SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Download to read offline
Jurnal Kimia Klinik II

Henny Elfira Yanti, dr/ Djoko Marsudi, dr SpPK
Senin, 21 Oktober 2013

1
2
Selama 2 dekade terakhir , prevalensi diabetes
mellitus tipe 2 ( T2DM ) telah meningkat menjadi
epidemi
Sifat penyakit yang kronis dan beberapa
komplikasi pembuluh darah

Ancaman besar bagi kesehatan masyarakat

3
4
Pencegahan primer dapat membatasi
peningkatan prevalensi T2DM
Subyek dengan gangguan glukosa darah puasa
( IFG ) dan gangguan toleransi glukosa ( IGT )
berisiko menjadi T2DM
Penelitian
hanya sekitar setengah dari
subjek dengan IFG dan IGT yang berkembang
menjadi T2DM
5
Penelitian
sekitar 40 % subjek dengan
toleransi glukosa normal berkembang
menjadi T2DM
Banyak yang terlewatkan bila hanya
bergantung pada IFG dan / atau IGT untuk
mengidentifikasi subyek dgn peningkatan
resiko T2DM

6
Model prediktif
identifikasi subjek
umur, jenis kelamin , indeks massa
tubuh ( BMI ) , glukosa plasma puasa
( FPG ) , dan profil lipid
risk score

American Diabetes Association ( ADA )
• Diabetes
HbA1c ≥ 6,5 %
• Individu yang berisiko tinggi
HbA1c 5,7 - 6,49%
7
Menilai kekuatan prediksi HbA1c untuk
mengidentifikasi
subjek
dengan
peningkatan risiko T2DM

8
A first degree relative (anak-ortu)
 FPG ≥ 100 mg / dl
 ​ Kadar trigliserida plasma ≥ 150 mg / dl
 High-density lipoprotein ( HDL ) ≤ 50 mg /
dl (wanita) dan ≤ 40 mg / dl (laki-laki)


9
 Diabetes
 Gangguan

fungsi ginjal ( kreatinin > 1,5 ) ,

 Keganasan
 Terapi

dengan obat yang mempengaruhi
toleransi glukosa

10
687
•Puasa 10 jam
•Tes toleransi glukosa (OGTT)
Glukosa plasma dan konsentrasi insulin diukur
• -30 , - 15 , dan 0 menit
• 30 , 60 , 90 , dan 120 menit setelah
konsumsi glukosa
Profil lipid dan HbA1c diukur
11
Setelah 3,5 ± 0,1 thn , subjek kembali ke
pusat penelitian klinis dan OGTT diulang
dengan menggunakan protokol yang sama

624
63
678

Ikut dalam penelitian
Drop Out

21

Pindah Kota

39

Tidak ditemukan

3

Meninggal
12
 Diagnosis

diabetes didasarkan pada kriteria
American Diabetes Asosiasi :
 2 -h glukosa plasma ≥ 200 mg / dl
 Glukosa puasa plasma ≥ 126 mg / dl

13
Glukosa plasma

Metode heksokinase

Konsentrasi insulin plasma

HbA1c

RIA

Ionexchange HPLC

14
sajikan sebagai means ± SE
 Perbedaan rata-rata diuji dengan Student t test
 Signifikan P< 0,05
 SPSS versi 17
 Variabel di

15
624
NGT 286

IFG 201

IGT 137

34 subyek berkembang menjadi DMT2

16
18
19
 Cut

point

HbA1c
1-h PG

5,65 %
155 mg/dl

20
Tabel 3. T2DM risk in subjects with HbA1c and 1- hPG above and
below the cut points.
Condition

Total
Subject who
subjects developd DM

Risk

Odds ratio

P

HbA1c<5.65,
1-h PG<155 mg/dl

224

0

0

1

HbA1c<5.65,
1-h PG>155 mg/dl

181

7

3.87

8.92
(1.09-3.18)

0.025

HbA1c>5.65,
1-h PG<155 mg/dl

86

3

3.49

7.78
(0.99-75.8)

0.07

HbA1c>5.65,
1-h PG>155 mg/dl

133

24

18.1

40.24
(5.38-00.9)

<0.0001

21
HbA1c sebagai prediktor risiko T2DM yang
signifikan, tapi kekuatan prediksinya lebih
lemah dibandingkan dengan model lainnya
(1-h PG)
Kombinasi HbA1c dan 1-h PG
aROC
terbesar dibandingkan dengan model prediksi
lainnya (0,87)

22
 Cut

points 5,65% konsisten dengan penelitian
lain dan mendukung rekomendasi klinis ADA
5,7 % untuk subjek dgn peningkatan
risiko diabetes.

23
HbA1c memiliki daya prediksi yang lebih
rendah dibandingkan dengan 1-h PG (ROC 0,73
dan 0,84)

Kombinasi HbA1c dan 1-h PG

Meningkatkan daya prediksi

24
Antropometrik, FPG dan profil lipid tidak
memberikan tambahan informasi tentang
risiko T2DM

HbA1c>5.65%
1-h PG>155 mg/dl

sensitivitas 71 %
Spesifisitas 82%

25
HbA1c sebesar 5,65 % , seperti yang
disarankan oleh ADA
tepat untuk
mengidentifikasi subjek pada peningkatan
risiko T2DM
Kombinasi HbA1c 5,65 % dan 1 -h PG > 155 mg / dl
alat klinis yang berguna untuk identifikasi
subjek dgn peningkatan risiko T2DM di masa depan
.

26
TERIMA KASIH
27
DIABETES CARE, VOLUME 29, NUMBER 8, AUGUST 2006

28
klinik ditandai dengan hiperglikemia
kronik akibat defisiensi Insulin absolut / relatif
 Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein & lemak
serta penyulit makro/mikrovaskuar
 Sindroma

29
 Sel

Beta Pankreas:  insulin
(kualitas/kuantitas)
 Reseptor Insulin:  kualitas / kuantitas
 Pasca Reseptor:  gangguan sist. Enzim
 Inhibitor Insulin:  antibodi anti insulin
counter regulatory
hormones glukagon,
epinefrin, kortisol,
growth hormone)

30

1.
2.

3.

Diagnostic criteria for diabetes :
A fasting plasma glucose ≥126 mg/dl
Symptoms of diabetes (polyuria,
polydipsi, loss of BW) plus random blood
glucose ≥ 200mg/dl
A plasma glucose level ≥ 200 mg/dL
after an oral dose of 75 g of glucose

31
A1C ≥6.5%
OR

Fasting plasma glucose (FPG)
≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)
OR

2-h plasma glucose ≥200 mg/dL
(11.1 mmol/L) during an OGTT
OR

A random plasma glucose ≥200 mg/dL (11.1
mmol/L)
32
Categories of increased risk for diabetes
(prediabetes)*
FPG 100–125 mg/dL (5.6–6.9 mmol/L): IFG
OR

2-h plasma glucose in the 75-g OGTT
140–199 mg/dL (7.8–11.0 mmol/L): IGT
OR

A1C 5.7–6.4%

33
DM Tipe 1
1. Mudah ketoasidosis
2. Obat: harus insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus

DM Tipe 2
1. Tidak mudah
2. Tidak harus
3. Onset lambat
4. Gemuk/tidak gemuk
(obesitas faktor
pencetus)
5. Biasanya umur muda 5. Biasanya > 45 tahun
34
DM Tipe 1
6. Berhubungan dengan
HLA DR 3 & DR 4
7. Islet Cell Ab + (ICA)
(proses otoimun)
8. Riwayat kel. DM +
9. Kembar identik 30-50
% terkena
10. Insulin serum rendah

DM Tipe 2
6. Tidak
7.

-

8. 30 %
9. ± 100 %
10. Normal / tinggi
35


Consider metformin for prevention of type 2 diabetes if
IGT , IFG , or A1C 5.7–6.4%




Especially for those with BMI >35 kg/m2,
age <60 years, and women with prior GDM

In those with prediabetes, monitor for development of
diabetes annually

ADA. IV. Prevention/Delay of Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2013;36(suppl 1):S16.
36


Metabolisme KBH  Langsung: Glukosa Darah
1. Uptake Glukosa (otot, hati, jar.lemak)
2. Sintesa Glikogen (glikogenesis) disimpan
dalam hepar + otot
3. Glikogenolisis (pemecahan glikogen )
4. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari as.
amino, laktat, piruvat)



Metabolisme Protein :
1. Rangsang transport aktif as. amino ke dalam sel
2. Rangsang sintesis protein

37
 Metabolisme

Lemak :
1. Rangsang lipogenesis (pembentukan
lemak) dalam sel hepar, jar. lemak
2. Menghambat lipolisis (pemecahan
lemak)

38
Vena
DM
GDP
> 126 mg/dL = 7 mmol/L
2JSM/GDA ≥ 200 mg/dL = 11 mmol/L
GTG
GDP
100 – 125 mg/dL
2JSB
140 – 199 mg/dL
NORMAL GDP
< 100 mg/dL
2JSM
< 140 mg/dL
*) Catatan : - GTG = Gangguan Toleransi Glukosa
- 1 mmol/L glukosa = 18 mg/dL glukosa
39
Metabolic syndrome is defined as the presence
of three of the five following criteria:
 Increased waist circumference (> 40 inches in
men, >35 inches in women)
 Plasma triglycerides ≥ 150 mg/dL
 Plasma high-density lipoprotein cholesterol ,
< 40 mg/dL in men, < 50 mg/dL in women
 Blood pressure ≥ 130 mm Hg systolic > 85
mm Hg diastolic
 Fasting plasma glucose ≥ 100 mg/dL
40
Sumber :Endocrine secret sixth edition

41
Sumber :Endocrine secret sixth edition

42
Defisiensi Insulin
Glukosa Uptake

Proteolisis
As. Amino

Nitrogen
Loss

Lipolisis
Gliserol

Ketogenesis

Glukoneogenesis
Hiperglikemi

FFA

+

Ketonemia

Glikogenolisis
Ketonuria

Osmotic Diuresis  electrolyte depletion
Hyptonic Loss  dehydration
Asidosis

43
interpretasi kadar HbA1c
normal
terkontrol baik

:
:

terkontrol cukup
tidak terkontrol

:
:

4,5 – 6 % Hb
6 -- 7 % Hb
7 -- 8 % Hb
> 8,2 % Hb

44
 Nilai

Rujukan

Puasa :
½ jam :
1 jam :
1½ jam :
2 jam :

70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)

45
 GDP

: 100 – 125 mg/dL
 2JSM : < 200 mg/dL
 DM keluarga
+
 Gejala DM
+
 Hamil : bayi > 4 kg, toksemia, hidramnion
abortus spontan

46
47
48
Secondary causes of Diabetes mellitus include:








Acromegaly,
Cushing syndrome,
Thyrotoxicosis,
Pheochromocytoma
Chronic pancreatitis,
Cancer
Drug induced hyperglycemia:
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦

Atypical Antipsychotics - Alter receptor binding characteristics, leading to increased insulin
resistance.
Beta-blockers - Inhibit insulin secretion.
Calcium Channel Blockers - Inhibits secretion of insulin by interfering with cytosolic calcium
release.
Corticosteroids - Cause peripheral insulin resistance and gluconeogensis.
Fluoroquinolones - Inhibits insulin secretion by blocking ATP sensitive potassium channels.
Naicin - They cause increased insulin resistance due to increased free fatty acid
mobilization.
Phenothiazines - Inhibit insulin secretion.
Protease Inhibitors - Inhibit the conversion of proinsulin to insulin.
Thiazide Diuretics - Inhibit insulin secretion due to hypokalemia. They also cause increased
insulin resistance due to increased free fatty acid mobilization.

49
Increasing insulin availability (secretagogues :
sulfonyl urea)
 Supressing excessive hepatic glucose
output(biguanide i.e. metformin)
 Improving insulin sensitivity(thiazolidinediones or
glitazones)
 Delaying gastrointestinal glucose
absorption(acarbose)
 Objectives (ADA):FPG 90-130 mg/dL,
postprandial plasma glucose <180 mg/dL,HbA1c
< 7%


50
51
HbA1c: Hemoglobin A yang mengalami glikasi non
enzimatik

52
53
 Istilah

yang mencakup berbagai tipe Hb
yang berikatan dengan
glukosa/karbohidrat pada gugusan amino
bebas

 HbA1
 Varian

glycated Hb yang berikatan
dengan karbohidrat pada gugusan valin
dari N – terminal pada rantai beta
54
 Pada


DM/non DM

Sebagian HbA mengalami glikasi(HbA1)

 Persentasi

fraksi HbA1 sebanding
dengan rerata konsentrasi glukosa darah

 HbA1c
 Hb

dengan ikatan spesifik glukosa pada
gugusan valin dari N-terminal pada
rantai ß
 Normal: 70-90% dari HbA1
55
Terdiri dari :
 Fase Gerak
 Fase Diam
Komponen :
 Pompa
 Kolom
 Injektor
 Detektor
 Rekorder

56
Bishop,2005

57
Injeksi sampel ke dalam fase gerak
Sampel dialirkan ke dalam kolom dengan
menggunakan tekanan tinggi
Komponen larutan berinteraksi dengan
senyawa di kolom
Terjadi pemisahan komponen
Deteksi dengan spektofotometer
Hasil berupa kromatogram
58
Kromatografi berdasarkan pertukaran
muatan ion
 Muatan ion pada larutan akan bertukar
dengan muatan ion pada gugus fungsional
 Fase diam: resin (polimer besar dan gugusan
fungsional yang bermuatan katoda atau
anoda)


59
 HbA1c:

+
Resin : 1
Sampel+bufer+cairan
elusi
Pada kolom terjadi
pertukaran ion
Hb terglikasi
dikeluarkan ( muatan <)

2
Bufer kedua
bermuatan berbeda
Pada kolom terjadi
pertukaran ion
Hemoglobin yang lain
dikeluarkan
60
 Glukosa

dengan adanya ATP difoforilasi oleh
enzim heksokinase menghasilkan glukosa-6fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-fosfat
dengan NADPoleh enzim glukosa-6-fosfat
dehidrogenase
diubah
menjadi
6fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang
terbentuk dapat diukur serapannya dan
sebanding dengan kadar glukosa darah

61
 Prinsip reaksinya
 Glukosa

:

+ ATP heksokinase glukosa-6-fosfat + ADP

 Glukosa-6-fosfat

+ NADPH

+ NADP

G-6-DP

6-fosfoglukonat

62
 Radioimmunoassay

adalah teknik imunoasai
yang pertama berkembang (1950, oleh Yalow
dan Berson).

 Label

radioisotop yang digunakan adalah 131I,
125I dan 3H. Yang paling banyak adalah 125I
karena half life-nya 60 hari

63
64
KELEMAHAN UJI RIA
♦ Butuh alat mahal & tenaga terlatih
♦ Waktu paruh reagens amat pendek ( 1,5 – 2 bln )
♦ Perlu perlindungan khusus pd petugas lab.
♦ Perlu tempat pembuangan reagens yang khusus

65
Glukosa darah (mg/dL)
240
200
160
120

30

60

90

120

Waktu (menit)
 Kami

sebelumnya telah menunjukkan bahwa
1 -h plasma Konsentrasi glukosa ( 1 -h PG )
selama OGTT adalah prediktor terkuat risiko
DMT2 masa depan . konsisten dengan
pengamatan kami sebelumnya, aROC untuk 1
-h PG ini kohort adalah 0,84 , dan
penambahan 1 -h PG untuk kedua model 1
dan 2 memiliki dampak yang lebih besar pada
daya prediksi mereka dibandingkan dengan
penambahan HbA1c tersebut

67
 aROC

Model 1 ditambah 1 -h PG dan model 2
ditambah 1 -h PG itu identik , 0.85
 Penambahan HbA1c untuk 1 -h PG signifikan
meningkat aROC tersebut 0,84-0,87 ( P < 0,05 )
 Model terdiri dari 1-h PG dan HbA1c memiliki
terbesar aROC (0.87), menunjukkan bahwa
kombinasi 1-h PG dan HbA1c lebih superior dalam
memprediksi risiko DMT2

68
 aROC

HbA1c dalam memprediksi resiko diabetes
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan
kedua multivariat Model ( model 2 ) dan 1 -h PG ,
yang sebelumnya memiliki telah terbukti menjadi
prediktor kuat risiko DMT2

69

More Related Content

What's hot

PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASPENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
 
DDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit Bandung
DDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit BandungDDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit Bandung
DDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit BandungAchmad Fauzi Al' Amrie
 
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan hoHubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan hoivanho86
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingKANDA IZUL
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinTaofik Rusdiana
 
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikFARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikNesha Mutiara
 
Power Point Pengaturan Gula Darah
Power Point Pengaturan Gula DarahPower Point Pengaturan Gula Darah
Power Point Pengaturan Gula DarahFirdika Arini
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromSri Nala
 
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologiDiabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologiAnna Lisstya
 
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTerapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTito Ahmad
 
pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat
pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam uratpengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat
pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam uratMahira Bayu Adifta
 

What's hot (20)

PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASPENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
 
DDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit Bandung
DDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit BandungDDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit Bandung
DDI diabetes mellitus Salah Satu Rumah sakit Bandung
 
3 k3 spesimen
3 k3 spesimen3 k3 spesimen
3 k3 spesimen
 
Farmakokinetika Lidokain
Farmakokinetika LidokainFarmakokinetika Lidokain
Farmakokinetika Lidokain
 
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan hoHubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
 
Kta
KtaKta
Kta
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushing
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik Digoxin
 
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikFARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Kaki diabetik
Kaki diabetikKaki diabetik
Kaki diabetik
 
Power Point Pengaturan Gula Darah
Power Point Pengaturan Gula DarahPower Point Pengaturan Gula Darah
Power Point Pengaturan Gula Darah
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
 
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologiDiabetes millitus   tugas kelompok mata kuliah farmakologi
Diabetes millitus tugas kelompok mata kuliah farmakologi
 
Gastritis erosiva
Gastritis erosivaGastritis erosiva
Gastritis erosiva
 
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTerapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
 
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
 
Askep diabetes
Askep diabetesAskep diabetes
Askep diabetes
 
pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat
pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam uratpengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat
pengaruh obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap terhadap kadar asam urat
 
Pp seminar asam urat
Pp seminar asam uratPp seminar asam urat
Pp seminar asam urat
 

Similar to DIABETES CARE

DIABETES MELITUS.pptx
DIABETES MELITUS.pptxDIABETES MELITUS.pptx
DIABETES MELITUS.pptxCordisSternum
 
PPK 1 DM icp jabar juara.pptx
PPK 1 DM icp jabar juara.pptxPPK 1 DM icp jabar juara.pptx
PPK 1 DM icp jabar juara.pptxchindikia
 
Diabetes mellitus
Diabetes  mellitusDiabetes  mellitus
Diabetes mellituss3ha7
 
[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf
[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf
[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdfAlfonsusCiptaRaya
 
Sindroma Metabolik_Gibran M.pptx
Sindroma Metabolik_Gibran M.pptxSindroma Metabolik_Gibran M.pptx
Sindroma Metabolik_Gibran M.pptxApriliaEkaPutri2
 
Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada Anak
Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada AnakDiagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada Anak
Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada AnakLisa Wiramas
 
P2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdfP2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdfSenseiRita
 
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)doctorronz7
 
kuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdf
kuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdfkuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdf
kuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdfMumpuniPebriani
 
DOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptxDOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptxSriRiaranti
 
ASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptx
ASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptxASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptx
ASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptxSiscaMayasari2
 

Similar to DIABETES CARE (20)

DIABETES MELITUS.pptx
DIABETES MELITUS.pptxDIABETES MELITUS.pptx
DIABETES MELITUS.pptx
 
PPK 1 DM icp jabar juara.pptx
PPK 1 DM icp jabar juara.pptxPPK 1 DM icp jabar juara.pptx
PPK 1 DM icp jabar juara.pptx
 
Diabetes mellitus
Diabetes  mellitusDiabetes  mellitus
Diabetes mellitus
 
Diabetes mellitus
Diabetes  mellitusDiabetes  mellitus
Diabetes mellitus
 
[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf
[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf
[MANTAP] SLIDE MATERI INTERNA-1 BATCH 3 2018.pdf
 
Sindroma Metabolik_Gibran M.pptx
Sindroma Metabolik_Gibran M.pptxSindroma Metabolik_Gibran M.pptx
Sindroma Metabolik_Gibran M.pptx
 
DIABETES MELLITUS.ppt
DIABETES MELLITUS.pptDIABETES MELLITUS.ppt
DIABETES MELLITUS.ppt
 
Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada Anak
Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada AnakDiagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada Anak
Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus pada Anak
 
P2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdfP2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdf
 
DIABETES-MELLITUS.ppt
DIABETES-MELLITUS.pptDIABETES-MELLITUS.ppt
DIABETES-MELLITUS.ppt
 
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
 
Nutrisi dm
Nutrisi dmNutrisi dm
Nutrisi dm
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
 
kuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdf
kuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdfkuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdf
kuliah-dm-blok-endokrin-2010.pdf
 
DOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptxDOC-20221003-WA0004..pptx
DOC-20221003-WA0004..pptx
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
 
ASKEP DIABETES MELITUS.ppt
ASKEP DIABETES MELITUS.pptASKEP DIABETES MELITUS.ppt
ASKEP DIABETES MELITUS.ppt
 
Kelompok 12(1)
Kelompok 12(1)Kelompok 12(1)
Kelompok 12(1)
 
Bab 1 dm
Bab 1 dmBab 1 dm
Bab 1 dm
 
ASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptx
ASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptxASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptx
ASKEP DM DENGAN KOMPLIKASI SEMNAS MEDAN 151022.pptx
 

More from pdspatologikliniksby (13)

Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 systemDeteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
 
Tutor anthrax
Tutor anthraxTutor anthrax
Tutor anthrax
 
Kimia klinik tutor 1
Kimia klinik tutor 1Kimia klinik tutor 1
Kimia klinik tutor 1
 
Kimia klinik tutor 2
Kimia klinik tutor 2Kimia klinik tutor 2
Kimia klinik tutor 2
 
Kimia klinik referat 2
Kimia klinik referat 2Kimia klinik referat 2
Kimia klinik referat 2
 
Kimia klinik referat 1
Kimia klinik referat 1Kimia klinik referat 1
Kimia klinik referat 1
 
Kimia klinik jurnal 1
Kimia klinik jurnal 1Kimia klinik jurnal 1
Kimia klinik jurnal 1
 
Tutor 1
Tutor 1Tutor 1
Tutor 1
 
Tutor 2
Tutor 2Tutor 2
Tutor 2
 
Referat 2
Referat 2Referat 2
Referat 2
 
Referat 1
Referat 1Referat 1
Referat 1
 
Jurnal 2
Jurnal 2Jurnal 2
Jurnal 2
 
Simplified flow cytometric
Simplified flow cytometricSimplified flow cytometric
Simplified flow cytometric
 

DIABETES CARE

  • 1. Jurnal Kimia Klinik II Henny Elfira Yanti, dr/ Djoko Marsudi, dr SpPK Senin, 21 Oktober 2013 1
  • 2. 2
  • 3. Selama 2 dekade terakhir , prevalensi diabetes mellitus tipe 2 ( T2DM ) telah meningkat menjadi epidemi Sifat penyakit yang kronis dan beberapa komplikasi pembuluh darah Ancaman besar bagi kesehatan masyarakat 3
  • 4. 4
  • 5. Pencegahan primer dapat membatasi peningkatan prevalensi T2DM Subyek dengan gangguan glukosa darah puasa ( IFG ) dan gangguan toleransi glukosa ( IGT ) berisiko menjadi T2DM Penelitian hanya sekitar setengah dari subjek dengan IFG dan IGT yang berkembang menjadi T2DM 5
  • 6. Penelitian sekitar 40 % subjek dengan toleransi glukosa normal berkembang menjadi T2DM Banyak yang terlewatkan bila hanya bergantung pada IFG dan / atau IGT untuk mengidentifikasi subyek dgn peningkatan resiko T2DM 6
  • 7. Model prediktif identifikasi subjek umur, jenis kelamin , indeks massa tubuh ( BMI ) , glukosa plasma puasa ( FPG ) , dan profil lipid risk score American Diabetes Association ( ADA ) • Diabetes HbA1c ≥ 6,5 % • Individu yang berisiko tinggi HbA1c 5,7 - 6,49% 7
  • 8. Menilai kekuatan prediksi HbA1c untuk mengidentifikasi subjek dengan peningkatan risiko T2DM 8
  • 9. A first degree relative (anak-ortu)  FPG ≥ 100 mg / dl  ​ Kadar trigliserida plasma ≥ 150 mg / dl  High-density lipoprotein ( HDL ) ≤ 50 mg / dl (wanita) dan ≤ 40 mg / dl (laki-laki)  9
  • 10.  Diabetes  Gangguan fungsi ginjal ( kreatinin > 1,5 ) ,  Keganasan  Terapi dengan obat yang mempengaruhi toleransi glukosa 10
  • 11. 687 •Puasa 10 jam •Tes toleransi glukosa (OGTT) Glukosa plasma dan konsentrasi insulin diukur • -30 , - 15 , dan 0 menit • 30 , 60 , 90 , dan 120 menit setelah konsumsi glukosa Profil lipid dan HbA1c diukur 11
  • 12. Setelah 3,5 ± 0,1 thn , subjek kembali ke pusat penelitian klinis dan OGTT diulang dengan menggunakan protokol yang sama 624 63 678 Ikut dalam penelitian Drop Out 21 Pindah Kota 39 Tidak ditemukan 3 Meninggal 12
  • 13.  Diagnosis diabetes didasarkan pada kriteria American Diabetes Asosiasi :  2 -h glukosa plasma ≥ 200 mg / dl  Glukosa puasa plasma ≥ 126 mg / dl 13
  • 14. Glukosa plasma Metode heksokinase Konsentrasi insulin plasma HbA1c RIA Ionexchange HPLC 14
  • 15. sajikan sebagai means ± SE  Perbedaan rata-rata diuji dengan Student t test  Signifikan P< 0,05  SPSS versi 17  Variabel di 15
  • 16. 624 NGT 286 IFG 201 IGT 137 34 subyek berkembang menjadi DMT2 16
  • 17.
  • 18. 18
  • 19. 19
  • 21. Tabel 3. T2DM risk in subjects with HbA1c and 1- hPG above and below the cut points. Condition Total Subject who subjects developd DM Risk Odds ratio P HbA1c<5.65, 1-h PG<155 mg/dl 224 0 0 1 HbA1c<5.65, 1-h PG>155 mg/dl 181 7 3.87 8.92 (1.09-3.18) 0.025 HbA1c>5.65, 1-h PG<155 mg/dl 86 3 3.49 7.78 (0.99-75.8) 0.07 HbA1c>5.65, 1-h PG>155 mg/dl 133 24 18.1 40.24 (5.38-00.9) <0.0001 21
  • 22. HbA1c sebagai prediktor risiko T2DM yang signifikan, tapi kekuatan prediksinya lebih lemah dibandingkan dengan model lainnya (1-h PG) Kombinasi HbA1c dan 1-h PG aROC terbesar dibandingkan dengan model prediksi lainnya (0,87) 22
  • 23.  Cut points 5,65% konsisten dengan penelitian lain dan mendukung rekomendasi klinis ADA 5,7 % untuk subjek dgn peningkatan risiko diabetes. 23
  • 24. HbA1c memiliki daya prediksi yang lebih rendah dibandingkan dengan 1-h PG (ROC 0,73 dan 0,84) Kombinasi HbA1c dan 1-h PG Meningkatkan daya prediksi 24
  • 25. Antropometrik, FPG dan profil lipid tidak memberikan tambahan informasi tentang risiko T2DM HbA1c>5.65% 1-h PG>155 mg/dl sensitivitas 71 % Spesifisitas 82% 25
  • 26. HbA1c sebesar 5,65 % , seperti yang disarankan oleh ADA tepat untuk mengidentifikasi subjek pada peningkatan risiko T2DM Kombinasi HbA1c 5,65 % dan 1 -h PG > 155 mg / dl alat klinis yang berguna untuk identifikasi subjek dgn peningkatan risiko T2DM di masa depan . 26
  • 28. DIABETES CARE, VOLUME 29, NUMBER 8, AUGUST 2006 28
  • 29. klinik ditandai dengan hiperglikemia kronik akibat defisiensi Insulin absolut / relatif  Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein & lemak serta penyulit makro/mikrovaskuar  Sindroma 29
  • 30.  Sel Beta Pankreas:  insulin (kualitas/kuantitas)  Reseptor Insulin:  kualitas / kuantitas  Pasca Reseptor:  gangguan sist. Enzim  Inhibitor Insulin:  antibodi anti insulin counter regulatory hormones glukagon, epinefrin, kortisol, growth hormone) 30
  • 31.  1. 2. 3. Diagnostic criteria for diabetes : A fasting plasma glucose ≥126 mg/dl Symptoms of diabetes (polyuria, polydipsi, loss of BW) plus random blood glucose ≥ 200mg/dl A plasma glucose level ≥ 200 mg/dL after an oral dose of 75 g of glucose 31
  • 32. A1C ≥6.5% OR Fasting plasma glucose (FPG) ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L) OR 2-h plasma glucose ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L) during an OGTT OR A random plasma glucose ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L) 32
  • 33. Categories of increased risk for diabetes (prediabetes)* FPG 100–125 mg/dL (5.6–6.9 mmol/L): IFG OR 2-h plasma glucose in the 75-g OGTT 140–199 mg/dL (7.8–11.0 mmol/L): IGT OR A1C 5.7–6.4% 33
  • 34. DM Tipe 1 1. Mudah ketoasidosis 2. Obat: harus insulin 3. Onset akut 4. Biasanya kurus DM Tipe 2 1. Tidak mudah 2. Tidak harus 3. Onset lambat 4. Gemuk/tidak gemuk (obesitas faktor pencetus) 5. Biasanya umur muda 5. Biasanya > 45 tahun 34
  • 35. DM Tipe 1 6. Berhubungan dengan HLA DR 3 & DR 4 7. Islet Cell Ab + (ICA) (proses otoimun) 8. Riwayat kel. DM + 9. Kembar identik 30-50 % terkena 10. Insulin serum rendah DM Tipe 2 6. Tidak 7. - 8. 30 % 9. ± 100 % 10. Normal / tinggi 35
  • 36.  Consider metformin for prevention of type 2 diabetes if IGT , IFG , or A1C 5.7–6.4%   Especially for those with BMI >35 kg/m2, age <60 years, and women with prior GDM In those with prediabetes, monitor for development of diabetes annually ADA. IV. Prevention/Delay of Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2013;36(suppl 1):S16. 36
  • 37.  Metabolisme KBH  Langsung: Glukosa Darah 1. Uptake Glukosa (otot, hati, jar.lemak) 2. Sintesa Glikogen (glikogenesis) disimpan dalam hepar + otot 3. Glikogenolisis (pemecahan glikogen ) 4. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari as. amino, laktat, piruvat)  Metabolisme Protein : 1. Rangsang transport aktif as. amino ke dalam sel 2. Rangsang sintesis protein 37
  • 38.  Metabolisme Lemak : 1. Rangsang lipogenesis (pembentukan lemak) dalam sel hepar, jar. lemak 2. Menghambat lipolisis (pemecahan lemak) 38
  • 39. Vena DM GDP > 126 mg/dL = 7 mmol/L 2JSM/GDA ≥ 200 mg/dL = 11 mmol/L GTG GDP 100 – 125 mg/dL 2JSB 140 – 199 mg/dL NORMAL GDP < 100 mg/dL 2JSM < 140 mg/dL *) Catatan : - GTG = Gangguan Toleransi Glukosa - 1 mmol/L glukosa = 18 mg/dL glukosa 39
  • 40. Metabolic syndrome is defined as the presence of three of the five following criteria:  Increased waist circumference (> 40 inches in men, >35 inches in women)  Plasma triglycerides ≥ 150 mg/dL  Plasma high-density lipoprotein cholesterol , < 40 mg/dL in men, < 50 mg/dL in women  Blood pressure ≥ 130 mm Hg systolic > 85 mm Hg diastolic  Fasting plasma glucose ≥ 100 mg/dL 40
  • 41. Sumber :Endocrine secret sixth edition 41
  • 42. Sumber :Endocrine secret sixth edition 42
  • 43. Defisiensi Insulin Glukosa Uptake Proteolisis As. Amino Nitrogen Loss Lipolisis Gliserol Ketogenesis Glukoneogenesis Hiperglikemi FFA + Ketonemia Glikogenolisis Ketonuria Osmotic Diuresis  electrolyte depletion Hyptonic Loss  dehydration Asidosis 43
  • 44. interpretasi kadar HbA1c normal terkontrol baik : : terkontrol cukup tidak terkontrol : : 4,5 – 6 % Hb 6 -- 7 % Hb 7 -- 8 % Hb > 8,2 % Hb 44
  • 45.  Nilai Rujukan Puasa : ½ jam : 1 jam : 1½ jam : 2 jam : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L) 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L) 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L) 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L) 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L) 45
  • 46.  GDP : 100 – 125 mg/dL  2JSM : < 200 mg/dL  DM keluarga +  Gejala DM +  Hamil : bayi > 4 kg, toksemia, hidramnion abortus spontan 46
  • 47. 47
  • 48. 48
  • 49. Secondary causes of Diabetes mellitus include:        Acromegaly, Cushing syndrome, Thyrotoxicosis, Pheochromocytoma Chronic pancreatitis, Cancer Drug induced hyperglycemia: ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ Atypical Antipsychotics - Alter receptor binding characteristics, leading to increased insulin resistance. Beta-blockers - Inhibit insulin secretion. Calcium Channel Blockers - Inhibits secretion of insulin by interfering with cytosolic calcium release. Corticosteroids - Cause peripheral insulin resistance and gluconeogensis. Fluoroquinolones - Inhibits insulin secretion by blocking ATP sensitive potassium channels. Naicin - They cause increased insulin resistance due to increased free fatty acid mobilization. Phenothiazines - Inhibit insulin secretion. Protease Inhibitors - Inhibit the conversion of proinsulin to insulin. Thiazide Diuretics - Inhibit insulin secretion due to hypokalemia. They also cause increased insulin resistance due to increased free fatty acid mobilization. 49
  • 50. Increasing insulin availability (secretagogues : sulfonyl urea)  Supressing excessive hepatic glucose output(biguanide i.e. metformin)  Improving insulin sensitivity(thiazolidinediones or glitazones)  Delaying gastrointestinal glucose absorption(acarbose)  Objectives (ADA):FPG 90-130 mg/dL, postprandial plasma glucose <180 mg/dL,HbA1c < 7%  50
  • 51. 51
  • 52. HbA1c: Hemoglobin A yang mengalami glikasi non enzimatik 52
  • 53. 53
  • 54.  Istilah yang mencakup berbagai tipe Hb yang berikatan dengan glukosa/karbohidrat pada gugusan amino bebas  HbA1  Varian glycated Hb yang berikatan dengan karbohidrat pada gugusan valin dari N – terminal pada rantai beta 54
  • 55.  Pada  DM/non DM Sebagian HbA mengalami glikasi(HbA1)  Persentasi fraksi HbA1 sebanding dengan rerata konsentrasi glukosa darah  HbA1c  Hb dengan ikatan spesifik glukosa pada gugusan valin dari N-terminal pada rantai ß  Normal: 70-90% dari HbA1 55
  • 56. Terdiri dari :  Fase Gerak  Fase Diam Komponen :  Pompa  Kolom  Injektor  Detektor  Rekorder 56
  • 58. Injeksi sampel ke dalam fase gerak Sampel dialirkan ke dalam kolom dengan menggunakan tekanan tinggi Komponen larutan berinteraksi dengan senyawa di kolom Terjadi pemisahan komponen Deteksi dengan spektofotometer Hasil berupa kromatogram 58
  • 59. Kromatografi berdasarkan pertukaran muatan ion  Muatan ion pada larutan akan bertukar dengan muatan ion pada gugus fungsional  Fase diam: resin (polimer besar dan gugusan fungsional yang bermuatan katoda atau anoda)  59
  • 60.  HbA1c: + Resin : 1 Sampel+bufer+cairan elusi Pada kolom terjadi pertukaran ion Hb terglikasi dikeluarkan ( muatan <) 2 Bufer kedua bermuatan berbeda Pada kolom terjadi pertukaran ion Hemoglobin yang lain dikeluarkan 60
  • 61.  Glukosa dengan adanya ATP difoforilasi oleh enzim heksokinase menghasilkan glukosa-6fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-fosfat dengan NADPoleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase diubah menjadi 6fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang terbentuk dapat diukur serapannya dan sebanding dengan kadar glukosa darah 61
  • 62.  Prinsip reaksinya  Glukosa : + ATP heksokinase glukosa-6-fosfat + ADP  Glukosa-6-fosfat + NADPH + NADP G-6-DP 6-fosfoglukonat 62
  • 63.  Radioimmunoassay adalah teknik imunoasai yang pertama berkembang (1950, oleh Yalow dan Berson).  Label radioisotop yang digunakan adalah 131I, 125I dan 3H. Yang paling banyak adalah 125I karena half life-nya 60 hari 63
  • 64. 64
  • 65. KELEMAHAN UJI RIA ♦ Butuh alat mahal & tenaga terlatih ♦ Waktu paruh reagens amat pendek ( 1,5 – 2 bln ) ♦ Perlu perlindungan khusus pd petugas lab. ♦ Perlu tempat pembuangan reagens yang khusus 65
  • 67.  Kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa 1 -h plasma Konsentrasi glukosa ( 1 -h PG ) selama OGTT adalah prediktor terkuat risiko DMT2 masa depan . konsisten dengan pengamatan kami sebelumnya, aROC untuk 1 -h PG ini kohort adalah 0,84 , dan penambahan 1 -h PG untuk kedua model 1 dan 2 memiliki dampak yang lebih besar pada daya prediksi mereka dibandingkan dengan penambahan HbA1c tersebut 67
  • 68.  aROC Model 1 ditambah 1 -h PG dan model 2 ditambah 1 -h PG itu identik , 0.85  Penambahan HbA1c untuk 1 -h PG signifikan meningkat aROC tersebut 0,84-0,87 ( P < 0,05 )  Model terdiri dari 1-h PG dan HbA1c memiliki terbesar aROC (0.87), menunjukkan bahwa kombinasi 1-h PG dan HbA1c lebih superior dalam memprediksi risiko DMT2 68
  • 69.  aROC HbA1c dalam memprediksi resiko diabetes secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kedua multivariat Model ( model 2 ) dan 1 -h PG , yang sebelumnya memiliki telah terbukti menjadi prediktor kuat risiko DMT2 69