3. Selama 2 dekade terakhir , prevalensi diabetes
mellitus tipe 2 ( T2DM ) telah meningkat menjadi
epidemi
Sifat penyakit yang kronis dan beberapa
komplikasi pembuluh darah
Ancaman besar bagi kesehatan masyarakat
3
5. Pencegahan primer dapat membatasi
peningkatan prevalensi T2DM
Subyek dengan gangguan glukosa darah puasa
( IFG ) dan gangguan toleransi glukosa ( IGT )
berisiko menjadi T2DM
Penelitian
hanya sekitar setengah dari
subjek dengan IFG dan IGT yang berkembang
menjadi T2DM
5
6. Penelitian
sekitar 40 % subjek dengan
toleransi glukosa normal berkembang
menjadi T2DM
Banyak yang terlewatkan bila hanya
bergantung pada IFG dan / atau IGT untuk
mengidentifikasi subyek dgn peningkatan
resiko T2DM
6
7. Model prediktif
identifikasi subjek
umur, jenis kelamin , indeks massa
tubuh ( BMI ) , glukosa plasma puasa
( FPG ) , dan profil lipid
risk score
American Diabetes Association ( ADA )
• Diabetes
HbA1c ≥ 6,5 %
• Individu yang berisiko tinggi
HbA1c 5,7 - 6,49%
7
10. Diabetes
Gangguan
fungsi ginjal ( kreatinin > 1,5 ) ,
Keganasan
Terapi
dengan obat yang mempengaruhi
toleransi glukosa
10
11. 687
•Puasa 10 jam
•Tes toleransi glukosa (OGTT)
Glukosa plasma dan konsentrasi insulin diukur
• -30 , - 15 , dan 0 menit
• 30 , 60 , 90 , dan 120 menit setelah
konsumsi glukosa
Profil lipid dan HbA1c diukur
11
12. Setelah 3,5 ± 0,1 thn , subjek kembali ke
pusat penelitian klinis dan OGTT diulang
dengan menggunakan protokol yang sama
624
63
678
Ikut dalam penelitian
Drop Out
21
Pindah Kota
39
Tidak ditemukan
3
Meninggal
12
21. Tabel 3. T2DM risk in subjects with HbA1c and 1- hPG above and
below the cut points.
Condition
Total
Subject who
subjects developd DM
Risk
Odds ratio
P
HbA1c<5.65,
1-h PG<155 mg/dl
224
0
0
1
HbA1c<5.65,
1-h PG>155 mg/dl
181
7
3.87
8.92
(1.09-3.18)
0.025
HbA1c>5.65,
1-h PG<155 mg/dl
86
3
3.49
7.78
(0.99-75.8)
0.07
HbA1c>5.65,
1-h PG>155 mg/dl
133
24
18.1
40.24
(5.38-00.9)
<0.0001
21
22. HbA1c sebagai prediktor risiko T2DM yang
signifikan, tapi kekuatan prediksinya lebih
lemah dibandingkan dengan model lainnya
(1-h PG)
Kombinasi HbA1c dan 1-h PG
aROC
terbesar dibandingkan dengan model prediksi
lainnya (0,87)
22
23. Cut
points 5,65% konsisten dengan penelitian
lain dan mendukung rekomendasi klinis ADA
5,7 % untuk subjek dgn peningkatan
risiko diabetes.
23
24. HbA1c memiliki daya prediksi yang lebih
rendah dibandingkan dengan 1-h PG (ROC 0,73
dan 0,84)
Kombinasi HbA1c dan 1-h PG
Meningkatkan daya prediksi
24
25. Antropometrik, FPG dan profil lipid tidak
memberikan tambahan informasi tentang
risiko T2DM
HbA1c>5.65%
1-h PG>155 mg/dl
sensitivitas 71 %
Spesifisitas 82%
25
26. HbA1c sebesar 5,65 % , seperti yang
disarankan oleh ADA
tepat untuk
mengidentifikasi subjek pada peningkatan
risiko T2DM
Kombinasi HbA1c 5,65 % dan 1 -h PG > 155 mg / dl
alat klinis yang berguna untuk identifikasi
subjek dgn peningkatan risiko T2DM di masa depan
.
26
29. klinik ditandai dengan hiperglikemia
kronik akibat defisiensi Insulin absolut / relatif
Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein & lemak
serta penyulit makro/mikrovaskuar
Sindroma
29
31.
1.
2.
3.
Diagnostic criteria for diabetes :
A fasting plasma glucose ≥126 mg/dl
Symptoms of diabetes (polyuria,
polydipsi, loss of BW) plus random blood
glucose ≥ 200mg/dl
A plasma glucose level ≥ 200 mg/dL
after an oral dose of 75 g of glucose
31
32. A1C ≥6.5%
OR
Fasting plasma glucose (FPG)
≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)
OR
2-h plasma glucose ≥200 mg/dL
(11.1 mmol/L) during an OGTT
OR
A random plasma glucose ≥200 mg/dL (11.1
mmol/L)
32
33. Categories of increased risk for diabetes
(prediabetes)*
FPG 100–125 mg/dL (5.6–6.9 mmol/L): IFG
OR
2-h plasma glucose in the 75-g OGTT
140–199 mg/dL (7.8–11.0 mmol/L): IGT
OR
A1C 5.7–6.4%
33
34. DM Tipe 1
1. Mudah ketoasidosis
2. Obat: harus insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
DM Tipe 2
1. Tidak mudah
2. Tidak harus
3. Onset lambat
4. Gemuk/tidak gemuk
(obesitas faktor
pencetus)
5. Biasanya umur muda 5. Biasanya > 45 tahun
34
35. DM Tipe 1
6. Berhubungan dengan
HLA DR 3 & DR 4
7. Islet Cell Ab + (ICA)
(proses otoimun)
8. Riwayat kel. DM +
9. Kembar identik 30-50
% terkena
10. Insulin serum rendah
DM Tipe 2
6. Tidak
7.
-
8. 30 %
9. ± 100 %
10. Normal / tinggi
35
36.
Consider metformin for prevention of type 2 diabetes if
IGT , IFG , or A1C 5.7–6.4%
Especially for those with BMI >35 kg/m2,
age <60 years, and women with prior GDM
In those with prediabetes, monitor for development of
diabetes annually
ADA. IV. Prevention/Delay of Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2013;36(suppl 1):S16.
36
37.
Metabolisme KBH Langsung: Glukosa Darah
1. Uptake Glukosa (otot, hati, jar.lemak)
2. Sintesa Glikogen (glikogenesis) disimpan
dalam hepar + otot
3. Glikogenolisis (pemecahan glikogen )
4. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari as.
amino, laktat, piruvat)
Metabolisme Protein :
1. Rangsang transport aktif as. amino ke dalam sel
2. Rangsang sintesis protein
37
40. Metabolic syndrome is defined as the presence
of three of the five following criteria:
Increased waist circumference (> 40 inches in
men, >35 inches in women)
Plasma triglycerides ≥ 150 mg/dL
Plasma high-density lipoprotein cholesterol ,
< 40 mg/dL in men, < 50 mg/dL in women
Blood pressure ≥ 130 mm Hg systolic > 85
mm Hg diastolic
Fasting plasma glucose ≥ 100 mg/dL
40
54. Istilah
yang mencakup berbagai tipe Hb
yang berikatan dengan
glukosa/karbohidrat pada gugusan amino
bebas
HbA1
Varian
glycated Hb yang berikatan
dengan karbohidrat pada gugusan valin
dari N – terminal pada rantai beta
54
55. Pada
DM/non DM
Sebagian HbA mengalami glikasi(HbA1)
Persentasi
fraksi HbA1 sebanding
dengan rerata konsentrasi glukosa darah
HbA1c
Hb
dengan ikatan spesifik glukosa pada
gugusan valin dari N-terminal pada
rantai ß
Normal: 70-90% dari HbA1
55
56. Terdiri dari :
Fase Gerak
Fase Diam
Komponen :
Pompa
Kolom
Injektor
Detektor
Rekorder
56
58. Injeksi sampel ke dalam fase gerak
Sampel dialirkan ke dalam kolom dengan
menggunakan tekanan tinggi
Komponen larutan berinteraksi dengan
senyawa di kolom
Terjadi pemisahan komponen
Deteksi dengan spektofotometer
Hasil berupa kromatogram
58
59. Kromatografi berdasarkan pertukaran
muatan ion
Muatan ion pada larutan akan bertukar
dengan muatan ion pada gugus fungsional
Fase diam: resin (polimer besar dan gugusan
fungsional yang bermuatan katoda atau
anoda)
59
60. HbA1c:
+
Resin : 1
Sampel+bufer+cairan
elusi
Pada kolom terjadi
pertukaran ion
Hb terglikasi
dikeluarkan ( muatan <)
2
Bufer kedua
bermuatan berbeda
Pada kolom terjadi
pertukaran ion
Hemoglobin yang lain
dikeluarkan
60
61. Glukosa
dengan adanya ATP difoforilasi oleh
enzim heksokinase menghasilkan glukosa-6fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-fosfat
dengan NADPoleh enzim glukosa-6-fosfat
dehidrogenase
diubah
menjadi
6fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang
terbentuk dapat diukur serapannya dan
sebanding dengan kadar glukosa darah
61
63. Radioimmunoassay
adalah teknik imunoasai
yang pertama berkembang (1950, oleh Yalow
dan Berson).
Label
radioisotop yang digunakan adalah 131I,
125I dan 3H. Yang paling banyak adalah 125I
karena half life-nya 60 hari
63
65. KELEMAHAN UJI RIA
♦ Butuh alat mahal & tenaga terlatih
♦ Waktu paruh reagens amat pendek ( 1,5 – 2 bln )
♦ Perlu perlindungan khusus pd petugas lab.
♦ Perlu tempat pembuangan reagens yang khusus
65
67. Kami
sebelumnya telah menunjukkan bahwa
1 -h plasma Konsentrasi glukosa ( 1 -h PG )
selama OGTT adalah prediktor terkuat risiko
DMT2 masa depan . konsisten dengan
pengamatan kami sebelumnya, aROC untuk 1
-h PG ini kohort adalah 0,84 , dan
penambahan 1 -h PG untuk kedua model 1
dan 2 memiliki dampak yang lebih besar pada
daya prediksi mereka dibandingkan dengan
penambahan HbA1c tersebut
67
68. aROC
Model 1 ditambah 1 -h PG dan model 2
ditambah 1 -h PG itu identik , 0.85
Penambahan HbA1c untuk 1 -h PG signifikan
meningkat aROC tersebut 0,84-0,87 ( P < 0,05 )
Model terdiri dari 1-h PG dan HbA1c memiliki
terbesar aROC (0.87), menunjukkan bahwa
kombinasi 1-h PG dan HbA1c lebih superior dalam
memprediksi risiko DMT2
68
69. aROC
HbA1c dalam memprediksi resiko diabetes
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan
kedua multivariat Model ( model 2 ) dan 1 -h PG ,
yang sebelumnya memiliki telah terbukti menjadi
prediktor kuat risiko DMT2
69