Teks tersebut membahas tentang tata cara shalat jamaah dan munfarid. Pertama, dijelaskan pengertian dan hukum shalat jamaah serta syarat-syarat menjadi imam dan makmum. Kemudian diuraikan tahapan praktik pelaksanaan shalat jamaah mulai dari persiapan hingga selesai. Selanjutnya disebutkan fungsi penting shalat jamaah dalam kehidupan seperti memperkuat ukhuwah, sarana sosial
1. BAB VII
TATA CARA SHALAT JAMA’AH DAN MUNFARID
A. Shalat Berjamaah
1. Pengertian Shalat Berjama’ah
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama oleh
dua orang atau lebih, salah seorang diantara mereka bertindak sebagai Imam dan
yang lainnya sebagai makmum.
Shalat berjama’ah paling sedikit dikerjakan dua orang, seorang menjadi imam
dan yang seorang lagi menjadi makmum, sedangkan banyaknya shalat berjama’ah
tidak terbatas.
2. hukum shalat berjam’ah
Sebagian ulama mengatakan bahwa shalat berjama’ah adalah fardhu ain
(wajib ain) yakni kewajiban setiap orang untuk melaksanakannya.
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa hukum sahalt berjama’ah
adalah fardhu kifayah yakni wajib dilaksanakan oleh seseorfang atau sekelompok
orang saja. Sedangkan menurut mayoritas para ulama bahwa hukum shalat
berjama’ah, adalah sunad muakad yakni sunat istimewa atau sabgat dianjurkan,
kecuali shalat jum’at hukumnya adalah wajib dilaksanakan secara berjama’ah.
Shalat berjama’ah pahalanya 27 kali lipat jika dibandingkan dengan shalat
sendirian, sebagaimana sabda Nabi SAW ;
Artinya ;
Dari Ibnu Umar R.A bahwa Rasululah SAW bersabda “ shalat berjama’ah
itu lebih utama daripada shalat sendirian. (shalat berjama’ah) dua puluh tujuh
derajat “(H.R Bukhari dan Muslim)
Berkaiatan dengan shalat berjama’ah bahwa bagi laki-laki shalat lima waktu
berjama’ah di masjid lebih baik dari pada shalat berjama’ah di rumah, kecuali
shalat sunah, maka di rumah lebih baik. Sedangkan bagi perempuan, shalat
berjama’ah lebih baik karena hal itu lebih aman bagi mereka. Namun, perlu
2. diketahui “janganlah kau melarang perempuan-perempuan ke masjid, walaupun
rumah mereka lebih baik bagi mereka buat beribadah “, sabda Nabi SAW ;
Artinya ;
Janganlah kamu melarang perempuan-perempuanmu ke masjid, walpun
rumah mereka (para perempuan) lebih baik bagi mereka beribadah. (H.R Abu
daud)
3. syarat-syarat shalat berjama’ah
a. syarat menjadi imam
imam adalah orang yang memimpin sahalt berjama’ah. Sebagai
pemimpin maka ia harus memenuhi sayart-syarat tertentu. Adapun diantara
syaratnya adalah ;
1. Fasih bacaan al qur’annya
2. Mengerti seluk beluk shalat
3. Berakhlak mulia
4. Tidak dibenci para jama’ah
5. Banyak ilmunya dan alim
6. Laki-laki, jika jama’ahnya terdiri dari laki-laki, perempuan dan khunsta
7. Berakal sehat
b. syarat-syarat menjadi makmum
sayarta-sayrat menjadi makmum dalam shalat berjama’ah yaitu ;
1. berniat mengikuti imam atau menjadi makmum
2. mengetahui segala yang dikerjakan oleh imam, misalnya imam berpindah
dari rukun yang satu ke rukun yang lain. Harus tahu apa yang dikerjakan
imam atau dengan mengetahui makmum yang didepannya
3. tidak ada dinding yang menghalangi antara imam dengan makmum (bagi
laki-laki), kecuali bagi prempuan hendaklah diberi pembatas.
4. makmum tidak boleh mendahuliu imam dalam takbir atau mendahului
gerakan imam.
5. posisi makmum tidak boleh sejajar atau lebih kedepan dari imam
6. shalat makmum harus bersesuaian dengan shlat imam, misalnya, sama-
sama shalat wajib seperti shalat dzuhur, qashar, jama’ dan sebagainya
7. makmum tidak sah mengikuti imam yang diketahui batal shalatnya
4. praktek shalat berjama’ah
praktik atau tata cara shalat berjama’ah adalah sebagaimana berikut ;
3. a. sebelum shalat berjama’ah dimulai, hendaklah imam menghadap ke
belakang memperhatikan keadaan jama’ah yang dipimpinnya, kemudian
menyuruh agar dirapikan dan diluruskan barisanya dengan mengucapkan
sabda Nabi SAW ;
Artinya :
Luruskan dan rapatkan shafmu, karena lurus dan rapatnya shaf
merupakan shalat (berjama’ah). ((H.R. Bukhari dan Muslim))
b. setelah shaf teratur dengan bik, imam mulai nat salat dan takbiratul
c. Ihram
d. sdetelah akbiratul ihram, imam membaca doa iftitah dengan siran (suara
pelan) begitu pula makmum
e. setelaqh membaca do’a iftitah, imam membaca surat al fatihah dengan
jahran (suara nyaring) sampai kalimat ; “Waladdhallin” kemudian makmum
menjawab :’amin’ juga denga suara nyaring. Ini brlaku untuk shalat
maghrib,shalat isya, shalat jum’at pada rakaat perama dan kedua,
sedangkan untuk salat dzuhur dan ashar semua bacaan yang ada dalam
shalat dibaca pelan, kecuali takbir.
f. Setelah membaca surat al fatihah, kemudian diteruskan dengan membaca
surat yang lain misalnya surat al fil atau surat al ikhlas, juga dengan nyaring
Ini berlaku untuk shalat maghrib,shalat isya, shalat jum’at pada rakaat
perama dan kedua, sedangkan untuk salat dzuhur dan ashar semua
bacaan yang ada dalam shalat dibaca pelan, kecuali takbir.
g. Pada waktu imam membaca surat yang lain misalnya surat al fil atau surat
al ikhlas dengan suara nyaring tadi, makmum membaca surat al fatihah
dengan suara pelan (sirran)
h. Setelah imam membaca surat yang lain (Al-Fil atau Al-Ikhlas), Kemudian
imam rukuk, I’tidal, sujud, duduk diantar dua sujud, sujud lagi, kemudian
berdiri melanjutkan raka’at kedua. Bacaan tasbih pada waktu rukuk dan
sujud dibaca dengan suara pelan, begitu juga do’a diantara dua sujud, baik
imam maupun makmum. Sedang setiap takbir dalam shalat bacaannya
dinyaringkan.
i. Pada raka’at kedua imam langsung membaca Surat A-Fatihah, tanpa do’a
iftitah lagi, dan bacaan Al-fatihah dinyaringkan, kemudian disambung
4. dengan membaca surat yang lain, tata caranya sama dengan pada raka’at
pertama.
j. Setelah selesai membaca Surat Al-Qur’an, kemudian imam rukuk , begitu
juga makamum juga rukuk, tata cara dan bacaannya sama dengan raka’at
pertama.
k. Selesai mengerjakan rukuk kemudian I’tidal, selesai membaca I’tidal,
kemudian masih tetap dalam keadaan berdiri qunut kalau ini shalat subuh
bagi biasa yang membacanya. Sedangkan bagi yang tidak membaca do’a
qunut, sesudah membaca do’a I’tidal langsung saja sujud, duduk antara
dua sujud, kemudian sujud, selesai sujud kedua ini lalu tahuyat, kemudian
salam.
l. Sedangkan untuk shalat maghrib, tinggal menambah satu raka’at lagi
caranya sama dengan pada rakaat pertama shalat subuh, hanya saja
bacaan shalat pada rakaat ketiga ini dibaca pelan, kecuali takbir, setelah
sujud yang kedua lalu membaca tahiyat akhir dan salam. Perlu diketahui
pada rakaat kedua dan pada sujud yang kedua selesai, lalu duduk ifitirasy
membaca tahiyat awal.
m. Sedangkan untuk shalat isya’ selesai membaca tahiyat awal, kemudian
masih menambah dua rakaat lagi, caranya pada rakaat ketiga dan keempat
pada waktu membaca fatihah tidak dibaca dengan nyaring, dan sesudah
fatihah tidak usah membaca surat yang lain tapi langsung saja rukuk, I’tidal,
sujud, duduk diantara dua sujud, sujud lagi, tahiyat dan salam.
n. Begitu juga shalat dhuhur dan ashar cara mengerjakannya sama dengan
shalat isya’, hanya saja bacaan shalatnya semuanya dibaca pelan, kecuali
takbiratul ihram dan takbir intiqal dibaca nyaring.
5. Fungsi Shalat Berjama’ah dalam Kehidupan
Shalat berjama’ah banyak mempunyai fungsi (manfaat) dalam kehidupan. Adapun
diantara fungsi shalat berjama’ah dalam kehidupan ialah :
a. Memperkokoh ukhwah islamiyah (persaudaraan sesama umat islam)
Kita lihat setiap orang yang hadir ketempat shalat berjama’ah (masjid /
surau) mereka saling berpapasan, bertemu muka, bertegur sapa, berbagi
cerita, berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, dan lain-lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya shalat
berjama’ah di masjid atau surau akan dapat memperkuat atau memperkokoh
ukhwah islamiyah (persaudaraan sesama umat islam), karena yang hadir
ketempat shalat berjama’ah (masjid atau surau) adalah orang-orang islam.
5. b. Sarana berinteraksi Sosial
Apabila kamu sebagai yang baru tinggal di sekitar mesjid atau surau, maka
sering-seringlah hadir ke masjid atau surau untuk mengikuti shalat berjama’ah,
apabila kamu sering berjama’ah, maka kamu akan dikenal dan kenal para
tetangga yang rajin shalat berjama’ah di masjid atau surau, kamu akan
semakin akrab dengan mereka, karena dengan shalat berjama’ah di masjid
atau surau dapat digunakan sebagai alat untuk berinteraksi dengan
masyarakat yang ada di sekitarnya, terutama mereka yang rajin ke tempat
shalat berjama’ah.
c. menambah Syiar Islam
Masjid atau surau dapat dikatakan mati apabila tidak pernah diadakan
shalat berjama’ah, yang berarti didalam masjid tersebut tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
Dan biasanya sebelum shalat berjama’ah dianjurkan adanya adzan dan
iqamah, ini berarti adanya suatu ajakan untuk menyemarakan syiar islam
melalui shalat berjama’ah.
d. Membuktikan adanya ketaatan dan kepatuhan kepada pemimpin
Setiap orang (makmum) yang ikut dalam shalat berjama’ah dituntut harus
taat dan patuh kepada setiap instruksi dan komando yang diberikan oleh imam
(pemimpin)
Misalnya : imam membaca takbioratul ihram, kemudian baru makmum
mengikutinya, begitu juga imam melakukan rukuk, baru kemudian makmum
mengikutinya dan seterusnya. Makmum tidak boleh mendahului gerakan yang
dikerjakan imam. Apabila makmum mendahului gerakan (pekerjaan) imam,
maka makmum tersebut berarti makmum yang tidak taat kepada imam, dan
makmum yang demikian dianggap tidak sah dalam shalat berjama’ah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa shalat berjama’ah memberikan
pelajaan kepada umat islam harus senantiasa taat dan patuh kepada
pemimpin, selama pemimpin itu benar.
e. Menjadi inspirasi bagaimana sebenarnya menjadi pemimpin yang demokratis,
dan bagaimana sebenarnya menjadi rakyat yang baik.
Apabila imam salah atau lupa, maka makmum berhak untuk
mengingatkannya, agar pelaksanaan shalat tidak menyalahi aturan yang sudah
ditentukan.
Bahkan apabila imam berhalangan atau udzur misalnya buang angin maka
imam tersebut harsus berani mengundurkan diri dan membatalkan shalatnya.
Kalau tidak, maka shalatnya dianggap tidak sah semua.
6. Adapun etika makmum di dalam mengingatkan, menegur, atau mengganti
imam juga harus memperhatikan aturan main atau tata caranya.
Misalnya :
Jika imam lupa mengenai jumlah raka’at atau tahiyat atu yang lain,
sedangkan bagi makmum hendaklah mengucapkan “subhanallah” bagi
makmum laki-laki, sedangkan bagi makmum perempuan menepuk tangan kiri
dengan telapak kanan.
Sedangkan cara untuk mengganti imam yang mengundurkan diri tersebut,
maka makmum yang berdiri di belakang imam harus maju menjadi imam dan
melanjutkan shalat berjama’ah.
Nah, dengan demikian apabila menjadi seorang pemimpin atau rakyat mau
mengambil pelajaran yang diajarkan di dalam shalat berjama’ah, maka tidak
akan terjadi kesalahpahaman yang fatal, karena pemimpin apabila terjadi
kesalahan, setiap saat siap mendapat teguran, kritikan, peringatan, dan bahkan
siap untuk diganti. Begitu juga sebagai rakyat apabila menyampaikan teguran,
kritikan, peringatan, penggantian juga harus sesuai dengan aturan yang sudah
ditetapkan.
B. Shalat Munfarid
1. Pengertian Shalat Munfarid
Shalat munfarid adalah shalat yang dilakukan atau dikerjakan secara sendiri-
sendiri 9tidak berjama’ah). Munfarid artinya sendiri. Dengan demikian munfarid
kebalikan (lawan kata) dari jama’ah.
2. Mempraktikkan Shalat Munfarid
7. Tata cara shalat munfarid adalah sama dengan shalat wajib (fardhu), yaitu :
a. Berdiri bagi yang mampu
b. Niat
c. Takbiratul Ihram
d. Bersedekap
e. Membaca do’a iftitah
f. Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Qur’an yang lain.
g. Rukuk sambil membaca tasbih
h. I’tidal
i. Sujud sambil membaca tasbih
j. Duduk antara dua sujud
k. Salam
Rangkuman
1. Shalat berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih, seorang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum.
2. Shalat munfarid adalah shalat yang dikerjakan secara sendiri-sendiri (sendirian),
tidka dengan berjama’ah.
Soal-soal Latihan
A. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada
huruf a, b, c, atau d !
1. Shalat berjama’ah minimal dikerjakan oleh …
a. Satu orang
b. Dua orang
c. Tiga orang
d. Empat orang
2. Shalat yang dilakukan secara bersama-sama, ada yang menjadi imam dan ada
yang menjadi makmum dinamakan …
a. Shalat bersama
b. Shalat rame-rame
c. Shalat munfarid
d. Shalat berjama’ah
3. Mayoritas para ulama mengatakan bahwa hukum shalat berjama’ah adalah …
a. Wajib c. Fardhu kifayah
8. b. Fardhu ain d. Sunah muakkad
4. Menurut H. R. Bukhari dan muslim bahwa shalat berjama’ah pahalanya …
a. 20 derajat
b. 27 derajat
c. 33 derajat
d. 40 derajat
5. Bagi kaum laki-laki shalat lima waktu berjama’ah sebaiknya di …
a. Masjid
b. Rumah
c. Kantor
d. Pasar
6. Orang yang memimpin shalat berjama’ah dinamakan …
a. Imam
b. Iman
c. Makmum
d. Muslim
7. Shalat yang dikerjakan sendiri-sendiri (sendirian) dinamakan …
a. Shalat munfarid
b. Shalat witir
c. Shalat berjama’ah
d. Shalat sunah
8. Berikut ini adalah syarat-syarat menjadi imam, kecuali …
a. Fasih bacaan Al-qur’an nya
b. Berakhlak mulia
c. Mengerti seluk beluk shalat
d. Dibenci oleh para jama’ah
9. Jika imam lupa, misalnya mengenai jumlah raka’at, tahiyat, atau yang lain, maka
bagi makmum laki hendaknya …
a. Mengucapkan “Samiallah”
b. Mengucapkan “Astaghfirullah”
c. Mengucapkan “Subhanallah”
d. “Menepuk tangan”
10. Diantara fungsi shalat berjama’ah adalah sebagai berikut, kecuali …
a. Dapat menakut-nakuti orang yang tidak shalat.
b. Menambah syiar Islam.
c. Memperkokoh persaudaraan.
d. Dapat memotivasi untuk beribadah kepada Allah.
9. B. Essay / Uraian
1. Mengapa shalat berjama’ah sangat dianjurkan bahkan ada yang mewajibkan ?
2. Bagaimana cara mengingatkan imam jika salah atau lupa ?
3. Apa perbedaan shalat berjama’ah, masbuq, dan munfarid ?
4. Di mana letak kelebihan shalat berjama’ah jika dibandingkan dengan shalat
sendirian ?
5. Apa fungsi shalat berjama’ah dalam kehidupan sehari-hari? Sebutkan 2
diantaranya !