PERKEMBANGAN ISLAM DI ANDALUSIA
Oleh:
PALMY RAWINDA MELIALA
(16522119)
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2016/2017
ABSTRAK
Andalusia adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah
otonomi paling padat penduduknya, dan kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk
Spanyol. Ibukotanya adalah Sevilla.Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al
Andalus", yang merujuk kepada bagian dari jazirah Iberia, yang dahulu berada di bawah
pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus.
Kajian ini berfokus pada bagaimana perkembangan islam di Andalusia dari awal periode
hingga masa kemundurannya, serta factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
islam di Andalusia. Factor-faktor yang ada ini berdampak pada kondisi masyarakat Andalusia
dengan menerapkan kebijakan-kebijakan diantaranya dalam bidang sosial politik, ekonomi dan
pendidikan. Dengan demikian kondisi masyarakat Andalusia berada dalam kesejahteraan yang
mumpuni.
Kata Kunci : Andalusia, Perkembangan Islam, Faktor-Faktor.
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah telah menuliskan, bahwa pada masa yang silam kemajuan peradaban manusia
terjadi pada masa kekuasaan Islam di hampir semua belahan dunia. Disaat di Eropa sedang
berada dalam masa kegelapan (the darkness), di dunia Islam sendiri sedang berada dalam masa
kejayaan. Baghdad dan Cordova merupakan salah satu bukti betapa tinggi dan majunya
peradaban Islam pada masa itu. Pada masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah al Muntashir di
Andaluisa, selain istana-istana yang megah, jalan-jalan sudah diperkeras dan diberi penerangan
pada malam hari, padahal pada saat itu di London hampir tidak ada satupun lentera yang
menerangi jalan, dan di Paris di musim hujan lumpur bisa mencapai mata kaki.
Islam di Spanyol telah mencatat suatu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke 12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke 9 M, selama pemerintahan penguasa Bani
Umayyah yang ke-5, Muhammad Bin Abdurrahman (832-886 M).
Andalusia adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilaya h
otonomi paling padat penduduknya, dan kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk
Spanyol. Ibukotanya adalah Sevilla.Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al
Andalus", yang merujuk kepada bagian dari jazirah Iberia, yang dahulu berada di bawah
pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus.
Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang
diperoleh, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan muncul dari
sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, mulai mengalami
kemunduran dan kehancuran bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini di
sebabkan berbagai faktor.
BAB II
BIOGRAFI
Semenanjung Iberia yang saat ini diduduki oleh dua negara, yaitu Spanyol dan Portugal
ialah merupakan negara Andalusia pada saat ini. Luas negara itu ialah sekitar 600.000 km.
Semenanjung ini terletak di belahan tenggara Eropa dengan perbatasan di sebelah selatan
dengan Perancis dan dibatasi dengan barisan pegunungan Bartat. Dari arah timur dan tenggara
wilayah ini diliputi oleh Laut Tengah, kemudian Laut Atlantik yang meliputinya dari arah barat
laut, barat, dan utara. Spanyol atau yang dulu dikenal dengan Andalusia, merupakan suatu
wilayah dengan satu kesatuan yang dikuasai oleh Bani Abbasiyah di Baghdad pada tahun 750
M (132 H).
1. KEDATANGAN ISLAM DI ANDALUSIA
Kronologi ditaklukkannya Andalusia berawal dari ditaklukkannya Afrika Utara secara penuh
pada masa dinasti Bani Umayyah yang saat itu dipimpin oleh Abdul Malik (685-705 M). Abdul
Malik kemudian digantikan oleh Al Walid. Kemudian, Musa bin Nushair (salah satu tokoh
penaklukan Andalusia, ) diperintahkan oleh khalifah Al Walid untuk menjadi gubernur di
Afrika Utara. Pada masa Gubernur Musa bin Nushair (menduduki wilayah Afrika Utara) inilah
muncul inisiatif untuk meluaskan wilayah kekuasaan khilafah islam sampai ke Andalusia.
Akan tetapi, kunci untuk masuk ke Andalusia, adalah menaklukkan Maroko dan al Jazair
terlebih dahulu, mengingat keduanya sebagai jalan masuk menuju Andalusia.
Invansi pasukan Islam ke Andalusia, berdasarkan tokohnya terbagi menjadi tiga:
1. Tharif bin Malik (perintis dan penyelidik) dibantu oleh Julian dengan kurang lebih 500
tentara berkuda dengan melewati selat antara Maroko dan Eropa (yang kemudian hari
disebut selat Gibraltar) menggunakan empat kapal perang. Misi ini sukses dan Tharif
bin Malik pulang ke Afrika utara bersama pasukan membawa banyak ghanimah. (Badri
Yatim, 2011: 89).
2. Thariq bin Ziyad, membawa total pasukan kurang lebih 12.000 melawan 100.000
pasukan raja Roderick. Pertempuran militer keduanya diakhiri dengan kemenangan
pasukan Thariq dan Roderick terbunuh di sebuah tempat yang disebut Bakkah. Thariq
berhasil menguasai kota-kota penting di Andalusia; Cordova, Granada, dan Toledo (ibu
kota kerajaan Goth). (Badri Yatim, 2011: 89).
3. Musa bin Nushair, dengan maksud membantu (atau iri atas keberhasilan Thariq bin
Ziyad) bergerak dengan pasukan dalam jumlah besar dan berhasil menduduki Sidonia,
Karmona, Sevilla, Merida, dan Orihuela. Kemudian bergabung di Toledo dengan
Thariq dan pasukannya dan berhasil menguasai Saragosa, Navarre, dan seluruh kota di
Andalusia. (Badri Yatim, 2011: 90)
2. PERKEMBANGAN ISLAM DI ANDALUSIA
Perkembang Islam di Andalusia dapat dikelompokkan dalam enam periode:
1. masa perintisan. Terjadi pada rentang waktu 711-755 M, di bawah kekuasaan para
Gubernur/ wali yang ditunjuk oleh kekhalifahan Bani Umayyah. Pada masa ini
stabilitas politik belum tercapai. Masih terjadi kisruh akibat konflik dengan internal dan
eksternal. Setidaknya terjadi pergantian gubernur sebanyak dua puluh kali dalam waktu
yang singkat akibat konflik politik antara Gubernur dengan pemerintah pusat
(disintegrasi politik). Di samping itu, terjadi konflik antar suku atau ras (sesama Arab
dan antara Arab dengan Barbar). Stabilitas politik juga terganggu oleh sisa-sisa
kekuatan musuh islam yang masih bersembunyi di pegunungan di Andalusia.
Mengingat keadaan yang demikian, maka pada periode ini kekuasaan Islam di Spanyol
belum melakukan pembangunan secara fisik. (Badri Yatim, 2011: 93-94)
2. Masa pembangunan peradaban. rentang waktu 755-912 M. pada masa ini, Andalusia
di bawah Gubernur Bani Umayyah yang independen dari Daulah Abbasiyah. Adapun
penguasa pada masa ini adalah Abdurrahman ad Dakhil, Hisyam I, Hakam I,
Abdurrahman al Ausath, Muhammad bin Abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan
Abdullah bin Muhammad. (Badri Yatim, 2011: 95) Pada masa ini didirikanlah pusat
pendidikan dan masjid di kota-kota besar Andalusia. Di antaranya adalah masjid
Cordova. (Samsul Munir Amin, 2010: 169). Pada masa ini, ditengarai banyak ilmuan
berkunjung ke Cordova untuk menimba ilmu. (M. Abdul Karim, 2007: 239).
3. Masa keemasan, dengan rentang waktu 912-1013 M, dibawah pemerintahan Khalifah
Abdurrahman III yang berjuluk an Nasir. Pada masa ini pemerintah mendirikan
Universitas Cordova dan masyarakat pada masa ini dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran yang tinggi. (Samsul Munir Amin, 2010: 169). Hal ini mengingat
kebijakan yang diterapkan oleh an Nasir yaitu membagi anggaran negara menjadi tiga;
untuk administrasi negara, pembangunan, dan kesejahteraan rakyat. Pada masa ini juga
dinilai sebagai masa kemajuan di segala bidang. (M. Abdul Karim, 2007: 241).
4. Masa dinasti kecil, dengan rentang waktu 1013-1086 M. pada masa ini, Andalusia
memiliki kurang lebih tiga puluh dinasti kecil akibat lemahnya kekhalifahan yang saat
itu dipimpin oleh Hisyam II yang kala itu usainya masih kecil. Abul Hazam mendirikan
dinasti Banu Jauhar (1031-1070 M), sekaligus menjadi presiden republic Cordova.
Muncul juga dinasti lain seperti Dinasti Banu Mahmud, Banu Dzirri, Banu Hud, Banu
Dzu an Nun, Banu ‘Abbad, dan lain-lain. (M. Abdul Karim, 2007: 242-243).
5. Masa kekuasaan islam dari Afrika Utara, dengan rentang waktu 1086-1248 M. Pada
masa ini tetap terdapat kekuasaan dinasti kecil, namun, yang memiliki kekuatan
dominan adalah dinasti Murabbithun dan Muwahhidun. Fokus kedua dinasti yang
berasal dari Afrika Utara tersebut adalah mengatasi serangan-serangan Kristen dan
memperbaiki kondisi politik akibat perpecahan antar penguasa di Andalusia. Di
antaranya, pada tahuh 1086 pasukan Murabithun di bawah pimpinan Yusuf bin Tasyfin
mampu mengalahkan pasukan Castilia. Sedangkan pada tahun 1114 dan tahun 1154
kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada dapat direbut dari kekuasaan
Kristen, oleh Abdul Mun’im penguasa Muwahhidun. (Badri Yatim, 2011: 98-99)
6. masa dinasti bani Ahmar atau Nasar, dalam rentang waktu 1248-1492 M. Pada masa
ini, Islam hanya berkuasa di Granada. Dinasti tersebut berkuasa cukup lama di
Andalusia, sehingga mampu mentransmisikan ilmu-ilmu ke Eropa, saat di sana masih
dalam masa kegelapan. Setidaknya, masa ini dipimpin oleh 12 penguasa. Al Jagal
adalah penguasa yang terakhir yang direbut oleh kemenakannya bernama Buabdil,
yang kemudian ditundukkan oleh Ferdinand dan Isabela. (M. Abdul Karim, 2007: 244-
245).
3. KEMAJUAN PERADABAN DI ANDALUSIA
Dalam kurun waktu tujuh abad Islam berkuasa di Andalusia Spanyol, umat Islam
telah mengukir masa keemasan di berbagai bidang. Banyak prestasi yang telah diukirnya.
Sebagai Negara yang subur, Spanyol telah menghasilkan banyak keuntungan secara
ekonomi. Tingkat ekonomi yang tinggi memunculkan banyak pemikir. Banyaknya pemikir
itu mengakibatkan banyak bidang keilmuan yang menonjol di Spanyol.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad
Ibnu al-Sayigh, ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Bajjah. Ia lahir di Garagoza dan
meninggal di Fez karena keracunan. Karya besarnya adalah al-Nafs dan al-Ittisal tokoh
kedua adalah Ibnu Tufail. Ia lahir di Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur
Granada dan wafat pada tahun 1185 M. Abu Tufail menulis tentang kedokteran, astronomi
dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hayy ibn Yaqzan.
Di bidang pendidikan, titik berat ilmu pendidikan yang berkembang pada
masyarakat intelek Islam Spanyol adalah perhatian mereka pada keharusan seseorang bisa
membaca dan menulis yang secara mendasarkan ditujukan kepada (kecakapan membaca
dan menulis) al-Qur’an, tata bahasa Arab dan syair. Dalam masyarakat Islam Spanyol,
wanita juga memperoleh kedudukan yang tinggi dalam hal penerimaan pendidikan. Suatu
keadaan yang (sedikit berbeda dengan kondisi geografis dunia Islam pada umumnya),
sangat kontras dengan keadaan umum masyarakat Eropa pada waktu itu.
4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA
Sudah merupakan hukum alam bahwa suatu Negara akan tumbuh, dan berkembang
kemudian mencapai puncak kejayaan. Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara
perlahan akan mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Teori perkembangan yang tak
dapat dielakkan oleh manusia karena sudah merupakan hukum alam.
1. FAKTOR INTERNAL
Ada dua faktor yang mengakibatkan kemunduran Andalusia dari dalam, yaitu
tidak jelasnya sistem peralihan kekuasan dan tidak adanya ideologi pemersatu. Ketidak
jelasan peralihan kekuasaan menyebabkan perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta
kerajaan. Hal inilah yang menjadikan keruntuhan Bani Umayyah sehingga muncul
al_muluk al-Tawa’if. Akhirnya Ferdinand dan Isabella memanfaatkan pertikaian itu
sehingga dapat merebut Granada yang menjadi pusat kekuasaan Islam terakhir di
Spanyol. Pada saat Dinasti Umayyah berkuasa, tidak ada jalinan hubungan baik antara
penguasa dan Muluk al-Tawa’if akibatnya mereka sering mengadakan pemberontakan
dan gerakan yang merugikan sehingga kekuasaan Bani Umayyah mulai melemah. Di
samping itu orang-orang non Arab, seperti kelompok Ibad dan Muwaladun dikucilkan.
Karena itu,mereka sering mengadakan pemberontakan yang berdampak stabilitas
politik kekuasaan Bani Umayyah menjadi goyah.
2. FAKTOR EKSTERNAL
Selain faktor dari dalam, kemunduran kekuasaan muslin di Andalusia juga
disebabkan dua faktor dari luar, yaitu adanya serangan dari bangsa Kristen dan
timbulnya Renaissance di Eropa. Bangsa Kristen yang merasa dijajah oleh orang Islam
berusah untuk melawan dan merebut kekuasaan kembali. Demikian halnya dengan
Spanyol yang dikuasai oleh Islam. Setelah Islam memperoleh kejayaan selama lebih
kurang tujuh abad, terjadi kemunduran yang membawa kehancuran.. banyak faktor
yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan kemudian
hancur. Adapun faktor-faktor kemunduran dan kehancuran tersebut antara lain, Orang-
orang Kristen bersatu untuk melawan dan mengusir umat Islam dari Spanyol. Dinasti
Umayyah pada saat itu terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil sehingga bangsa
Kristen dengan mudah dapat menaklukkannya. Di samping itu gerakan Renaissance di
Eropa membangkitkan semangat orang-orang Barat untuk merebut kembali
kejayaannya. Orang-orang Kristen Eropa mengadakan konsolidasi politik untuk
menyusun kekuatan mengusir umat Islam.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemajuan demi kemajuan yang
dicapai oleh masyarakat intelektual muslim sudah barang tentu tidak terwujud begitu saja tanpa
adanya faktor-faktor pendukung yang menyertai:
1. Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada dinegeri itu cukup
heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan
orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut belakangan diketahui memberikan
saham intelektual dan kebudayaan yang cukup hebat yang kemudian melahirkan
kembali era kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban. Sementara Islam datang
dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan dengan semangat toleransi itu Islam
telah mengahiri kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung sejak lama.
(Nurcholis,1995:70)
2. Periodisasi perkembangan islam di Andalusia terbagi menjadi enam periode yaitu masa
perintisan ( 711-755 M ), masa pembangunan peradaban ( 755-912 M ), masa keemasan
(912-1013 M), masa dinasti kecil ( 1013-1086 M ), masa kekuasaan islam dari Afrika
Utara, dengan rentang waktu 1086-1248 M, dan masa dinasti bani Ahmar atau Nasar,
dalam rentang waktu 1248-1492 M.
3. kekuasaan Islam di Andalusia mengalami kemajuan dan kemunduran. Faktor yang
mendorong kemajuan adalah kebijakan pemerintahan, dan toleransi yang diterapkan
oleh kekuasaan islam. Sedangkan faktor yang mendorong kemunduran adalah adanya
konflik, tidak adanya ideologi yang menyatukan suku-suku, keterpencilan dan
lemahnya sistem peralihan kekuasaan
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Andalus. Diakses tanggal 4 November 2017.
Anisah Bahyah Hj. Ahmad & Azman Hj. Yusof. (2008). ‘Monarki di Andalus: Konsep
dan Impak,’ dalam Muhammad Azizan Sabjan et. al. (ed.), Prosiding Seminar
Antarabangsa Andalusia 1300 Tahun, Pulau Pinang: Jabatan Mufti Negeri Pulau
Pinang, hlm. 54.
Ismail Hamid. (1984). Pengantar Sejarah Umat Islam. Kuala Lumpur: Heinemann Sdn.
Bhd., hlm. 204.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam , Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2011
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher:
Yogyakarta,2007
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Amzah:Jakarta,2010
Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin
Islam Dalam Sejarah, Paramadina:Jakarta,1995,hlm.70