4. Anestetik : agen yang membuat anestesi
Anestesi : pembiusan; berasal dari bahasa
Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi,
kemampuan untuk merasa
5. Anestesi lokal adalah suatu ikatan kimia yang
mampu menghasilkan blokade konduksi atau
blokade lorong natrium pada dinding saraf perifer
secara sementara apabila obat ini disuntikkan di
daerah perjalanan serabut saraf dengan dosis
tertentu tanpa menimbulkan kerusakan permanen
pada serabut saraf tersebut. (Gede,2009)
7. Kokain Niemann tahun 1860
1884 oleh Koller digunakan anestetik mata
1905 Einhorn mensintesis Prokain
1943 Löfgren mensintesis Lidokain
8. Struktur dua
prototipe anestetik
lokal; aminoester
prokain dan
aminoamida
lidokain. Pada kedua
obat, gugus
aromatik lipofilik
tergabung dengan
suatu basa amina
tersier yang lebih
hidrofilik oleh ikatan
ester atau amida
perantaranya
11. pKa anestesi lokal 8 – 9
Bentuk kationik paling aktif, krn tidak cepat
meninggalkan kanal yg tertutup
Anestetik lokal kurang efektif disuntikkan pada
jaringan inflamasi karena area inflamasi akan
menyebabkan anestetik terionisasi, padahal
bentuk tak bermuatan penting untuk penetrasi
cepat ke dalam membran biologik dan
menghasilkan efek klinis.
13. Farmakokinetik obat anestesi lokal rantai ester
tidak terlalu dibahas mendalam karena mereka
secara cepat diurai dalam plasma (waktu paruh <
1menit). Anestesi lokal biasa digunakan untuk
kulit atau jaringan lunak di sekitar saraf.
14. Absorpsi sistemik dari injeksi anestesi lokal
ditentukan oleh beberapa faktor
◦ dosis lokasi pemberian
◦ jumlah ikatan yang terjadi antara obat dengan protein
plasma
◦ jumlah aliran darah sekitar tempat pemberian
◦ penggunaan vasokonstriktor
◦ karakteristik obat itu sendiri
15. Pemberian anestesi lokal di area vaskularisasi
tinggi (mukosa trakea atau jaringan sekitar saraf
interkostal) absorpsinya lebih cepat dibanding
dengan daerah yang memiliki vaskularisasi sedikit
(tendon, dermis atau lemak subkutan)
Jadi, semakin tinggi vaskularisasi, semakin cepat
absorpsinya
16. epinephrine (5µg/mL atau 1: 200.000)
vasokonstriksi pembuluh darah pada tempat
suntikan,;jumlah aliran darah akan menurun
sampai 30%, sehingga obat anestesi lebih banyak
diabsorpsi oleh sel saraf sekitar ketimbang masuk
ke aliran darah.
Hal ini, secara otomatis menurunkan efek toksik
sistemiknya.
17. Vasokonstriktor kurang efektif jika dikombinasikan
dengan obat anestesi durasi kerja lama
(bupivacaine dan ropivacaine), hal ini dikarenakan
obat anestesi durasi kerja lama, banyak berikatan
dengan jaringan ketimbang dalam bentuk bebas.
18. Obat anestesi golongan amida lebih banyak
didistribusikan jika pemberian dilakukan via
intravena.
1. fase distribusi cepat terjadi pengambilan obat
di organ-organ yang memiliki daya perfusi tinggi
(otak, hati, ginjal dan jantung)
2. fase distribusi lambat pengambilan oleh organ
yang memiliki daya perfusi sedang (otot dan
saluran gastrointestinal)
19. diubah menjadi lebih water-soluble di hati (tipe
amida) atau plasma (tipe ester) urin
1. Tipe ester
Tipe Ester plasma
hidrolisis
butyrylcholinesterase
(pseudocholinesetrase)
Metabolit Inaktif
Urin
20. 2. Tipe Amida
prilocaine, lidocaine, mepivacaine, bupivacaine, levobupivacaine
Tipe Amida Hepar
hidrolisis
sitokrom p-450 isoenzym
Metabolit Inaktif
Urin
Waktu HidrolisisCepat Lambat
21. Mekanisme primer dari anestesi lokal adalah
memblok kanal natrium bergerbang-tegangan
(voltage gated channel sodium)
24. Semakin kecil dan lipofilik suatu anestesi lokal,
maka semakin cepat intreraksinya dengan
reseptor channel sodium.
26. Anestesi lokal adalah obat yang sangat efektif
untuk menghasilkan analgesia pada bagian tubuh
tertentu.
Penggunaan dapat dilakukan via topikal (untuk
mukosa nasal dan tepi luka), injeksi pada saraf
periferal (infiltasi) saraf besar (blok) dan injeksi via
epidural atau subarachnoid sekeliling medula
spinalis.
29. Onset dari anestesi lokal dapat dipercepat dengan
penambahan sodium bikarbonat (1-2 ml) ke
larutan anestetiknya obat lebih lipofilik
Pemberian anestesi lokal injeksi secara berulang
dapat menurunkan keefektifitasannya
(tachyphylaxis) karena asidosis ekstraseluler
31. kemampuan penetrasi obat yang cepat
menembus kulit atau mukosa, dan
kecenderungan minimal untuk berdifusi ke
sistemik
digunakan untuk mata, telinga, hidung,
tenggorokan atau untuk pembedahan kosmetik
Contoh: tetracaine, pramoxine, dibucaine,
benzocaine dan dyclonine
32. 1. efek sistemik karena absorpsi obat dari tempat
pemberian
2. neurotoksik langsung dari efek lokal obat
tersebut jika diinjeksikan ke sekitar medula
spinalis atau cabang saraf besar lainnya
33. 1. SSP kejang
2. CVS hipotensi sistemik
3. Hematologi akumulasi dari o-toluidine
4. Alergi disebabkan derivat asam p-
aminobenzoic (tipe ester)
5. Respirasi tachipneu hingga apneu
34. Gede, Mangku. Obat-obat Anestetik. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. Jakarta:
Indeks;2009
White, Paul F; Katzung, Bertram G. Anestetik
Lokal dalam Farmakologi Dasar dan Klinik edisi
10.EGC.Jakarta.2010
36. Procaine adalah obat anestesi lokal pertama yang
digunakan untuk kepentingan klinis. Procaine memiliki
potensi terendah diantara semua obat anestesi lokal
dengan onset lambat dan durasi aksi yang pendek.
Toksisitas sistemiknya cukup rendah karena cepat
dihidrolisis di plasma. Hasil metabolisme procaine oleh
asam p-aminobenzoic inilah yang biasa menyebabkan
reaksi alergi pada sebagian kecil individu yang
menggunakan procaine berulang kali. Procaine biasa
digunakan untuk anestesi infiltrasi, mendiagnosis
banding untuk blok spinal pada beberapa kasus nyeri
dan anestesi spinal untuk obstetrik.
37. Chlorprocaine memiliki onset yang cepat, durasi kerja pendek
dan efek toksik sistemik rendah. Obat ini dihidrolisis oleh
esetrase plasama empat kali lebih cepat daripada Procaine.
Chlorprocaine biasa digunakan untuk analgesia dan anestesia
epidural pada kasus-kasus obstetrik karena onsetnya yang cepat
dan toksisitas sistemiknya rendah pada ibu dan janin. Untuk
mendapat efek analgesi yang cukup, diperlukan injeksi berulang
saat operasi berlangsung. Terkadang, analgesi epidural
chlorprocaine dikombinasikan dengan obat anestesi lokal lain
yang memiliki durasi kerja lebih lama seperti bupivacaine.
Chlorprocaine juga sering digunakan untuk pasien emergensi
dimana waktu operasi kurang dari 30-60 menit. Walaupun
begitu, potensi myotoksik dan neurotoksik dari chlorprocaine
tetap perlu diperhatikan.
38. Prilokain sering disebut sebagai propitocain, xylonest, citanest
dan distanest sebagai nama dagang. Ditemukan oleh Lofgan
dan Tegner dan uji farmakologinya dilakukan oleh Wiedlling
selanjutnya digunakan di klinik pertama kali oleh Gordh pada
tahun 1959. Efek iritasi lokal pada tempat suntikan lebih kecil
dibandingkan dengan lidokain bahkan jauh lebih kecil dari
prokain. Toksisitasnya kira-kira 60% dari toksisitas lidokain dan
potensinya sama dengan lidokain.1
Prilokain mengalami
metabolisme di hati dan ginjal oleh amidase, lebih cepat
dibanding dengan lidokain dengan toksisitas lebih rendah dari
lidokain. Menimbulkan methaemoglobinemia pada penggunaan
dosis tinggi, lebih dari 600 mg, sehingga timbul gejala sianosis
yang bisa hilang sendiri selama 24 jam.1
Dibanding dengan
lidokain, prilokain lebih kuat, daya penetrasinya lebih baik, mulai
kerjanya lebih lama dan lama kerjanya lebih lama dan efektif
pada konsentrasi 0.5%-5.0%.
39. Ropivacaine tersedia dalam S-isomer murni.
Onset, potensi dan durasi kerjanya mirip dengan
bupivacaine, hanya saja ropivacaine memiliki
potensi yang lebih rendah dan durasi aksi yang
lebih pendek untuk blokade serat motorik.
Ropivacaine memiliki efek kardiotoksik yang lebih
rendah dibanding bupivacaine
40. Bupivacaine adalah anestetik lokal pertama yang
memiliki onset cepat, durasi aksi lama, blokade
konduksi yang dalam dan signifikan blokade
terhadap serat sensorik dan motorik. Obat ini
digunakan untuk berbagai prosedur anestesi
regional, mulai infiltrasi, blok saraf perifer, epidural
dan spinal anestesia. Durasi operasi dengan
bupivacaine bervariasi mulai 3 sampai 10 jam.
Durasi kerja paling panjang terjadi saat dilakukan
blok saraf perifer, seperti pleksus brachialis.
41. Karakteristik klinis levobupivacaine sama dengan
bupivacaine. Hanya saja durasinya lebih panjang
dan toksisitasnya lebih rendah.
42. Campuran emulsi minyak dalam air (krim) antara
lidokain dan prilokain masing-masing 2.5% atau
masing-masing 5%. EMLA dioleskan di kulit intak
1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri
akibat kanulasi pada vena atau arteri atau untuk
miringotomi pada anak, mencabut bulu halus atau
menghilangkan tato. Tidak dianjurkan untuk
mukosa atau kulit terluka.
43. Lidocaine, adalah obat anestesi golongan amida
pertama yang dipergunakan untuk kepentingan klinis.
Lidocaine memiliki onset cepat, durasi aksi sedang
dan dapat digunakan untuk anestesi topikal. Lidocaine
tersedia dalam bentuk solusi yang bisa dipergunakan
untuk infiltrasi, blok saraf perifer dan anestesi epidural.
Hiperbarik lidocaine biasa dipergunakan untuk
anestesi spinal dengan durasi 30-60 menit. Lidocaine
juga tersedia dalam bentuk salep, jelly, viscous, dan
aerosol untuk berbagai prosedur anestesi topikal.
44. Apabila larutan ini ditambah adrenalin, maka
waktu yang diperlukan untuk hilang sama sekali
dari tempat suntikan 4 jam. Mempunyai afinitas
tinggi pada jaringan lemak. Detoksikasi terjadi
oleh hati secara deetilasi dan pemecahan ikatan
amida.Daya penetrasinya sangat baik, mulai
kerjanya dua kali lebih cepat dari prokain dan
lama kerjanya 2 kali dari prokain.
45. Dalam penggunaan klinik:
Untuk infiltrasi lokal diberikan larutan 0,5%
Blok saraf yang kecil diberikan larutan 1%
Blok saraf yang lebih besar diberikan larutan 1.5%
Blok epidural diberikan larutan 1.5%-2%
Untuk blok subarakhnoid diberikan larutan
hiperbarik 5%
Dosis untuk orang dewasa: 50 mg-750 mg (7-10
mg/kg BB)
46. Lidocaine juga terkadang diberikan via intravena sebagai
antiepileptik, analgesik untuk nyeri kronis dan suplemen
bagi anestesi general. Pemberian intravena juga
digunakan untuk menyembuhkan disritmik ventrikel.
Dengan dosis besar, terutama pada pasien yang
sebelumnya menderita gagal jantung, lidokain dapat
menyebabkan hipotensi, sebagian besar karena
penekanan kontraktilitas otot jantung. Efek samping
lidokain paling sering seperti pada anestesi lokal lainnya
terhadap saraf: parestesia, tremor, mual karena pengaruh
sentral, kepala terasa ringan, kelainan pendengaran,
berbicara seperti menelan, dan konvulsi. Konvulsi terjadi
terutama pada orang tua atau pada pasien yang peka dan
berhubungan dengan dosis, biasanya berlangsung singkat,
serta respon terhadap pemberian intravena.