1. Uji coba dilakukan untuk mengetahui pengaruh stimulasi arus terhadap kualitas ikan kerapu macan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi menggunakan sistem resirkulasi.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa stimulasi arus cenderung meningkatkan panjang ikan tetapi menurunkan beratnya, walaupun tidak berbeda signifikan. Kandungan lemak dan protein juga cenderung menurun dengan stimulasi arus.
3. Hal ini
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
IKAN KERAPU
1. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus
fuscoguttatus) PADA PENDEDERAN BERDENSITAS TINGGI MELALUI
PEMANFAATAN STIMULASI ARUS BUATAN1
Nana S.S. Udi Putra2, M. Syaichudin2, Fauzia2, Suarni3, Hasmawati3, M. Syahrir3
Balai Budidaya Air Payau TAKALAR
Nana_ssup@yahoo.com
ABSTRAK
Pemanfaatan arus pada pemeliharaan ikan sistem resirkulasi telah dilakukan di BBAP Takalar.
Sistem tersebut mampu menjaga kualitas air tetap baik. Kualitas ikan kerapu macan mendapat banyak
perhatian konsumen, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk memenuhi keinginan konsumen
yang sangat mengutamakan kualitas. Perekayasaan ini dilakukan untuk mengetahui efek arus pada
sistem resirkulasi terhadap kualitas ikan kerapau macan. Ikan uji berjumlah 150 ekor yang dibagi ke
dalam dua bak dengan volume masing-masing 200 L (375 ekor/ton media air). Satu bak di diberikan
stimulasi arus degan kecepatan 0.10-0.15 m/det. Aspek kualitas ikan yang diukur adalah pertumbuhan
panjang dan berat dan kadar lemak dan protein dan hubungannya dengan tekstur daging..
Hasil uji menunjukkan bahwa pemberian stimulasi arus memberikan kecenderungan
meningkatkan panjang dan menurunkan bobot tubuh ikan, walaupun tidak ada perbedaan nyata
antara dua perlakuan tersebut. Sedangkan untuk kandungan kadar lemak dan protein cenderung
menurun yang mengarah pada peningkatan tekstur daging ikan.
Kata kunci : kualitas air, arus, lemak, protein, tekstur
THE EFFORT OF IMPROVING GROUPER FISH QUALITY (Epinephelus
fuscoguttatus) ON FISH HIGH DENSITY AQUACULTURE BY WATER FLOW
STIMULATION
Nana S.S. Udi Putra2, Muh. Syaichudin2, Fauzia2, Suarni3, Hasmawati3, M. Syahrir3
ABSTRACT
Application of water flow stimulation on aquaculture by recirculation system has been
conducted at CBAD Takalar. It was stabilized water quality. Grouper fish quality is often attended by
many consumers, thus must be conducted the effort in improving fish quality for following consumers
desire. This engineering was conducted to know the application of water flow effect on recirculation
system in inproving grouperfish quality. The sample fish are 150 divided into 2 plastic pond with
volume 200 L (375 fish/ton water media). The first pond is treated by water flow stimulation with water
current 0.10 – 0.15 m/s. The quality parameter measured were length and weight body and lipid and
protein content and corresponding with flesh texture.
The result showed that water flow stimulation tends to increase the length and decrease the
weight body, although Boths not have significantly different. Whereas fat and protein content tends to
decrease in water flow stimulation, it’s signed to improve the flesh texture.
Key words : water quality, water flow stimulation, fat, protein, texture
1
Makalah disampaikan pada Indonesia Aquaculture 2007, Bali 30 Juli – 2 Agustus 2007
2
Calon Perekayasa BBAP Takalar,
3
Calon Litkayasa BBAP Takalar
1
2. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penggunaan sistem resirkulasi dengan menggabungkan sistem filtrasi biologi
dan kimia telah dilakukan di dalam pemeliharaan ikan kerapu macan dengan tetap
melakukan sistem sipon (Syaichudin dkk, 2006). Sistem ini telah mampu menjaga
stabilisasi kualitas air sehingga tetap baik. Perekayasaan terbaru telah dilakukan
dengan menambahkan stimulasi arus untuk menghindari sistem sipon. Hasil uji
sistem terbaru tersebut berhasil mengontrol stabilisasi kualitas air tetap baik
(Syaichudin. et.el., 2006). Keberhasilan-keberhasilan dalam menjaga kualitas air
seharusnya mampu meningkatkan kualitas ikan itu sendiri. Karena kualitas ikan
mendapat perhatian besar dari para konsumen, seperti tuhuh ikan yang lebih
langsing dan daging dengan tesktur yang lebih kompak (Tajerin, et.el. 2000).
Ikan secara alamiah memang memiliki naluri menyukai arus air (Brett, 1984).
Kondisi dinamis pada air mengalir akan memberikan rangsangan bagi ikan untuk
bergerak. Aktivitas berenang sangat berkorelasi dengan kebutuhan oksigen yang
banyak, namun tak ada indikasi kelelahan bagi ikan yang terus bergerak, sehingga ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan oksigen, karena ikan memerlukan sumber energi
yang tinggi saat berenang dapat terpenuhi. Ikan yang memiliki aktivitas gerak lebih
banyak akan memiliki kondisi kekompakan daging lebih baik dibanding dengan ikan
yang statis dan lebih banyak diam. Karena otot yang lebih banyak dilatih akan
mempunyai performance otot yang berbeda dibanding yang tidak dilatih (Tajerin et.el.
2000).
Penebaran ikan dengan densitas yang lebih tinggi tentunya membutuhkan
daya dukung kualitas air yang lebih baik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan memberikan tambahan arus pada media pemeliharaan. Tambahan arus
akan menambah rangsangan gerak dari ikan sehingga berdampak pada kebutuhan
energi yang lebih besar. Akan tetapi kebutuhan akan terpenuhi dengan terjadinya
penambahan kandungan oksigen akibat pergerakan air. Selain itu keberadaan arus
akan lebih mendorong berkurangnya endapan bahan organik di dalam media dan
kemudian terbuang ke dalam bak penampungan.
Dengan demikian pemanfaatan arus pada sistem resirkulasi selain dapat
mempertahankan kualitas air juga dapat memberikan rangsangan dalam membentuk
performan tubuh ikan kerapu sehingga dapat meningkatkan kualitas ikan kerapu
macan dan dapat memenuhi keinginan konsumen.
1.2. Tujuan
Tujuan dari perekayasaan ini adalah untuk melihat respon kelangsungan hidup,
dan kualitas ikan dengan parameter pertumbuhan dan kandungan lemak dan protein
stimulasi arus buatan pada sistem resilrkulasi pada penebaran densitas tinggi.
2
3. II. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Uji coba prekayasaan ini dilakukan pada bulan September – Oktober 2006 di
Laboratorium Basah BBAP Takalar, sedangkan analisa kualitas air selama kegiatan
perekayasaan dilakukan di Laboratorium Lingkungan BBAP Takalar.
II.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan :
1. Sistem resirkulasi meliputi protein skimmer, dan Filter biomekanik)
2. Benih Kerapu 150 ekor (75 ekor/bak = 375 ekor/ton))
3. Pakan Formula Kerapu
4. Bak Fiber Bulat untuk Tandon ( volume 1 ton) dan bak Fiber Kerucut untuk Uji
Perlakuan Arus dan Non Arus (volume 250 L)
5. Pompa Air aquarium,
6. Aerator,
7. Peralatan analisa kualitas air
8. Pengukur pertumbuhan ikan (berat dan panjang)
3.3. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah ikan jenis kerapu macan Ikan kerapu yang
diujikan memiliki ukuran panjang dan berat rata-rata 8.5 cm dan 11.4 gram.
3.4. Pembuatan Simulasi Arus Buatan dan Pelaksanaan Kegiatan
Bak yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan adalah bak fiber yang
berukuran 1 ton. Instalasi sistem resirkulari meliputi filter mekanik, filter biologi, dan
protein skimer dan tanki aerasi. Air dialirkan dari bak pemeliharaan ke bak penamung
air kemudian dengan bantuan pompa dialirkan ke filter mekanik, kemudian menuju
filter biologi, dan terakhir ke tanki aerasi dan protein skimer. Dari filter biologi sebelum
ke dialirakan ke bak pemeliharaan ikan, aliran air dibagi dua yakni ke protein skimer
dan tanki aerasi (Gambar 1). Stimulasi arus buatan yang digunakan dilakukan pada
bak uji dengan kecepatan arus 0.1 – 0.15 m/detik.
Ikan yang dipelihara adalah sejumlah 75 ekor per 200 liter media (375 ekor/ton
media air) termasuk ke dalam pemeliharaan padat tebar tinggi. Siponisasi harus
dilakukan pada bak penampungan dan penambahan air dilakukan untuk mengganti
volume air yang hilang karena kegiatan siponisasi. Ikan uji diberi pakan pada pagi,
siang dan sore hari.
3
4. 3.5. Pengamatan Dan Analisa Data
Pengamatan dilakukan selama 42 hari (6 minggu) dengan parameter yang
diamati pertumbuhan berat dan panjang ikan dan kandungan protein dan lemak pada
ikan. Pengolahan data menggnakan analisis statistik uji beda t nilai tengah.
Gambar 1. Sistem resirkulasi pemeliharaan ikan kerapu dengan menggunakan
stimulasi arus buatan (Syaichudin, et.al, 2006).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4
5. 3.1. Kelangsungan Hidup
Hasil dari ujicoba ini pemeliharaan selama 42 hari menunjukkan hasil yang baik
pada tingkat kelangsungan hidup ikan. Kelangsungan hidup dari kedua perlakuan
mencapai 100%. Menunjukkan bahwa sistem resirkulasi berjalan dengan baik dalam
menjaga fluktuasi kualitas air media pemeliharaan, sebaliknya nampak bahwa tidak
ada dampak yang terlihat akibat perlakuan arus pada sistem sirkulasi ini. Yang
sangat menonjol justru adalah fungsi sistem resirkulasi berjalan dengan baik. Karena
dari hasil yang telah dilakukan bahwa perbedaan yang signifikan (P<0.005) terjadi
pada penggunaan sistem yang berbeda (sirkulasi (88.25%) dengan pergantian air
biasa (68.80%)) (Syaichudin, at,al. 2006). Menunjukkan pula bahwa sistem
resirkulasi dapat meningkatkan jumlah penebaran ikan hingga 90% dari jumlah ikan
pada pemeliharaan biasa. Atau dengan kata lain daya dukung lingkungan media
pemeliharaan akan semakin meningkat pada sistem media pemeliharaan resirkulasi.
3.2. Pertumbuhan Ikan
Hasil pengukuran pertumbuhan bobot ikan selama pengamatan (42 hari)
menunjukkan terjadi peningkatan antara 7.04 -25.18 gr pada stimulasi arus dan
15.61-21.44 gr pada tanpa stimulasi arus Tabel 1. Pada akhir pengamatan terdapat
respons yang sangat beragam pada pertumbuhan berat dengan stimulasi arus
dibandingkan dengan pada tanpa stimulasi arus dilihat dari rentang berat akhir yang
diperoleh. Hasil ini juga pemberian stimulasi arus tidak memberikan dampak yang
signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan berat ikan (P>0.05). Akan tetapi
kecenderungan yang terlihat semakin menurun walaupun bobot ikan dengan
perlakuan arus masih lebih berat secara regresi seperti yang terlihat pada Gambar 2,
sejak minggu pertama hingga minggu akhir pemeliharaan (hari ke-42)
memperlihatkan bahwa pertumbuhan berat pada wadah yang diberi stimulasi arus
cenderung lebih tinggi dibanding dengan ikan tanpa pemberian stimulasi arus, walau
pada akhir masa pemeliharaan (hari ke-42) menunjukkan bahwa pertumbuhan berat
pada ikan yang diberi stimulasi arus mulai menurun dibandingkan dengan ikan tanpa
stimulasi arus (Tabel 1). Hasil yang diperoleh Tajerin et.al, (2000) pada perlakuan
stimulasi arus pada ikan mas selama 3 bulan (120 hari) menunjukkan bahwa bobot
ikan yang diberi arus deras (0.75 -1.2 m/det) memiliki berat yang lebih rendah dan
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan yang tidak. Dari data tersebut dapat
dijelaskan terindikasi bahwa pada 35 hari pertama ikan masih memiliki cadangan
sumber energi yang cukup untuk bergerak akibat arus dan mulai menurun pada hari
ke-42 dan dimungkinkan kecepatan arus belum begitu besar dampaknya terhadap
aktivitas pergerakan ikan terutama berkaitan dengan tingkat konsumsi energi.
Walaupun arus akan memberikan dampak yang signifikan pada nilai retensi lemak
yang lebih tinggi, sebaliknya retensi protein menurun (Tajerin, et, al, 2000), sebagai
akibat dari kebutuhan energi ikan yang meningkat dengan meningkatnya bobot tubuh
ikan (Afandi, 1992), akan tetapi lemak yang diserap oleh ikan kembali dirombak untuk
5
6. keperluan energi gerak yang dibutuhkan ikan, bahkan bila kurang tercukupi akan
mengkatabolisme protein untuk kebutuhan energi (Jangkaru, 1974, Ganong, 1980,
Lovell. 1989), bahkan akan berdampak pada terhambatnya pembentukan jaringan
tubuh ikan (Lovell, 1989). Dengan kata lain bahwa kandungan lemak dan protein
pada ikan yang diberi stimulasi arus akan lebih rendah dibanding yang tidak diberi
stimulasi arus (Tajerin, et.al, 2000). Sehingga penjelasan ini juga sejalan dengan
hasil yang diperoleh bahwa ikan yang diberi stimulasi arus mempunyai variasi bobot
tubuh yang tinggi seperti nampak pada standar deviasi pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan mutlak ikan dengan dan tanpa srtimulasi arus.
Pertumbuhan
Perlakuan Bobot (gr) Panjang (cm)
Awal Akhir Pertumb. Awal Akhir Pertumb.
Arus 11.40±1.21 28.88±6.23 17.48±6.61 8.58±0.48 11.59±0.76 3.01±0.88
Tanpa
11.40±1.21 29.96±1.70 18.56±2.23 8.58±0.48 11.55±0.37 2.97±0.70
Arus
Perbedaan yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa perlakuan arus yang
diberikan juga tidak signifikan, sehingga memungkinkan untuk dilakukan peningkatan
kecepatan arus.
0.5
Y(arus)= 0.0103x + 0.0008
0.4 R(arus)2 = 0.9904
Panjang Ikan (cm)
Y(non arus) = 0.0103x - 0.0365
0.3 R(non arus)2 = 0.9747
0.2
Arus
0.1
N-arus
0
7 14 21 28 35 42
Periode Pengamatan (Hari ke-)
Gambar 2. Pertumbuhan bobot ikan dengan dan tanpa stimulasi arus buatan.
6
7. Hasil yang diperoleh selama pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan
panjang ikan uji tidak berbeda nyata antara yang diberi stimulasi arus ataupun tidak.
Pertumbuhan panjang ikan pada stimulasi arus cenderung lebih panjang
dibandingkan pada ikan yang tidak diberi stimulasi arus (Gambar 3). Pertumbuhan
panjang pada ikan yang diberi stimulasi arus ada pada kisaran 1.0-4.0 cm dan tanpa
arus 1.9-4.5 cm. Terdapat variasi yang lebih besar ditemukan pada pertumbuhan
panjang ikan yang diberi stimulasi arus. Sebagai akibat stimulan arus yang membuat
ikan terus bergerak, akan tetapi sangat bergantung pada respon individu ikan.
Hasil ini sangat berbeda dampaknya dengan pertambahan bobot ikan.
Pergerakan ikan akan merangsang otot-otot ikan teradaptasi dan membuat otot
berkembang (Tajerin, at. el, 2000), akan tetapi proses pergerakan dan pertumbuhan
ikan sangat terkait dengan pemenuhan sumber enegi. Kecernaan protein akan
sangat tergantung pada kandungan oksigen dalam air (Afandi, 1992). Bila terpenuhi
akan memberikan peluang pada ikan untuk tumbuh dengan baik dan apabila
sebaliknya akan membuat ikan pertumbuhannya tidak sempurna, karena protein
yang jadi sumber bahan pembentukan jaringan tubuh terkuras untuk pembentukan
sumber energi (Jangkaru, 1974; Lovell, 1989). Sebaliknya bagi ikan yang tidak
terangsang untuk bergerak tidak memberikan stimulasi pada otot untuk berkembang
lebih cepat, walaupun protein tercukupi. Hasil yang sama diperoleh Tajerin, et. al.
(2000) pada pemeliharaan ikan mas dengan stimulasi arus deras (0.75 - 1.2 m/det),
terdapat kecenderungan pertumbuhan panjang yang lebih baik walaupun tidak
terdapat perbedaan yang nyata. Dari hasil tersebut juga mengindikasikan bahwa
aktivitas fisik yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat
merangsang terjadinya perkembangan jaringan otot (Tajerin, et. al, 2000), dan
berdampak pada ikan terlihat langsing karena lebih panjang dan padat.
3
Pertumbuhan Berat (gr)
Y(arus) = 0.4214x - 0.118
2.5 2
R(arus) = 0.9939
2 Y(non arus) = 0.4484x - 0.3694
2
R(non arus) = 0.9253
1.5
1
Arus
0.5 N-arus
0
7 14 21 28 35 42
Periode Pengamatan (Hari ke-)
Gambar 3. Pertumbuhan panjang ikan dengan dan tanpa stimulasi arus buatan.
7
8. 3.3. Kandungan Lemak dan Protein
Lemak yang terdeteksi di dalam daging sesungguhnya adalah lemak yang
sebagian besar berasal dari jaringan lemak, bukan dari otot daging, karena daging
ikan tersusun oleh jaringan otot, jaringan pengikat, dan jaringan lemak (Zaitsev et, al,
1969). Jaringan lemak dan jaringan pengikat berperan dalam menyatukan dan
mengikat serat-serat jaringan otot.
Kandungan lemak dalam daging ikan kerapu adalah sebesar 5.44 ± 0.27 %
pada ikan yang diberi perlakuan arus dan 6.22 ± 0.67 % ikan yang tidak diberi
perlakuan (Lihat Tabel 2 dan Gambar 4). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara lemak di dalam daging ikan yang di beri stimulasi arus dan yang tidak diberi
arus (P<0.01). Walau demikian lemak di dalam ikan yang diberi stimulasi arus lebih
sedikit dibandingkan dengan lemak di dalam ikan yang tidak diberi stimulasi arus.
Hasil ini sejalan dengan yang telah diperoleh Tajerin et. al. (2000) pada hasil analisis
kandungan lemak ikan mas yang diberi perlakuan arus,
Tabel. 2. Kandungan Lemak dan Protein Daging pada Ikan Kerapu Dengan dan
Tanpa Stimulasi Arus pada akhir pemeliharaan.
Kandungan Kandungan
Perlakuan Keterangan
Lemak (%) Protein
Arus 5.44 ± 0.27 79.07 ± 6.23 P>0.05
Tanpa Arus 6.22 ± 0.67 84.64 ± 2.04
Berkurangnya kandungan lemak di dalam daging ikan yang diberi stimulasi arus
disebabkan oleh penggunaan lemak yang cukup tinggi sebagai sumber energi saat
melakukan proses pergerakan renang yang terus menerus, sebagai akibat dari
penggunaan energi yang tinggi. Kebutuhan energi akan semakin tinggi dengan
meningkatnya aktivitas ikan berenang, karena ikan terus bergerak yang berarti terus
terjadi kontraksi otot dalam aktivitasnya. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa perlakuan stimulasi arus akan menurunkan kandungan lemak di dalam daging
ikan kerapu walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan.
Sepertihalnya pada kandungan lemak, kandungan protein daging ikan kerapu
pada ikan yang diberi stimulasi arus relatif lebih rendah dibanding dengan ikan tanpa
diberi stimulasi arus, namun tidak perbedaan yang signifikan dari keduanya
(P>0.005). Seperti terlihat pada Tabel 2 di atas dan Gambar 4 di bawah bahwa
kandungan protein yang diberi perlakuan arus ada pada kisaran 79.07 ± 6.23 % dan
yang tidak diberi stimulasi arus sebesar 84.64 ± 2.04 %. Keberadan protein dalam
daging ikan juga sangat berkaitan dengan aktivitas hidup ikan itu sendiri. Nampak
bahwa kandungan protein pada ikan yang di beri stimulasi arus terkuras oleh aktivitas
ikan, kandungan protein yang ada pada tubuh ikan terambil untuk keperluan suplai
energi yang tidak tercukupi oleh sumber bahan energi lainnya (Jangkaru, 1974,
Ganong, 1980, Lovell. 1989).
8
9. Ada perbedaan hasil yang diperoleh pada efek arus terhadap kandungan protein
yang diperoleh. Pada ikan kerapu pada perlakuan stimulasi arus kandungan protein
semakin berkurang sedangkan pada ikan mas sebaliknya semakin meningkat. Ini
dimungkinkan sangat berkaitan dengan karakteristik ikannya. Hasil yang diperoleh
mejadi sangat menarik karena kandungan lemak ikan kerapu relatif rendah, berada
di bawah 10 persen sedangkan ikan mas yang diteliti oleh Tajerin et, al,. (2000) lebih
dari 10 % kecuali pada ikan yang diberi arus deras >0.75 m/det. Sehingga
dimungkinkan protein memberikan peran dalam penyediaan suplai energi dalam
aktivitasnya, yang berakibat pada menurunya nilai kandungan protein pada ikan yang
diberi stimulasi arus.
79.07 84.64 100
80
Prosentase (%)
60
40
5.44 6.22 20
0
Arus Tanpa arus Arus Tanpa arus
Protein Lemak
Gambar 4. Kandungan Protein dan Lemak Daging pada Ikan Kerapu Dengan dan
Tanpa Stimulasi Arus.
3.4. Tekstur Daging
Dalam aktivitas fisik kehidupan ikan akan sangat terkait dengan jaringan otot
dalam tubuhnya. Ikan memiliki otot merah, otot pink dan putih (Tajerin, et.al,. (2000).
memaparkan bahwa proporsi otot merah, pink, dan putih akan sangat berkaitan
dengan aktivitas ikan. Ikan beraktvitas tinggi atau aktivitas berenangnya semakin
intensif memiliki proporsi otot merah yang sangat besar di banding dengan jenis otot
lainnya (Bruoghton, et.al,. 1981; Tajerin, et.al,. 2000) karena secara nyata otot merah
mempunyai peran yang dominan dalam konstraksi otot. Proporsi otot merah yang
tinggi akan meningkatkan kekompakkan dan kekenyalan otot daging ikan
(Bruoghton, et.al,. 1981). Karena ada hubungan yang sangat erat antara kandungan
proporsi otot merah atau putih dengan kondisi nilai rata-rata tekstur daging ikan.
Terjadi hubungan yang positif antara kondisi tektur daging dengan keberadaan otot
merah dan sebaliknya bersifat negatif dengan keberadaan otot putih (Sanger, et. al,.
1988; Gill, et.al,. 1989; dan Tajerin, et.al., 2000)
9
10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan lemak daging ikan kerapu yang
diberi perlakuan stimulasi arus lebih rendah dibanding dengan yang tidak diberi
stimulasi arus (Tabel 2). Hasil uji Tajerin et, al,. (2000) pada ikan mas
memperlihatkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat kuat antara kondisi tektur
daging dengan kandungan lemak yang dimilikinya. Dengan demikian terdapat
indikasi kuat bahwa ikan kerapu yang diberi stimulasi arus memiliki tekstur daging
yang lebih kompak dan kenyal dibandingkan dengan ikan kerapu yang tidak diberi
stimulasi arus, walaupun secara statistik tidak signifikan.
10
11. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Sistem resirkulasi dapat menstabilisasi kualitas air media pemeliharaan
sehingga meningkatkan kelangsungan hidup ikan hingga 100% dan tidak ada
pengaruh yang kuat akibat perlakuan arus. Pemberian stimulasi arus pada ikan
kerapu dapat memberikan dampak pada kecenderungan penambahan panjang dan
penurunan bobot ikan, walaupun bobot ikan masih lebih tinggi dibanding dengan
tanpa perlakuan arus. Perlakuan arus juga akan menurunkan kandungan lemak dan
protein daging, serta semakin meningkatnya tekstur daging ikan. Perlakuan arus
buatan pada kecepatan 0.10 – 0.15 m/det belum memberikan respon yang nyata bagi
peningkatan kualitas ikan.
4.2. Saran
Perlu dilakukan pemberian perlakuan stimulasi arus dengan kecepatan yang
lebih tinggi denagan waktu pemeliharaan yang lebih lama untuk melihat hasil yang
lebih signifikan dan pengukuran lebih detail kondisi tekstur daging ikan..
11
12. PUSTAKA
Afandi, R. 1192. . Fisiologi Ikan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. IPB. 215pp.
Bruoghton, N.M. G. Goldspink, and N.V. Jones. 1981. Histological Difference in The
Lateral Musculature of Group Roach, Rutilus rutilus (L) From Different
Habitats. JK. Fish Biol. 18:117-122.
Brett, J.R. 1972. The Respiratory Metabilsm and Swimming Perormance of young
sockeye salmon. Journal of the Fisheries Research Board of Canad.
21:1183-1226.
Ganong, W.F. 1980. Review of Medical Phisyilogy. Liagne Medical Publications, Los
Altos, California USA. 763pp.
Gill. H.S., A.H. Weatherley, R. Lee, and D. Legere. 1989. Histochemical
caracterization of muscle of five teleost species. J. Fish Biol. 34:375-386.
Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Correspodence Course Centre. Ditjend Perikanan
Deptan. Jakarta. 72pp.
Lovell., T. 1989. Nutrients And Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold, New York.
260pp.
Sanger, A.M. 1992. Quantitative fine Structural Diversification of Red and With
Muscle Fibres in Cyprinids. Environmental Biology of Fish 33:97-104.
Syaichudin, M; A. Gafur; Nana S.S. Udi Putra; Hamka, Maqbul. 2006. Efektifitas
Produksi Benih Kerapu Bermutu Melalui Padat Tebar Tinggi pada Pendederan
Sistem Resirkulasi. Prosiding Makalah Ekspos Hasil-hasil kajian Teknologi
BBAP Takalar 18 Desember 2006.
Tajerin, I Nengah S. Rabengnatar, dan Baden Muharram. 2000. Pengaruh Kecepatan
Arus Air dalam Kolam Terhadap Tekstur Daging Ikan Mas Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia 6 (2): 53-61.
Zitsev,V., I. Kizevetter,; L. Lagunov, T. Makarova, L. Minder and V. Podsevalov 1969.
Fish Curing and Processing. Mir Publisher. Moscow. 370pp.
12