Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pendidikan dibahas dari berbagai perspektif agama, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Beberapa teori yang dijelaskan mencakup tujuan, materi, dan metode pendidikan dalam perspektif agama, serta filsafat perenialisme, idealisme, realisme, eksperimentalisme, dan eksistensialisme. Dari sudut pandang psikologi dijelaskan behaviorisme, sosial-kogn
1. PENDIDIKAN BERBASIS AGAMA, FILSAFAT,
PSIKOLOGI DAN SOSIOLOGI
OLEH KELOMPOK 1:
MAHMUD FARID 41038104211006
2. A. DEFINISI PENDIDIKAN
• Sudarwan Danim (2013:2)
Pendidikan merupakan proses pemartabatan manusia menuju puncak optimasi
potensinkognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya.
• Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
3. B. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA
Tujuan Pendidikan
Materi Pendidikan
Metode pendidikan
4. TUJUAN PENDIDIKAN
Bersyukur
Menyiapkan Ilmu, Iman Dan Taqwa
menggali potensi jiwa
Menumbuhkan Sikap Kritis, Taat, Toleransi
membentuk bertanggung jawab
akhlaq mulia
Berdialektika
5. MATERI PENDIDIKAN
Materi pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan yang sangat penting
dalam pendidikan.agar bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Dalam
perspektif agama materi Pendidikan terbagi kepada:
Materi Pendidikan sekolah adalah mata pelajaran Aqidah atau
Keimanan
Materi Pendidikan Syariah Atau Ibadah
Materi Pendidikan Akhlaq
6. METODE PENDIDIKAN
• Metode Ceramah (nasihat)
• Metode Keteladanan
• Metode Hukuman
• Metode Pembiasaan
• Metode Praktik (sosiodrama)
• Metode Perumpamaan
7. C. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
1. Filsafat Perenialisme
2. Filsafat Idealisme
3. Filsafat Realisme
4. Filsafat Eksperimentalisme
8. 1. FILSAFAT PERENIALISME
Didasarkan pada pandangan bahwa realitas fundamental tetap
berasal dari kebenaran khususnya berkaitan dengan Tuhan dan
kebenaran ajarannya asumsinya adalah bahwa orang menemukan
kebenaran, melalui penalaran dan Wahyu serta kebaikan yang
ditemukan dalam berpikir rasional dalam kerangka ini praktik
pendidikan dan pembelajaran di sekolah dipandu oleh penalaran
dan kehendak tuhan hal ini dibelenggu oleh pemikiran yang
dogmatis secara berlebihan.
9. 2. FILSAFAT IDEALISME
Filsafat idealisme dalam konteks kependidikan memandang
bahwa realitas akhir adalah roh bukan materi atau fisik
pengetahuan yang didapat atas dasar penginderaan panca indra
selalu tidak pasti dan tidak lengkap aliran ini memandang nilai
itu bersifat permanen tidak berubah nilai-nilai yang berkaitan
dengan baik benar salah cantik indah dan sebagainya selalu
tidak berubah sepanjang sejarah peradaban umat manusia.
10. 3. FILSAFAT REALISME
Memandang realitas secara Duality hakikat realitas ialah terdiri atas
dunia nyata atau fisik dan dunia rohani atau abstrak realitas itu sendiri
terdiri dari dua belahan pertama subjek yang menyadari dan mengetahui
kedua realita dunia yang menjadi objek pengetahuan manusia. Realisme
percaya dunia itu ada Seperti apa adanya karena realitas adalah apa
bisa diamati dan kebaikan yang ditemukan dalam hukum alam yang
teratur.
11. 4. FILSAFAT EKSPERIMENTALISME
Percaya bahwa semua hal atau fenomena bisa terus berubah atau
diubah dengan perlakuan tertentu Hal ini didasari atas pandangan
bahwa realitas adalah apa yang dialami. Eksperimentalis
berpendapat bahwa kebenaran adalah apa yang bisa diwujudkan
sekarang dan kebaikan berasal dari keputusan kelompok,
praksisnya dalam pembelajaran antara lain adalah studi mengenai
pengalaman sosial dan pemecahan masalah.
12. 5. FILSAFAT EKSISTENSIALISME
Percaya pada interpretasi pribadi tentang dunia hal ini didasarkan
pada pandangan bahwa individu mampu mendefinisikan realitas
kebenaran dan kebaikan. Praksisnya di sekolah ah di mana guru
membantu anak-anak untuk mengetahui diri mereka sendiri dan
tempat mereka dalam masyarakat Siswa belajar apa yang mereka
inginkan dan mendiskusikan mata pelajaran secara bebas.
13. D. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
1. Perspektif Behaviorisme
2. Perspektif Sosial-Kognitif
3. Perspektif Humanisme
14. PERSPEKTIF BEHAVIORISME
Salah satu ahli dalam teori ini adalah Thorndike dengan teori koneksionisme atau teori S-R
(stimulus-respon) artinya perkembangan perilaku manusia akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Berikut merupakan point penting dari teori S-R (stimulus-respon):
Mendudukan orang belajar sebagai individu yang pasif.
Pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah tidak berubah-ubah.
Belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memidahkan
pengetahuan, dimana siswa memiliki pemahaman sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan.
Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar.
15. PERSPEKTIF SOSIAL-KOGNITIF
Pertama diperkenalkan oleh Albert Bandura dan kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli
misalnya Jean Peaget dan Jerome Burner.
1. Teori Belajar Cognitive Development dari Jean Piaget
Proses berfikir merupakan aktivitas gradual fungsi intelektual dari berfikit konkret menuju
abstrak. Pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan mental-mental baru yang
sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual bersifat kaulitatif, bukan kauntitatif.
2. Teori Belajar Discovery Learning dari Jerome Burner
J. Burner mengklaim bahwa pemikiran dan aktivitas intelektual tidak hanya merupakan system
pemrosesan informasi tetapi berkembang seiring pengalaman individu anak. Menurut Burner ia
melihat berpikir sebagai internalisasi alat yang disediakan oleh suatu budaya tertentu.
16. PERSPEKTIF HUMANISME
Teori ini sifatnya abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Teori ini sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar
itu sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep berbicara
tentang konsep-konsep pendidikan untuk konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tenta citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuk yang ideal.
18. FUNGSIONAL STRUKTURAL
a. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhususan ke universalitas
salah satunya yaitu mainset selain mewarisi budaya yang ada juga membuka wawasan baru
terhadap dunia luar. Selain itu juga mengubah alokasi seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan
dengan usaha seperti hubungan darah, kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang
diberikan penghargaan berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.
b. Sekolah sebagai seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi prestasi agar
dapat siap dalam dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi mereka yang unggul.
c. Sekolah memberikan kesamaan kesempatan. Suatu sekolah yang baik pastinya memberikan
kesamaan hak dan kewajiban tanpa memandang siapa dan bagaimana asal usul peserta
didiknya.
19. KONFLIK
Teori Konflik tidak mengakui kesamaan dalam suatu masyarakat. Menurut
Weber, stratifikasi merupakan kekuatan sosial yang berpengaruh besar.
Pendidikan akan mengantar sesorang untuk mendapatkan status yang
tinggi yang membedakan dengan kaum buruh.
Teori konflik cenderung menekankan kekacauan antar fakta sosial, serta
gagasan mengenai keteraturan dipertahankan melalui kekuasaan yang
memaksa dalam masyarakat. Dalam pendidikan, suasana kondusif selalu
harus dijaga dan menghindari konflik dengan stake holders.
20. INTERAKSIONISME
Para ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu
merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Teori
ini beranggapan bahwa individu adalah obyek yang dapat secara
langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan
individu yang lain.