1. Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
KEPERAWATAN ANAK 1
Yuliastati
Pedoman Praktek Laboratorium
Keperawatan Anak dengan Penyakit Kronis
SEMESTER 5
MODUL PRAKTIKUM
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penyusunan Modul
Pedoman Praktek Laboratorium asuhan
KeperawatanPadaAnakdenganPenyakit
Akut dapat selesai dan diterbitkan.
Modul ini disusun sebagai pegangan
dan panduan belajar bagi mahasiswa D
III keperawatan dalam mengikuti mata
kuliah Keperawatan Anak I.
Ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang sudah memberikan
kontribusi pada penyusunan dan
penerbitan modul ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa modul ini
masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran selalu penulis
harapkan. Semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan pihak-
pihak yang membutuhkan.
Kata
Pengantar
Tim Penyusun
Gambar : Praktek Keperawatan Kejiwaan
3. ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
COVER
Kata pengantar
i
ii
Daftar Isi
Daftar Gambar
Pendahuluan
Daftar isi 1
2
Kegiatan Belajar 1
Restrain pada bayi dan anak
Tugas Akhir Mandiri
4
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kegiatan Belajar 2
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Bayi dan Anak 24
Kegiatan Belajar 3
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Anak 34
47
50
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Daftar Istilah
Agitasi : Suatu bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik
berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan
dengan keadaan tegang dan ansietas.
Anuria : Ketidakmampuan untuk buang air kecil baik karena tidak dapat
menghasilkan urin atau memiliki sumbatan di sepanjang saluran
kemih.
Distraksi :Pengalihan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan
toleransi terhadap nyeri.
Hypothyroidisme :Kerusakan kelenjar tiroid di mana kelenjar berhenti memproduksi
jumlah normal hormon.
Katabolisme :Reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang
mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang
mengandung energi lebih rendah.
Nutrien :Zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan
dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
Oliguria :Produksi urin sedikit, biasanya kurang dari 400 ml / hari pada orang
dewasa, dan dapat menjadi salah satu tanda awal dari gagal ginjal
dan masalah urologi lainnya atau penyumbatan di dalam saluran
kemih.
Poliuria : Buang air kecil yang berlebihan, biasanya lebih dari 2,5 liter per hari
pada orang dewasa.
Letargi : Suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan pemusatan
perhatian serta kesiagaan.Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk
menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan
sebentar namun kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir
dengan tertidur kembali.
5. 2
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Pendahuluan
Gambar : Anak- anak sehat
Salam hangat,
Selamat,sekarangandasudahsampaipadamodul6tentangpedomanprakteklaboratorium
asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit akut. Selain belajar teori, anda juga akan
praktek di laboratorium dan belajar tentang tindakan-tindakan yang dapat dilakukan pada
anak.
Sebagai seorang perawat tentunya kita memahami bahwa tumbuh kembang anak akan
optimal apabila ditunjang oleh status kesehatan yang baik. Tetapi proses pertumbuhan
dan perkembangan anak adakalanya tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Paparan berbagai zat berbahaya termasuk mikroorganisme membuat anak rentan terkena
berbagai penyakit.Penyakit yang menimpa anak dapat terjadi pada berbagai tahap usia
dari mulai derajat ringan sampai berat yang dapat berdampak pada kecacatan bahkan
kematian.
Penyakit yang menimpa anak dikategorikan menjadi penyakit akut dan kronis. Istilah akut
dan kronis sendiri secara umum dibedakan berdasarkan lamanya serta seberapa parah
penyakit yang diderita.
Pada modul 6 ini kita akan mempelajari tindakan-tindakan keperawatan yang biasanya
dilakukan pada anak yang menderita penyakit akut. Pengertian penyakit akut digunakan
untuk menggambarkan suatu kondisi atau penyakit yang terjadi secara tiba-tiba, dalam
waktu singkat, dan biasanya menunjukkan gangguan yang serius dan membutuhkan
penanganan dengan segera.
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Agar memudahkan anda belajar, maka modul ini dikemas dalam 3 kegiatan belajar dan
seluruhnya diberi alokasi waktu 16 jam. Dengan demikian maka untuk menyelesaikan
setiap kegiatan belajar anda membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 6 jam.Kegiatan
belajar tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut: kegiatan belajar 1). membahas
tentang tindakan restrain pada anak saat dilakukan prosedur tindakan, kegiatan belajar
2). membahas tentang pemenuhan kebutuhan cairan pada anak, serta kegiatan belajar 3).
membahas tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.
Oleh karena itu setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat:
1). Mendemonstrasikan tindakan berbagai jenis restrain, 2). Mendemonstrasikan prosedur
pemenuhan cairan pada anak, dan 3). Mendemonstrasikan prosedur pemberian nutrisi
pada anak.
Proses pembelajaran dalam modul 6ini dapat berjalan dengan baik apabila anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1. Pahami dulu semua materi yang telah anda pelajari pada modul-modul sebelumnya
terutama pada modul 3 dan 4, karena itu merupakan dasar bagi anda untuk
mempelajari modul 6 ini.
2. Berusahalah untuk konsentrasi dalam membaca setiap materi yang terdapat di
dalam modul ini sehingga anda dapat memahami apa yang dimaksud.
3. Belajarlah secara berurutan mulai dari kegiatan belajar 1 sampai selesai kemudian
baru dilanjutkan ke kegiatan belajar 2 dan selanjutnya. Hal ini penting untuk
menyusun pola pikir anda sehingga menjadi terstruktur.
4. Karena anda dituntut untuk dapat melakukan praktek di laboratorium dengan benar,
maka pelajari dan ikuti setiap langkah yang terdapat dalam prosedur tindakan.
5. Keberhasilan proses belajar modul ini akan sangat tergantung pada kesungguhan
anda dalam membaca, memahami dan mengerjakan semua kegiatan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Untuk itu jangan tergesa-gesa dalam mempelajari modul ini.
Apabila anda kesulitan belajar sendiri, anda boleh belajar bersama teman-teman
sejawat anda.
6. Bila anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur atau fasilitator yang telah
ditunjuk didaerah yang terdekat dengan anda. Nah selamat belajar, semoga sukses
dan diberi kemudahan.
Gambar : Selamat belajar
7. 4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Umum: Setelah mempelajari panduan
praktikum tentang restrain pada bayi dan
anak,andadiharapkandapatmelaksanakan
tindakan restrain dengan tepat.
Tujuan Umum Praktikum
Tujuan Khusus Praktikum
Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok-pokok materi yang akan
dibahas dalam modul 6 ini adalah:
1. Pengertian restrain
2. Klasifikasi restrain dengan tepat.
3. Tujuan dan alasan dilakukan restrain dengan benar.
4. Hal yang perlu diperhatikan perawat saat dilakukan restrain.
5. Pedoman perawat saat melakukan restrain.
6. Jenis-jenis restrain.
7. Penerapan restrain pada berbagai prosedur tindakan perawatan.
setelah selesai mempelajari panduan praktikum ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian restrain dengan tepat.
2. Menjelaskan klasifikasi restrain dengan tepat.
3. Menjelaskan tujuan dan alasan dilakukan restrain dengan benar.
4. Menjelaskan hal yang perlu diperhatikan perawat saat dilakukan restrain.
5. Menjelaskan pedoman perawat saat melakukan restrain.
6. Menjelaskan jenis-jenis restrain.
7. Mendemonstrasikan penerapan restrain pada berbagai prosedur tindakan perawatan.
Gambar : Pertumbuhan Anak
Pokok-pokok materi
RESTRAIN PADA BAYI DAN ANAK
Kegiatan
Praktikum 1
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
1. Pengertian restrain
dan berbagai hal yang tidak diketahui. Stress ini dapat diperberat dengan perilaku perawat
yang tidak ramah terhadap anak dan prosedur yang dilakukan membuat anak dan orang
tua menjadi tidak berdaya.
Beberapa prosedur yang bersifat invasif dapat meningkatkan stress bagi anak. Respons
yang diperlihatkan dapat bermacam-macam seperti menangis terus menerus, cemas,
agitasi, rigiditas otot, menendang, memukul, agresi bahkan melarikan diri. Karena anak
tidak kooperatif, maka restrain merupakan salah satu alternatif tindakan yang mau tidak
mau diambil oleh perawat.
Apa yang dimaksud dengan restrain? dan bagaimana tindakan restrain dilaksanakan di
unit perawatan anak? Nah untuk lebih jelasnya, mari kita bahas materi ini lebih lanjut:
Uraian
Materi
Saat anak mengalami sakit, maka proses
keluarga akan berubah. Tidak hanya anak
yang mengalami stress tetapi keluarga pun
mengalami hal yang sama. Kondisi ini tidak
jarang dapat menimbulkan krisis pada anak
dan keluarga. Apabila karena sakitnya anak
harus dirawat di rumah sakit, maka akan
banyak perubahan-perubahan yang dialami
baik oleh anak maupun keluarga. Di rumah
sakit anak harus menghadapi lingkungan
yangasing,pemberiasuhanyangtidakdikenal
dan gangguan terhadap gaya hidup mereka.
Seringkali mereka mengalami prosedur yang
menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirianGambar : Mencegah injuri pada anak
Restrain merupakan suatu usaha yang dilakukan baik secara fisik maupun kimia
dengan maksud untuk membatasi gerak atau aktifitas fisik anak dengan tujuan untuk
memaksimalkan keamanan pasien dan mencegah resiko injury.
Restrain juga merujuk kepada pengaturan posisi anak sehingga prosedur dapat dilakukan
dengan cara yang aman dan terkendali.
9. 6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
2. Klasifikasi restrain
Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal (physical) dan kemikal (chemical) restrain.
a. Fisikal restrain
Adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau alat-alat yang
dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan
terbatas gerakannya. Contohnya: restrain jaket, restrain mummi, restrain lengan dan
siku
b. Kemikal restrain
Adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan
psikotropika yang digunakan untuk mengontrol tingkah laku sosial yang merusak.
3. Tujuan dan alasan dilakukan restrain
a. Tujuan dilakukan restrain adalah untuk :
Memaksimalkan keamanan pasien dan melindungi resiko injury.
Mengendalikan situasi yang berbahaya.
Untuk membatasi gerak pasien karena kepentingan pengobatan.
Untuk meminimalkan bahaya bagi pasien atau orang lain.
b. Alasan utama melakukan restrain :
Perilaku berbahaya atau merusak
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan
Membahayakan diri atau resiko cedera fisik
Aktivitas berlebihan yang berkepanjangan sehingga dapat menyebabkan kelelahan
4. Hal yang perlu diperhatikan perawat saat melakukan restrain:
a. Melakukan pengkajian yang tepat tentang kebutuhan perawatan anak.
b. Anak dengan riwayat kekerasan harus benar-benar mendapatkan perhatian dan
perawatan yang tepat.
c. Jaga lingkungan sekitar supaya tenang.
d. Upayakan restrain sebagai langkah terakhirsetelah dilakukan intervensi lain
seperti distraksi, bermain teurapeutik, keterlibatan orang tua, manajemen nyeri dan
intervensi perilaku.
e. Beri pengertian anak untuk dapat mengendalikan diri.
f. Libatkan orang terdekat anak misal orang tuadalam pelaksanaan restrain dan
prosedur tindakan.
g. Bila restrain harus dilakukan, pastikan tekniknya benar, sesuai, wajar dan
proporsional dan dilakukan dengan waktu yang seminimal mungkin.
h. Restrain tidak boleh digunakan sebagai hukuman.
i. Selama tindakan restrain, harus ada yang bertanggung jawab untuk melindungi
dan mendukung kepala dan leher setiap saat, untuk memastikan bahwa jalan napas
dan pernapasan tidak terganggu dan tanda-tanda vital dimonitor.
j. Dokumentasikan semua respons yang timbul.
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
a. Pahami terlebih dahulu tujuan restrain:
Memberikan keamanan
Mempertahankan posisi yang diinginkan
Memfasilitasi pemeriksaan
Membantu dalam melakukan tes diagnostik dan prosedur terapeutik
b. Jangan pernah menggunakan alat restrain sebagai hukuman atau pengganti atau
observasi.
c. Kaji alat restrain setiap 1-2 jam dan dokumentasikan temuan untuk hal berikut :
Digunakan dengan tepat.
Menyelesaikan tujuan penggunaan.
Tidak merusak sirkulasi atau menyebabkan kerusakan pada saraf dan jaringan.
Tanda-tanda adanya injury
Nutrisi dan hidrasi
Rentang gerak (Range of motion)
Tanda-tanda vital
Hygiene dan eliminasi
Status fisk dan psikologis serta kenyamanan anak
d. Pastikan bahwa semua restrain memungkinkan jangkauan yang mudah ketika terjadi
kasus-kasus kegawatan:
Restrain diikatkan ke tempat tidur atau ranjang bayi, bukan ke penghalang tempat
tidur.
Restrain tidak boleh mempengaruhi pemasangan dan penurunan penghalang boks
bayi/tempat tidur.
Restrain diikatkan dengan simpul yang mudah untuk dibuka.
Beri bantalan yang kaku atau alat konstriksi demi kenyamanan dan untuk
mengurangi kemungkinan cedera
e. Siapkan anak untuk restrain yang dibutuhkan :
Jelaskan restrain dan alasan untuk restrain.
Ulangi informasi sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk meningkatkankerjasama.
Jelaskan bahwa anak dapat membantu.
Tenangkan anak bahwa restrain bukanlah suatu hukuman.
Gambar : Membatasi gerak anak
5. Pedoman perawat saat melakukan restrain
11. 8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
f. Lepaskan restrain secara periodik untuk memungkinkan anak menggerakan
ekstrimitas bila hal ini tidak mempengaruhi terapi.
g. Jelaskan restrain dan tujuannya pada orang tua :
Jelaskan tujuan dan fungsi restrain.
Dokumentasikan persetujuan orang tua terhadap restrain.
Tunjukan pada orang tua bagaimana cara melepaskan dan memasang kembali jika
memungkinkan.
Ajarkan orang tua tanda-tanda komplikasi.
6. Jenis-Jenis restrain
Ada berbagai jenis restrain yang sering digunakan di lahan praktek, diantaranya ialah:
a. Restrain jaket:
Restrain ini digunakan diantaranya untuk mencegah anak memanjat keluar boks/
tempat tidur bayi.
b.Restrain mumi
Digunakan untuk mengendalikan gerakan anak, mengimobilisasi ekstrimitas serta
memberikan alat restrain sementara untuk prosedur singkat.
c. Restrain lengan dan kaki
Digunakan untuk: mengimobilisasi ekstrimitas satu atau lebih, untuk pengobatan
suatu prosedur dan untuk penyembuhan.
d.Restrain siku
Digunakan untuk: mencegah anak menekuk siku, mencegah anak memegang
kepala, wajah, leher atau dada.
Gambar : Jenis-jenis restrain:A, Chest restraint; B, Hand mitt
restraint; C, Belt restraint; D, Mummy restraint. (From Lam-
mon et al., 1996)
Gambar : Clove-hitch restrain
Gambar : restrain siku
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
7. Penerapan restrain dalam berbagai prosedur tindakan keperawatan
Di bawah ini adalah beberapa contoh penerapan restrain dalam berbagai prosedur tindakan
keperawatan yang sering digunakan di unit perawatan anak. Simak baik-baik langkah demi
langkahnya!
a. Prosedur Membuat mummi Restrain
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
1. Persiapan alat
Selimut bayi/kain pernel
Tali pengikat
2. Persiapan pasien dan keluarga:
a. Kaji keadaan umum anak, kondisi
penyakit dan adanya keterbatasan yang
dapat meningkatkan resiko selama
dilakukan restrain
b. Selama prosedur restrain, perhatikan
hal-hal seperti:
Tingkatkan pengawasan anak
Jelaskan pada anak alasan dilakukan
restrain
Modifikasi lingkungan
Gunakan alat pelindung untuk
prosedur invasif seperti pemasangan
infus
Ganti kateter atau infus secepat
mungkin
c. Jelaskan kepada orang tua alasan
dilakukan restrain pada anak termasuk
aspek positif dan negatif penggunaan
restrain.
d. Libatkan orang tua dalam prosedur jika
mungkin
e. Dengarkan setiap keluhan yang
disampaikan anak
3. Pelaksanaan :
a. Letakkan selimut/kain secara
diagonal dimeja/tempat tidur. Lipat
salah satu sudut kain ke dalam.
b. Letakkan bayi diatas kain dengan
bahu sejajar dengan batas atas kain.
Lakukan dengan lembut sambil
mengajak bicara bayi.
c. Lipat salah satu sudut kain sehingga
menutupi badan bayi dan letakan
ujung kain dibawah badan bayi.
13. 10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
d. Lipat ujung kain sisanya menutupi
badan bayi dan letakkan ujungnya
dipunggung bayi.
e. Bungkus bayi dengan sisa sudut kain
yang ada di bawah bayi kemudian
lipat ke belakang. Ikatkan dengan
tali.
f. Kain tidak boleh menutupi muka
bayi. Pastikan restrain tidak me
nimbulkan obstruksi pada jalan
nafas dan mengganggu sirkulasi.
4. Evaluasi dan dokumentasi:
a. Evaluasi dilakukan minimal setelah
1 jam dengan melihat langsung
keadaan anak.
b. Observasi setiap 15 menit sekali un
tuk keadaan-keadaan sebagai
berikut:
Tanda dan gejala adanya injury
Nutrisi dan hidrasi
Sirkulasi dan ROM ekstrimitas
Tanda-tanda vital
Hygiene dan eliminasi
Status fisik dan psikologis anak,rasa
nyaman
c. Evaluasi secara periodik untuk peng
gunaan altenative tindakan selain
restrain.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
d. Dokumentasikan hal-hal dibawah ini:
Alasan dilakukan restrain
Kondisi anak ketika restrain
dilakukan
Alternatif tindakan lain selain restrain
Rasional intervensi yang dipilih
Penjelasan kepada keluarga
Pendidikan kesehatan bagi anak dan
orang tua
Kriteria untuk melepaskan restrain
Kesiapan perawat untuk membantu
anak selama dilakukan restrain
Respons yang ditemukan setiap 15
menit
Kondisi anak setelah restrain
dilepaskan
b. Prosedur membuat restrain siku
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
1. Persiapan alat
Restrain lengan
Papan pelindung yang telah
dilapisi kasa
Tali pengikat
2. Persiapan pasien dan keluarga:
a. Kaji keadaan umum anak, kondisi
penyakit dan adanya keterbatasan
yang dapat meningkatkan resiko
selama dilakukan restrain.
b. Selama prosedur restrain, perhatikan
hal-hal seperti:
Tingkatkan pengawasan anak
Jelaskan pada anak alasan dilakukan
restrain
Modifikasi lingkungan
Gunakan alat pelindung untuk
prosedur invasif seperti pemasangan
infus
Ganti kateter atau infus secepat
mungkin
c. Jelaskan kepada orang tua alasan
dilakukan restrain pada anak
termasuk aspek positif dan negatif
penggunaan restrain.
15. 12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3. Pelaksanaan :
a. Jelaskan pada anak dan orang tua
tantang prosedur yang akan
dilakukan.
b. Periksa keadaan kulit bayi/anak dan
dokumentasikan keadaan kulit
sebelum dilakukan restrain. Jangan
digunakan pada kulit dengan luka
terbuka.
a. Pastikan ukuran restrain sesuai
dengan lengan anak.
b. Gunakan kasa atau handuk kecil di
antara kulit dengan restrain.
c. Pastikan sirkulasi pada lengan yang
direstrain lancar.
d. Lepaskan restrain dan periksa
kondisi kulit minimal setiap 2 jam.
e. Perhatikan ROM anak.
f. Catat setiap respon yang
diperlihatkan anak.
4. Evaluasi dan dokumentasi:
a. Evaluasi dilakukan minimal setelah
1 jam dengan melihat langsung
keadaan anak.
b. Observasi setiap 15 menit sekali
untuk keadaan-keadaan sebagai
berikut:
Tanda dan gejala adanya injury
Nutrisi dan hidrasi
Sirkulasi dan ROM ekstrimitas
Tanda-tanda vital
Hygiene dan eliminasi
Status fisik dan psikologis anak,rasa
nyaman
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
c. Evaluasi secara periodik untuk peng
gunaan altenative tindakan selain
restrain.
d. Dokumentasikan hal-hal dibawah ini:
Alasan dilakukan restrain
Kondisi anak ketika restrain
dilakukan
Alternatif tindakan lain selain restrain
Rasional intervensi yang dipilih
Penjelasan kepada keluarga
Pendidikan kesehatan bagi anak dan
orang tua
Kriteria untuk melepaskan restrain
Kesiapan perawat untuk membantu
anak selama dilakukan restrain
Respons yang ditemukan setiap 15
menit
Kondisi anak setelah restrain
dilepaskan
c. Prosedur penggunaan restrain untuk pengambilan darah pada bayi
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
1. Persiapan alat
Selimut bayi/kain pernel
Tali pengikat
2. Persiapan pasien dan keluarga:
a. Kaji keadaan umum anak, kondisi
penyakit dan adanya keterbatasan
yang dapat meningkatkan resiko
selama dilakukan restrain.
b. Jelaskan kepada orang tua alasan
dilakukan restrain pada anak
termasuk aspek positif dan negatif
penggunaan restrain.
c. Libatkan orang tua dalam prosedur
jika mungkin.
d. Dengarkan setiap keluhan yang
disampaikan anak
17. 14
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3. Pelaksanaan :
a. Restrain pada pengambilan darah
Vena jugularis eksternal:
Biasanya sering digunakan untuk
mengambil darah pada bayi
dan anak yang lebih kecil
Tempatkan Bayi pada posisi restrain
mummi
Tempatkan kepala bayi di sisi tempat
tidur
Stabilkan kepala bayi dengan cara
kedua tangan perawat memegang
kepala bayi(seperti terlihat pada
gambar).
Lakukan dengan hati-hati dan jaga
saluran nafas jangan sampai
tertutup.
b. Restrain pada pengambilan darah
femoral venipuncture:
Tempatkan bayitelentang dengan
posisi seperti katak (frog position).
Restrain dan stabilkan kaki bayi
dengan cara menempatkan kedua
tangan perawat menekan lutut bayi.
Usahakan posisi perawat berada
di posisi yang menguntungkan dan
dapat mempertahankan kontak mata
dengan bayi (seperti pada gambar).
Posisi ini baik untuk hubungan an
tara perawat dengan bayi.
Tutupi area genitalia dengan diaper
untuk menghindari kontaminasi oleh
urine ke daerah penusukan.
Observasi tanda dan gejala dari
arteriospasme.
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
c. Restrain pada prosedur tindakan
lumbar puncture:
Restrain ekstrimitas bawah bayi
dengan menggunakan kain dan
pegang erat tetapi tidak menyakiti.
Lutut dan leher bayi dalam posisi
fleksi (seperti terlihat pada gambar).
Jaga saluran nafas tetap terbuka.
Untuk bayi kecil dan bayi prematur
dimana tekanan cairan serebrospinal
nya lebih rendah, lakukan prosedur
dalam posisi duduk.
Pegang tubuh bayisedemikian rupa
sehingga kedua lutut menempel
pada dada (posisi kiposis).
19. 16
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Posisi perawat berada di depan bayi.
Pegang bayi dengan kuat tetapi tidak
menyakiti dan tidak menekan
pernafasan.
Lakukan dengan hati-hati.
Ajak bicara bayi selama prosedur
berlangsung dan jaga kontak mata.
4. Evaluasi dan dokumentasi:
a. Observasi keadaan umum dan
respon bayi selama dilakukan
prosedur.
b. Dokumentasikan hal-hal dibawah ini:
Alasan dilakukan restrain
Kondisi anak ketika restrain
dilakukan
Alternatif tindakan lain selain restrain
Rasional intervensi yang dipilih
Penjelasan kepada keluarga
Kesiapan perawat untuk membantu
anak selama dilakukan restrain
Kondisi anak setelah restrain
dilepaskan
c. Rapikan kembali peralatan yang
sudah digunakan.
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
d. Restrain saat memberikan susu pada bayi dan membuat bayi sendawa
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
1. Persiapan alat
Selimut bayi/kain pernel
Tali pengikat
Cawan tempat susu atau botol berisi
susu
2. Persiapan pasien dan keluarga:
a. Kaji keadaan umum anak, kondisi
penyakit dan adanya keterbatasan
yang dapat meningkatkan resiko
selama dilakukan restrain.
b. Jelaskan kepada orang tua alasan
dilakukan restrain pada anak
termasuk aspek positif dan negatif
penggunaan restrain.
c. Libatkan orang tua dalam prosedur
jika mungkin.
3. Pelaksanaan :
a. Memberi susu pada bayi:
Bila susu yang diberikan
menggunakan cawan susu, balut
badan bayi dengan menggunakan
restrain mummi sampai dada dan
lengan tertutupi. Bila menggunakan
botol, biarkan lengannya bebas
memegang botol.
Pegang bayi dalam posisi digendong
dengan kepala lebih tinggi (elevasi).
Pegang bayi dengan kuat untuk
memastikan posisi badan bayi aman.
Pastikan dot susu masuk ke dalam
mulut bayi dan air susu dihisap oleh
bayi.
21. 18
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
b. Membuat bayi sendawa:
Pegang bayi dalam posisi duduk di
atas pangkuan.
Posisikan kepala dan badan bayi
agak miring ke depan
Pegang leher dan dada bayi dengan
cara salah satu tangan perawat me
megang tulang mandibula bayi.
Dengan tangan yang satu lagi, tepuk-
tepuk atau pijat punggung bayi
sampai ia sendawa.
4. Evaluasi dan dokumentasi:
a. Observasi respon bayi selama
dilakukan prosedur.
b. Dokumentasikan hal-hal dibawah ini:
Alasan dilakukan restrain
Kondisi anak ketika restrain
dilakukan
Rasional intervensi yang dipilih
Penjelasan kepada keluarga
Kesiapan perawat untuk membantu
anak selama dilakukan restrain
Kondisi anak setelah restrain
dilepaskan
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
e. Prosedur restrain saat memberikan obat oral/nasal drop
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
1. Persiapan alat
Selimut bayi/kain pernel
Tali pengikat
Obat syrup atau nasal drop sesuai
aturan yang telah ditentukan.
2. Persiapan pasien dan keluarga:
a. Kaji keadaan umum anak, kondisi
penyakit dan adanya keterbatasan
yang dapat meningkatkan resiko
selama dilakukan restrain.
b. Jelaskan kepada orang tua alasan
dilakukan restrain pada anak
termasuk aspek positif dan negatif
penggunaan restrain.
c. Libatkan orang tua dalam prosedur
jika mungkin.
3. Pelaksanaan :
a. Balut bayi dengan menggunakan
restrain mummi.
b. Tempatkan bantal di bawah pundak
bayi dan biarkan kepalanya hiperek
stensi (seperti terlihat pada gambar).
c. Tempatkan salah satu tangan
perawat dengan siku di atas
kepala bayi, stabilkan kepala diantara
lengan bawah dengan badan
perawat.
d. Tangan perawat juga berfungsi untuk
merestrain lengan bayi dengan cara
memegang salah satu tangan bayi
yang bebas.
e. Dengan tangan yang satu lagi,
berikan obat nasal drop atau obat
oral sesuai dengan dosis yang
telah ditentukan dengan terlebih
dahulu mengecek prinsip pemberian
obat (benar obat, benar pasien, benar
dosis, benar cara pemberian).
f. Setelah selesai gendong bayi dalam
posisi tegak untuk memastikan obat
masuk.
23. 20
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3.
4. Evaluasi dan dokumentasi:
a. Observasi respon bayi selama
dilakukan prosedur.
b. Dokumentasikan hal-hal dibawah ini:
Alasan dilakukan restrain
Kondisi anak ketika restrain
dilakukan
Rasional intervensi yang dipilih
Penjelasan kepada keluarga
Kesiapan perawat untuk membantu
anak selama dilakukan restrain
Kondisi anak setelah restrain
dilepaskan
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
21
Hospitaliasi pada anak dapat menimbulkan dampak bagi banyak pihak terutama anak,
orangtua, keluarga bahkan perawat yang melakukan asuhan keperawatan. Dampak yang
dirasakan bisa berupa fisik maupun psikologis. Dampak psikologis bahkan bisa lebih
menonjol dibanding penyakitnya itu sendiri. Prosedur-prosedur yang harus dilakukan
dan didapatkan anak akan menambah stress tidak hanya bagi anak tetapi pada perawat
yang melaksanakannya. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh anak akibat nyeri dapat
bermacam macam mulai dari menangis terus-menerus, meronta, menendang, bahkan
sampai melarikan diri. Kalau sudah begitu maka restrain biasanya menjadi alternatif
tindakan yang dipilih perawat untuk mengendalikan perilaku anak yang tidak terkontrol
tersebut.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan menjadi pedoman bagi
perawat saat mengambil keputusan untuk melakukan restrain, diantaranya ialah restrain
hendaknya dilakukan sebagai tindakan terakhir setelah intervensi lain seperti distraksi,
bermain teurapeutik, keterlibatan orang tua, manajemen nyeri dan intervensi perilaku
gagal dilakukan. Untuk meminimalkan stress pada anak maka libatkan orang terdekat
misalnya orang tua dalam pelaksanaan restrain dan prosedur tindakan.Bila restrain harus
dilakukan, pastikan tekniknya benar, sesuai, wajar dan proporsional dan dilakukan dengan
waktu yang seminimal mungkin dan restrain tidak boleh digunakan sebagai hukuman.
Rangkuman
25. 22
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Tugas
Mandiri
1. Untuk melakukan praktek restrain sesuai prosedur, anda harus mempraktekannya
di laboratorium dengan alat-alat yang memadai, dengan demikian maka yang pertama
harus anda lakukan adalah pergi ke institusi pengampu untuk meminta izin praktek di
laboratorium.
Selanjutnya anda meminta izin kepada penanggung jawab Mata ajar (MA) Keperawatan
Anak untuk melaksanakan praktek.
Setelah mendapat izin, maka anda mulai mempersiapkan langkah-langkah yang terdapat
dalam prosedur dan meminta kesediaan penanggung jawab MA untuk menjadi
fasilitator/pembimbing.
Buatlah kontrak untuk menentukan waktu pelaksanaan prosedur.
Setelah waktu pelaksanaan ditentukan, langkah selanjutnya anda hubungi petugas
laboratorium untuk peminjaman alat.
Saat anda ke laboratorium, jelaskan maksud dan tujuan anda ke petugas laboratorium.
Selanjutnya anda mengisi buku peminjaman dan menuliskan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
Setelah diverifikasi oleh petugas, maka selanjutnya siapkan alat dan bahan sesuai
dengan kebutuhan. Setelah lengkap, bawalah alat dan bahan tersebut ke laboratorium.
Hubungi pembimbing institusi bahwaanda sudah siap.
Serahkan format penilaian prosedur restrain kepada pembimbing untuk dinilai.
Mulailah melakukan demonstrasi.
Lakukan satu demi satu prosedur penggunaan restrain sesuai dengan materi yang telah
diberikan.
Ikuti langkahnya dengan seksama.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Setelah anda mempelajari dengan seksama materi tentang restrain di atas, maka
selanjutnya anda harus mempraktekan beberapa prosedur restrain di laboratorium. Pada
pelaksanaannya, anda bisa melakukan sendiri atau bersama-sama dengan teman sehingga
apabila ada kesulitan anda bisa bertukar informasi dan menyelesaikannya bersama.
Untuk kelancaran praktek di laboratorium, maka langkah yang harus anda lakukan adalah:
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
23
Mintalah pembimbing untuk mengoreksi apabila ada langkah-langkah yang terlewati
atau tidak sesuai dengan prinsip tindakan.
Lakukan demonstrasi dengan tenang dan fokus.
Setelah selesai, evaluasilah dengan pembimbing untuk proses yang telah dilakukan.
Catat masukan-masukan yang diberikan oleh pembimbing.
Mintalah nilai praktikum kepada pembimbing. Apabila harus diulang maka rencanakan
kembali jadwal praktikum selanjutnya.
Jangan lupa minta tanda tangan pembimbing sebagai bukti fisik bahwa anda telah
melaksanakan praktek. Simpan bukti itu baik-baik.
Rapikan kembali ruangan dan kembalikan alat ke ruang penyimpanan alat.
Lapor ke petugas laboratorium untuk dichek kelengkapan alat yang dipinjam.
Setelah di verifikasi petugas laboratorium, pastikan anda menandatangani formulir
pengembalian alat.
Nah, selamat melaksanakan praktikum, semoga berhasil.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
27. 24
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Setelah mempelajari materi praktikum
tentang pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit pada bayi dan anak, ini anda
diharapkan mampu menerapkan prosedur
pemenuhankebutuhancairandanelektrolit
pada bayi dan anak dengan benar.
Tujuan Umum Praktikum
Tujuan Khusus Praktikum
Berdasarkan tujuan di atas maka materi yang akan dibahas adalah:
1. Perhitungan kebutuhan cairan pada anak
2. Kehilangan berat badan karena dehidrasi
3. Prosedur pemasangan infus pada anak
Pada akhir pembelajaran, anda diharapkan dapat:
1. Menghitung kebutuhan cairan pada anak
2. Menghitung prosentasi kehilangan berat badan karena dehidrasi
3. Mendemonstrasikan prosedur pemasangan infus untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit pada bayi dan anak dengan benar
Gambar : Pemenuhan cairan
Pokok pokok kegiatan praktikum
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN
PADA ANAK
Saudara para mahasiswa yang berbahagia, tentu sudah siap untuk melanjutkan praktikum.
Praktikum akan kita teruskan dengan bahasan tentang:
Kegiatan
Praktikum 2
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
25
Uraian
Materi
Air merupakan komponen penting bagi
tubuh dan menempati presentasi terbesar
dari berat badan pada bayi cukup umur (75%)
begitupun pada bayi prematur. Pada tahun
pertama kehidupan, total berat air menurun
sampai 60%. Saat pubertas, Prosentasi
total body water (TBW) tersisa hingga 60%
pada anak laki-laki, dan anak perempuan
menurun sampai 50%. TBW sendiri terdiri
dari dua komponen yaitu: intracellular fluid
(ICF) dan extracellular fluid (ECF). Pada
janin dan bayi baru lahirvolume ECF lebih
besar daripada ICF. Keadaan ini berubah
pada tahun pertama kehidupan dimana
ICF mengalami peningkatan sehingga rasio
ICF:ECF mencapai level dewasa (ECF sekitar
20-25% dari berat badan, ICF sekitar 30-40%
dari berat badan).
Gambar : Takaran infus
Tubuh melakukan regulasi terhadap cairan tubuh melalui keseimbangan antara intake
dan output. Air dalam tubuh didapat melalui intake cairan dan oksidasi karbohidrat,
lemak dan protein. Perasaan haus akan menstimulasi intake air. Sementara itu ginjal,
paru-paru, kulit saluran gastrointestinal berperan dalam mengekskresikan air ke luar
tubuh. Antidiuretic hormone (ADH) dan sel tubular ginjal merespons terhadap ADH
melalui mekanisme yang mengakibatkan kehilangan air pada ginjal.
1. Perhitungan kebutuhan cairan
Keseimbangan cairan dan koreksi ketidakseimbangan cairan penting dilakukan pada
pasien anak. Perawat harus memahami rumus perhitungan kebutuhan cairan pada bayi
dan anak untuk memastikan bahwa jumlah cairan yang diberikan sudah benar dan tepat.
Keseimbangan cairan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan berat
badan (dalam kilogram).
Untuk lebih jelas, mari kita lihat tabel dibawah ini:
29. 26
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Tabel 1: Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan berat badan
No. Berat Badan Cairan per hari
1. 0-10 kg 100 ml/kg/hari
2. 10-20 kg
1000 ml + 50 ml/kg, untuk tiap kelebi-
han BB di atas 10 kg
3. >20 kg
1500 ml+20 ml/kg, untuk tiap kelebi-
han BB di atas 20 kg*
(*maksimum total cairan normal 2400 ml perhari)
Perhitungan kebutuhan cairan lebih tepat dapat dihitung tiap jam, seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel2: Perhitungan kebutuhan cairan tiap jam
No. Berat Badan Kebutuhan cairan tiap jam
1. 0-10 kg 4 ml/kg/jam
2. 10-20 kg 40 ml/jam + 2 ml/kg/jam x (BB – 10 kg)
3. >20 kg 60 ml/jam + 1 ml/kg/jam x (BB – 20 kg)*
(*maksimum total cairan normal 2400 ml perhari)
Contoh soal:
Anak A dengan BB 13 kg, berarti kebutuhan cairannya adalah:
1000 ml + (50 ml x 3=150 ml) = 1150 ml per hari. Atau dengan menggunakan perhitungan
kebutuhan cairan per jam, maka:
40 ml + (2 ml x 3= 6) = 46 ml per jam.
Secara normal, tubuh kehilangan cairan melalui urin, insensible water loss (kulit dan paru-
paru) dan melalui feses. Kebutuhan cairan bisa menurun atau meningkat tergantung
dari situasi klinis yang terjadi. Situasi yang dapat meningkatkan kebutuhan cairan
diantaranya adalah demam, luka bakar, tachypnea, tracheostomy, diarrhea, muntah,
suction, polyuria dan kehilangan cairan pada ruang ketiga (berpindahnya cairan dari
intravaskuler ke ruang interstitial). Kebutuhan cairan menurun pada keadaan oliguria,
anuria dan hypothyroidisme.
2. Kehilangan berat badan karena dehidrasi
Tanda-tanda klinis dehidrasi tergantung dari seberapa banyak kehilangan cairan dan tipe
dehidrasi yang terjadi. Tingkat dehidrasi diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu ringan,
sedang dan berat.
Bagaimana kita mengetahui bahwa anak kehilangan cairan?
Kehilangan cairan dapat dihitung berdasarkan kehilangan berat badan anak. Cara
menghitungnya adalah:
BB saat dehidrasi : BB saat sehat, kemudian hasilnya dibuat prosentase. Hasil pembagian
tersebut kemudian kurangi dengan 100%.
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
27
Contoh: BB anak saat sehat 4,5 kg, BB sekarang 4,1 kg.
Maka 4,1:4,5 = 0,91= 91%, jadi kehilangan BB = 100% - 91% = 9%.
Perbaikan yang cepat pada volume sirkulasi adalah hal kritis pada bayi dan anak dengan
dehidrasi berat (10-15%). Pada situasi ini ketidakseimbangan cairan harus segera dikoreksi.
Pemberian cairan isotonic 20 ml/kg secara bolus (seperti normal saline 0,9% atau ringer’s
laktat) selama 20 menit melalui intra vena adalah tindakan untuk memperbaiki volume
sirkulasi. Anak dengan dehidrasi berat mungkin membutuhkan banyak cairan normal
saline secara bolus dan diberikan dengan cepat. Bolus harus diberikan secepat mungkin
dan diulang sampai terdapat tanda-tanda adanya peningkatan sirkulasi seperti kulit
hangat, peningkatan capillary refill time (CRT) dan perbaikan urine output. Kaji keadaan
umum anak setiap pergantian bolus. Observasi tanda-tanda kegagalan ginjal dan jantung
saat pemberian bolus cairan.
Pada keadaan khusus, darah dan cairan koloid (5% albumin, plasma atau synthetic
colloid) dapat digunakan untuk bolus cairan. Transfusi sel darah merah (red blood cell/
RBC) diberikan pada pasien dengan trauma dimana terjadi tanda-tanda shock dan
hemodinamik tidak stabil.
Begitu pentingnya penanganan cairan pada bayi dan anak, maka seorang perawat
dituntut untuk mengetahui dan memahami tanda-tanda dan gejala dehidrasi sehingga
dapat segera mengambil tindakan apabila terjadi kasus-kasus yang mengakibatkan shok
dan dehidrasi.
Dibawah ini adalah tipe-tipe dehidrasi dan manifestasi klinis yang ditimbulkannya:
Tabel 3: Manifestasi klinis dehidrasi
No. Kehilangan BB (%) Manifestasi klinis Klasifikasi
1. 3-5 • Membran mukosa
kering
• Peningkatan rasa haus
• Penurunan urine output
• Nadi normal atau ada
peningkatan
Ringan
2. 7-10 • Tachycardia
• Penurunan turgor kulit
• Mata dan fontanel
cekung
• Oliguria
• Produksi air mata sedikit
• Membran mukosa
kering
• Gelisah, iritabel sampai
letargi
• CRT lambat
• Dingin dan pucat
Sedang
31. 28
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3. 10-15 • Nadi cepat dan lemah
• Tekanan darah turun
• Anuria
• Mata dan fontanel
sangat cekung
• Tidak ada air mata,
• Membrane mukosa
sangat kering
• Turgor kulit jelek
• CRT sangat lambat
• Letargi sampai koma
Berat
3. Prosedur pemasangan infus untuk memperbaiki volume sirkulasi
Setelah mengetahui tanda dan gejala dehidrasi, maka tindakan yang harus dilakukan
dengan segera adalah memperbaiki volume sirkulasi dengan melakukan pemasangan
infus secepat mungkin.
Di bawah ini adalah prosedur tindakan pemasangan infus pada bayi dan anak. Simak
baik-baik langkah demi langkahnya!
Prosedur pemasangan infus:
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
A. Tujuan:
Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit, nutrisi parenteral dan untuk pen-
gobatan.
B. Persiapan Alat
Baki berisi :
Paket I.V line yang berisi:
1. Abocat no 24G keatas.
2. Torniquet.
3. Kapas alkohol.
4. Kasa steril.
5. Pleste.
6. Perban.
7. Guting perban.
8. Bengkok
9. Label
10. Papan untuk lengan/spalk
11. Alas/perlak
12. Alat untuk menggantung cairan infus
(standar infus)
13. Sarung tangan 1 pasang untuk
mencegah kontaminasi dari darah
dan cairan tubuh pasien
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
29
14. Dicantumkan informasi:
a. Nama perawat,
b. Nama pasien,
c. Nomor identifikasi pasien,
d. Nomor kamar,
e. Tanggal dan jam pemasangan infus,
f. Tambahan obat,
g. Nomor urut kemasan,
c. Persiapan Klian :
1. Bina hubungan saling percaya
dengan anak dan orang tua
2. Jelaskan tujuan pemberian infus
kepada anak dan orang tua
3. Libatkan orang tua dalam
pelaksanaan prosedur jika
memunginkan.
d. Cara kerja :
1. Cek instruksi /order pengobatan.
2. Perawat cuci tangan.
3. Siapkan beberapa potongan plester
sesuai dengan kebutuhan.
4. Dekatkan bengkok ke arah klien
sesuai dengan kebutuhan.
5. Pasang infus set ke cairan yang
sesuai resep dokter kemudian
gantungkan di standar infus.
Keluarkan cairan infus untuk
membuang udara pada slang infus.
Pertahankan ujung jarum infus set
tetap steril.
6. Bebaskan anggota tubuh yang akan
di pasang infus dari pakaian.
7. Pasang pangalas.
8. Perawat memasang sarung tangan
9. Pilih Vena yang akan dilakukan
pamasangan infus kemudian lakukan
pemasangan tourniquet sampai vena
terlihat dan beri tepukan secara
perlahan.
10. Lakukan desinfeksi dengan alkohol
70 % secara searah menggunakan
kapas alkohol kemudian buang ke
bengkok.
11. Tusukan IV cateter ( abocat) kedalam
vena secara perlahan dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
12. Bila berhasil darah akan terlihat
keluar melalui indikator. Setelah itu
masukan seluruh cateter dan tarik
bagian jarumnya kemudian
sambungkan pada slang infus.
33. 30
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
13. Buka torniquet.
14. Buka klem selang infus untuk melihat
kelancaran tetesan. Bila lancar
amankan IV cateter dengan cara
diplester.
15. Letakan kasa steril yang sudah diberi
betadin, lalu tempelkan pada vena
yang ditusuk kemudian diplester.
16. Pasang plester berikutnya untuk
mengamankan selang.
17. Restrain anak dengan cara
memasang spalk pada bagian telapak
tangan untuk mencegah anak
menekuk tangan yang diinfus.
18. Atur tetesan infus sesuai dengan
kebutuhan.
19. Setelah selesai, rapihkan klien dan
bereskan kembali alat-alat ke tempat
semula.
20. Dokumentasikanprosedur serta
respons yang diperlihatkan anak
selama pelaksanaan tindakan.
e. Hasil
1. Letak jarum tepat
2. Bekerja rapih dan teliti
3. Memperhatikan prinsip aseptik dan
anti septik
34. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
31
Air adalah sumber kehidupan bagi manusia. Tanpa air manusia sulit untuk bertahan hidup.
Begitu pentingnya air bahkan sebagian besar komponen tubuh manusia terutama bayi
dan anak terdiri dari cairan.
Keseimbangan cairan di dalam tubuh didapat dengan jalan regulasi cairan melalui
mekanisme intake dan output.Perasaan haus akan menstimulasi intake air. Sementara itu
ginjal, paru-paru, kulit saluran gastrointestinal berperan dalam mengekskresikan air ke
luar tubuh. Selain itu hormone ADH juga berperan dalam mengatur keseimbangan cairan
di dalam tubuh.
Kebutuhan cairan bisa menurun atau meningkat tergantung dari situasi klinis yang
terjadi. Situasi yang dapat meningkatkan kebutuhan cairan diantaranya adalah demam,
luka bakar, tachypnea, tracheostomy, diarrhea, muntah, suction, polyuria dan kehilangan
cairan pada ruang ketiga (berpindahnya cairan dari intravaskuler ke ruang interstitial).
Kebutuhan cairan menurun pada keadaan oliguria, anuria dan hypothyroidisme.
Tindakan yang cepat dan tepat dengan memberikan infus dibutuhkan untuk mengatasi
masalah cairan pada bayi dan anak, karena kalau tidak maka akibat yang ditimbulkan bisa
fatal. Anak bisa dehidrasi bahkan bisa terjadi shok hipovolemik sampai kematian.
Rangkuman
35. 32
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Tugas
Mandiri
Untuk melakukan praktek pemasangan infus sesuai prosedur, anda harus
mempraktekannya di laboratorium dengan alat-alat yang memadai, dengan demikian
maka yang pertama harus anda lakukan adalah pergi ke institusi pengampu untuk
meminta izin praktek di laboratorium.
SelanjutnyaandamemintaizinkepadapenanggungjawabMataajar(MA)Keperawatan
Anak untuk melaksanakan praktek.
Setelah mendapat izin, maka anda mulai mempersiapkan langkah-langkah yang
terdapat dalam prosedur dan meminta kesediaan penanggung jawab MA untuk
menjadi fasilitator/pembimbing.
Buatlah kontrak untuk menentukan waktu pelaksanaan prosedur.
Setelah waktu pelaksanaan ditentukan, langkah selanjutnya anda hubungi petugas
laboratorium untuk peminjaman alat.
Saat anda ke laboratorium, jelaskan maksud dan tujuan anda ke petugas laboratorium.
Selanjutnya anda mengisi buku peminjaman dan menuliskan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
Setelah diverifikasi oleh petugas, maka selanjutnya siapkan alat dan bahan sesuai
dengankebutuhan.Setelahlengkap,bawalahalatdanbahantersebutkelaboratorium.
Hubungi pembimbing institusi bahwa anda sudah siap.
Serahkan format penilaian prosedur pemasangan infus kepada pembimbing untuk
dinilai.
Mulailah melakukan demonstrasi.
Begitu pentingnya pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit bagi anak, maka sebagai
seorang perawat anda dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
baik sehingga apabila anda dihadapkan pada suatu kasus kegawatdaruratan anda dapat
tanggap dan cepat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan dengan tepat. Untuk
itumakatugasmandiriandakaliiniadalahandadituntutuntukmampumelakukanprosedur
pemasangan infus sebagai salah satu intervensi dalam memenuhi kebutuhan cairan bagi
anak. Pada pelaksanaannya, anda bisa melakukan sendiri atau bersama-sama dengan
teman sehingga apabila ada kesulitan anda bisa bertukar informasi dan menyelesaikannya
bersama.
Untuk kelancaran praktek di laboratorium, maka langkah yang harus anda lakukan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
33
Lakukan demonstrasi pemasangan infus dengan mengikuti langkah demi langkah
dengan seksama.
Mintalah pembimbing untuk mengoreksi apabila ada langkah-langkah yang terlewati
atau tidak sesuai dengan prinsip tindakan.
Lakukan demonstrasi dengan tenang dan fokus.
Setelah selesai, evaluasilah dengan pembimbing untuk proses yang telah dilakukan.
Catat masukan-masukan yang diberikan oleh pembimbing.
Mintalah nilai praktikum kepada pembimbing. Apabila harus diulang maka rencanakan
kembali jadwal praktikum selanjutnya.
Jangan lupa minta tanda tangan pembimbing sebagai bukti fisik bahwa anda telah
melaksanakan praktek. Simpan bukti itu baik-baik.
Rapikan kembali ruangan dan kembalikan alat ke ruang penyimpanan alat.
Lapor ke petugas laboratorium untuk dichek kelengkapan alat yang dipinjam.
Setelah di verifikasi petugas laboratorium, pastikan anda menandatangani formulir
pengembalian alat.
Nah, selamat melaksanakan praktikum, semoga berhasil.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
37. 34
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Setelah mempelajari materi praktikum
tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada anak ini anda diharapkan mampu
menerapkan prosedur pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada anak dengan benar.
Tujuan Umum Praktikum
Tujuan Khusus Praktikum
1. Kebutuhan energi pada anak.
2. Parenteral nutrisi pada anak
3. Enteral nutrisi pada anak
4. Prosedur cara pemberian nutrisi pada anak melalui oral dan parenteral (NGT/OGT)
Pada akhir pembelajaran, anda diharapkan dapat:
1. Menghitung kebutuhan energi pada anak.
2. Menjelaskan parenteral nutrisi pada anak
3. Menjelaskan enteral nutrisi pada anak
4. Mendemonstrasikan prosedur cara pemberian nutrisi pada anak melalui oral dan
parenteral (NGT/OGT)
Gambar : Pemenuhan Nutrisi
Pokok pokok kegiatan praktikum
Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi Pada Anak
Kegiatan
Praktikum 3
38. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
35
Uraian
Materi
Untuk tumbuh dan berkembang dengan
optimal, anak membutuhkan energi yang
cukup. Energi tersebut didapat dari nutrisi
yang dikonsumsi anak. Nutrisi yang adekuat
adalah nutrisi yang memenuhi kecukupan
nutrientyangterdiridarikarbohidrat,protein,
lemak, vitamin dan mineral yang digunakan
untuk proses tumbuh dan memperbaiki
jaringan yang rusak. Energi yang dibutuhkan
anak sangat bervariasi tergantung dari
umur dan kondisi anak. Satuan energy
merujuk pada kilocalorie (kcal). Kebutuhan
energi seseorang didasarkan pada basal
metabolisme, pertumbuhan dan aktifitas. Di
bawah ini adalah tabel rata-rata kebutuhan
kalori untuk anak sampai usia 3 tahun:Gambar : Test IQ
1. Kebutuhan Energi
Tabel 1: Rata-rata Kebutuhan Kalori Pada Anak
No Umur Rumus
1. 0-3 bulan (89 x BB (kg) – 100) + 175
2. 4-6 bulan (89 x BB (kg) – 100) + 56
3. 7-12 bulan (89 x BB (kg) – 100) + 22
4. 13-35 bulan (89 x BB (kg) – 100) + 20
Asupan nutrisi yang adekuat hasilnya akan terlihat dari peningkatan berat badan, tinggi
badan dan lingkar kepala anak.
Ada beberapa rumus yang biasa digunakan dan mudah untuk diingat dalam melihat berat
badan anak. Pada bayi, secara umum berat badan naik 2 kali lipat pada usia 4 sampai 6
bulan, 3 kali lipat pada usia 12 bulan. Panjang badan naik 2 kali lipat pada usia 12 bulan.
39. 36
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Di bawah ini adalah estimasi rumus berat badan berdasarkan umur:
Tabel 2: Rumus Berat Badan Berdasarkan Umur
No Umur Rumus
1. 3-12 bulan (umur (dalam bulan) + 9) : 2
2. 1-6 tahun (umur (dalam tahun) x 2 + 8) : 2
3. 7-12 tahun (umur (dalam tahun) x 7- 5) : 2
6. Parenteral Nutrisi
Parenteral nutrisi (PN) digunakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
nutrien pada anak dengan masalah kesehatan seperti malnutrisi atau ketidakmampuan
anak untuk menelan atau menerima makanan melalui mulut. Cairan PN berisi asam
amino, glukosa, elektrolit dan bahan-bahan tambahan lain yang diberikan melalui intra
vena sentral atau perifer (infuse).
Pada pemberian cairan PN ini, teknik aseptic harus sangat diperhatikan terutama pada
tempat penusukan, cairan PN serta selang infus karena semua itu bisa menjadi pintu
masuk bagi microorganisme penyebab infeksi dan lebih jauh dapat menimbulkan sepsis
bagi pasien.
Pemberian cairan PN ditentukan oleh kebutuhan nutrisi anak sehari-hari termasuk
kebutuhan kalori dan cairan. 10% sampai 16% kalori yang dibutuhkan diberikan melalui
cairan asam amino (umumnya 1,5-2,5 g/kg/hari pada anak yang lebih besar). Formula
ini tidak bisa digunakan untuk anak dengan kegagalan ginjal dan hati karena mereka
membutuhkan protein dalam jumlah yang lebih rendah. Sebaliknya ada beberapa anak
yang membutuhkan asupan protein yang lebih besar seperti pada luka bakar berat,
trauma kepala atau sepsis.
Sebagian besar anak membutuhkan cairan sekitar 1500 ml/m2/hari. Pada bayi dengan
BBLR atau BBLSR kebutuhannya mungin bervariasi. Kebutuhan kaloridengan pemberian
glukosaharusdihitungdengancermat.PemberiancairanPNmelaluiinfusedimulaidengan
glukosa 10% sampai 12,5% dan perlahan-lahan meningkat setiap hari sesuai dengan
toleransi. Biasanya total 20% sampai 2% dextrose. Cairan PN yang diberikan haruslah
konstan. Terdapat standar untuk menentukan maksimum jumlah cairan dextrose yang
diberikan berdasarkan BB per menit. Pada neonatus dimana mereka sangat sensitive
terhadap hiperglikemia dan hipoglikemia, maka pemberian dextrose harus sangat hati-
hati.
Lemak juga biasanya diberikan dalam bentuk asam lemak untuk pertumbuhan dan
sumber kalori nonprotein. Pemberiannya melalui Y conector terpisah dengan jalur cairan
dextrose dan cairan asam amino.
Pada tindakan pemberian parenteral nutrisi ini, perawat harus memonitor pasien secara
berkala.
40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
37
Di bawah ini adalah parameter untuk memonitor anak yang mendapatkan parenteral
nutrisi, perhatikan dengan seksama:
Tabel 3: Parameter MonitoringPasien dengan Pemberian parenteral Nutrisi
No Parameter Frekuensi
1. Berat Badan Setiap hari
2. Tinggi/panjang badan Setiapminggu
3. Intake Setiap jam (ditotal tiap 8 dan 24 jam)
4. Output
Setiap jam (jika dipasang kateter, setiap
8 jam atau setiap dikosongkan)
5. Glukosa urine 2 kali sehari
7. Enteral Nutrisi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat anak saat akan
memberikan makanan melalui enteral dengan menggunakan nasogastric tube (NGT)/
orogastric tube (OGT), kateter atau melalui stoma. Secara umum, neonatus dengan berat
badan lahir sangat rendah (<1500 gram) atau neonatus dengan berat badan lahir rendah
(<2500 gram) mengalami resiko gangguan nutrisi dan sering mendapatkan makanan
melalui enteral nutrisi. Hal yang sama juga terjadi pada anak dengan kondisi medis
tertentu yang mengharuskannya untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui nutrisi
enteral sebagai bagian dari tindakan pengobatan.
Makanan enteral biasanya disediakan khusus dengan formula yang khusus pula.
Ada beberapa halyang harus diperhatikan oleh perawat saat memberikan makanan
melalui enteral nutrisi, yaitu:
a. Pastikan makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
anak.
• Cantumkan nama anak, nomor medical record, nama produk dan tanggal
kadaluarsa pada label makanan.
• Verifikasi identitas anak dengan membandingkannya dengan label dalam label
makanan dan peneng anak.
b. Simpan makanan cair ditempat khusus sesuai petunjuk (lemari es atau suhu ruangan)
c. Jaga kebersihan dan keamanan peralatan ( spuit, selang, kantong, tempat makan,
dan sebagainya).
d. Gunakan sarung tangan dan cuci tangan setiap akan memberikan makan.
e. Periksa apakah ada pemberian obat melalui tube dan pastikan selang tidak macet.
41. 38
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
f. Periksa jalur infus, NGT, oksigen dan jalur lainnya untuk menghindari kesalahan
pemberian makanan atau pemberian obat ke jalur yang salah.
g. Ikuti aturan rumah sakit waktu pemasangan dan pelepasan NGT.
h. Bilas selang dengan air untuk membersihkan setiap habis makan.
i. Monitor respon pasien dan perubahan yang terjadi. Dokumentasikan jumlah,
toleransi terhadap prosedur, adanya muntah atau diarrhea, urine output dan
timbang berat badan tiap hari.
8. Prosedur Cara Pemberian Nutrisi
Di bawah ini adalah prosedur pemberian nutrisi pada bayi dan anakyang diberikan secara
oral dan parenteral. Pelajari dengan seksama dan ikuti langkah-langkahnya:
a. Memberikan susu formula dengan menggunakan cawan atau sendok.
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
A. Tujuan:
Untuk memberikan kebutuhan nutrisi dan
cairan pada bayi.
B. Persiapan Alat dan bahan:
1. Sendok kecil(khusus untuk bayi )
dalam keadaan bersihsudah dibilas
dengan air panas.
2. Susu dalam tempatnya (yang cocok
untuk bayi )
3. Air putih yang matang mendidih
dalam tempatnya, diamkan 10-15
menit sampai suhu sekitar 70°C
(untuk melarutkan susu).
4. Air putih matang dalam gelas
sebagai pembilas.
5. Pengalas.
6. Waslap atau tisu lembab untuk
membersihkan mulut bayi setelah
minum.
7. Bantal sebagai landasan tempat
bayi dipangkuan ibu.
C. Cara menyiapkan susu ;
1. Ambil air matang dengan suhu
70°Ckemudian masukan kedalam
botol dan sesuaikan volumenya
dengan susu yang akan disediakan
2. Masukan susu kedalam botol dan
sesuaikan takaran dengan volume
air yang ada.
3. Kocok susu secara perlahan hingga
homogen kemudian tutup.
42. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
39
D. Cara Kerja:
1. Pangku bayi oleh ibu atau perawat
dengan landasan bantal bila
diperlukan.
2. Posisikan kepala bayi lebih tinggi dari
badan.
3. Dengan menggunakan sendok, ambil
sedikit susu kemudian teteskan ke
punggung tangan untuk mengecek
suhu air susu.Bila sudah suam-suam
kuku berikan susu sedikit-sedikit
dengan menggunakan cawan atau
sendok ke mulut bayi dengan penuh
perhatian dan kasih sayang.
Yakinkan setiap akan diberikan yang
berikutnya susu dalan mulut bayi
sudah tertelan habis.
4. Bila sudah selesai bilas mulut bayi
dengan air putih. Bersihkan mulut
bayi dengan waslap.
5. Sendawakanbayi dengan cara bayi
diletakan didadaibu dengan dagu
bayi menempel pada pundak
ibu,tepuk –tepuk secara perlahan
punggung bayi sampai bayi
bersendawa.
6. Gendong anak untuk kurang lebih 15
menit.
7. Tidurkan bayi dengan posisi kepala
dimiringkan untuk mencegah muntah
dan masuk paru-paru.
E. Evaluasi:
1. Observasi respon bayi saat diberikan
susu.
2. Jaga bayi jangan sampai terjadi
aspirasi.
43. 40
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
b. Prosedur Pemasangan Nasogastric tube (NGT)/Orogastric tube(OGT)
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
A. Persiapan Alat
Satu Buah baki berisi :
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Klem 1 buah
3. Kain kasa 3 lembar
4. Spuit berujung kateter ukuran 60 ml
5. Slang NGT steril sesuai ukuran 1buah
(untuk bayi ukuran nomor 5-7, untuk
anak ukuran nomor 8-16 )
6. Stetoskop 1 buah
7. Pelumas dalam tube/sylocain jelly
8. Gunting verban 1 buah
9. Beberapa lembar tissue dalam
tempatnya
10. Bengkok 1 buah
11. Pengalas/handuk 1 buah
12. Peniti 1 buah.(bila perlu)
13. Plester yang sudah dipotong
sepanjang 10 cm sesuai keperluan
14. 1 buah gelas berisi air
( untuk tes feeding )
15. 1 buah kom berisi air untuk tes
gelembung udara
16. I lembar kertas lakmus untuk reaksi
17. 1 buah spatel lidah
B. Persiapan Klian :
1. Bina hubungan saling percaya
dengan anak dan orang tua
2. Jelaskan tujuan pemasangan NGT/
OGT kepada anak dan orang tua
3. Libatkan orang tua dalam
pelaksanaan prosedur jika
memunginkan.
C. Cara Kerja:
1. Jaga privacy anak dengan cara
menutup sampiran/skerm
2. Perawat cuci tangan
3. Atur posisi anak:
Untuk bayi/todler, mungkin
diperlukan restrain mummi sebelum
prosedur dimulai. Bila ada 2 orang
perawat, maka satu perawat dapat
memegang anak sehingga prosedur
dapat dilakukan dengan aman.
44. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
41
Tempatkan anak pada posisi supine
(terlentang).
Pada anak yang lebih tua, tindakan
bisa dilakukan dengan posisi duduk
bila anak kooperatif.
Jika dilakukan pada posisi supine,
letakkan bantal atau handuk di
bawah bahu anak sehingga kepala
anak sedikit ekstensi
4. Letakkan pengalas di atas dada klien,
kemudian siapkan 2-3 helai tissue
muka di atas pengalas.
5. Bengkok didekatkan ke sisi klien.
6. Untuk anak yang lebih besar dan
kooperatif, lakukan tes kepatenan
hidung dengan cara: Anjurkan anak
untuk tenang/rileks dan bernapas
normal melalui satu hidung se
mentara satu hidung lagi ditutup.
Ulangi prosedur ini untuk lubang
hidung yang satunya lagi. Kemudian
pilih hembusan lubang hidung yang
paling kuat.
7. Bersihkan lubang hidung dan
sekitarnya dengan menggunakan tisu
kemudian tisu dibuang ke bengkok.
8. Pasang sarung tangan
9. Tentukan panjang selang NGT yang
akan dimasukkan dengan cara:
tempatkan ujung selang pada ujung
hidung kemudian tarik ke telinga
selanjutnya ke processus xipoideus.
Setelah itu beri tanda.
45. 10. Tutup ujung selang dengan meng
hubungkan ke spuit bila ujung
selang tidak tertutup.
11. Beri pelumas pada selang
nasogastrik 10 sampai20cm.
12. Masukan selang dengan perlahan
melalui lubang atau mulut sampai
tenggorokan (naso faring posterior).
13. Fleksikan kepala anak ke arah dada
setelah selang melalui naso faring.
Biarkan anak rileks sebentar. Periksa
panjang NGT yang akan dimasukan.
14. Periksa posisi selang di belakang
tenggorokan dengan spatel lidah.
15. Dorong kien untuk menelan dengan
memberikan sedikit air. Masukan
selang saat klien menelan sampai
tanda yang telah ditentukan.
Rotasikan selang 180 derajat saat
memasukannya. Tekankan
pentingnya untuk bernapas.
16. Jangan memaksakan mendorong
selang bila terjadi tahanan atau klien
mulai tersedak, muntah, atau menja
di sianotik. Hentikan memasukkan
selang dan tarik selang kembali.
17. Periksa ketepatan selang dengan
cara:
Gunakan spuit untuk mengaspirasi
isi lambung. Kaji karakteristik
hasil aspirasi dan tes keasamannya
dengan menggunakan kertas lakmus
(lihat karakteristik hasil aspirasi pada
tabel).
Periksa: penanda selang harus ada
di bagian luar. Jika tidak ada maka
pertimbangkan untuk dilakukan ab
dominal x-ray.
18. Setelah posisi selang tepat, fiksasi
selang ke wajah anak dengan
menggunakan plester.
19. Sambungkan selang ke enteral
tube feeding.
46. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
43
20. Restrain anak bila perlu untuk mem
pertahankan posisi selang NGT /OGT
tetap pada tempatnya.
21. Rapikan dan bersihkan peralatan.
22. Lepaskan sarung tangan.
23. Perawat cuci tanga kembali.
D. Evaluasi dan dokumentasi:
1. Setelah selang berada pada posisi
yang tepat:
a. Pastikan kepatenan selang
b. Evaluasi integritas kulit di sekitar
hidung, area plester dan membran
mukosa. Monitor intake output jika
dibutuhkan.
c. Kaji tanda-tanda adanya distress
pernafasan, khususnya pada bayi di
bawah usia 2 sampai 3 bulan.
d. Berikan rasa nyaman pada bayi dan
anak.
2. Setelah NGT terpasang,
dokumentasikan:
a. Tanggal dan waktu pemasangan.
b. Tempat pemasangan.
c. Metode yang digunakan.
d. Adanya ketidaknyamanan atau
penggunaan restrain saat dilakukan
pemasangan.
e. Toleransi anak saat dilakukan
tindakan.
3. Saat NGT/OGT terpasang,
dokumentasikan:
a. Intake output.
b. Kepatenan selang (tidak terjadi
kebocoran, tidak terlipat, tidak
macet).
c. Toleransi anak terhadap intervensi.
d. Penggantian selang.
e. Membilas dengan air steril untuk
memelihara kepatenan.
f. Kondisi kulit sekitar hidung, mulut
dan pipi tempat selang di fiksasi.
4. Untuk menjaga kenyamanan:
a. Ganti plester secara berkala, kaji ada
tidaknya iritasi kulit di sekitar plester.
b. Lakukan oral care/nasal care secara
rutin.
47. E. Responsi:
1. Relevansi jawaban dengan
pertanyaan
2. Kemampuan berargumentasi
3. Sikap dalam tanya jawab
Tempat aspirasi Karakteristik pH
Lambung
Jernih, putih gelap, hijau rumput,
coklat tua bila ada perdarahan.
<5
Intestinal
Warna empedu, kuning terang
sampai gelap atau hijau kecoklatan
>6
Pulmonary tra-
cheobronchial
Encer, mucus dengan warna
kekuning-kuningan.
>6
Tabel 4: Karakteristik Cairan Hasil Aspirasi
c. Prosedur Melepaskan NGT/OGT
No. Aspek yang dinilai
Pelaksanaan
KET
Ya Tidak
A. Persiapan Alat
Satu Buah baki berisi :
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Bengkok 1 buah
3. Pengalas/handuk 1 buah
4. Tissue beberapa buah
B. Persiapan Klian :
1. Bina hubungan saling percaya
dengan anak dan orang tua.
2. Jelaskan tujuan tindakan
melepaskan NGT/OGT kepada anak
dan orang tua.
3. Libatkan orang tua dalam
pelaksanaan prosedur jika
memunginkan.
C. Cara Kerja:
1. Jaga privacy anak dengan cara
menutup sampiran/skerm
2. Perawat cuci tangan memakai sarung
tangan.
3. Atur posisi anak senyaman mungkin
dengan kepala elevasi. Pastikan posisi
anak aman jika terjadi penolakan
atau hal-hal yang tidak diinginkan
selama tindaan.
4. Letakkan pengalas di atas dada klien,
kemudian siapkan 2-3 helai tissue
muka di atas pengalas.
48. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
45
5. Dekatkan bengkok didekat klien.
6. Lepaskan plester dari wajah anak
secara hati-hati.
7. Minta anak yang lebih besar untuk
bernafas secara perlahan melalui
hidung.
8. Tutup sambungan selang ke
feeding tube. Dengan perlahan dan
lembut tarik selang keluar dari
hidung atau mulut. Kemudian buang
ke bengkok.
9. Lepaskan pengalas dari dada anak.
10. Rapikan dan bersihkan peralatan.
Simpan kebali di tempat semula.
11. Lepaskan sarung tangan.
12. Perawat cuci tangan kembali.
D. Evaluasi dan dokumentasi:
1. Observasi respons anak selama
dilakukan tindakan.
2. Setelah NGT/OGT dilepaskan,
dokumentasikan:
a. Tanggal dan waktu saat dilepaskan.
b. Adanya ketidaknyamanan atau
penggunaan restrain saat dilakukan
pemasangan.
c. Toleransi anak saat dilakukan
tindakan.
49. Pada keadaan sakit dan penyakit, selain kebutuhan cairan kebutuhan nutrisi juga menjadi
hal penting yang harus diperhatikan. Karena pada saat sakit terjadi proses katabolisme
hampirpadasemuazatnutriensepertiprotein,karbohidratdanlemak.Sehinggaanakakan
menjadi tambah lemah dan fatiq. Nutrisi dibutuhkan untuk pertumbuhan, memperbaiki
sel-sel yang rusak serta untuk pemulihan. Kebutuhan nutrisi pada masing-masing anak
berbeda tergantung dari umur, aktivitas serta kondisi penyakit yang menyertainya.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bisa diperoleh secara oral, enteral maupun parenteral.
Pemberian melalui enteral dan parenteral dilakukan apabila karena sesuatu hal anak
tidak dapat makan/minum melalui oral seperti ketidakmampuan menelan, penurunan
kesadaran atau ketidakmampuan menerima makanan melalui mulut.
Hal yang harus diperhatikan pada saat memberikan makanan melalui enteral (NGT/OGT)
diantaranya adalah jumlah kalori yang dibutuhkan, serta kebersihan diri dan peralatan
untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme penyebab penyakit.
Rangkuman
50. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
47
Tugas Mandiri
Terstruktur
Untuk melakukan praktek pemberian makan per oral dan pemasangan NGT/
OGT serta melepaskannya sesuai prosedur, anda harus mempraktekannya di
laboratorium dengan alat-alat yang memadai, dengan demikian maka yang pertama
harus anda lakukan adalah pergi ke institusi pengampu untuk meminta izin praktek
di laboratorium.
SelanjutnyaandamemintaizinkepadapenanggungjawabMataajar(MA)Keperawatan
Anak untuk melaksanakan praktek.
Setelah mendapat izin, maka anda mulai mempersiapkan langkah-langkah yang
terdapat dalam prosedur dan meminta kesediaan penanggung jawab MA untuk
menjadi fasilitator/ pembimbing.
Buatlah kontrak untuk menentukan waktu pelaksanaan prosedur.
Setelah waktu pelaksanaan ditentukan, langkah selanjutnya anda hubungi petugas
laboratorium untuk peminjaman alat.
Saat anda ke laboratorium, jelaskan maksud dan tujuan anda ke petugas laboratorium.
Selanjutnya anda mengisi buku peminjaman dan menuliskan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
Setelah diverifikasi oleh petugas, maka selanjutnya siapkan alat dan bahan sesuai
dengankebutuhan.Setelahlengkap,bawalahalatdanbahantersebutkelaboratorium.
Hubungi pembimbing institusi bahwa anda sudah siap.
Serahkan format penilaian prosedur pemberian makan per oral (memberikan susu)
dan pemasangan NGT/OGT serta prosedur melepaskannya kepada pembimbing
untuk dinilai.
Sesuai dengan tujuan di atas, maka tugas mandiri kali ini adalah anda dituntut untuk mampu
melakukan prosedur pemberian makan melalui oral dan enteral dengan memasang NGT
atau OGT sebagai salah satu intervensi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi anak. Pada
pelaksanaannya, anda bisa melakukan sendiri atau bersama-sama dengan teman sehingga
apabila ada kesulitan anda bisa bertukar informasi dan menyelesaikannya bersama.
Kegiatan praktikum ini merupakan tugas terakhir dalam modul 6 sebelum anda melanjutkan
ke modul 7. Untuk kelancaran praktek di laboratorium, maka langkah yang harus anda
lakukan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
51. Mulailah melakukan demonstrasi.
Lakukan demonstrasi memberikan susu menggunakan sendok terlebih dahulu
dengan mengikuti langkah demi langkah dengan seksama.
Setelah melakukan prosedur yang pertama anda boleh istirahat sejenak sambil
mempersiapkan prosedur berikutnya.
Lakukan prosedur yang kedua yaitu memasang NGT dan OGT pada phantom bayi/
anak.
Setelah terpasang cobalah untuk dichek dengan cara memberikan contoh makanan
cair atau air minum sampai yakin bahwa pemasangan sudah benar.
Setelah itu, maka selanjutnya lakukan prosedur melepaskan NGT.
Lakukan semua prosedur dengan serius dan konsentrasi, bayangkan bahwa anda
melakukan tindakan pada pasien nyata bukan pada boneka.
Mintalah pembimbing untuk mengoreksi apabila ada langkah-langkah yang terlewati
atau tidak sesuai dengan prinsip tindakan.
Setelah selesai, evaluasilah dengan pembimbing untuk proses yang telah dilakukan.
Catat masukan-masukan yang diberikan oleh pembimbing.
Mintalah nilai praktikum kepada pembimbing. Apabila harus diulang maka rencanakan
kembali jadwal praktikum selanjutnya.
Jangan lupa minta tanda tangan pembimbing sebagai bukti fisik bahwa anda telah
melaksanakan praktek. Simpan bukti itu baik-baik.
Rapikan kembali ruangan dan kembalikan alat ke ruang penyimpanan alat.
Lapor ke petugas laboratorium untuk dichek kelengkapan alat yang dipinjam.
Setelah di verifikasi petugas laboratorium, pastikan anda menandatangani formulir
pengembalian alat.
Nah, selamat melaksanakan praktikum, semoga berhasil.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
52. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
49
Acuan Pustaka
Ball, J.W, & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing caring for children. New Jersey: Pearson
Education.
Bowden, V.R & Greenberg, C.S. (2008). Pediatric nursing procedures. Second edition.
Philadelphia: Lipincot William and Wilkins.
Brenner, M, 2007, Jurnal Child restraint in acute setting of pediatric nursing : an
extraordinarilystressfull event.Diunduh pada tanggal 1 Mei 2010 dari http://web.ebscohost.
com
Hull, K Dave Clarke, 2010, jurnal : Restraining Children for Clinical Procedures : a Review of
The Issues. Diunduh pada tanggal 11 Mei 2010 dari http://web.ebscohost.com
Lloyd, M, et al, 2008, Jurnal : When a Child Says ‘No’ : Exsperiences of Nurses Working with
Children Having Invasif Procedures. Diunduh pada tanggal 11 mei 2010 dari http://web.
ebscohost.com
Wong, 2004, Clinical manual of pediatric nursing, Mosby-year book, Inc
……………(2011) Infants positioning for procedures. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2013
darihttp://www.nursing-lectures.Com /2011 /08/infants-positioning-for-procedures.html
54. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
51 Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015