2. NAMA : AYU ATIKASARI
KELAS : X IPS1
NO : 03
NAMA : RISKA UMI S.
KELAS : X IPS 1
NO : 19
NAMA : TRI WIDIANTO
KELAS : X IPS 1
NO : 22
Anggota kelompok
3. MENU :
Awal berdirinya
Masa kejayaan
Perkembangan awal
Pendirian
Sil- silah kerajaan
Peta pembagian kesultanan cirebon
Peninggalan kerajaan cirebon
Keruntuhan
Penutupan
4. Awal berdirinya kesultanan
cirebon :
Kesultanan Cirebon adalah sebuah
kesultanan Islam ternama di Jawa Barat
pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan
merupakan pangkalan penting dalam jalur
perdagangan dan pelayaran antar pulau.
Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang
merupakan perbatasan antara Jawa Tengah
dan Jawa Barat, membuatnya menjadi
pelabuhan dan "jembatan" antara
kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga
tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu
kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi
kebudayaan Jawa maupun kebudayaan
Sunda.
5. Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah babad tanah
sunda dan atia pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada
awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa,
yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan
diberi nama Caruban (Bahasa sunda : campuran), karena di sana
bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama,
bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk
bertempat tinggal atau berdagang.
Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat
adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan
dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis,
dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang
rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda:, air rebon)
yang kemudian menjadi Cirebon.
Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari
pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi
salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa baik dalam kegiatan
pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara maupun dengan
bagian dunia lainnya. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat
penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
7. Masa kejayaan kesultanan
cirebon :
Kerajaan Cirebon berada pada puncak kejayaan ketika
dipimpin oleh Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah putra
wanita asal Galuh-Caruban yaitu Nhay Lara Santang adik
dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban yang
menikah dengan Mauana Sultan Muhammad. Ketika Syarif
Hidayat berusia duapuluh tahun, ia pergi ke Makkah berguru
kepada Syeh Tajamudin Al ubri, di sini ia tinggal selama dua
tahun, setelah tamat dari Syeh Tajamudin kemudian Syarif
Hidayat, meneruskan pelajaran kepada Syeh Ataillah
Syazalli, masih di Mekkah juga selama dua tahun (Sunardjo,
1983:51). Ketika Cirebon mengalami kejayaan pada masa
Syarif Hidayatullah sudah tidak diragukan lagi, karena
pengalaman ilmu yang didapat sangat luar biasa. Itu dapat
kita lihat dari beliau mempunyai dua guru besar yang ada di
Mekkah. Syarif hidayatullah juga pernah belajar Tasawuf di
Bagdad. Beliau di Bagdad beliau belajar tasawuf selam dua
tahun
8. • Kemudian beliau kembali ke negerinya yaitu Oqnah Yutra. Kemudain
beliau memutuskan untuk pergi ke Jawa karena beliau ingin menjadi
mubaligh di Jawa. Dalam perjalanannya ke pulau Jawa Syarif
Hidayatullah sempat singgah di Gujarat. Setelah dari Gujarat, Srarif
Hidayat singgal dan tinngal pula di Samudera Pasai, sebuah tempat di
Aceh yang pada masa itu sudah merupakan Kerajaan Islam yang cukup
besar karena sudah berdiri sejak 1296 (Sunardjo, 1983:52). Mungkin saja
ketika di Samudra Pasai Syarif Hidayatullah sedikit banyak belajar
tentang pemerintahan Islam. Karena beliau juga tinggal beberapa waktu
di Samudera Pasai. Jadi tidak heran lagi ketika beliau menjadi pemimpin
di Cirebon dapat membawa pada kejayaan. Kemudian Syarif
Hidayatullah melanjutkan perjalannanya ke Banten, kemudian ke Ampel.
Ada bebrapa versi mengapa Syarif Hidayatullah pergi ke Ampel. Setelah
dari Ampel, kemudain beliau mejunu Cirebon untuk menyiarkan agama
Islam atas perintah dari para wali. Menurut Kitab Purwaka Caruban
dalam bukunya R.H. Unang Sumardjo SH dijelaskan bahwa: Syarif
Hidayatullah mendirikan pesantren di Dukuh Sembung masuk wilayah
Pasambangan juga mengajar agama Islam di ampung Badaban (kurang
lebih 3 Km arah Barat dari Pasambangan). Dari keterangan diatas dapat
dipastikan bahwa kehadiran Syarif Hidayatullah di Cirebon sudah dapat
diterima oleh pribumi
9. . Dari uraian diatas dapat dijadikan acuan
bahwa Cirebon pada masa Syarif Hidayatullah
berada dalam kejayaannya. Sunan Gunung
Jati wafat pada tahun 1568 dan dimakamkan
di Bukit Sembung yang juga dikenal dengan
makam Gunung Jati (Tim Nasional Penulisan
Sejarah Indonesia. 2010:60). Kemudian
digantikan oleh Panembahan Ratu putra
Pangeran Suwarga.
MENU
10. Perkembangan awal :
Ki Gedeng Tapa
Ki Gedeng Tapa (atau juga dikenal
dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati)
adalah seorang saudagar kaya di
pelabuhan Muarajati, Cirebon. Ia mulai
membuka hutan ilalang dan membangun
sebuah gubug dan sebuah tajug
(Jalagrahan) pada tanggal 1 Syura 1358
(tahun Jawa) bertepatan dengan tahun
1445 Masehi. Sejak saat itu, mulailah
para pendatang mulai menetap dan
membentuk masyarakat baru di desa
MENU
11. Ki Gedeng Alang-Alang
Kuwu atau kepala desa Caruban yang
pertama yang diangkat oleh masyarakat baru
itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai
Pangraksabumi atau wakilnya, diangkatlah
Raden Walangsungsang, yaitu putra Prabu
Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang atau
Subangkranjang, yang tak lain adalah puteri
dari Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng
Alang-alang wafat, Walangsungsang yang
juga bergelar Ki Cakrabumi diangkat menjadi
penggantinya sebagai kuwu yang kedua,
dengan gelar Pangeran Cakrabuana
12. PANGERAN CAKRABUANA
Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran.
Putera pertama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi
dari istrinya yang pertamanya bernama Subanglarang
(puteri Ki Gedeng Tapa). Raden Walangsungsang, ia
mempunyai dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Rara
Santang dan Raden Kian Santang.
Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak mendapatkan
haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal
ini disebabkan oleh karena ia memeluk agama Islam
(diturunkan oleh Subanglarang - ibunya), sementara
saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran
adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda)
Hindu dan Budha. Posisinya digantikan oleh adiknya,
Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari
istrinya yang kedua Nyai Cantring Manikmayang
MENU
13. PENDIRIAN :
Pendirian kesultanan ini sangat berkaitan erat
dengan keberadaan Kesultanan Demak,
Kesultanan Cirebon didirikan pada tahun 1552
oleh panglima kesultanan Demak, kemudian
yang menjadi Sultan Cirebon ini wafat pada
tahun 1570 dan digantikan oleh putranya yang
masih sangat muda waktu itu. Berdasarkan
berita dari klenteng Talang dan Semarang,
tokoh utama pendiri Kesultanan Cirebon ini
dianggap identik dengan tokoh pendiri
Kesultanan Banten yaitu Sunan Gunung Jati.
MENU
15. SILSILAH SULTAN-SULTAN DI CIREBON
Silsilah Dari Raja Pajajaran
* Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah
* Rara Santang (Syarifah Muda’im)
* Prabu Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa @ Prabu
Siliwangi II
* Prabu Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali)
* Niskala Wastu Kancana @ Prabu Sliwangi I
*Prabu Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja yang tewas di Bubat)
Silsilah Dari Rasulullah
* Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan bin
* Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah Al-Khan bin
* Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam
* Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan
bin
* Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
* Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
* Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India)
MENU
18. Sejak tahun 1942 kereta ini hanya
dikeluarkan pada tanggal 1 Syawal
untuk dimandikan. Kembarannya
berada di Keraton Kanoman bernama
Kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini
sangat menarik karena
memperlihatkan hasil karya teknologi
yang tinggi. Sistim suspensi hidrolik
yang dibangun dengan kayu dan baja
itu memungkinkan kenyamanan
pemakaian si pengguna. Belum lagi
desain roda yang menghindarkan
pengendara dari lumpur yang terlontar
dari roda. Bahwa enam abad yang lalu
sudah ada teknologi yang begitu maju,
rasanya sangat menakjubkan.
22. KERUNTUHAN :
Pada saat tahun 1649 Panembahan Ratu
Pangeran Emas telah meninggal pada usia 102
tahun. Dengan wafatnya Dipati Cerbon ke II,
maka panembahan ratu menunjuk cucunya
yaitu Pangeran Karim untuk membantunya
menjalankan roda pemerintahan Cerbon
Menggantikan ayahnya yaitu Dipati Cerbon ke
II. Pangeran Karim waktu itu berusia 48 tahun
menggantikannya sebagai Kepala
Pemerintahan Cerbon yang ke III dengan gelar
Panembahan Ratu II.
MENU
23. Sumber diambil dari :
Media Elektrik - Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon
http://miftah19.wordpress.com/2011/02/18/kesultanan
-cirebon-tinjauan-historis-dan-kultural/
Sekian dari kami kelompok 4 X IPS1 jika ada kekurangan
mohon di maafkan
Asslammu’alaikum wr. wb
MENU