1. Cerpen ini menceritakan kisah cinta seorang wanita bernama Nola Riska Dewi dengan calon suaminya.
2. Mereka berencana menikah pada tanggal 21 Oktober 2012. Namun, pernikahan mereka dibatalkan karena terungkap bahwa mereka ternyata adalah saudara sedarah.
3. Enam tahun kemudian, Nola masih belum bisa melupakan cinta masa lalunya dan memutuskan untuk merantau ke M
2. HARUS TERPISAH
Tak kuasa rasanya kutahan air mata ini mengalir sungguh sakit
kenyataan yang harus ku telan. Entah harus bagai mana esok kujalani
,semua angan yang telah kutata seindah kisah disurga harus berantakan
di goncang dahsyatnya gempa kehidupan. Sungguh tak kuasa lagi sangat
perih melebihi disayat sembilu.
Hari bahagia yang seumur hidupku selalu ku impikan harus
berujung pada kenyataan pahit. Sungguh aku tidak percaya, ternyata
dia adalah saudara sedarah denganku. Selama hubungan yang kami
jalani tak pernah tersingkap fakta kecil yang berakibat fatal itu, hari
pernikahanku pun harus berganti menjadi hari terburuk dalam sejarah
hidupku. Sampai saat ini aku masih larut dalam sejarah kelam itu.
Jumat, 21 oktober 2012 adalah tanggal terindah dalam hidupku
karena pada tanggal itu aku akan resmi dipersunting pria pujaan hati
yang tiada tergantikan hingga saat ini, detik- detik itupun bergulir
dengan sangat mendebarkan, sungguh indah rasanya memebayangkan
menjadi ibu dari anak- anak lelaki pujaan hati ku. Pagi itu aku sengaja
bangun lebih awal dari burung- burung pipit mencari makan dan bahkan
lebih pagi dari kokok ayam jago terdengar, pagi yang sangat
membahagiakan. Semua pekerjaan rumah kulahap dengan semangat,
hingga keluargakupun tertawa- tertawa kecil melihat tingkah ku.
Sekian lama waktu mendebarkan itupun berlalu hingga sayup-
sayup terdengar suara azan jum’at dikomandangakan dari menara
mesjid. Akupun bersiap- siap merias diri demi terlihat cantik saat
calon suamiku mengucapkan ijab dan qabul, telah terlintas dibenakku
3. betapa dia tersenyum manis melihat calon istrinya yang sangat anggun
pada hari yang berarti ini. Tukang riaspun datang menolongku, dengan
telaten dan lembut merias wajahku dan menganakkan kebaya nikah
putih yang dipilihkan oleh sipujaan hatiku. Sungguh detik ini sangat
menenggangkan dan bercampur bahagia.
Satu demi satu tamu dan kerabatpun telah datang, makanan dan
minumanpun sudah mulai dihidangkan, sayup- sayup ku dengar ributnya
suara yang datang. Tak sabar lagi rasanya ku keluar dari kamar ini,
dengan akal bulus aku berpura- pura hendak minum keruang belakang,
saat ku lewat di samping keramain tersebut, tak kuasa kutahan sudut
mata ini mencari- cari sang pangeran hatiku. Namun harus kubersabar
lagi, sepertinya dia belum datang. Dengan hati berdebar ku masuk lagi
kedalam kamar, ingin rasanya rias ini cepat selesai agar aku bisa
secepat mungkin duduk didepan penghulu.
Akhirnya akupun bebas bercengkrama dengan kerabat, ada yang
memberi selamat,ada yang memeberi nasehat, tapi semua itu tetap
terasa indah. Tiba-tiba suara mobilpun terdengar didepan teras, seisi
rumah menoleh kearah pintu. Serasa berdiri bulu roma ini menyaksikan
betapa tampannya dia di hari yang bahagia ini. Jikalaupun ada orang
yang paling berbahagia di dunia ini itu adalah aku, Inilah yang aku
impikan semenjak aku tau arti mimpi. Aku tahu sudut matanya pasti
mencari- cariku, saat ku tahu lirikannya menemukanku aku tak kuasa
dan tersipu malu. Satu hal saja yang kami nantikan yaitu kedatangan
penghulu.
Saat calon suamiku dan kerabatnya telah duduk dipermadani
pernikahan dan aku menolak-nolak kecil untuk duduk disampingnya. Air
mata bahagia rasanya hendak menetes ketika kulihat penghulu tak kala
4. rapi dari si dia. Akupun terpaksa duduk disampingnya, oh tuhan aku
berdoa dalam hati “jangan kau rebut lagi kebahagiaan ku, lancarkanlah
semua ini’. Setelah aku dan calon suamiku dipertanyakan tentang
kesediaan tiba- tiba dua orang dari arah pintu berteriak kencang dan
memerintahkan pernikahan kami dibatalkan, aku tersenyum kecut,
lelucon apakah ini ? aku bertanya- tanya dalam hati apakah ini serius
ataukah tidak ! semua seisi rumah tediam bisu dan sama bingungnya
dengan penghulu yang telah terlanjur mengulurkan tangannya pada
calon suamiku.
Ternyata dua orang bapak – bapak itu adalah saudara ayah calon
suami ku dari kampung halaman, tapi kenapa menyuruh menghentikan
pernikahan kami tiba – tiba?
Setelah keadaan terkendali dan kedua orang itu diberi kesempatan
untuk menjalaskan apa maksud dan tujuannya, salah satu dari orang itu
angkat bicara menjalaskan, penikahan kami tidak bisa dilanjutkan
karena kami saudara. Aku teriak histeris “aku tidak percaya, kalian
pembohong”. Orang – orangpun memaklumi tingkahku yang tiba – tiba,
kanapa kebahagiaan yang ada di ambang itu harus direnggut paksa
dengan alasan kami sedarah, “persetan dengan sedarah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
aku tidak peduli dengaan alasan apapun yang aku inginkan hanyalah
pernikahan ini tetap dilanjutkan.
Setelah dijelaskan seluk beluk ranji keluarga ternyata kakek
ayahku seayah dengan kakek ayahnya? Yang dahulunya kakek dari
kakekku (dari pihak ayah) pergi merantau Bukit Tinggi dan
jodohnyapun bertemu dan memepunyai tiga orang anak salah seorang
adalah kakek dari ayah calon suamiku,kakek dari kakekku (dari pihak
ayah) bercerai dengan istrinya tersebut dan beliau pulang kekampung
5. halamannya yaitu di Batu Sangkar. Tak berapa lama kemudian jodohpun
mempertemukan kakek dari kakekku (dari pihak ayah) menikah lagi dan
mempunyai empat orang anak yang salah satunya kakek dari ayahku.
Setelah dijelaskan ranji keluarga yang begitu rumit tersebut tak kuasa
ku tahan tangis menerima semua ini, aku tak mempunyai celah untuk
melanjutkan pernikahan ini karena aku tahu baik di adat dan di agama
pernikahan seperti ini diharamkan.
Pada siapakah aku harus marah! Pada siapakah aku harus minta
pertanggung jawaban atas tergadainya kebahagiaan satu – satunya
dalam hidupku??
Aku menoleh memandang wajah calon suamiku yang telah berubah
menjadi saudaraku tersebut, kulihat derasnya air mata membasahi
pipinya. Aku semakin membenci kehidupan betapa Tuhan tidak adil. Tak
ada yang bisa aku ungkapkan saat ini, kulepas paksa kerudung yang
tertata rapi dan cantik di kepalaku dan menghempaskan kerudung
tersebut dimeja depan penghulu dan aku berdiri. Akal sehatkupun
rasanya sudah lenyap untuk mencerna kenyataan ini, tak sadar aku
berteriak pada semua orang yang mendengar “hidup ini tidak adil”.
Aku berlari kekamar seakan dunia berputar, seakan dunia gelap
karena deraian air mataku, aku tak percaya semua ini terjadi. Kenapa
tuhan mengmbil lagi kebahagiaan yang hampir aku dapatkan,apa
salahku? Mengapa pada saat ini kenyataan itu terungkap kanapa tidak
dari dulu sebelum cinta dan syang ini benar – benar membatu. Kenapa
selama lima tahun kami menjalani hubungan ini tidak ada yang memberi
tahu semua ini, jikalau kenyataan ini tahu lebih awal mungkin tidak
6. sesakit ini, tapi apalah daya nasi telah menjadi bubur. Kini tinggal
bagaimana aku bisa menelan kisah pahit ini.
Tak terasa hari telah larut malam dan aku masih menangisi
hidupku yang malang, masih dengan kebaya nikah putih yang
dipilihkannya dan ditemani kamar yang telah kuberantakkan seperti
kapal pecah. Aku berpikir apakah yang dia rasakan sekarang, aku tahu
dia pasti juga merasakan apa yang aku rasakan. Oh kasih, inikah ending
dari mahligai cinta yang kita bina?.
****************
Kembali kemasa bahagia pertama kali kami berjumpa. Pada
suatu sore diterminal kota yang diguyur hujan, kami sama – sama pulang
kuliah. Saat itu aku kuliah di UNAND mengambil jurusan farmasi
sedangkan dia jurusan olahraga di UNP, dia semester tiga (3)
sedangkan aku semester satu (1). Dari perkenalan singkat itu kami
saling tukar no HP, setelah bercerita dan berbagi sekian lama hingga
keperjanjian kepertemuan kami mempunyai kecocokan dalam bidang
tertentu dan mudah nyambung dalam berbicara, dari keasikan itulah
timbul rasa saling suka.
Masa – masa itu adalah masa terbahagia dalam hidupku, hari-
hari yang ku jalani begitu cepat bergulir tak terasa kami disibukkan
oleh penyusunan skripsi masing- masing, tapi itu tidak mengurangi cinta
dan waktunya untukku. Kesalahan- selahan dan pertengkaran kecil
memang ada tapi itulah bumbu percintaan.
7. Semakin sibuknya mengurus skripsi semakin mengurangi waktu
bermanjaku bersamanya, waktu- waktu lebih terpokuskan pada kuliah.
Aku sempat marah padanya, mengutuk keadaan kenapa begitu jarang
bersamanya. Dia membujukku untuk bersabar, ini adalah pengorbanan,
toh setelah ini kita akan menikah dan selalu bersama- sama. Kata-
katanya itulah yang menjadi penyemangat dalam penantianku.
Saat- saat sempit bersamanya itulah yang paling berharga ku
rasakan, ketika ada waktu dia selalu mangajakku pergi berwisata
melepas lelah dari sibuknya dunia kampus. Saat itulah aku bisa sepuas
hati melepaskan rindu dan ocehan padanya, dia selalu berkata
kebahagiaan itu butuh pengorbanan dan sekaranglah waktu kita
berkorban demi kebahagiaan kita esok. Saat aku letih dengan semua
kesibukan, kata- katanya itulah yang menjadi cambuk untuk tetap
semangat dan bersabar. Kurang lebih enam tahun kami berpacaran dia
masih seperti pertama kukenali, dia orang terbaik, tersabar,tersetia,
penyayang yang pernah kukenal.
Ketika aku down dan ada masalah dia tak urung memeberi ku
suport dan selalu mengingatkanku untuk sholat dan berdoa. Dia orang
yang sangat bertangggung jawab, dia tak pernah berniat menyentuhku
sebelum kami resmi menjadi suami istri. Sungguh beruntung aku
dapatkan lelaki seperti dia.
Saking banyaknya waktu yang tersita untuk mengurus kuliah tak
kusadari jadwal istirahat dan jadwal makan yang tidak teratur lagi, aku
jatuh sakit. Sempat dirawat beberapa hari dirumah sakit M.JAMIL
Padang, dialah yang mengurus semua atministrasi dan keperluanku,
berawal dari situlah keluargaku mengetahui hubungan kami dan melihat
kesungguhannya dan sifat tanggung jawabnya, keluargaku merestui
8. hubungan kami dan ibuku sangat sayang padanya dan merasa berhutang
budi. Untuk itulah ibuku menyarankan agar kami menikah setamat
kuliah dan diapun tak mengecewakan ibuku.
Setelah kami diwisuda, perencanaan pernikahan kami semakin
jelas dan terarah, berbagai rencana dan angan-angan kami gantung
setinggi bintang di langit. Waktu demi waktulah yang sangat
mendebarkan dan sangat di nanti-nanti, hingga saat pernikahan semua
sesuai rencana dan berjalan lancar. Tapi kenapa?????????
Saat pengucapan ijab kabul semua berubah dan berputar 1800
dari inti
rencana. Betapa tidak hati ini akan hancur dan akal sehat ku hampir
hilang,seakan dunia tak adil dan mengucilkanku. Aku mulai tak peduli
dan tak tahu arah. Berkali-kali ku dengar handphone berbunyi dan ku
lihat itu dari nya, namun aku tak ingin mengubrisnya sedikitpun, aku tak
mau tambah melukai hatinya dan memperumit keadaan.
*******************
Telah enam tahun berlalu, aku masih sendiri dan tak pernah
berniat mencari mengganti nya. Ibuku tak berani memaksa ku untuk
berumah tangga, karna aku takkan pernah bisa melupakan kekasih yang
telah menjadi saudara ku tersebut. Sejak kejadian di hari pernikahan
ku itu,aku pergi dari kampung halaman ku dan memutuskan untuk pergi
merantau ke mentawai, agar aku bisa menyibukkan diri dan menghapus
semua kenangan indah yang pernah ku lalui bersama dia. Hanya satu kali
kami bertemu semenjak kejadian itu, ku menangis sepuas yang kusuka,
dia masih seperti dulu, memberi semangat dan arti kesabaran, tapi aku
9. bukanlah wanita tegar seperti yang dia harapkan. Dia sama
bersedih,sama menangis,sama putus asanya dengan diriku. Pada
kesempatan itu, aku mohon izin agar aku di izinkan memeluknya untuk
yang terakhir kalinya.
Aku tahu, sampai saat ini dia masih sendiri dan entah sampai
kapan ia akan sendiri, seperti yang ku tak tahu entah sampai kapan aku
akan sendiri. Aku takut untuk bangkit dan ber angan lagi, aku takut jika
angan itu hampir bisa ku peluk, di renggut paksa dan aku tak di beri
pilihan.Di setiap sujud selalu ku panjatkan doa dan ku kirim salam
padanya, “ maaf sayang, kita harus terpisah”.
27 November 2012
Nola riska dewi
10. Abouts the writer
Ini adalah cerpen karya ku yang ke-3. Cerpen ini terinspirasi
dari judul lagu “Harus Terpisah” dari cakra. Adapun cerita
yang tertulis merupakan sebuah kisah nyata yang pernah
terjadi di suatu daerah di pelosok Sumatra Barat ini.
Namaku Nola Riska Dewi, akrab dipanggol teman-temanku
dengan sebutan Nola. Saat ini aku sedang mengambil S1
Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok dengan
jurusan Pendidikan Biologi. Aku lahir tgl 15 Februari 1994,
Bonjol Kab. Dharmasraya.
Semoga cerita yang tersaji didalamnya dapat memberi
inspirasi sekaligus bisa memberi pelajaran dan semoga takkan
terulang lagi kisah mengharukan tersebut bagi insan pecinta
lainnya.
Tuhan Tidak Meminta Kita Untuk Memikirkan Bagaimana
Cara Dia Mengirimkan Rizki Untuk Kita. Tuhan Hanya Meminta Kita
Berdoalah Kepada-Nya.