 g/dl RDW 14,6 % MPV 7,9 um3 PDW 12,1 %
  • 14. Diff Count Jenis Hasil Referensi Jenis Hasil Referensi % Lym 10 % 20-40 # Lym 2,2 103/mm3 1,2-3,2 % Mid 2,9 % 1-15 # Mid 0,2 103/mm3 0,1-0,8 % Gra 76,5 % 50-70 # Gra 7. 103/mm3 2,0-7,8 Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi Gula darah puasa 104 mg/dl 70-115 Urea 35 mg/dl 0-50 Creatinin 1,4 mg/dl 0-1,3 SGOT 15 U/l 3-35 SGPT 10 U/l 8-41
  • 16.  Kesan : - Peningkatan corakan bronkovaskular  Perselubungan opak inhomogen pada apek pulmo dekstra  Gambaran TB dd pneumonia  Pemeriksaan BTA sputum direncanakan sampai dahak keluar.
  • 17.  Diagnosis kerja  Hemoptisis e.c TB Paru  Planning terapi  Kausatif : - Rifampisin 450 mg  - Pirazinamide 1000 mg  - Isoniazide 300 mg  - Etambutol 750 mg  Simtom : - OBH 3 x 1  Suportif : - RL 20tpm
  • 18.  Planning monitoring  Keluhan Utama, Keadaan Umum  Vital Sign  Efek Samping obat  Planning Edukasi :  Tidur tanpa bantal  Bedrest
  • 19. Follow up pasien Tanggal S O A P 15/05 /2013 (-) Batuk (-) batuk darah Dahak sulit keluar (-) demam KU : tampak sakit sedang Kesadaran : CM TD : 120/80 mmHg Nadi : 100 x/mnt RR : 20 x/mnt Suhu : 36,50C K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn Thorax : Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki +/+, Wheezing -/- Abdomen : Timpani, Bising usus (+) normal Nyeri tekan (-) Ekstremitas : Edema -/-  Hemoptisis ec TB paru Hasil foto Ro : Perselubungan opak inhomogen pada apek pulmo dekstra Terapi lanjut Rifampisin 450 mg 1 x 1 Isoniazid 300 mg 1 x 1 Etambutol 750 mg 1 x 1 Pirazinamid 1000 mg 1x1 RL 20 tpm OBH 3 x 1
  • 20. Tanggal S O A P 16/05 /2013 (+) Batuk Dahak sulit keluar (-) demam KU : tampak sakit sedang Kesadaran : CM TD : 90/70 mmHg Nadi : 88x/mnt RR : 20 x/mnt Suhu : 36,50C K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn Thorax : Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki +/+, Wheezing -/- Abdomen : Timpani, Bising usus (+) normal Nyeri tekan (-) Ekstremitas : Edema -/-  Hemoptisis ec TB paru Hasil foto Ro : Perselubungan opak inhomogen pada apek pulmo dekstra Cek BTA sputum Rifampisin 450 mg 1 x 1 Isoniazid 300 mg 1 x 1 Etambutol 750 mg 1 x 1 Pirazinamid 1000 mg 1x1 RL 20 tpm OBH 3 x 1
  • 21. Tanggal S O A P 17/05 /2013 (+) Batuk Dahak sudah bisa keluar KU : tampak sakit sedang Kesadaran : CM TD : 90/60 mmHg Nadi : 80x/mnt RR : 20 x/mnt Suhu : 36,50C K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn Thorax : Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki +/+, Wheezing -/- Abdomen : Timpani, Bising usus (+) normal Nyeri tekan (-) Ekstremitas : Edema -/-  Hemoptisis ec TB paru Hasil foto Ro : Perselubungan opak inhomogen pada apek pulmo dekstra Cek BTA sputum Rifampisin 450 mg 1 x 1 Isoniazid 300 mg 1 x 1 Etambutol 750 mg 1 x 1 Pirazinamid 1000 mg 1x1 RL 20 tpm OBH 3 x 1
  • 22. Tanggal S O A P 18/05 /2013 (+) Batuk Dahak sudah bisa keluar KU : tampak sakit sedang Kesadaran : CM TD : 90/60 mmHg Nadi : 80x/mnt RR : 20 x/mnt Suhu : 36,50C K/L : CA -/-, SI -/-, KGB (-), JVP dbn Thorax : Cor : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/- , Wheezing -/- Abdomen : Timpani, Bising usus (+) normal Nyeri tekan (-) Ekstremitas : Edema -/-  Hemoptisis ec TB paru Hasil foto Ro : Perselubungan opak inhomogen pada apek pulmo dekstra Cek BTA sputum Rifampisin 450 mg 1 x 1 Isoniazid 300 mg 1 x 1 Etambutol 750 mg 1 x 1 Pirazinamid 1000 mg 1x1 RL 20 tpm OBH 3 x 1
  • 23.  Pemeriksaan BTA sputum sudah dilakukan sebanyak 3 kali, namun hasilnya belum keluar, tetapi pasien sudah dibolehkan pulang.
  • 24. Hemoptisis  Mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau paru
  • 25. Klasifikasi  Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam.  Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam  Hemoptisis massif : > 600 ml/24 jam.  Pseudohemoptisis : batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan ( factitious).
  • 26. Patogenesis  Patogenesis hemoptisis bergantung dari tipe dan lokasi dari kelainan.  Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan adalah dari sirkulasi bronkialis, sedangkan bila lesi di parenkim maka perdarahan adalah dari sirkulasi pulmoner.  Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan berulang, maka perdarahan seringkali berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi yang terlibat.
  • 27.  . Studi arteriografi menunjukan bahwa 92% hemoptisis berasal dari arteri-arteri bronkialis.
  • 29.  Pada tuberkulosis paru, penyebab bisa sangat beragam.  Pada lesi parenkim akut, perdarahan bisa akibat nekrosis percabangan arteri / vena.  Pada lesi kronik, lesi fibroulseratif parenkim paru dengan kavitas bisa memiliki tonjolan aneurisma arteri ke rongga cavitas yang mudah berdarah.  Pada tuberkulosis endobronkial, perdarahan bisa terjadi akibat ulserasi granulasi dari mukosa bronkus
  • 30.
  • 31.
  • 32. Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:  Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.  Lamanya perdarahan.  Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.  Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.
  • 33.  Klasifikasi menurut Pussel :  Positif satu dan dua dikatakan masih ringan  Positif tiga hemoptisis sedang  Positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.
  • 34.  Pada kasus ini pasien mengalami granulositosis, limfopenia, Ht menurun, Gambaran anemia mikrositik hipokrom. Dengan sedikit peningkatan kreatinin. Hal ini menunjukan telah terjadi perdarahan dan infeksi yang bersifat akut.
  • 35. Tata Laksana  Mencegah tersumbatnya saluran napas.  Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi  Menghentikan perdarahan
  • 36.  Terapi konservatif  Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miri ng (lateraldecubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.  Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.  Lavase bronkus dengan larutan salin normal dingin dapat dipertimbangkan pada kasus tidak masif  Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis), misalnya vit.K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom. Pada kasus diberikan Kalnex yang berisi asam traksenamat.  Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
  • 37. Tuberkulosis Paru  Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi bakteri m enahun yang disebabkan oleh bakteri Micobakterium tuberculosis.
  • 38.  Pada kasus ini M. tuberculosis dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Dilihat dari RPK orangtua pasien + TB dan anak pasien + TB.  Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet nuclei yang mengandung kuman- kuman basil tuberkel, kuman ini tidak menghasilkan toksin yang di kenal.  Dalam droplet yang terhirup dan mencapai alveoli.  Resistensi dan hipersensitivitas host sangat mempengaruhi perkembangan penyakit.Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel, sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit biasanya sel T adalah sel imunoresponsinya.  Tipe imunitasseperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang di aktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas atau reaksi lambat.
  • 39. Faktor yang berpengaruh Pembentukan dan perkembangan lesi serta penyembuhannya atau progresifnya terutama ditentukan oleh :  Jumlah kuman yang masuk  Virulensi kuman.  Hipersensivitas dari host.  Daya tahan host
  • 40.
  • 41.
  • 42. Gejala Respiratorik Gejala Sistemik  Batuk lebih dari 3 minggu  Dahak (sputum)  Batuk darah  Sesak nafas  Nyeri dada  Demam  Penurunan berat badan  Rasa lelah dan lemah (malaise)  Berkeringat banyak terutama di malam hari  Nafsu makan menurun Gejala
  • 43. Klasifikasi WHO tahun 1991 Tuberkulosis paru BTA ( + ) adalah :  Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif  Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan hasil BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif  Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
  • 44. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah :  Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif  Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan Myccobacterium tuberculosis positif
  • 46. Tata laksana Panduan OAT oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia :  Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.  Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.  Kategori 3 : 2HRZ/2HR  Kategori 4 : tidak dapat diaplikasikan (mempertimbangkan penggunaan obat-obatan barisan kedua), tipe MDR diberikan H saja seumur hidup atau sesuai rekomendasi WHO.
  • 47. Evaluasi Pengobatan Klinis  Kontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2 minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Bakteriologis  Setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai menjadi negatif. Pemeriksaan kontrol sputum BTA dilakukan sekali sebulan. WHO menganjurkan pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-2, 4, dan 6. Radiologis  Dilakukan untuk melihat kemajuan terapi, evaluasi foto thoraks dilakukan tiap 3 bulan sekali.