Dokumen tersebut membahas tentang interpretasi hasil studi diagnostik dalam praktik keperawatan. Terdapat penjelasan mengenai nilai rujukan dan satuan hasil studi laboratorium, penjelasan mengenai abnormal hasil studi diagnostik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta contoh nilai rujukan dan kemungkinan penyebab temuan abnormal hasil studi diagnostik tertentu.
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Kb3 interprestasi hasil studi diagnostik
1. Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
STUDI DIAGNOSTIK
Dwi Adji Norontoko
PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN PROSEDUR STUDI DIAGNOSTIK
SEMESTER - 2
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 3
PASIEN DENGAN PROSEDUR STUDI DIAGNOSTIK
ETIK DAN LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
Kegiatan
Belajar 3
Interprestasi Hasil Studi Diagnostik
dalam Praktik Keperawatan
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 3 ini Anda diharapkan mampu melakukan
interprestasi hasil studi diagnostik dalam praktik keperawatan.
Pokok - Pokok Materi
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 3 ini Anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan nilai rujukan hasil studi diagnostik laboratorium.
2. Menjelaskan kemungkinan etiologi atau penyebab temuan abnormal.
3. Memahami nilai abnormal hasil studi diagnostik.
4. Menganalisa temuan abnormal studi diagnostik dan implikasinya pada keperawatan.
1. Nilai dan satuan rujukan studi diagnostik.
2. Anomali hasil studi diagnostik.
3. Interprestasi studi diagnostik dan implikasinya pada keperawatan
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3
Uraian
Materi
“Pernahkah Anda melihat formulir
pemeriksaan darah dan hasil X-ray
seperti gambar dibawah?”. Cobalah
Anda interprestasikan kedua hasil studi
diagnostik tersebut! Apa yang Anda
lakukan terhadap temuan hasil studi
diagnostik tersebut sesuai pengalaman
sebagai tenaga keperawatan? Silahkan
Anda kerjakan pada secarik kertas dan
lekatkan pada modul ini, sebagai karya
nyataAnda,gunamenambahwawasandan
pengetahuan sejawat tenaga keperawatan.
Gambar 3.1 :Contoh Hasil X Ray Tulang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksan Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan
Kimia Darah
1. SGOT
2. SGPT
3. Bilirubin Total
4. Bilirubin Direct
5. Alkali Fosfatase
6. Gamma GT
Serologi
7. HBs AG
8. Anti HAV Ig M
Urine
9. Urine Lengkap
- Warna
- Kejernihan
- PH
- Berat Jenis
- Nitrit
- Protein
- Reduksi
- Keton
- Urobilinogen
- Billrubin
- Darah Semar
- Sediment
- Erytrosit
- Leukosit
692,7
287,3
9,44
5,69
27
188
(-)neg
(-)neg
Merah
Keruh
6,0
1.015
(-) Neg
(++) 2
(-) Neg
(+) 1
(-) Neg
(-) Neg
(++) 2
10-12
6-8
P<31/L<37
P<32/L<42
<1,0
<0,25
80-306
P10-47/L7-30
Non Reaktif
Non Reaktif
o-2
0-2
U/I
U/I
mg/dl
mg/dl
U/I
U/I
/Lqb
/Lqb
Kesimpulan/Saran
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksan Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan
Urine
9. Urine Lengkap
- Epytel
- Kristal
- Silinder
- Bakteri
1-22
(-) Neg
(-) Neg
(++) 2
0-2
Negatif
Negatif
Negatif
/Lpk
Kesimpulan/Saran
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Studi diagnostik rutin dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan klinik, pengetahuan dan keterampilan dalam interpretasi
data laboratorium yaitu pemahaman nilai normal dan implikasi perubahannya. Apa
indikatornya? Pada penilaian luaran klinik pasien diperlukan berbagai indikator yang
meliputi:responsklinikpasien,pemeriksaanfisik,diagnostiklaboratorium,dandiagnostik
radiologis. Kompetensi interpretasi data laboratorium sangat mendukung peran tenaga
keperawatan ruang rawat, komunitas, termasuk home care. Dalam praktik sehari-hari,
kompetensi tersebut akan memudahkan Anda melakukan pengkajian masalah dan
intervensi keperawatan; dan berdiskusi dengan profesi kesehatan lain tentang asuhan
keperawatan pasien (Kemenkes RI, 2011).
1. Nilai dan satuan rujukan studi diagnostik.
Anda mungkin pernah dengar keluhan dari klien tentang ketidakpuasan akan hasil
pemeriksaan laboratorium, atau dokter menyarankan pindah tempat pemeriksaan
dengan alasan untuk pembanding, bahwa nilai tidak signifikan bila dibandingkan dengan
gejala klinis pasien, dan satuan kurang lazim untuk pengukuran.
Dalam asuhan keperawatan suatu studi diagnostik akan bernilai hasilnya jika:
1. Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai proses penyakit.
2. Mempengaruhi diagnosa keperawatan, dan tingkat ketergantungan pasien.
3. Memberikan rekomendasi terkait asuhan keperawatan (Kemenkes RI, 2011).
Hasil studi diagnostik laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif,
kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau rentang nilai
(contoh: Hb 10 g/dL atau normal P:12 – 16 g/dL). Hasil kualitatif dinyatakan sebagai nilai
positif (+) atau negatif (-) tanpa menyebutkan besaran derajat positif atau negatifnya
(contoh: HIV rapid test positif). Hasil semikuantitatif adalah hasil kualitatif yang
menyebutkan besaran derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka pasti
(contoh: 1+, 2+, 3+) (Kemenkes RI, 2011).
Hasil studi diagnostik terutama diagnostik laboratorium dapat dinyatakan dalam
berbagai satuan pengukuran. Pada tahun 1960 diupayakan adanya standar pengukuran
kuantitatif yang berlaku di seluruh dunia, tetapi sampai sekarang banyak klinisi tetap
menggunakan satuan konvensional. Contoh: rentang nilai normal kolesterol adalah <
200 mg/dL (satuan konvensional) atau < 5,17 mmol/L (Satuan Internasional) (Kemenkes
RI, 2011).
Nilai rujukan adalah nilai yang diharapkan didasarkan pada gejala klinis dan jenis/tipe
peralatan dan metode yang digunakan di sentral-sentral studi diagnostik. Sehubungan
dengan perbedaan yang terdapat pada metode dan peralatan yang digunakan, maka
nilai rujukan bervariasi antar berbagai sentral studi diagnostik (Kemenkes RI, 2011).
Nilai kritis adalah suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan
kelainan atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau tindakan.
Nilai abnormal suatu hasil pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik. Sebaliknya,
KEWASPADAAN KLINIS
Tenaga keperawatan harus menerapkan
kesesuaian kebijakan institusi dalam pemakaian
Nilai Rujukan dengan prinsip valid dan akuntabel.
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
5
nilai dalam rentang normal dapat dianggap tidak normal pada kondisi klinik tertentu.
Sebagai contoh hasil pemeriksaan serum kreatinin pada pasien usia lanjut (lansia) tidak
menunjukkan fungsi ginjal yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan nilai
rujukan sesuai kondisi khusus pasien (Kemenkes RI, 2011).
Pemeriksaan laboratorium dapat dikelompokkan sebagai pemeriksaan penapisan
(screening) dan pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan penapisan dimaksudkan untuk
mendeteksi adanya suatu penyakit sedini mungkin agar intervensi dapat dilakukan lebih
efektif. Umumnya pemeriksaan penapisan relatif sederhana dan mempunyai kepekaan
tinggi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan pada pasien yang memiliki gejala, tanda
klinik, riwayat penyakit atau nilai pemeriksaan penapisan yang abnormal. Pemeriksaan
diagnostik ini cenderung lebih rumit dan spesifik untuk pasien secara individual
(Kemenkes RI, 2011).
Beberapa pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi satu paket yang disebut
profil atau panel. Contohnya: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal,
dan pemeriksaan fungsi hati. Tata nama, singkatan, dan rentang nilai normal hasil
pemeriksaan yang biasa digunakan dapat berbeda antara satu laboratorium dengan
laboratorium lainnya, sehingga perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan hasil
pemeriksaan.
2. Abnormal hasil studi diagnostik.
SepertiAndaketahuibahwasetiapstudidiagnostikmemilikimanfaatdanketerbatasan.
Misalnya pada pemeriksaan kadar kalium dalam darah, hasil pemeriksaan hipokalium
menunjukkan turunnya kadar kalium darah (ekstrasel) yang dapat mengindikasikan
defisit kalium (kehilangan kalium) atau pertukaran ion intrasel pada kasus alkalosis
(kekurangan kalium semu). Pengukuran kadar kalium darah merepresentasikan
konsentrasi ekstrasel yang mungkin saja tidak merepresentasikan konsentrasi intrasel.
Oleh karena itu, diperlukan studi diagnostik lain yang mendukung akurasi interpretasi
hasil uji dan pengambilan keputusan (Kemenkes RI, 2011).
Hasil studi diagnostik dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor terdiri atas
faktor terkait pasien atau studi diagnostik.
Faktor yang terkait pasien antara lain:
umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi
badan, berat badan, kondisi klinik, status
nutrisi, dan penggunaan obat. Sedangkan
yang terkait studi diagnostik antara lain:
cara pengambilan spesimen, penanganan
spesimen, waktu pengambilan, metode
analisis, kualitas spesimen, jenis alat, dan
teknik pengukuran. Kesalahan terkait hasil
laboratorium patut dicurigai jika ditemukan anomali atau tingkat kesalahan pembacaan
yang sangat besar dari hasil pemeriksaan, dan tidak sesuai dengan gejala dan tanda
klinik pasien (Kee, 2002).
Nilai klinik pemeriksaan laboratorium tergantung pada sensitifitas, spesifisitas,
dan akurasi. Sensitifitas menggambarkan kepekaan uji. Spesifisitas menggambarkan
kemampuan membedakan penyakit atau gangguan fungsi organ. Akurasi adalah ukuran
ketepatan pemeriksaan.
Gambar 3.2 :Pemeriksaan Urin di Laboratorium
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Anda dapat memahami abnormal hasil prosedur studi diagnostik yang lazim terjadi
di tatanan nyata pelayanan kesehatan. Dimana abnormal yang terjadi dapat digunakan
menjelaskan perkembangan proses penyakit dan pengobatan yang dilakukan tim
kesehatan dan keperawatan (Audrey et all, 2004). Tabel berikut untuk Anda diberikan
contohnilairujukan(normal)daninterprestasikemungkinanpenyebabtemuanabnormal
hasil studi diagnostik.
NILAI STUDI LABORATORIUM
Tabel: Identifikasi Serum, Plasma, dan Kimia Darah Lengkap
Studi/Uji Nilai Normal Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal
Unit Konven-
sional
Unit Satuan
Internasional
Tinggi Rendah
Bilirubin
Total
Indirek)
(tidakterkonjugasi
Direk (terkonju-
gasi)
0,3-1,0 mg/dl
0,2-0,8 mg/dl
0,1-0,3 mg/dl
5,1-17µmol/l
3,4-12,0µmol/l
1,7-5,1µmol/l
Anemia (hemolitik atau
pernisiosa) mononuk-
leosis infeksius,
Reaksi transfusi, anemia
sel sabit
gangguan fungsi hati
Anemia defisiensi zat
besi
Gas darah
(dipengaruhi ket-
inggian tempat)
pH arteri
pH vena
PCO2 arteri
PO2 arteri
HCO3 arteri
Base excess (BE)
7,35-7,45
7,31-7,41
35-45 mm Hg
80-100 mm Hg
22-26 mEq/l
0-±2 mEq/l
7,35-7,45
7,31-7,41
4,6-5,9 kPa
12,6-13,3kPa
22-26 mmol/l
-2 - +2 mmol/l
Alkalosis (metabolik
dan respiratori)
Alkalosis metabolik
atau asidosis repiratori
terkompensasi
Pemberian oksigen
konsentrasi tinggi
Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik
(normal untuk keting-
gian 1mil)
Asidosis (metabolik
‘dan respiratori)
Asidosis metabolik
atau alkalosis respira-
tori terkompensasi
Anemia, penyakit paru
kronik
Asidosis metabolik
Asidosis metabolik
Kalsium
Total
Terionisasi
Troponin T jantung
Troponin I jantung
4,65-5,28 mEq/l
8,4-10,2 mg/dl
< 0,2 ng/ml
< 0,03 ng/ml
1,16-1,32 mmol/l Kalsium Total:
Hiperparatiroidisme
Kanker
Hipertiroidisme
Imobilitas lama
Penyakit Paget
Kalsium terionisasi :
Hipoparatiroidisme
Hiper vitamin D
Cedera miokardium
Infark miokardium
Kalsium Total :
Penurunan albumin
Hiperparatiroidsme
Defisiensi vitamin D
Kalsium terionisasi :
Pankreatitis akut
Asidosis diabetik
Hiperventilasi
Defisiensi vit D
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
7
Studi/Uji Nilai Normal Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal
Unit Konven-
sional
Unit Satuan
Internasional
Tinggi Rendah
Klorida 98-106 mEq/l 98-106 mmol/l Sindrom Gushing
Dehidrasi, Hipernatre-
mia
Asidosis metabolik Al-
kalosis respiratori
Disfungsi ginjal
Hidrasi berlebih,
Penyakit Addison,
Luka bakar (berat),
Diare, penggu-
naan diuretik, Al-
kalosis metabolik,
Asidosis respiratori
kronik, Muntah,
pengisapan gastrik
Kolesterol <200 mg/dl 5,20 mmol/l Hiperkolesterolemia,
Sirosis bilier, Hipertensi,
Hipotiroidisme, Infark, ,
Miokardium, Kehamilan,
Hiperlipidemia, DM tak
terkontrol
Anemia pernisiosa
atau hemolitikum,
penyakit hati , hiper-
tiroidisme, malnutrisi,
kelaparan, malabsorp-
si
Kreatinin fosfok-
mase (CPK) atau
kreatinin kinase
(CK)
Pria
Wanita
Isoenzim CPK:
CPK-BB (CPK1)
CPK-MB (CPK2)
CPK-MM (CPK3)
55-170U/I
30-135U/I
0%
0%-4%
96%-100%
55-170U/I
30-175U/I
CPK total:
Penyakit atau cidera
yang memengaruhi
otot jantung, otot skele-
tal, dan otak
CPK-BB:
Kanker paru, kanker
payudara, cedera otak
CPK-MB:
Infark miokad akut
Iskemia jantung
Gagal ginjal kronis
CPK-MM :
Injeksi intramuskuler
(IM),
Pembedahan , hipo-
tiroid
Kreatinin 0,5-1,5mg/dl 45-106 µmol/l Gangguan fungsi ginjal,
dehidrasi, kanker, gagal
jantung, syok
Distropi otot (miaste-
nia grafis)
Glukosa puasa
Serum
Darah lengkap
70-110 mg/dl
60-105 mg/dl
3,9-6,11 mmol/l
3.3-5,81 mmol/l
Diabetes mellitus, sin-
droma Cushing, pank-
reatitis akut, penyakit
hati berat
Overdosis insulin, pen-
yakit Addison, penyakit
hati, hipotiroidsme,
tumor pankreas, hipo-
fungsi hipofisis, pasca
gastrektomi
Dehidrogenase
laktat (LDH)
100-190 U/I
(pada 370C)
Tergantung
metode
100-190 U/I Anemia pernisiosa atau
hemolitikum, penyakit
hati, infark miokardium,
penyakit paru, tumor
testis, gangguan otot
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
Studi/Uji Nilai Normal Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal
Unit Konven-
sional
Unit Satuan
Internasional
Tinggi Rendah
Magnesium 1,3-2,1 mEq/l 0,65-1,05 mmol/l Penyakit Addison,
dehidrasi, ketoasidosis
diabetik, penggunaan
obat antasid, hipotiroid,
gangguan ginjal
Hemodialisis, tranfusi
darah, gangguan ginjal
kronik, luka bakar, mal-
absorbsi, alkoholisme
kronis, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme
Osmolalitas 285-295mOsm/
kg
285-295mOsm/
kg
Hipernatremia, dehi-
drasi, hiperglikemia,
penyakit ginjal kronis,
diabetes insipidus
Hiponatremia, hiper
volume cairan, sin-
droma inappropiate
antidiuretik hormon
(SIADH)
Kalium 3,5-5,0 mEq/l 3,5-5,0 mmol/l Asidosis, ketoasidosis
diabetes, gagal ginjal,
terapi diuretik, hipoal-
dosteronisme
Alkalosis, diare berat,
terapi diuretik, sindro-
ma Cushing, obstruktif
pilorik, fistula gastroin-
testinal
Natriun 136-145 mEq/l 136-145 mmol/l Dehidrasi, sindroma
Cushing, hipernatremi,
gangguan fungsi ginjal,
diabetes insipidus
Luka bakar berat,
ketoasidosis diabetik,
terapi diuretik, intoksi-
kasi air, ganguan ab-
sorbsi gastrointestinal
Nitrogen Urea
(BUN)
7-18 mg/dl 2,5-6,4 mmol/l Peningkatan katabo-
lisme protein (demam,
Stress berat), luka ba-
kar, penyakit ginjal, ob-
struksi saluran kemih,
over proteinemia
Kerusakan hati berat,
overhidrasi, malnutrisi
Asam Urat
Pria
Wanita
3,5-8,0 mg/dl
2,8-6,8 mg/dl
Gagal ginjal, gagal jan-
tung, kanker metastasis,
alkoholisme, gout/artri-
tis, leukemia
Obat urikosurik, ane-
mia, defisiensi asam
folat
Aminotransferase
alanin (ALT) atau
Serum Glutamic
Pyuric Transami-
nase (SGPT)
10-35 U/I 4-36 U/I
(pada 370C)
Hepatitis virus akut,
nekrosis hati, gagal jan-
tung kongesif, sirosis,
intoksikasi alkohol akut,
antibiotik spesifik, anti-
hipertensi spesifik, kon-
trasepsi oral, heparin.
Latihan berat, obat
salisilat
Aminotrasferase
aspartat (AST) atau
Serum Glutamic
Oxaloacetic Trans-
aminase (SGOT)
5-40 U/ml (Fran-
kel)
16-60 U/ml
(Karmen pada
300C)
8-38 U/I
8-33 U/I ( pada
370C)
Hepatitis, nekrosis hati,
pankretitis akut, angina
pektoris, infark miokard
akut, antibiotika spe-
sifik, vitamin spesifik,
antihipertensi spesifik,
kortison, INH, rifampin,
kontrasepsi oral.
Ketoasidosis diabetik,
obat salisilat
Catatan: Kozier, Erb. Bermann. Synder., 2004. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. 7th.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
9
Tabel: Nilai Hematologi
Studi/Uji Nilai Normal Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal
Unit Konven-
sional
Unit Satuan
Internasional
Tinggi Rendah
Partial Thrombo-
plastin Time (PTT)
60-70 detik Defisiensi faktor pem-
bekuan VII, defisiensi
vit.K, sirosis hepatis,
diseminata intrava-
skuler koagulasi (DIC),
hemofilia
Kanker ekstensif
Activated Partial
Thromboplastin
Time (APTT)
30-40 detik Defisiensi faktor
pembekuan I, II, V,
VIII, IX, X,XI,XII, DIC,
terapi heparin, sirosis
hepetis
DIC tahap awal
Masa Protrombin
(PT/Protime)
10-13 detik 10-13 detik Terapi antikoagulan,
toksisitas salisilat, de-
fisiensi vit. K, kortiko-
steroid, kontrasepsi
oral.
Hematokrit meningkat,
hemorrhagik
Hitung Eritrosit
Pria
Wanita
4,7-6,1x106/µl
4,2-5,4x106/µl
4,7-6,1x1012/µl
4,2-5,4x1012/µl
Hipovolumia, PPOK,
polisitemia vera, pen-
yakit jantung kongin-
etal.
Anemia, leukemia,
mieloma multipel, hem-
orrhagik, gagal ginjal,
kehamilan.
Laju Endap Darah
(LED)
Pria
Wanita
<15 mm/jam
<20 mm/jam
<15 mm/jam
<20 mm/jam
Infeksi bakteri akut,
gagal ginjal kronik,
anemia berat, kega-
nasan
Anemia sel sabit,
polisitemia vera
Hematokrit
Pria
Wanita
42%-52%
37%-47%
0,42-0,52
0,37-0,47
Hipovolumia, luka
bakar, polisitemia
vera, penyakit jantung
kongenital, eklampsia.
Anemia, disfungsi bone
marrow, hemorrhagik,
sirosis hepatis, reaksi
hemolitik, leukemia,
malnutrisi, kehamilan.
Hemoglobin
Pria
Wanita
14,0-18,0 g/dl
12,0-16,0 g/dl
8,7-11,2 mmol/l
7,4-9,9 mmol/l
PPOK, gagal jantung,
hemokonsentrasi,
polisitemia vera.
Hemorragik, reaksi
hemolitik, anemia
defisiensi Fe, penyakit
ginjal, SLE.
Hitung Pletelet
(thrombosit) 150.000-
400.000 µl
150-400x109/l
Infeksi akut, anemia
defisiensi Fe, leuke-
mia, sirosis hepatis,
artritis rematoid.
DIC, kemoterapi, ane-
mia hemolitik, anemia
pernisiosa, SLE, leuke-
mia
Hitung Sel Darah
Putih(Total) 5000-10.000µl 5,0-10,0x109/l
Proses inflamasi dan
infekasi, nekrotik jarin-
gan, leukemia.
Kemoterapi, disfungsi
bone marrow, toksisi-
tas obat kloramfenikol,
penyakit otoimun,
infeksi berat
Catatan: Kozier, Erb. Bermann. Synder., 2004. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. 7th.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Tabel: Kimia Urine
Studi/Uji Nilai Normal Kemungkinan Penyebab Temuan Abnormal
Unit Konven-
sional
Unit Satuan
Internasional
Tinggi Rendah
Bilirubin Negatif Negatif Sirosis hepatis, batu
empedu, hepatitis.
Kalsium 100-300 mg/hari 2,5-7,5 mmol/
hari
Hiperparatiroidisme,
kanker payudara,
kanker kandung
kemih, metastasis
tulang.
Malabsorbsi vit.D dan
kalsium, hipoparatiroid-
isme, penyakit ginjal.
Klirens Kreatinin
Pria
Wanita
70-150 ml/menit
85-132 ml/menit
1,42-2.25 ml/
detik
1,42-2,25 ml/
detik
Sindroma curah jan-
tung tinggi, kehamilan.
Gagal ginjal, gagal
jantung, syok, sirosis
hepatis.
Glukosa Negatif Negatif Sindroma Cushing,
diabetes mellitus,
kehamilan
Darah samar Negatif Negatif Trauma ginjal, glomer-
ulonefritis, ISK, batu
saluran kemih, reaksi
transfusi hemolitik,
luka bakar.
Badan Keton Negatif Negatif KAD, diet tinggi pro-
tein, starvasi, kehami-
lan.
Protein Negatif Negatif Glomerulonefritis, sin-
droma nefrotik, SLE,
mieloma multipel.
Berat Jenis (BJ) 1,010-1,025 1,010-1,025 Albuminuria, dehi-
drasi, diare, muntah
masif, bahan kontras.
Diabetes insipidus, pen-
yakit ginjal, overhidrasi.
pH 4,6-8,0 4,6-8,0 Alkalosis, GGK, obat
diuretik, gastrik lavage,
ISK, intoksikasi salisi-
lat, diet sayur, muntah
masif.
Asidosis, dehidrasi, ISK,
starvasi.
Catatan: Kozier, Erb. Bermann. Synder., 2004. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. 7th.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
11
3. Interprestasi studi diagnostik dan implikasi keperawatan
Perlu Anda pahami bahwa pengaruh hasil studi diagnostik terhadap implikasi
keperawatan dapat digunakan untuk beberapa hal sebagai berikut:
1. Menilai ketepatan intervensi keperawatan mandiri dan kolaboratif.
2. Penilaian efektivitas asuhan keperawatan yang berhubungan dengan lama waktu
rawat
3. Mendeteksidanmencegahterjadinyaresponmaladaptifpasienyangberhubungan
dengan prosedur medis dan keperawatan.
4. Menilai kepatuhan dan kemandirian pasien dalam perawatan dan
pengobatan.
Anda dalam melakukan studi diagnostik dapat menggunakan bahan (spesimen)
yang didapatkan melalui tindakan invasif (menggunakan alat yang dimasukkan ke
dalam tubuh) atau non invasif. Contoh spesimen antara lain: darah lengkap (darah
vena, darah arteri), plasma, serum, urin, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan
serebrospinal, jaringan, feses, sputum, keringat, dan saliva.
Seperti Anda pahami bahwa akurasi hasil studi diagnostik sangat dipengaruhi
oleh ketepatan cara Anda mengambil dan pemberlakukan atau mengelola spesimen
yang dimaksud dalam prosedur studi diagnostik tersebut, serta pengetahuan
Anda dalam melakukan interprestasi hasil studi diagnostik sesuai kewenangan dan
kompetensi sebagai tenaga keperawatan yang bekerja dalam tim. Untuk kepentingan
tersebut pada uraian bahasan berikut, disajikan beberapa gambaran bagaimana
Anda melakukan interprestasi hasil studi diagnostik laboratorium dan diagnostik
radiologis dan bagaimana implikasinya dalam praktik keperawatan. Sehubungan
dengan ketepatan pengambilan keputusan dan intervensi maka sangatlah perlu
Anda pahami langkah-langkah dalam melakukan interprestasi hasil studi diagnostik.
Anda pahami secara sistimatis langkah-langkah interprestasi hasil studi diagnostik
seperti dalam kolom berikut!.
Sekarang Anda telah memahami langkah-langkah interprestasi hasil studi
diagnostik serta implikasi dalam praktik keperawatan. Silahkan Anda terapkan
pemahaman Anda tentang langkah-langkah tersebut pada beberapa contoh berikut:
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
Situasi 1
Pemeriksaan Albumin (Serum).
1. Tujuan:
Mengetahui tekanan osmotik dalam mempertahankan cairan intravaskuler. Karena albumin
merupakan komponen protein yang membentuk lebih dari setengah protein plasma.
Albumin disintesa di hepar. Albumin meningkatkan tekanan osmotik atau tekanan onkotik,
yang dibutuhkan untuk mempertahankan cairan intravaskuler. Penurunan atau kadar
albumin serum yang rendah akan mengakibatkan cairan intravaskuler keluar ke ekstrasel
atau jaringan, menyebabkan edema.
2. Nilai rujukan:
Dewasa: 3,5 – 5,0 g/dl atau 52 – 68 % dari Total Protein
Anak: 4,9 – 5,8 g/dl. Bayi: 4,4 – 5,4 g/dl. Bayi baru lahir: 2.9 – 5,4 g/dl
3. Nilai kritis atau masalah klinis:
Penurunan/rendah: gangguan hepar akut, gangguan ginjal, luka bakar berat, malnutrisi
berat, malabsorbsi, obat: penicillin, aspirin, asam askorbat, sulfonamide.
4. Diagnosa keperawatan:
a. Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler kedalam
ektrasel atau jaringan sekunder tingginya tekanan osmotik.
b. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema perifer sekunder
hipoalbumin.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi
yang buruk.
5. Intervensi keperawatan:
a. Monitor asupan dan haluaran cairan: terapi cairan, produksi urine.
b. Kaji edema atau asites
c. Lakukan perawatan kulit: lotion/pelembab
d. Berikan makanan tinggi protein: 50 mg/hari (waspada pada pasien gagal ginjal).
e. Kolaborasi medis: terapi antidiuretik, pemeriksaan elektrolit.
Situasi 2
Pyelografi Intravena (IVP).
1. Tujuan:
Mengetahui atau mengevaluasi kerusakan ginjal. Karena IVP dapat memvisualisasikan ginjal
dan saluran perkemihan. Bahan kontras radiopaque diinjeksikan melalui vena dan sinar-X
dilakukan pada waktu tertentu. IVP berguna untuk mengetahui lokasi batu pada ginjal dan
saluran perkemihan, serta mengavaluasi hidronefrosis.
2. Nilai Rujukan:
Hasil normal bila: visualisasi ukuran, struktur, fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra dalam batas normal.
3. Nilai kritis atau masalah klinis:
Indikasi:mendeteksibatuginjal,batusalurandankandungkemih,hidronefrosis,pyelonefritis;
evaluasi ukuran, bentuk dan fungsi ginjal.
4. Diagnosa keperawatan:
a. Cemas berhubungan dengan prosedur IVP dan kemungkinan hasil studi diagnostik.
b. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan penggunaan bahan kontras.
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat tentang
prosedur dan perawatan pasca IVP.
d. Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan gangguan ginjal.
5. Intervensi keperawatan:
a. Kaji riwayat alergi untuk makanan laut, zat yodium, zat kontras
b. Pendidikan kesehatan reaksi zat kontras dan cara perawatan pasca IVP.
c. Managemen pasien cemas.
d. Kolaborasi pemeriksaan BUN (waspada gagal ginjal bila BUN > 40 mg/dl).
e. Monitor produksi urin 24 jam
f. Monitor reaksi lambat zat kontras
g. Observasi iritasi dan hematoma pada lokasi injeksi vena (kewaspadaan berikan kompres
hangat pada lokasi injeksi).
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
13
Selamat, Anda telah berhasil menyelesaikan Kegitan Belajar 3 dari Modul 1 tentang
Interprestasi Hasil Studi Diagnostik Dalam Praktik Keperawatan. Dengan demikian,
Anda telah menguasai kompetensi melakukan interprestasi hasil studi diagnostik dalam
praktik keperawatan. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam kegiatan belajar 3
dari modul-1 mata kuliah studi diagnostik dalam praktik keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Pengambilan keputusan klinik dengan indikator yang meliputi: respons klinis pasien,
pemeriksaan fisik, diagnostik laboratorium, diagnostik radiologis, dan studi patologi
klinik.
2. Dalam praktik keperawatan sehari-hari, keputusan klinis akan memudahkan tenaga
keperawatan melakukan pengkajian masalah dan intervensi keperawatan; dan
berdiskusi dengan profesi kesehatan lain tentang asuhan keperawatan pasien.
3. Dalam asuhan keperawatan suatu studi diagnostik akan bernilai hasilnya jika:
a. Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai proses penyakit.
b. Mempengaruhi diagnosa keperawatan, dan tingkat ketergantungan pasien.
c. Memberikan rekomendasi terkait asuhan keperawatan.
4. Hasil studi diagnostik laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif,
kualitatif, atau semikuantitatif.
5. Hasil studi diagnostik terutama diagnostik laboratorium dapat dinyatakan dalam
berbagai satuan pengukuran seperti: Satuan Konvensional dan Satuan Internasional.
6. Nilai rujukan adalah nilai yang diharapkan didasarkan pada gejala klinis dan jenis/
tipe peralatan dan metode yang digunakan di sentral-sentral studi diagnostik, maka
nilai rujukan bervariasi antar berbagai sentral studi diagnostik.
7. Tenaga keperawatan harus menerapkan kesesuaian kebijakan institusi dalam
pemakaian nilai rujukan dengan prinsip valid dan akuntabel.
8. Nilai kritis adalah suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan
kelainan atau gangguan yang mengancam jiwa.
9. Hasil studi diagnostik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terdiri atas faktor
terkait pasien atau studi diagnostik. Faktor yang terkait pasien antara lain: umur,
jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi klinik, status nutrisi,
dan penggunaan obat. Sedangkan yang terkait studi diagnostik antara lain: cara
pengambilan spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan, metode
analisis, kualitas spesimen, jenis alat, dan teknik pengukuran.
10. Nilai klinik studi diagnostik tergantung pada sensitifitas, spesifisitas, dan akurasi.
11. Pengaruh hasil studi diagnostik terhadap implikasi keperawatan dapat digunakan
untuk hal berikut:
a. Menilai ketepatan intervensi keperawatan mandiri dan kolaboratif.
b. Penilaian efektivitas asuhan keperawatan yang berhubungan dengan lama
waktu rawat
c. Mendeteksi dan mencegah terjadinya respon maladaptif pasien yang
berhubungan dengan prosedur medis dan keperawatan.
d. Menilai kepatuhan dan kemandirian pasien dalam perawatan dan pengobatan.
Rangkuman
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
12. Studi diagnostik dapat menggunakan bahan (spesimen) yang didapatkan melalui
tindakan invasif atau non invasif. Contoh spesimen: darah lengkap (darah vena,
darah arteri), plasma, serum, urin, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan
serebrospinal, jaringan, feses, sputum, keringat, dan saliva.
13. Langkah-langkah interprestasi hasil studi diagnostik dalam praktik keperawatan
adalah:
1) Pastikan Anda mengetahui tujuan prosedur studi diagnostik.
2) Pahami nilai rujukan sebagai nilai normal
3) Pahami nilai kritis sebagai indikator status kesehatan pasien.
4) Bandingkan nilai terbaca (hasil) dengan nilai rujukan: tinggi atau rendah, positif
atau negatif, atau normal
5) Cocokkan temuan Anda dengan kesimpulan hasil studi diagnostik oleh laborant
atau radiologist.
6) Lakukan analisa temuan Anda sebagai masalah keperawatan mandiri atau
kolaboratif.
7) Rumuskan diagnosa keperawatan aktual, risiko, dan atau kemungkinan.
8) Buatlah rencana intervensi keperawatan dan tetapkan indikator outcome.
Evaluasi
Formatif
Apakah Anda ingin mengukur penguasaan pengetahuan dan pemahaman Anda
tentang interprestasi hasil studi diagnostik dalam praktik keperawatan pasien dengan
prosedur studi diagnostik? Silahkan Anda jawab pertanyaan-pertanyaan dalam test
formatif dan tugas mandiri berikut:
1. Dalam praktikkeperawatansehari-hari,
keputusan klinis akan memudahkan
tenaga keperawatan melakukan
pengkajian masalah dan intervensi
keperawatan.
Pernyataan mana yang memberikan
kesan bahwa studi diagnostik bernilai
bagi asuhan keperawatan pasien
adalah ……
1. KesimpulanX-raypasienmengalami
patah tulang femur fragmented 1/3
tengah dekstra.
2. Intervensi keperawatan kolaborasi
pemasangan douwer kateter,
karena hidronefrosis.
3. Hasil interprestasi SGOT dan SGPT
meningkat/tinggi pasien harus
bedrest total.
4. Kesimpulan hasil laboratorium
pasien mengalami suspect gagal
ginjal akut.
2. Dalam melakukan studi diagnostik
dapat menggunakan bahan (spesimen)
yang didapatkan melalui tindakan
invasif (menggunakan alat yang
dimasukkan ke dalam tubuh) atau non
invasif. Pernyataan di bawah manakah
yangdapatdigunakandasarolehtenaga
keperawatan dalam interprestasi hasil
studi diagnostik adalah …….
1. Hasil studi diagnostik laboratorium
dapat dinyatakan sebagai angka
kuantitatif, kualitatif, atau
semikuantitatif.
2. Hasil studi diagnostik laboratorium
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
15
dapat dinyatakan dalam berbagai
satuan pengukuran, seperti:
Satuan Konvensional dan Satuan
Internasional.
3. Nilai rujukan adalah nilai yang
diharapkan, didasarkan pada gejala
klinis, tipe peralatan, dan metode
yang digunakan.
4. Tenaga keperawatan harus
menerapkan kesesuaian kebijakan
institusi dalam pemakaian nilai
rujukan dengan prinsip validitas
dan akuntabel.
3. Nilai klinik studi diagnostik tergantung
pada sensitifitas, spesifisitas, dan
akurasi.
Pernyataan manakah yang
menunjukkan prinsip nilai klinik studi
diagnostik adalah ….........
A. pH arteri 7,20 asidosis respiratori
B. pH vena 7,20 asidosis respiratori
C. pCO2 vena 4,4 kPa alkalosis
metabolik
D. pO2 arteri 80 – 100 mmHg normal
4. Tenaga keperawatan memiliki
konstribusi besar dalam upaya
pelayanan prima guna peningkatan
mutu pelayanan kesehatan.
Hasil studi diagnostik terhadap
implikasi keperawatan digunakan
untuk hal berikut adalah ......
1. Menilai ketepatan intervensi
keperawatan mandiri dan
kolaboratif.
2. Penilaian efektivitas asuhan
keperawatan yang berhubungan
dengan lama waktu rawat
3. Mendeteksi dan mencegah
terjadinya respon maladaptif
pasien yang berhubungan dengan
prosedur medis dan keperawatan.
4. Menilaikepatuhandankemandirian
pasien dalam perawatan dan
pengobatan.
5. Langkah-langkah interprestasi
hasil studi diagnostik dalam praktik
keperawatan: Pastikan tujuan prosedur
studi diagnostik, kemudian pahami
nilai rujukan sebagai nilai normal,
selanjutnya cocokkan temuan dengan
kesimpulan hasil studi diagnostik oleh
radiologist, akhirnya lakukan analisa
temuan sebagai masalah keperawatan
mandiri atau kolaboratif.
Perilaku manakah yang menunjukkan
langkah-langkah interprestasi hasil
endoskopi dalam praktik keperawatan
adalah ……..
1. “Ibu dan bapak nanti malam
putranya akan dilakukan hukna
untuk mengosongkan isi perut
guna memperoleh hasil yang
akurat”.
2. Perawat primer menuliskan
dicatatan perawat pasien
mengalami nyeri tekan dikwadran
4 kanan atas.
3. “Dokter internist mengatakan
bahwa pasien terjadi multiple polip
kolon asenden.
4. Kemungkinan polip usus
divisualisasikan dengan
ditemukannya benjolan bertangkai
di mukosa usus.
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
Selanjutnya apakah Anda ingin menjadi pengelola ruang rawat yang handal berwawasan
ilmiah? Silahkan Anda menuangkan ide dan pola pikir ilmiah untuk menyelesaikan tugas mandiri
berikut, tuliskan jawaban Anda pada secarik kertas kemudian lekatkan pada modul ini, sebagai
karya pikir ilmiah Anda mahasiswa PJJ Kesehatan.
Situasi
Seorang pasien laki-laki umur 55 tahun di ruang gawat darurat. Hasil studi diagnostik
laboratorium analisa gas darah: pH 7,30, paCO2 50 mmHg, paO2 70 mmHg, HCO3 22 mmol/l.
CPK-MB 10 %, kreatinin 4 mg/dl, glukosa darah acak 450 mg/dl, osmolalitas 300 mOsmol/
kg. Anda lakukan interprestasi hasil studi diagnostik dan bagaimana implikasi keperawatan
dengan pendekatan langkah-langkah interprestasi hasil studi diagnostik dalam praktik
keperawatan.
Tugas
Mandiri
17. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015