Makna syahadat, syaikh dr. muhammad bin musa alu nashr
1. Makna Syahadat
Syaikh DR. Muhammad bin Musa Alu Nashr
Pembicaraan saya kepada Anda semua, seputar rukun pertama dari
rukun-rukun Islam, rukun yang terbesar dari rukun-rukun Islam yang lima.
Iman seseorang tidak akan tegak, kecuali dengannya. Barangsiapa yang tidak
mewujudkannya, maka dia bukanlah seorang muslim. Dan barangsiapa yang
membatalkannya, maka sesungguhnya Allah mengharamkan surga baginya,
tempat kembalinya adalah neraka, & orang-orang zhalim tidak memiliki para
penolong.
Rukun Islam pertama itu adalah syahadat Laa ilaaa illa Allah & bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Ini adalah kalimat thayyibah (yang baik),
yang lebih berat dalam timbangan daripada seluruh langit & bumi. Ini adalah
kalimat pembuka (kunci) Islam. Kita mengajarkannya kepada anak-anak kita,
pertama kali yang dia katakan, & lafazh-lafazhnya mengetuk pendengaran-
pendengaran mereka pada waktu pertama kali dia turun dari perut ibunya.
Kita juga mengajarkannya kepada orang-orang yang akan mati di antara kita
pada waktu sakaratul maut. Kita terus berjalan di atasnya, kita
mengamalkannya disertai konsekuensi-konsekuensinya, agar kita selamat pada
hari Kiamat.
Kita semua menghafalnya, baik orang Arab maupun non Arab, orang
kulit putih maupun orang kulit hitam, orang buta huruf maupun orang „alim.
Kita semua hafal kalimat ini. Akan tetapi, apakah kita mengetahui maknanya?
Apakah kita memahami konsekuensinya? Apakah kita mengenal yang dimaksud
dg Laa ilaah illa Allah, & apakah yg dimaksud dg perkataan “Laa ilaaha illa
Allah Muhamadar Rasulullah”?
Bagian pertama dari syahadat itu berkaitan dengan Allah, dengan
rububiyahNya (kekuasaanNya), uluhiyahNya (hakNya utk diibadahi), & asma‟ &
sifatNya, dengan tauhid yang murni yang dibawa oleh para Nabi Allah semua,
semenjak Nuh q sampai Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salla
Bagian yang kedua, berkaitan dengan Muhammad utusan Allah,
pembawa rahmat & orang yang diberi petunjuk (oleh Allah). Allah
mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh makhluk. Allah meninggikan
2. namanya di kalangan orang-orang dahulu & kemudian. Tidaklah Allah disebut,
kecuali Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga disebut bersamaNya. Kita
menyebut nama Rasulullah jika kita menyebut Allah, yaitu pada shalat, adzan,
ucapan takbir & tahlil, khutbah-khutbah, & sebelum kajian-kajian & pd
tasyahhud yg kita lakukan dalam shalat kita. Dan kita bertaqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah dengan membaca shalawat & salam utk beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam . Beliau adalah pemberi syafa‟at bagi kita dengan
idzin Allah pada waktu kita menghadapNya
Di dalam bagian pertama dari syahadat, yaitu kalimat Laa ilaaha illa
Allah, mengandung makna: mengikhlaskan agama & mengikhlaskan tauhid bagi
Allah. Sedangkan (syahadat) Muhammad utusan Allah, mengandung makna
mengikhlaskan mutaba‟ah (keteladanan) & memurnikannya bagi Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam . Agama ini tegak di atas dua landasan tersebut
ini. Oleh karena itulah, para ulama & para imam kita mengatakan: “Agama
tegak di atas dua dasar. Dasar yg pertama, bahwa tidak ada yang diibadahi
kecuali Allah. Dan dasar kedua, Allah diibadahi dengan cara yang Dia
syari‟atkan”.
Tidak ada yg diibadahi kecuali Allah adalah makna Laa ilaaha illa Allah.
Maka Laa ilaaha illa Allah maknanya adalah, tidak ada yang berhak diibadahi
yang ada di alam ini, kecuali Allah. Jadi, ada unsur nafi (peniadaan) & itsbat
(penetapan).
Nafi terhadap seluruh sesembahan yang batil, & itsbat bahwa ilaah yg
haq & ma‟bud (sesembahan) dg haq, adalah Allah semata, tidak ada sekutu
bagiNya. Harus ada nafi & itsbat, harus ada bara‟ (sikap berlepas diri) & wala‟
(kecintaan & pembelaan). Bara‟ dari seluruh sesembahan selain Allah, & itsbat
ubudiyah (penghambaan diri) bagi Allah.
Maka, seandainya kita beribadah kepada Allah dengan nafi saja, yaitu
Laa ilaaha, maka kita belum beribadah, karena telah menafikan & mengingkari
bahwa dalam alam ini ada ilaah. Dan seandainya kita beribadah kepada Allah
dengan itsbat saja, yaitu illa Allah, maka itu hal tersebut tidak meniadakan
keberadaan sekutu. Maka harus ada nafi & itsbat, harus ada bara‟ & wala‟.
Sebagaimana firman Allah:
آل
3. Dan Kami tdk mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada ilah (yang hak) melainkan Aku,
maka beribadahlah kepadaKu". (al Anbiya`: 25)
Firman Allah “maka beribadahlah kepadaKu”, maknanya beribadah
kepada Allah & menjauhi thaghut.
Sesungguhnya Allah telah mengutus para rasul sebelum Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tugas mereka semua mengatakan
satu perkataan yg sama: “Wahai kaumku beribadahlah kepada Allah, kamu
tidak punya ilaah kecuali Dia”. Mereka semua mengatakan: “Wahai kaumku,
beribadahlah kepada Allah, & jauhilah thaghut”. Thaghut adalah seluruh yg
diibadahi selain Allah.
Inilah tauhid yg dibawa oleh para Rasul, hak Allah yang menjadi
kewajiban hamba, sebuah kewajiban paling besar yang telah Allah wajibkan, &
perintah terbesar yang Allah perintahkan. Dengan alasan ini, Allah mengutus
Rasul, menurunkan kitab, & pedang-pedang dihunus di kalangan para mujahid
untuk meninggikan kalimat Allah. Setiap orang yang menginginkan masuk
Islam, wajib mengucapkan Laa ilaaha illa Allah. Kalimat ini maknanya, tidak
ada yang berhak diibadahi dengan sebenarnya di bumi & dilangit, kecuali satu
ilaah , yaitu Allah. Oleh karena itulah, tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam meminta kepada orang-orang musyrik untuk mengatakannya, hal itu
berat bagi mereka, sebab mereka mengetahui maknanya. Juga karena di
antara konsekuensinya adalah berlepas diri dari tuhan-tuhan mereka, & dari
berhala-berhala mereka yang mereka sembah untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Oleh karena itu, mereka mengatakan:
ا
Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja. Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shad: 5).
Kalimat Laa ilaaha illa Allah memuat tiga jenis tauhid yang dibawa oleh
para rasul. Tauhid rububiyah, yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-
perbuatanNya. Seperti menciptakan, menghidupkan, mematikan, menurunkan
hujan, menurunkan rizqi, & selain itu. Dan memuat tauhid uluhiyah / ibadah,
yaitu mentauhidkan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba. Seperti
shalat, puasa, haji, zakat, menyembelih binatang, nadzar, istighatsah,
isti‟anah, inabah, thawaf di Ka‟bah, bersumpah dengan nama Allah, & jenis-
jenis ibadah lainnya. Barangsiapa mempersembahkan satu jenis ibadah ini
4. kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik uluhiyah, /
syirik ubudiyah. Dan tauhid yang ketiga, tauhid asma‟ was sifat, yaitu
menetapkan hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya, &
meniadakan apa yang telah ditiadakan oleh Allah dari diriNya.
Tidaklah ada sesuatupun yang serupa denganNya, & Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (asy Syura: 11).
Firman Allah “tidaklah ada sesuatu pun yang serupa denganNya”, adalah
bantahan terhadap (yaitu) golongan musyabbihah; yaitu orang-orang yg
menyerupakan Allah dg makhlukNya. Sementara firmanNya “Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” adalah bantahan terhadap golongan
mu‟aththilah; (yaitu) orang-orang yang menolak sifat Allah. Allah Yang Maha
Agung memiliki asmaul husna (nama-nama yg indah) & sifatul „ulya (sifat-sifat
yg tinggi / sempurna).
Demikian juga kalimat Laa ilaaha illa Allah, memuat sikap berlepas diri
dari hal yang bertentangan dengannya, yg berupa kesyirikan; syirik
rububiyah, syirik uluhiyah, / syirik sifat
Barangsiapa menafsirkan Laa ilaaha illa Allah dengan arti tidak ada
Rabb (Pencipta, Penguasa) kecuali Allah, maka dia tidak mentauhidkan llah, &
tdk mengenal tauhid. Sebab, tauhid rububiyah telah tertanam di dalam
fithrah (manusia), & hanya diingkari oleh sedikit manusia. Yaitu orang-orang
Majusi & orang-orang Dahriyah (orang-orang yang menisbatkan segalanya
kepada dahr / masa). Sedangkan mayoritas manusia mengakui jenis tauhid ini.
Adapun tauhid yang menjadi ajang permusuhan antara para nabi dengan para
pengikut mereka adalah tauhid uluhiyah, / tauhid ibadah.
Para ulama mendefinisikan ibadah dengan: satu istilah yang meliputi
seluruh yang dicintai & diridhai oleh Allah, yg berupa perkataan-perkataan &
perbuatan-perbuatan, yang lahir maupun yg batin.
Maka, barangsiapa membatalkan tauhid ini, Laa ilaaha illa Allah, maka
dia bertemu dengan Allah dalam keadaan musyrik, surga haram baginya, dia
kekal & dikekalkan di dalam neraka. Kita mohon perlindungan kepada Allah
dari siksa neraka.
5. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu & kepada (nabi-nabi)
sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu
& tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (az Zumar: 65).
Dan berdasarkan firmanNya:
Seandainya mereka (para Nabi) mempersekutukan Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (al An‟am: 88).
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
Barangsiapa bertemu Allah, sedangkan dia menyekutukan Allah, maka
Allah haramkan surga baginya.
Setiap orang yang mengatakan Laa ilaaha illa Allah, dia berkewajiban
mengucapkan & bersaksi bahwa Muhammad Rasulullah. Karena tauhid &
syahadat tidaklah sempurna, kecuali dengan pengakuan terhadap risalah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ittiba‟ (mengikuti) beliau, &
(pengakuan) bahwa beliau adalah penutup seluruh Nabi & Rasul, tidak ada nabi
setelah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Juga denga pengakuan bahwa
syariat beliau adalah syari‟at yang diridhai oleh Allah sampai hari pembalasan,
sebuah syari‟at yang menghapus seluruh syariat para nabi yang telah lalu.
Juga meyakini sabda beliau:
Demi Dia (Allah) Yang jiwa Muhammad di tanganNya. Tidaklah seorang
pun dari umat ini, baik seorang Yahudi / Nashrani, mendengar tentang aku,
kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku
diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka. (HR Muslim, no. 153;
Ahmad; dari sahabat Abu Hurairah, Pent)
Kalau demikian, maka apakah hak Rasulullah atas umatnya? Apakah hak
beliau atas umat Islam di belahan bumi bagian timur & barat? Sungguh, hak
beliau sangat besar. Karena setiap satu orang Islam yg ada, itu merupakan
salah satu dari kebaikan-kebaikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm adalah penyebab kaum muslimin
mendapatkan petunjuk, & beliau menjadi faktor penyebab keselamatan
6. mereka. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang membawa agama
ini kepada kita, & beliau adalah orang yg dicintai oleh Rabbul „alamin, beliau
adalah utusan Rabbul „alamin.
Seandainya bukan melalui beliau, kita tdk mendapatkan petunjuk, kita
tidak berpuasa, & tdk shalat.
Oleh karena itulah, hak beliau atas kita adalah besar. Dan kewajiban
kita kepada beliau kuat. Kita harus mencintai beliau secara lahir & batin. Kita
menghormatinya, mengagungkannya, memuliakannya. Kita berlaku sopan
terhadap beliau, pada waktu hidup & setelah mati. Kita mencintai orang yang
mencintai Allah & RasulNya. Kita memusuhi orang yang memusuhi Allah &
RasulNya. Dan barangsiapa meremehkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam, maka kita memusuhi orang itu, & berlepas diri darinya, &
memusuhinya, walaupun dia adalah orang yang paling dekat (dengan kita).
Karena ini merupakan tuntutan tauhid, tuntutan iman, tuntutan wala‟ wal
bara` (pembelaan & permusuhan karena Allah, Pent). Allah Ta‟ala berfirman:
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah &
hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yg menentang Allah
& RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, / anak-anak / saudara-
saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah
telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang
datang daripada-Nya. Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha
terhadap mereka & merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.
Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwasanya golongan Allah itulah
golongan yg beruntung. (al Mujadilah: 22).
وا
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim &
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu & dari apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu & telah nyata antara kami &
kamu permusuhan & kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman
kepada Allah saja. (al Mumtahanah: 4).
7. Nabi Ibrahim Alaihissallam memusuhi bapaknya –karena Allah- tatkala
bapaknya terus-menerus di atas kemusyrikan. Nabi Nuh Alaihissallam
memusuhi anaknya –karena Allah- & berlepas diri darinya, ketika dia terus-
menerus di atas kekafiran. Nabi Muhammad memusuhi pamannya, Abu Lahab,
tatkala dia berkeras kepala di atas kemusyrikan. Kemudian Allah menurunkan
Al-Qur`an tentang Abu Lahab yg terus dibaca sampai hari Pembalasan.
Demikian juga para sahabat memusuhi kerabat-kerabat mereka –karena
Allah- . Abu Ubaidah membunuh bapaknya –karena Allah- karena dia
memusuhi Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan „Asiyah, seorang wanita
mukminah istri Fir‟aun berlepas diri dari Fir‟aun, dia mengatakan:
Ya, Rabb-ku. Bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga &
selamatkanlah aku dari Fir'aun & perbuatannya, & selamatkanlah aku dari
kaum yg zhalim. (at Tahrim: 11).
Demikianlah, kita mesti mencintai orang yang mencintai Allah &
RasulNya, & membenci orang yg membenci Allah & RasulNya. Kita memusuhi
orang yang dimusuhi oleh Allah & RasulNya. Inilah Islam, & ujian iman. Oleh
karena itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Ikatan iman yg paling kuat adalah mencintai karena Allah & membenci
karena Allah.
Oleh sebab itu, kita mencintai para sahabat, karena mereka adalah
orang-orang yg dicintai oleh Allah, & orang-orang yg dicintai oleh Rasul
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Selain itu, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam. wafat dalam keadaan ridha terhadap mereka & Allah yg berada di atas
„ArsyNya meridhai mereka. Kita mencintai mereka & kita membenci orang yg
melaknat mereka & membenci mereka. Kita mendekatkan diri kepada Allah dg
mencintai wali-waliNya yg shalih. Kita mendekatkan diri kepada Allah dg
mencintai orang-orang yg bertauhid. Kita mendekatkan diri kepada Allah dg
membenci orang-orang musyrik, & ahli-ahli bid‟ah, ahli kesesatan, & pengikut
hawa-nafsu, & membenci firqah-firqah yg membuat-buat perkara baru dalam
agama Islam yg Allah tdk menurunkan keterangan & hujjah dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Kita membenci firqah-firqah yg sesat, seperti
Rafidhah, Mu‟tazilah, Khawarij, Murji‟ah, Jahmiyah, & seluruh firqah sesat.
Kita membenci mereka, karena mereka menyimpang dari jalan yg lurus & tdk
8. mengikuti Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. sebagaimana yg diperintahkan
oleh Allah. Sesungguhnya Allah telah menguji orang-orang yg mengaku
mencintai Allah. Allah menguji mereka melalui ittiba‟ kepada Rasulullah. Dia
menguji mereka dg mencintai Rasulullah. Telah datang beberapa orang kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian mereka berkata: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami mencintai Rabb kami,” maka Allah menurunkan
ayat ini, tentang mereka:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31).
Jika anda benar-benar mencintai Allah, maka wajib mengikuti
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.Karena jika anda menyimpang dari
jalannya, berarti dusta dalam kecintaan anda kepada Allah. Jika anda
menyimpang dari jalannya, maka anda bukanlah orang-orang yg dicintai oleh
Allah. Anda menjadi bagian dari musuh-musuh Allah, jika menyimpang dari
jalan Allah & RasulNya. Jika anda menginginkan kecintaan Allah, maka
kecintaan Allah akan ada, dg mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam. secara lahir & batin. Anda mengagungkannya, mencintainya, beradab
terhadap beliau, tdk memperolok-olok sunnahnya, tdk memperolok-olok
pribadi beliau, & tdk melakukan perkara yg menyelisihi syariatnya, niscaya
Allah akan mencintai & mangampuni dosa-dosa anda.
Mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. adalah wajib, &
mengikuti beliau hukumnya wajib, menghormatinya wajib, memuliakannya
wajib, mengagungkan sunnahnya wajib. Barangsiapa meremehkan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, pd waktu hidup / setelah wafat melalui
ungkapan, / dg isyarat, / dg cerita, maka dia telah kafir kepada Allah &
amalannya terhapuskan. Dan dia berhak mendapatkan hukuman yg
menghentikannya (dari perbuatan itu), darahnya pun menjadi halal.
Oleh karena itulah para ulama kita, ulama Ahli Sunnah wal Jama‟ah
menetapkan, bahwa barangsiapa memperolok-olok Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam / melecehkannya, / merendahkannya, maka dia kafir, dia
boleh dibunuh. Dan para ulama berselisih, apakah dia punya kesempatan
bertaubat & dimintai utk bertaubat / tidak.
9. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menetapkan dalam Sharimul Maslul „ala
Syatimir Rasul, bahwa orang itu tdk berhak bertaubat setelah wafatnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena hak beliau tetap berlaku.
Adapun hak Allah, seandainya seseorang mencela Rabb / agama, kemudian
bertaubat, maka ini antara dia dg Allah. Adapun berhubungan dg orang yg
mencela Rasul, maka dia, walaupun bertaubat, tidaklah gugur hak Rasul.
Sebab dia telah melontarkan gangguan kepada beliau. Menyakiti Rasul sudah
ada sejak dahulu, bahkan menyakiti para nabi juga terjadi sebelum Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman:
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu,
akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan & penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka. (al An‟am: 34)
Allah memberitakan istihza‟ (olokan) kaum Nuh terhadap beliau
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya
berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Nuh berkata: "Jika kamu
mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana
kamu sekalian mengejek (kami)”. (Huud: 38).
Allah memberitakan tentang mujrimin (orang-orang yg banyak berbuat
dosa) yg mengedipkan mata & mencela kaum mukminin.
. ا
Sesungguhnya orang-orang yg berdosa adalah mereka yg dahulunya (di
dunia) menertawakan orang-orang yg beriman. Apabila orang-orang beriman
berlalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. (al
Muthaffifin: 29, 30)
Celaan ini terjadi. Orang Islam di masa sekarang menjadi komunitas
asing di antara manusia. Jika engkau berpegang teguh dg Sunnah, terkadang
orang yg paling dekat denganmu memperolok-olokmu. Engkau mungkin
mendapatkan cemoohan dari keluargamu, kerabatmu, & saudara-saudaramu.
Akan tetapi, ada perbedaan antara yg diperolok-olok & dicemooh itu seorang
manusia biasa, dg yg diperolok-oloknya itu adalah Allah, kitab Allah, agama
Allah & Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ini merupakan bentuk
10. kekafiran. Dalil hal ini adalah firman Allah (di dalam surat at Taubah). Yaitu
ketika ada sekelompok orang-orang munafik membicarakan tentang Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam & tentang para sahabat beliau, maka Allah
menurunkan tentang mereka al Qur`an, lalu mereka datang meminta ma‟af
(beralasan): “Sesungguhnya kami hanyalah berbincang & bersendau gurau,
maka Allah membantah mereka dg firmanNya:
{65}
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yg mereka lakukan
itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau
& bermain-main saja”. Katakanlah: "Apakah dg Allah, ayat-ayatNya &
RasulNya, kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman. (at Taubah: 65-66).
Karenanya, hendaklah berhati-hati. Jangan sampai engkau memperolok-
olok agama, al Qur`an, Allah & Rasulullah. Karena semua tindakan ini
merupakan kekafiran.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih dari hadits Anas:
Dahulu ada di antara kami seorang laki-laki dari Bani Najjar yg
menyusul Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu duduk kepadanya, utk
menghafal surat al Baqarah & Ali Imran, & dia menulis utk Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian dia bergabung dg orang-orang Romawi,
-yaitu menjadi kafir- & mulai membuat-buat kebohongan atas Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia mengatakan: “Muhammad tdk mengetahui
apa-apa dari al Qur`an, sesungguhnya akulah yg menuliskan untuknya”. Namun
tidaklah dia hidup, kecuali sehari / dua hari saja, dia mati, Allah
membunuhnya.
Orang-orang Romawi menghendaki utk menguburnya, di dalam bumi.
Mereka menggali lubang kubur baginya. Kemudian bumi memuntahkannya dari
dalam tanah. Mereka mengatakan: “Mungkin kawan-kawan Muhammad
mengeluarkannya”. Mereka menggali lubang kubur lagi baginya dg dalam.
Namun bumi memuntahkannya lagi. Mereka lalu mengatakan: “Mungkin kawan-
kawan Muhammad mengeluarkannya”. Mereka membuat lubang kubur yg
ketiga baginya dg sangat dalam. Namun bumi memuntahkannya lagi. Maka
11. mereka mengetahui bahwa perkara ini bukanlah dari para sahabat Nabi
Radhiyallahu 'anhum. Mereka meninggalkannya terlantar.
Karena dia mencela Rasulullah, menuduh beliau berdusta, menuduh
Rasul membuat-buat Al Qur`an ini, & bahwa tdk ada sesuatu pd Muhammad
kecuali yg dia tulis untuknya. Maka lihatlah, apa yg Allah lakukan
terhadapnya? Allah membunuhnya, kemudian Dia menjadikannya sebagai ayat
(tanda kekuasaan Allah) & „ibrah (pelajaran), sebagaimana Dia menjadikan
Fir‟aun sebagai ayat & „ibrah.
(Maka pd hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yg datang sesudahmu. - (Yunus ayat 92)- akan
tetapi, mereka tdk mengambil pelajaran & nasihat.
Inilah akibat buruk orang yg mencela Rasulullah, membuat-buat
kedustaan & memperolok-olok beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kisah
tentang ini banyak, bahkan sangat banyak. Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul
berkata:
(Sesungguhnya orang yg kuat (mulia) akan mengusir orang-orang yg
lemah (hina) dari kota Madinah).
Yang dia maksudkan dg “orang yg kuat (mulia)” adalah dirinya sendiri, &
“orang yg lemah (hina)” adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
maksudnya dia akan mengusir beliau dari Madinah.