Makalah ini membahas metode penelitian kualitatif dengan menjelaskan paradigma, konsep dasar, pengertian, karakteristik, dan perbedaan dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif didasarkan pada paradigma post-positivisme dan pendekatan fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, serta etnometodologi. Ciri khasnya meliputi dilakukan di lingkungan alami, peneliti sebagai instrumen utama, bersif
1. METODE PENELITIAN KUALITATIF
Dosen : Prof. Dr. Hartati Muchtar.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Disusun Oleh :
Dwina
Widati
7116090014
Fikri Hasaniah 7116090018
Juita Siringo-ringo 7116090025
Kunto Imbar N. 7116090027
Noor Indra 7116090040
Ratna Dumasari 7116090046
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2009
METODE PENELITIAN KUALITATIF
2. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat 4 kata kunci yang perlu
diperhatikan dalam metode penelitian: (1) cara ilmiah berarti kegiatan penelitian
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis, (2) data yang
diperoleh melalui penelitian adalah data empiris yang menunjukan derajat ketepatan
(valid) antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti, (3 & 4) tujuan dan kegunaan dimana secara umum tujuan
penelitian bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang betul-betul
baru yang belum diketahui sebelumnya. Pembuktian berarti data yang diperoleh dapat
digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu. Dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas
pengetahuan yang telah ada. Secara umum hasil akhir dari penelitian dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Makalah ini mencoba untuk membahas beberapa pokok permasalahan dalam
penelitian kualitatif yang menjadi salah satu penelitian yang menggunakan metode
kualitatif dalam menjawab permasalahan-permasalahan ilmu sosial.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Langkah 1 : Tentukan fokus penelitian.
Langkah 2 : Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan fokus tersebut
(subfokus)
Langkah 3 : Dari antara faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang
sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
Langkah 4 : Kaitan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus
penelitian.
Selain itu, dalam penelitian-penelitian yang umum digunakan pertanyaan-
pertanyaan: apakah, bagaimana, dan mengapa. Rumusan masalah merupakan kaitan
dua buah faktor yaitu antara fokus dengan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya.
Jadi, perumusan masalah dalam penelitian kualitatif merupakan hal yang penting.
Perumusan masalah penelitian melalui fokus. Masalah penelitian dirumuskan dalam
bentuk fokus yang dalam penelitian membatasi studi itu sendiri, sifat perumusan
3. masalah sebelum penelitian akhirnya masih tentatif, yang berarti masih dapat
berkembang sekaligus disempurnakan sewaktu peneliti berada di lapangan.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut beberapa permasalahan yang
akan dikaji dalam makalah ini:
1. Apa paradigma yang menjadi falsafah penelitian kualitatif dan apa pengertian
penelitian kualitatif ?
2. Apa ciri-ciri penelitian kualitatif ?
3. Bagaimana tahap-tahap penelitian kualitatif ?
4. Bagaimana perumusan masalah dalam penelitian kualitatif ?
5. Bagaimana populasi dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif ?
6. Apa instrumen dan data dalam penelitian kualitatif ?
7. Apa perbedaan penelitian kualitatif dengan kuantitatif ?
D. Pembatasan Masalah
Dalam ilmu sosial khususnya bidang pendidikan terdapat dua kelompok metode
penelitian yakni metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Pada
makalah ini kelompok kami membatasi pembahasan masalah hanya pada peneltian
kualitatif.
PEMBAHASAN
A. Paradigma, Konsep Dasar Dan Pengertian Penelitian Kualitatif
Setiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Dalam rangka melakukan
pengumpulan fakta-fakta dan menentukan arah penelitian, para peneliti terlebih dahulu
akan menentukan landasan atau fondasi bagi langkah-langkah penelitiannya. Landasan
atau fondasi tersebut akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip atau asumsi maupun
aksioma yang dalam bahasanya Moleong disebut paradigma. Masing-masing paradigma
memiliki keunggulan dan kelemahan oleh karena itu peneliti harus mempunyai
pemahaman yang cukup terhadap dasar pemikiran paradigma dalam jenis penelitian
yang dipilihnya sebelum melakukan kegiatan penelitian.
Paradigma yang melandasi penelitian kualitatif adalah paradigma post-positivisme
yang menganggap kebenaran tidak hanya satu atau tunggal tetapi lebih kompleks
sehingga tidak dapat diikat pada satu teori saja. Paradigma ini mengembangkan metode
4. penelitian kualitatif yang menggunakan data-data untuk menerangkan gejala atau
fenomena secara menyeluruh (holistik). Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah
yaitu objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran
peneliti tidak begitu mempengaruhi kehadiran pada objek tersebut (Sugiyono: 2008).
Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:
1. Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam
situasi-situasi tertentu.
2. Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan
bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri,
sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan
orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta
menentukan.
3. Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif
ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia
diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan
bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar
kebudayaan.
4. Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami
bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata
hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-
orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat
mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini
berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut
pandang dari objek penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri bertindak sebagai instrumen
penelitiannya; yang mana sebagai instrumen penelitian peneliti harus memiliki bekal teori
dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiono:
2008). Hal ini juga diperkuat oleh Margono (2004) yang menyatakan bahwa dengan
karakteristik penelitiannya yang holistik (menyeluruh), peneliti dalam penelitian kualitatif
memerlukan ketajaman analis (bersifat deskriptif analitik), objektifitas, sistematik dan
sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi. Sebab, hakikat dari suatu
fenomena atau gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas atau gestalt.
5. Sugiyono (2008) kembali memperjelas dengan menyatakan bahwa dengan
analisis datanya yang bersifat deskriptif analitik, metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data
yang tampak. Analisis data dalam penelitian kualitatif juga bersifat induktif, yakni
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan
menjadi hipotesis dan teori. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan
pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.
Dari penjabaran di atas maka penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai
prosedur penelitan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistic atau utuh sehingga dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam varibel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Bogdan dan Tylor dalam Moleong,
1998:3).
B. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2008) mengemukakan karakteristik
penelitian kualitatif sebagai berikut: (1) Qualitative research has the natural setting as the
direct source of data and the researcher is the key instrument. (2) Qualitative research is
descriptive. The data collected is in form of words of pictures rather than number. (3)
Qualitative research is concerned with process rather than simply with outcomes or
products. (4) Qualitative research tends to analyze its data inductively. (5) “Meaning” is
of essential to the qualitative approach. Dengan kata lain, karakteristik penelitian
kualitatif antara lain adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke
sumber data dan instrument kunci penelitian adalah peneliti.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yang mana data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif menekankan
pada proses daripada produk atau outcome. Penelitian kualitatif melakukan analisis data
secara induktif dan lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).
Selanjutnya Erickson dalam Susan Stainback (2003) dan dalam Sugiyono (2008)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif dilakukan secara intensif dan peneliti ikut
berpartisipasi lama di lapangan, melakukan pencatatan secara hati-hati fakta atau gejala
terjadi di lapangan, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen di lapangan,
6. dan membuat laporan penelitian secara mendetail.
Dari penjabaran diatas maka dapat di jabarkan beberapa ciri khas penelitian
kualitatif dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut, seperti dikemukakan oleh Moleong
(1998):
1. Latar alamiah
Dalam penelitian kualitatif, data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah
(natural setting). Suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh
lapangan. Hal ini dilakukan agar fakta – fakta yang ada di lapangan tidak
dipisahkan dari konteksnya.
Misalnya, peneliti yang mengadakan penelitian terhadap mahasiswa kedokteran,
maka ia akan mengikuti mahasiswa sebagai subjek penelitiannya tersebut ke dalam
ruang kuliah, laboratorium, rumah sakit, bahkan tempat berkumpul mahasiswa
tersebut, seperti kafe, asrama, dan sebagainya.
2. Peneliti sebagai alat/instrumen penelitian
Peneliti merupakan alat utama pengumpul data (atau dengan bantuan orang lain)
dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara.
Dengan peneliti sendiri sebagai alat, memungkinkan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap fakta-fakta yang terjadi di lapangan dan yang dapat
berhubungan secara langsung dengan responden atau objek lainnya.
3. Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, yaitu pengamatan, wawancara,
atau penelaahan dokumen. Metode ini digunakan dengan pertimbangan karena
lebih mudah disesuaikan apabila berhadapan dengan fakta-fakta yang kompleks.
4. Analisis Data secara Induktif
Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif dikarenakan
beberapa alasan sebagai berikut:
a. proses induktif lebih dapat menemukan fakta-fakta kompleks yang
terdapat dalam data.
b. Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden
menjadi lebih eksplisit dan akuntabel.
c. Dapat menguraikan latar secara penuh
d. Dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian
dari struktur analitik.
5. Teori bersifat dari dasar (grounded theory)
7. Upaya pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan sebelum penelitian diadakan, melainkan untuk merumuskan
kesimpulan/hipotesis atau teori. Penyusunan teori berasal dari bawah ke atas, yaitu
dari sejumlah data yang telah dikumpulkan kemudian yang saling berhubungan
dikelompokkan. Arah penyusunan teori tersebut akan menjadi jelas sesudah data
dikumpulkan.
6. Deskriptif
Dalam penelitian kualitatif dilakukan pengumpulan data secara deskriptif, di mana
data-data yang dikumpulkan adalah yang berupa kata-kata dan gambar, bukan
angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, video rekaman, dokumen pribadi, maupun dokumen resmi lainnya.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.
7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses daripada hasil, karena
hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati
dalam proses.
8. Adanya Batas yang ditentukan oleh Fokus
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.
9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data
Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas reabilitas dan objektifitas dalam versi
lain sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Kriteria yang digunakan yaitu
kredibilitas (derajat kepercayaan), transferabilitas (keteralihan) dependapibilitas
(kebergantungan) dan konfirmabilitas (kepastian).
10. Desain yang Bersifat Sementara, Fleksibel, & Berkembang
Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan
dengan kenyataan dilapangan. Jadi tidak menggunakan desain yang telah disusun
secara ketat & kaku. Hal ini disebabkan oleh fakta-fakta kompleks dilapangan yang
tidak dapat diramalkan perubahannya. Dengan demikian, desain khusus masalah
yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat saja diubah menyesuaikan kondisi yang
ada di lapangan.
TAHAP-TAHAP PENELITIAN
8. 1. Tahap Pra-Lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini
ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian
lapangan.
1) Menyusun Rancangan Penelitian
2) Memilih Lapangan Penelitian
Baik dipahami apabila peneliti tidak berpegang teguh pada acuan teori, tetapi
biarlah hati itu dikembangkan pada pengumpulan data. Dengan demikian,
pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan
dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentative sifatnya. Hipotesis kerja
akan dirumuskan secara tetap setelah dikonfirmasikan dengan data yang muncul
ketika peneliti sudah memasuki latar penelitian.
3) Mengurus Perizinan
Peneliti hendaknya mengetahui siapa saja yang berwenang memberikan izin bagi
pelaksanaan penelitian baik tokoh formal seperti gubernur/kepala daerah maupun
jalur informal seperti kepala/pemimpin adat agar pengumpulan data tidak
mengalami gangguan.
4) Menjajaki dan Menilai Lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti
membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam
tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan
6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Alat tulis, kertas, buku catatan perlu disediakan. Baik jika tersedia juga alat
perekam seperti tape recorder, handycam dan kamera. Persiapan penelitian
lainnya yang perlu dipersiapkan ialah jadwal yang mencangkup waktu, kegiatan
yang dijabarkan secara rinci.
7) Persoalan Etika Penelitian
Etika memberikan pegangan bagi para peneliti agar menghormati seluruh nilai
yang ada pada masyarakat.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
9. Terbagi atas tiga bagian, yaitu:
1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
a. Pembatasan latar dan peneliti
Peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Ia harus
mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun mental. Peneliti hendaknya
mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup. Pada latar tertutup peneliti
barangkali hanya mengandalkan wawancara dan hubungan peneliti dengan
subjek kurang akrab. Sebaliknya, pada latar tertutup hubungan peneliti dengan
subjek menjadi akrab karena latar demikian bercirikan orang-orang sebagai
subjek yang perlu diamati secar teliti dan wawancara secara mendalam.
b. Penampilan
Peneliti hendaknya menyesuaikan diri dengan kebiasaan, adat, tat cara dan
kultur latar penelitian. Penampilan fisik tidak mencolok; jika mungkin
hendaknya berpakaian seperti yang digunakan orang-orang yang menjadi
subjek penelitian, hal tersebut kadang mempermudah pegumpulan data. Cara
bertingkah laku seperti tata cara, tindakan, lenggak-lenggok, cara menegur,
dan semacamnya juga diperhatikan.
c. Pengenalan hubungan penelitian di lapangan
Hendaknya hubungan akrab antara subjek dan peneliti dapat dibina, dapat
bekerjasama dengan saling bertukar informasi. Peneliti hendaknya netral di
tengah anggota masyarakat. Peneliti tidak diharapkan mengubah situasi yang
menjadi latar penelitian. Peneliti aktif dalam mengumpulkan data namun pasif
dalam pengertian tidak boleh mengintervensi perisrtiwa. Peneliti hendaknya
selektif, artinya tahu membedakan mana informasi yang diperlukan dan tahu
menghindari sesuatu yang dapat mempengaruhi data. Tugas peneliti ialah
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak mungkin dari sudut pandang
subjek tanpa mempengaruhi mereka.
d. Jumlah waktu studi
Faktor waktu dalam penelitian cukup menentukan. Pembatasan waktu pada
dasarnya peneliti sendirilah yang perlu menentukan pembagian waktu agar
waktu yang digunakan di lapangan dimanfaatkan seefisien dan seefektif
mungkin. Peneliti hendaknya senantiasa berpegan pada tujuan, masalah, dan
jadwal yang telah disusun sebelumnya. Jika studi menjadi bekepanjangan,
kerugian akan menjadi tanggungan peneliti berupa penambahan biaya.
10. 2) Memasuki Lapangan
a. Keakraban hubungan
Sikap peneliti hendaknya pasif, hubungan yang dibina berupa rapport yaitu
hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-
olah tidak ada lagi dinding pemisah di antara keduanya. Dengan demikian
subjek sukarela menjawab pertanyaan dan memberikan informasi yang
diperlukan oleh peneliti.
b. Mempelajari bahasa
Baik apabila peneliti mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang
yang berada pada latar penelitiannya. Peneliti juga diharapkan mempelajari
simbol-simbol yang digunakan.
c. Peranan peneliti
Besarnya peranan: Sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau tidak mau
peneliti terjun langsung ke dalamnya dan akan ikut berperanserta di dalamnya.
Dipaksa berperan: Kadang terdapat situasi dimana subjek peneliti tidak
mengerti dan tidak mau mengerti, menghadapi situasi demikian hendaknya
peneliti sabar dan peneliti hendaknya mendekati subjek dengan jalan memakai
salah satu anggotanya sebagai perantara.
Jadilah anggota komunitas: Jika peneliti dipandang perlu terjun dan membaur
sebagai anggota komunitas, usahakan peneliti tidak terbawa arus subjek.
3) Berperan-serta Sambil Mengumpulkan Data
a. Pengarahan batas studi
Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi telah ditetapkan bersama
masalah dan tujuan penelitian. Peneliti hendaknya menjadawalkan topik
kegiatan apa saja yang dapat diikuti. Jika hal itu dilakukan, peneliti dapat
melakukan pengendalian dirinya sendiri pada seluruh lingkungan latar
penelitian.
b. Mencatat data
Alat penelitian penting yang biasanya digunakan ialah catatan lapangan.
Catatan lapangan tidak lain adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu
mengadakan pengamatan, wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian
tertentu. Biasanya catatan lapangan itu dibuat dalam bentuk kata-kata kunci,
singkatan, pokok-pokok utama saja. Data lain seperti dokumen, laporan,
gambar, dan foto jangan dilupakan.
11. c. Cara mengingat data
Peneliti tidak dapat melakukan pengamatan sambil membuat catatan yang
baik, tidak dapat membuat catatan yang baik sambil mengadakan wawancara
secara mendalam dengan seseorang. Alat perekam seperti perekam kaset
dan perekam video kaset akan besar manfaatnya jika tersedia dan subjek
tidak keberatan.
d. Kejenuhan, keletihan, dan istirahat
e. Analisis di lapangan
Penelitian kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan walaupun data
secara intensif barulah dilakukan sesudah peneliti sampai di rumah. Dengan
bimbingan dan arahan masalah penelitian, peneliti di bawa ke arah acuan
tertentu yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan data yang dicatat.
TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi alamiah
(natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam dan
dokumentasi. Seperti yang dikemukakan oleh Marshal dan Rossman dalam Sugiyono
(2008:3009): ”the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering
information are, participation in the setting direct observation, in-depth interviewing,
document review”.
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2008:310) menyatakan bahwa, observasi merupakan
dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yakni fakta mngenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi
memungkinkan peneliti untuk mempelajari perilaku dan makna dari perilaku tersebut
(Marshal dalam Sugiyono, 2008:310). Secara umum, Moleong (2004)
mengklasifikasikan pengamatan/observasi atas (1) pengamatan melalui cara
berperanserta dan (2) pengamatan yang tidak berperanserta. Pengamat berperan
serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus
menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Pada pengamatan tanpa
peranserta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2008:310) lebih mengkhususkan macam-macam
observasi dalam penelitian kualitatif sebagai berikut:
12. a. Observasi Partisipatif, yaitu suatu observasi dimana peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari informan/sumber data yang sedang
diamati/digunakan. Observasi partisipan memungkinkan diperoleh data
yang lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang tampak. Ditinjau dari derajat partisipasi peneliti,
maka observasi ini dapat digolongkan lagi menjadi empat. Pertama
partisipasi pasif (passive participation), yaitu dalam observasi peneliti
hanya hadir di lokasi kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut
terlibat dalam proses kegiatan di dalamnya. Kedua, partispasi moderat
(moderate participation), yaitu peneliti dalam observasi menjaga
keseimbangan antara menjadi orang dalam dengan orang luar atau lain
kata peneliti berpartisipasi dalam sebagian kegiatan. Ketiga, partisipasi
aktif (active participation) yaitu peneliti dalam observasi berpartisipasi
aktif dalam mayoritas kegiatan yang dilakukan nara sumber, walaupun
belum sepenuhnya lengkap. Keempat, partisipasi lengkap (complete
participation), yaitu dalam pengumpulan data, peneliti terlibat
sepenuhnya dalam kegiatan yang dilakukan oleh nara sumber. Hal ini
merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas
kehidupan yang diteliti.
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam observasi terus terang, peneliti berterus terang kepada sumber data bahwa
peneliti sedang melakukan pengumpulan data untuk sebuah penelitian.
Sementara dalam suatu waktu peneliti melakukan observasi tersamar dimana
peneliti tidak berterusterang kepada nara sumber . Hal ini dilakukan untuk
menghindari jikalau suatu data ynag dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan.
c. Observasi Tak Berstruktur
Dalam penelitian kualitatif, observasi dilakukan secara tidak berstruktur. Hal ini
dikarenakan pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting) sehingga fokus dan masalah penelitian akan berkembang seiring dengan
berljalannya penelitian. Observasi ini tidaklah dipersiapkan secara sistematis dan
tidak menggunkan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan. Oleh karena itu, peneliti dapat melakukan pengamatan bebas,
mencatat apa yang ditarik, melakukan analisis dan kemudian membuat
13. kesimpulan.
Observasi dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa tahapan (Spradley
dalam Sugiyono, (2008:315), yaitu:
a. Observasi Deskriptif, dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi
soaial tertentu sebagai objek penelitian. Peneliti pada tahap
observasi ini melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh,
melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan
dirasakan (analisis domain). Tahap observasi ini disebut juga
sebagai grand tour observation.
b. Observasi Terfokus
Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan observasi yang telah dipersempit
untuk difokuskan pada aspek tertentu (mini tour observation). Pada tahap ini
juga peneliti pengamatan terfokus dengan melakukan pengkategorian
terhadap data terkumpul (analisis taksonomi).
c. Observasi Terseleksi
Pada tahap observasi ini, peneliti menguraikan fokus yang ditemukan
sehingga didapat data yang lebih rinci. Peneliti berusaha menemukan
karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta
menemukan hubungan antara satu kategori yang lain (analisis komponensial).
Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang
mendalam atau hipotesis.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2004) Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan
maksud tertentu oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Secara
garis besar, Esterberg dalam Sugiyono (2008:319) mengemukakan beberapa macam
wawancara, sebagai berikut:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
hal ini, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dalam
wawancara terstruktur, pengumpulan data dapat dilakukan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data, yang mana Guba dan Lincoln dalam
14. Moleong (2004:188) menyebutnya dengan istilah wawancara tim atau panel.
Selain mempersiapkan instrumen sebagai pedoman wawancara, peneliti dalam
wawancara terstruktur mempersiapkan dan menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lainnya yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara berjalan lancar.
b. Wawancara Semistruktur
Sifat wawancara semistruktur lebih beas jika dibandingkan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak terwawancaradiminta pendapat, dan ide-idenya.
c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara ini adalah wawancara bersifat bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara
tak berstruktur yang disebut juga wawancara terbuka, digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang
diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi
awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga
peneliti dapat menemukan secara pasti permasalahan apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tak berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh nara sumber. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
nara sumber, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya
yang lebih terarah pada suatu tujuan.
Langkah-Langkah dalam Wawancara
Pengumpulan data dengan wawancara dalam penelitian kualitatif memiliki
beberapa langkah-langkah, seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba dalam
Sugiyono (2008:322) yaitu: (a)menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan,
(b) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (c)
mengawali atau membuka alur wawancara, (d) melangsungkan alur wawancara, (e)
mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, (f) menuliskan hasil
wawancara ke dalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi tidak lanjut hasil
wawancara yang telah diperoleh.
15. Jenis Pertanyaan dalam Wawancara
Salah satu hal yang pokok dalam mempersiapkan suatu wawancara adalah
berkenaan dengan pertanyaan apa yang perlu ditanyakan kepada nara sumber.
Patton dalam Moleong (2004:192) mengemukakan enam jenis pertanyaan sebagai
berikut:
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat seseorang.
Pertanyaan demikian diajukan bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman,
perilaku, tindakan, dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu kehadiran
pewawancara.
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan interpretatif
dari subjek. Jawaban terhadap pertanyaan ini memberikan gambaran kepada
peneliti mengenai apa yang dipikirkan tentang dunia atau tentang suatu program
khusus. Pertanyaan itu menceriterakan tujuan, keinginan, harapan, dan nilai.
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Pertanyaan demikian ditujukan untuk dapat memahami respons emosional
seseorang berhubungan dengan pengalaman dan pemikirannya.
d. Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan tentang pengetahuan diajukan untuk memperoleh pengetahuan
faktual yang dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat
diketahui.
e. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan ini berkenaan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasakan,
dan dicium. Maksud pertanyaan ini adalah memberikan kesempatan kepada
pewawancara untuk memasuki perangkat indera nara sumber.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini berusaha menemukan ciri-ciri pribadi orang yang diwawancarai.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu membantu pewawancara
menemukan hubungan nara sumber dengan orang lain. Pertanyaan-pertanyaan
baku berkaitan dengan usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal atau mobilitas.
Pengklasifikasian macam pertanyaan lain dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam
Moleong (2004:194), yaitu:
a. Pertanyaan hipotesis atau pertanyaan bilamana
16. b. Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan nara sumber
ditanya agar memberikan respons tentang hipotesis alternatif mengenai
masa yang lalu, sekarang, atau yang akan datang
c. Pertanyaan yang menantang nara sumber untuk merespons dengan
cara memberikan hipotesis alternatif atau penjelasan
d. Pertanyaan interpretatif yang menyarankan kepada nara sumber agar
memberikan interpretasinya tentang kejadian atau peristiwa
e. Pertanyaan yang memberikan saran
f. Pertanyaan tentang alasan mengapa yang akan mengarahkan agar
responden memberikan penjelasan tentang kejadian atau perasaan
g. Pertanyaan tipe argumen yang berusaha mendapatkan argumentasi
h. Pertanyaan tentang sumber yang berusaha mengungkapkan sumber
tambahan, informasiasli, dan data atau dokumen tambahan
i. Pertanyaan ya-tidak
j. Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini nara sumber diminta
untuk memberikan keterangan tambahan pada informasi yang
disediakan.
Mencatat Hasil Observasi dan Wawancara
Peneliti Kualitatif mengandalkan observasi dan wawancara dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan peneiti membuat catatan
yang segera setalah itu akan disusun menjadi sebuah catatan lapangan. Catatan
yang dibuat di lapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan yang
dibuat saat peneliti di lapangan dapat berupa coretan seperlunya yang sangat
dipersingkat yang berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau
pengamatan, gambar, sketsa, diagram, dan lain-lain. Catatan itu berguna hanya
sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan
diraba dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan
”sederhana” di lapangan diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan
catatan lapangan. Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2004:209) mengemukakan
bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif. Pada dasarnya catatan lapangan berisi dua bagian yaitu
(1) bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang,
tindakan, dan pembicaraan, (2) bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan
17. pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya. Proses pencatatan lapangan
dilakukan setiap kali peneliti selesai mengadakan observasi atau wawancara.
3. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara,
akan lebih kredibel/dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumen-dokumen yang
kredibel yang dapat berupa dokumen pribadi seperti buku harian, surat pribadi,
autobiorafi ataupun dokumen resmi berupa dokumen internal seperti memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu, laporan rapat,
surat keputusan dan dokumen eksternal yang berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, dan berita media
massa.
1. Populasi dan Sampel
Lain halnya dengan populasi dalam penelitian kuantitatif yang dianggap sebagai
objek/subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang akan dipelajari dan ditarik
kesimpulannya, populasi, dalam penelitian kualitatif, dinamakan ”social situation” atau
situasi sosial yang terdiri dari elemen tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas
(activity). Ketiga elemen ini berinteraksi secara sinergis. Dapat digambarkan bahwa
situasi sosial tersebut dapat mengambil setting alamiah di keluarga, sekolah, atau
tempat kerja beserta orang-orang yang melakukan sekumpulan aktivitas di dalamnya.
Sehingga, situasi sosial tersebut dianggap sebagai objek penelitian yang aktivitas
(activity) orang-orang (actors) pada tempat (place) tertentu yang berusaha dipahami oleh
peneliti secara mendalam.
Demikian halnya dengan sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukanlah disebut
sampel statistik, tetapi merupakan sampel teoritis atau sampel konstruktif yang mana
sumber data dari sampel tersebut dikonstruksikan fenomena yang menyeluruh. Hal ini
juga disebabkan karena tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan atau menemukan
teori. Sampel dalam penelitian kualitatif adalah kecil atau sedikit dan tidak representatif
karena sejalan dengan tujuan penelitian yang menginginkan perolehan informasi yang
luas dan mendalam dari suatu sampel, bukan untuk mendapatkan generalisasi. Namun
demikian, seiring dengan proses penelitian yang dilakukan peneliti, sampel dapat
berkembang menjadi besar. Hal ini mungkin terjadi karena perolehan informasi yang
belum lengkap dari suatu sumber data, sehingga dicari sumber data lainnya.
18. 2. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
Terdapat dua macam teknik pengambilan sampel yang biasa dilakukan dalam
penelitian kualitatif, yaitu purpossive sampling dan snowball sampling. Sugiono (2008)
mengemukakan bahwa purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan dilakukan adalah bertujuan untuk
memperoleh data atau informasi yang luas, rinci, dan mendalam sehingga didapat suatu
kebenaran yang bermakna dan menyeluruh. Misalnya, menetapkan seseorang sebagai
sampel yang dianggap memiliki pengetahuan yang luas tentang apa yang kita harapkan,
atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga dapat memudahkan peneliti menjelajahi
objek/situasi sosial yang diteliti. Sementara snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya berjumlah sedikit, lama-lama
menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah data yang sedikit tersebut belum
didapat data yang lengkap, sehingga dicari sumber data lain. Dengan demikian jumlah
sampel sumber data menjadi besar atau bertambah, seperti bola salju yang
menggelinding (snowball).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
dilakukan selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu pengambilan sampel bersifat
sementara dimana jumlah sampel dapat berkembang dalam penelitian, disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian yang sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian
dan dipilih sampai kepada taraf jenuh (redundancy), yaitu pada saat ditambah sampel
lagi tidak memberikan informasi baru yang berarti.
Demi mendukung kegiatan penelitian, maka sebaiknya ditentukan sampel sebagai
sumber data atau informan yang memiliki kriteria sebagai berikut, (Sugiyono, 2008:303):
(1) Menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu
bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya, (2) Tergolong masih berkecimpung
atau terlibat pada kegiatan yang tengah ditelliti, (3) Mempunyai waktu yang memadai
untuk dimintai informasi, (4) Tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
”kemasannya” sendiri, (5) Tergolong ”cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
3. Instrumen dan Data
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berperan dalam menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
19. temuannya. Peneliti juga dianggap sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif
dikarenakan oleh beberapa karakteristik yang melingkupi penelitian kualitatif itu sendiri,
yaitu: (1) segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti
masalahnya, sumber datanya, dan hasil yang ditetapkan. Lalu (2) rancangan penelitian
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek
penelitian. Selain itu (3) realitas dalam penelitian kualitatif diasumsikan sebagai sesuatu
yang bersifat holistik, dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel
penelitian. Oleh karena itu instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif belum dapat
dikembangkan sebelum masalah penelitian jelas. Setelah fokus penelitian menjadi jelas,
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana guna melengkapi
data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Peneliti akan terjun sendiri, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat
kesimpulan.
Dengan demikian, sebagai ”the key instrument” peneliti harus memiliki
pemahaman metode penelitian kualitatif itu sendiri secara mendalam, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian baik
secara akademik maupun logistik. Validasi terhadap terhadap kriteria tersebut dilakukan
oleh peneliti sendiri dengan mengevaluasi diri.
Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan. Terdapat pula data tambahan berupa dokumen
dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, jenis data dalam penelitian kualitatif di bagi ke
dalam kata-kata dan tindakan, sumber data terulis, foto, dan statistik.
1. Kata-kata dan Tindakan
kata-kata dan tindaka orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalu catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Pencatatan sumber data
utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.
2. Sumber tertulis
Bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku
dan majalah ilmiah (disertasi, tesis, buku terbitan pemerintah, jurnal, dan karya ilmiah
lainnya), sumber dari arsip (riwayat hidup tokoh terkenal, sumber-sumber tertulis dari
Lembaga Arsip Nasional atau tempat-tempat arsip peting lainnya) dokumen pribadi
(surat, buku harian, anggaran penerimaan lagu daerah, dan dokumen lainnya yang
20. merupakan tulisan tentang diri dan pengalaman sendiri seseorang), dan dokumen
resmi (laporan rapat, daftar siswa dan pegawai tata usaha, dan data lainnya yang
dapat diperole dari instansi-instansi pemerintahan).
3. Foto
Foto dapat menjadi sumber tambahan dalam penelitian kualitatif yang dapat
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan dapat digunakan untuk
menelaah segi-segi subjektif dan dianalisis secara induktif. Menurut Bogdan dan
Biklen dalam Moleong (2004:160), terdapat dua kategori foto yang dapat digunakan
dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan
oleh peneliti sendiri.
4. Data Statistik
Data statistik dapat pula menjadi sumber data tambahan. Misalnya, data statistik
dapat membantu peneliti dalam mempelajari komposisi distribusi penduduk dilihat
dari segi usia, jenis kelamin, agama, mata pencaharia, dan lain sebagainya. Namun
demikian, perlu diingat bahwa peneliti kualitatif hendaknya jangan terlalu banyak
mendasarkan diri pada data statistik dikarenakan data statistik pada umumnya
merupakan bentuk generalisasi sehingga dapat mengurangi makna subjek secara
subjek secara perorangan. Data statistik dalam penelitian kualitatif dapat
dimanfaatkan hanya sebagai cara yang mengantar dan mengarahkan pada kejadian
dan peristiwa yang ditemukan dan dicari sendiri sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitiannya.
TAHAP ANALISIS DATA
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensisntesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain. Proses analisis data kualitatif (Seiddel, 1988) berjalan
sebagai berikut:
a. mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
b. mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat
ikhtisar dan membuat indeksnya,
c. berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu memiliki makna, mencari
21. dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan
umum.
Selanjutnya, menurut Janice McDrury (Coolaborative Group Analisys of Data,
1999) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a. membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada
dalam data,
b. mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal
dari data,
c. menuliskan model yang ditemukan,
d. koding yang telah dilakukan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat kita pahami bahwa ada yang mengemukakan proses,
ada pula yang menjelaskan tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam suatu
analisis data. Dalam hal ini analisa meliputi kegiatan mengerjakan data, menatanya,
membaginya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesanya, mencari pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari, dan memutuskan apa yang
akan Anda laporkan.
1. Tahap Analisis Data Secara Umum
Pada bagian ini akan diuraikan tiga pokok persoalan, yaitu 1) konsep dasar, 2)
menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja, dan 3) bekerja dengan hipotesis
kerja. Analisis data menurut Patton (1980), adalah proses mengatur urusan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia
membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap
hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi
uraian. Bogdan&Taylor (1975) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide). Jika
dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data
sedangkan yang kedua lebh menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan
demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.
Dari rumusan di atas dapatlah kita menarik garis bahwa analisis data bermaksud
pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali yang terdiri
dari catatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan,
biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur,
22. mengurutkan, mengelomokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansif.
Uraian di atas memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan
analisis data ini dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif
adalah menemukan teori dari data. Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu
dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan
sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan
lapangan penelitian. Dalam hal ini dianjurkan agar analisis data dan penafsirannya
secepatnya dilakukan oleh peneliti, jangan menunggu sampai data itu menjadi dingin
bahkan membeku atau malah menjadi kadaluarsa. Pekerjaan menganalisis data
memerlukan usaha pemusatan perhatian pengerahan tenaga fisik dan pikiran
peneliti.selain menganalisis data, peneliti juga perlu dan masih perlu mendalami
kepustakaan guna mengonfirmasikan teori atau menjastifikasikan adanya teori baru yang
barangkali ditemukan.
2. Menemukan Tema Dan Merumuskan Hipotesis Kerja
Sejak menganalisis data di lapangan, peneliti sudah mulai menemukan tema dan
hipotesis kerja. Pada analisis yang dilakukan secara lebih intensif, tema dan hipotesis
kerja lebih diperkaya, diperdalam, dan lebih ditelaah lagi dengan menggabungkan data
dari sumber-sumber lainnya. Bogdan&Taylor (1975) menganjurkan beberapa petunjuk
untuk diikuti seperti yang dikemukakan berikut ini:
a. Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda
b. Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan
tertentu
c. Susunlah menurut tipologi
d. Bacalah kepustakaan yang ada dengan masalah dan
latar penelitian.
3. Menganalisis berdasarkan Hipotesis Kerja
Sesudah memformulasikan hipotesis kerja, selanjutnya peneliti mencari apakah
hipotesis kerja itu didukung atau ditunjang oleh data dan apakah hal itu benar. Dalam hal
demikian peneliti barangkali akan mengubah, menggabungkan atau membuang
beberapa hipotesis kerja. Apabila peneliti telah menemukan seperangkat hipotesis kerja
dasar, maka selanjutnya peneliti menyusun kode tersendiri atas dasar hipotesis kerja
dasar tersebut. Data yang telah tersusun dikelompokkan lagi berdasarkan hipotesis kerja
23. tersebut. Data yang dikode tidak perlu secara ketat menunjang hanya satu hipotesis
kerja, artinya satu data barangkali menunjang dua atau lebih hipotesis kerja.
Pekerjaan mencari dan menentukan data yang menunjang hipotesis kerja atau
tidak pada dasarnya memerlukan seperangkat kriteria tertentu. Kriteria ini didasarkan
atas pengalaman, pengetahuan, atau teori tertentu yang mendukung. Kriteria itu dapat
ditetapkan secara kasar, sementara data sudah mulai masuk dan ditetapkan pada saat
mengadakan pemberian kode pada data. Usaha untuk meningkatkan kemampuan
menganalisis dan meningkatkan pengertian tentang data, seperti dikemukakan oleh
Bogdan&Taylor (1975) adalah sebagai berikut:
a. Apakah data menunjang hipotesis
kerja?
b. Apakah data yang benar
dikumpulkan atau bukan?
c. Apakah ada pengaruh peneliti
terhadap latar penelitian?
d. Adakah orang lain yang hadir?
e. Pertanyaan langsung ataukah
kesimpulan tidak langsung?
f. Siapa yang mengatakan dan siap
yang melakukan apa?
g. Apakah subjek mengatakan yang
benar?
4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: 1)
mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat
diterapkan, 3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. Isu dasar
dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana. Di bawah ini
dikemukakan perbandingan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif
dilihat dari segi konstruknya.
Konstruk Kuantitatif Kualitatif
‘Nilai Benar” Validitas Internal Kredibilitas
Aplikabilitas Validitas Eksternal Transferabilitas (keteralihan)
Konsistensi Reliabilitas Dependabilitas (kebergantungan)
Netralitas Objektivitas Konfirmabilitas (kepastian)
24. Sama dengan penelitian kuantitatif bahwa suatu studi tidak akan valid jika tidak
reliabel, maka penelitian kualitatif tidak akan bisa transferabel jika tidak kredibel, dan
tidak akan kredibel jika tidak memenuhi kebergantungan.
Kriteria Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (truthworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (tranferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas (derajat kepercayaan) (1) Perpanj
angan
Keikut-
sertaan
(2) Ketekun
an
Pengam
atan
(3) Triangul
asi
(4) Pengece
kan
Sejawat
(5) Kecukup
an
Referen
sial
(6) Kajian
Kasus
Negatif
Pengecekan Anggota
Kepastian (8) Uraian Rinci
Kebergantungan (9) Audit Kebergantungan
Kepastian (10) Audit Kepastian
a) Perpanjangan Keikutsertaan
25. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan
perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti
peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:
- membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
- membatasi kekeliruan (biases) peneliti,
- mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, alasannya: 1) peneliti dengan perpanjangan
keikutsertaannya akan banyak mempelajari ‘kebudayaan’, dapat menguji ketidakbenaran
informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun
dari responden, dan membangun kepercayaan subjek, dan 2) menuntut peneliti agar
terjun ke lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data.
b) Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mecari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari
suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan
apa yang tidak dapat. Maksud dari keajegan pengamatan yakni menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c) Triangulasi
Triangulasi dalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan
teori.
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
26. konstrksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data
tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai penadangan. Dengan kata lain
bahwa dengan trangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka
peneliti dapat melakukannya dengan cara: a) mengajukan berbagai macam variasi
pertanyaan, b) mengeceknya dengan berbagai sumber data, dan c) memanfaatkan
berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.
d) Pemeriksaan Sejawat Dengan Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini memiliki
maksud:
- Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran.
- Diskusi dengan teman sejawat memberikan suatu kesempatan awal yang baik
untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran
peneliti.
- Dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
Hasil dari teknik pemeriksaan dengan teman sejawat ini adalah 1) menyediakan
pendangan kritis, 2) mengetes hipotesis kerja (temuan teori substansif), 3) membantu
mengembangkan langkah berikutnya, dan 4) melayani sebagai pembanding.
e) Analisis Kasus Negatif
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak
sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding.
f) Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data
sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota
yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penfsiran, dan kesimpulan. Pengecekan
anggota dilakukan baik secara formal maupun tidak formal.
g) Uraian Rinci (Thick Description)
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga
uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks
tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus
penelitian. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang
27. dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuah-temuan yang diperoleh.
h) Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang dimanfaatkan
untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap
proses maupun hasil atau keluaran. Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah
seperti yang disarankan oleh Halpern, yaitu: pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat
diaudit, kesepakatan formal, dan terakhir penentuan keabsahan data.
6 Desain desain dibuat fleksibel / luwes, memahami fenomena yang
dikembangkan, bersifat umum, kompleks dengan jalan
dan dikhususkan hanya dalam menganalisis bagian-bagian
istilah umum. komponen (disebut variabel).
7 Hipotesis mencari dan menemukan dan Rumusan hipotesis bersifat
menyimpulkan hipotesis. korelasional, menunjukkan
Hipotesis dilihat sebagai suatu perbandingan, kausalitas, dan
yang tentatif, berkembang, dan eksperimen.
didasarkan pada suatu studi
tertentu.
8 Teknik jumlah subjek penelitian kecil, subjek penelitian berjumlah besar
Sampling dan dilakukan teknik sampling dan dilakukan pemilihan sampel
bertujuan (purposive sampling) secara acak/random sampling.
No Perbedaan
dan snowball sampling
Kualitatif Kuantitatif
PERBEDAAN
9 Data dan PENELITIAN KUALITATIF DENGAN PENELITIAN
data penelitian yang pengertian mengumpulkan data berupa angka
berupa membuat deskripsi objektif tentang
1 Maksud mengembangkan
Strategi
KUANTITATIF kata-kata individu maupun suatu -angka (numerik), peneliti
dan gambar fenomena terbatas dan menentukan
tentang
Pengumpulan dikumpulkan dari dokumen- mengoperasionalkan variabel,
kejadian atau peristiwa dengan apakah fenomena dapat dikontrol
Perbedaan penelitian Kualitatif dengan penelitian kuantitatif ditinjau dari berbagai aspek:
Data dokumen,
memperhitungkan pengamatan, mengadakan penghitungan dan
konteks yang melalui beberapa entervensi.
wawancara. Peneliti mencatat pengukuran secara statistikal.
relevan.
2 Tujuan data dalam catatan lapangan menjelaskan, meramalkan, dan
memahami fenomena sosial
secara intensif.
melalui gambaran holistik dan atau mengontrol fenomena melalui
CONTOH JUDUL PENELITIAN KUALITATIF secara dilakukan secara deduktif, dari
10 Analisis Data memperbanyak
analisis data dilakukan pemahaman pengumpulan data terfokus
mendalam. data numerik.
induktif, model-model, teori- menghasilkan data numerik yang
Contoh 1
3 Sampel teori, konsep, tidak dianalisis dianalisis secara statistik. Data
sampel yang harus sampling sejauh mungkin dikontrol
PENERAPAN PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN
secara deskriptif, dimaksudkan terdirisampel harus representatif.
representatif dan di mana dan dari bilangan – bilangan,
KESIMPULAN SISTEM GERAK PADA MANUSIA DIdan analisis dilakukan pada akhir
sebagian mengarah berasal SMP NEGERI 2 KENDARI
untuk besar data kepada
dariMuhammad Ali (Gurucatatan2 Kendari)
pemahaman secara mendalam. penelitian.
wawancara dan SMPN
4 Hubungan pengamatan.
peneliti mencari keteraturan peneliti secara aktif berinteraksi
Abstrak: Peneliti dan kelas VIIIsampel Negeri 2terbatas dalam merumuskan Penelitiobjektivitas,
Sulitnya siswa tujuan H SMP individu;Kendari Tujuan pribadi. kesimpulan untuk
11 Review dalam pengukuran analisis secara pengukuran bebas
menguasai konsep sistem gerak acuan manausia merupakan masalah yangintuisi dan dapat
Subjek
Kepustakaan sebagai pada teorimenyatakan memberi makna pada skoring, dan
statistik dan tidak menggunakan mendesak untuk
dipecahkan melalui strategi organisasi peta konsep.tentang yang digunakan bagaimana
mempengaruhi studi. Penelitian pengumpulan dalam penelitian tidak
kecenderungan Metode memutuskan data ini
adalah desain penelitianperilaku kelas melalui tahapan siklus: perencanaan, implementasi,
tindakan danbukan
dilakukan kecenderungan dipengaruhi oleh nilai-nilaiatau
untuk merumuskan pertanyaan peneliti,
observasi, dan refleksi. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII H semester ganjil tahun
mengkaji sudah cukup tetapi ’bias’, dan persepsi.
tersebut teori, kuat bagaimana melakukan
pelajaran 2006/2007 yang terdiri atas 18 pria dan 22 wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan
menemukan teori dari data.
untuk memperoleh nilai praktis. pengamatan. Individu yang diteliti
bahwa Keabsahan strategi organisasi peta konsep dapat meningkatkan keterampilan siswa
12 penggunaan diuji melalui kredibilitas (derajat melalui diberi kesempatan secara
dapat validitas internal, validitas
merumusakan kesimpulan dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem
Data kepercayaan), transferabilitas eksternal, untuk mengajukan
sukarela reliabilitas, dan
(keteralihan), dependabilitas objektivitas. persepsi.
gagasan dan
5 Pendekatan (kebergantungan),
menjelaskan penyebab berisi nilai-nilai (subjektif), holistik
dan
konfirmabilitas (kepastian).
fenomena sosial melalui dan berorientasi proses.
pengukuran objektif dan
analisis numerikal.
28. gerak pada manusia serta meningkatkan aktifitas belajar siswa jika guru efektif dalam
membimbing diskusi kelompok dan buku cukup untuk setiap peserta didik.
Kata Kunci: Keterampilan Merumuskan Kesimpulan, Penerapan Peta Konsep, Sistem Gerak
pada Manusia.
Contoh 2
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR (SD) PERKOTAAN DAN PEDESAAN
(Studi Deskriptif Kualitatif di SD Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Bengkulu)
Oleh:Prof. Dr. Rambat Nur Sasongko
(Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Bengkulu, 2007)
Sungguh pun pergantian kurikulum merupakan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, namun hal tersebut menimbulkan sejumlah
permasalahan. Kondisi ini terlihat ketika penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
belum seluruh sekolah di Indonesia tuntas menerapkannya, pada tahun 2006 sudah harus
menggantinya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kondisi ini amat
membingungkan bagi guru utamanya guru Sekolah Dasar (SD). Permasalahannya apakah
kebijakan implementasi KTSP efektif bagi SD di perkotaan dan pedesaan? Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis tentang efektivitas kebijakan implementasi KTSP di SD perkotaan
dan pedesaan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode deskriptif kualitatif. Subyek
penelitian yaitu kepala dan guru SD di perkotaan dan pedesaan provinsi Bengkulu. Data
dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis
dengan teknik induktif secara flow analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
implementasi KTSP di SD perkotaan dan pedesaan belum efektif. Kepala dan guru SD baik di
perkotaan dan pedesaan belum seluruhnya memahami makna KTSP, masih banyak dijumpai
kesalahan penyusunan KTSP dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan penerapan
di kelas yang belum sesuai dengan asas-asas KTSP. Efektivitas implementasi bersifat
kontekstual, tergantung dari kelincahan kepala dan guru di sekolah serta fasilitas yang
dimilikinya (dana dan internet). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada Dinas Diknas
dan LPMP untuk terus membina kepala dan guru dalam memahami, mendeskripsikan, dan
menerapkan KTSP. Demikian pula bagi kepala sekolah dan guru yang telah memahami dan
mengimplementasikan KTSP untuk experience sharing dengan getok tular kepada SD yang
lainnya.
Kata kunci: kebijakan, KTSP, SD perkotaan, SD pedesaan
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang berfalsafahkan paradigma postpositivisme yang memandang
realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh maknadan
hubungan gejala yang interaktif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
29. sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan
gabungan antara observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi, analisis data bersifat
indukif yang berusaha menyusun fakta-fakta di lapangan menjadi suatu hipotesis, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert. C. & Sari Knop Biklen, alih bahasa Munandir (1990). Riset Kualitatif
Untuk Pendidikan: Pengantar Ke Teori Dan Metode. Jakarta: PAU-PPAI
Universitas Terbuka.
Denzin, Norman & Lincoln, Yvonna (2009). Handbook of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Margono, Drs. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineke Cipta
Moleong, Dr. Lexy J. (1990). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Dr. Lexy J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, Prof.Dr. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: AlfaBeta.