Dokumen tersebut membahas tentang pendirian, sikap, perilaku, dan raga serta hubungannya. Juga membahas proses budaya organisasi, sosialisasi budaya, dan pengaruh spiritualitas terhadap kinerja organisasi.
1. 1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendirian, sikap, prilaku dan raga.
Bagaimana hubungannya dan berikan contoh !
1. Sikap adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu dan menunjukkan aktualisasi
pendirian. Ia menunjukkan arah, potensi dan dorongan menuju sesuatu itu.
2. Perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu
kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan (masyarakat,
alam, teknologi atau organisasi).
3. Jika perilaku diibaratkan software, maka agar dapat diamati ia harus direkam.
Melalui rekaman ia diperagakan.
4. Hubungan antara pendirian, sikap, perilaku dan raga dapat dijelaskan dengan
gambar sebagai berikut PendirianSikapPerilakuRaga
Hubungan antara Pendirian dengan Sikap
Taliziduhu Ndraha (1997)
1. Pendirian bersifat abstrak. Ia terlihat melalui sikap. Pendirian dapat diukur
berdasarkan keteguhan atau kekuatannya. Sikap diukur dengan tolok positif,
ambivalen atau negatif, tetap atau berubah.
2.
Ket:
X1 dan X2 adalah pendirian dan sikap
Y adalah faktor eksternal
Dari gambar diatas dapat diterangkan bahwa jika sikap seseorang berubah, maka
perubahan itu tidak bersumber dari pendirian melainkan dari sumber lain di luar.
3. Perilaku dipengaruhi oleh kondisi yang datang dari luar (lingkungan) dan
kepentingan yang disadari (dari dalam) oleh yang bersangkutan. Hal ini dapat
digambarkan sebagai model:
Hubungan antara Perilaku dengan Raga
2. Taliziduhu Ndraha (1997)
1. Agar perilaku dapat direkam, ia harus menampilkan dirinya dalam suatu peragaan.
Hubungan antara perilaku dengan raga dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini
2. Hubungan antara perilaku dan raga merupakan sebuah siklus dan bisa berulang-
ulang. Melalui perulangan terbentuk pola perilaku di dalam masyarakat.
2.Jelaskan proses budaya organisasi dan berikan contoh !
Proses budaya adalah proses terbentuknya (pembentukan) budaya, dari BSI (Budaya
Sebagai Input) menjadi BSO (Budaya Sebagai Output), dalam suatu organisasi atau
perusahaan, yang terdiri dari sejumlah subproses yang jalin-menjalin.
Proses BO
Joseph E. Champoux (2006)
Manajer organisasi modern menghadapi tiga proses budaya organisasi yaitu:
1. Menciptakan BO
Joseph E. Champoux (2006)
Menciptakan budaya organisasi upaya sadar untuk membangun jenis budaya
organisasi tertentu. Ini terjadi ketika seorang pengusaha membentuk sebuah
organisasi untuk mengejar suatu visi atau ketika manajer dari organisasi yang ada
membentuk unit operasional baru. Budaya baru memerlukan suatu ideologi yang bisa
dipahami, meyakinkan, dan dibahas secara luas. Ideologi tersebut merupakan alat
penting membawa komitmen anggota organisasi kepada visi.
2. Mempertahankan BO
Joseph E. Champoux (2006)
Mempertahankan budaya organisasi tidak berarti bahwa manajer menerima secara
pasif dan tidak kritis terhadap nilai-nilai dan asumsi-asumsi dasar dari budaya
sekarang. Mempertahankan budaya menghadapkan manajer pada dilema. Mereka
ingin berpegang pada nilai-nilai yang berhasil di masa lalu, tetapi juga perlu
mempertanyakan apakah nilai-nilai tersebut benar bagi lingkungan organisasi
tersebut.
3. Merubah BO
Joseph E. Champoux (2006)
Merubah budaya organisasi mengharuskan melepaskan beberapa ciri budaya lama
dan menciptakan ciri-ciri baru. Besar dan kedalaman perubahan bervariasi tergantung
3. pada sejauh mana perbedaan antara budaya baru yang diinginkan dan budaya lama.
Misalnya, merubah budaya suatu organisasi yang mempunyai tenaga kerja yang
homogen menjadi budaya yang menghargai keragaman akan memerlukan upaya yang
panjang. Perubahan ini akan menjangkau sampai dalam ke struktur budaya organisasi
selama bertahun-tahun.
3.Jelaskan apa yang dimaksud dengan Sosialisasi Budaya dan sebutkan bentuknya!
• Sosialisasi adalah proses bagaimana organisasi memasukkan para pegawai baru ke
dalam budaya. Ada pewarisan nilai-nilai, asumsi-asumsi dan sikap-sikap dari pekerja
lama kepada pekerja baru.
1. Sosialisasi Antisipasi
Tahapan pertama melibatkan semua kegiatan yang dilakukan individu sebelum
memasuki organisasi atau mengambil pekerjaan yang berbeda pada organisasi yang
sama. Tujuan utama kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang akurat mengenai
organisasi baru dan pekerjaan baru.
2. Akomodasi
Tahapan kedua sosialisasi terjadi setelah individu tersebut menjadi anggota organisasi,
setelah dia menerima pekerjaan. Selama tahapan ini, individu melihat organisasi dan
pekerjaan sebagaimana adanya. Meskipun berbagai kegiatan, individu berupaya untuk
menjadi peserta aktif di dalam organisasi dan menjadi pekerja yang berkompeten pada
pekerjaan tersebut.
3. Manajemen Peran
Tahapan manajemen peran mempunyai permasalahan yang lebih luas lagi. Secara
khusus, konflik muncul. Satu konflik adalah antara pekerjaan individu dan kehidupan
rumah tangga. Para pegawai yang tidak bisa menyelesaikan konflik kehidupan kerja
seringkali terpaksa meninggalkan organisasi atau bekerja pada tingkat yang tidak efektif.
Sosialisasi sebelumPertemuan pertamaManajemen peranHasil-hasil sosialisasi
bekerja (orang luar) (pendatang baru) (orang dalam)
Mempelajari Menguji harapan-Memperkuat Motivasi yang lebih
mengenai organisasiharapan terhadaphubungan kerja tinggi
dan pekerjaanrealitas yangMempraktekkan Loyalitas yang lebih
Membentuk dipersepsikan perilaku peran baru tinggi
harapan-harapan Menyelesaikan Kepuasan yang lebih
hubungan kerja konflik di luar kerja tinggi
Stress yang lebih
rendah
Turnover yang lebih
rendah
4.Bagaimana upaya untuk memperkuat dan mempertahankan budaya !
Budaya Ideal Indonesia yang kuat adalah yang intensively held, clearly ordered, widely
shared by members of organization, being developed as they learn to cope with
problems of external adaptation and internal integration.
Pelestarian Budaya Lokal Akan Memperkuat Karakter Bangsa
Dalam proses modernisasi dan globalisasi, berbagai kebudayaan lokal termasuk kebudayaan Sunda harus
mampu membangun dan memperkuat identitas serta karakter bangsa. Kebudayaan lokal juga perlu
dilestarikan dan dikembangkan sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam kehidupan berkeluarga,
4. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk juga di dalam mengembangkan nilai-nilai budaya
bangsa. Harus diakui bahwa modernisasi dan globalisasi telah menggeser kebudayaan lokal dan nilai-nilai
tradisi, termasuk kekayaan budaya
5.Jelaskan pengaruh spritual terhadap kinerja dalam pandangan Budaya Organisasi
Spiritualitas berarti bahwa orang (para pegawai) mempunyai keyakinan,
kehidupan pribadi atau batin yang dapat memperkaya dan diperkaya dengan
melakukan pekerjaan yang relevan, bermakna dan menantang.
Lima karakteristik spiritual yang cenderung nyata di dalam organisasi
1. Adanya rasa mempunyai tujuan yang kuat. Organisasi membangun budaya
mereka dengan tujuan yang bermakna. Meskipun keuntungan mungkin penting,
tetapi bukan merupakan nilai utama dari organisasi tersebut. Orang ingin
terinspirasi oleh tujuan sebagai sesuatu yang penting dan bernilai.
2. Memfokuskan pada pengembangan individu. Organisasi mengakui saling percaya
dan menghargai orang. Mereka berusaha menciptakan budaya yang terus menerus
sesuai dengan pengembangan individu.
3. Kepercayaan dan Respek. Organisasi ditandai oleh saling percaya, kejujuran, dan
keterbukaan. Manajer tidak takut mengakui kesalahan.
4. Praktek kerja yang manusiawi. Praktek ini dianut oleh organisasi termasuk
jadwal kerja yang fleksibel, imbalan berdasarkan kelompok atau organisasi,
mempersempit perbedaan upah, menjamin hak pekerjaan individual,
pemberdayaan pegawai, dan keamanan kerja.
5. Toleransi Ekspresi Pegawai. Karakteristik akhir yang membedakan organisasi
berbasis spiritual adalah bahwa mereka tidak membungkam emosi pegawai.
Mereka membolehkan orang menjadi diri mereka sendiri – untuk
mengekspresikan suasana hati dan perasaan mereka tanpa merasa salah atau takut
dimarahi.