SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  8
Télécharger pour lire hors ligne
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
NOMOR 9 TAHUN 2006
TENTANG
PENGUSAHAAN HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PAKPAK BHARAT,
Menimbang : a. bahwa penggalian kekayaan alam di hutan secara intensiv merupakan
suatu unsur pelaksanaan dari pembangunan ekonomi;
b. bahwa pengusahaan hutan dan pemanfaatan kayu di Kabupaten
Pakpak Bharat perlu dilakukan secara terencana, rasional, optimal dan
bertanggung jawab;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf ”a" dan ”b” tersebut di atas
dipandang perlu mengatur pengusahaan hutan dengan Peraturan
Daerah.
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 68, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor
3699);
2. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten
Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4272);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4401);
5. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1980 tentang Perubahan dan
Tambahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tentang
Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 31);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Kehutanan kepada Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 106
Tambahan Lembaran Negara 3769);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3838);
9 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
10.Peraturan ……./2
- 2 -
10 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4206);
11 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4207);
12 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
dan
BUPATI PAKPAK BHARAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat;
3. Kepala Daerah adalah Bupati Pakpak Bharat;
4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Bupati Pakpak Bharat;
5. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pakpak Bharat;
6. Dinas Pengembangan Sumber Daya Alam adalah Dinas Pengembangan Sumber
Daya Alam Kabupaten Pakpak Bharat;
7. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan;
8. Hutan Milik/Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
atas tanah;
9. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah;
10.Pengusahaan hutan adalah kegiatan pemanfaatan hutan yang didasarkan atas azas
kelestarian fungsi dan azas perusahaan yang meliputi penataan, penanaman,
pemeliharaan dan pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil
hutan;
11.Izin Pengusahaan Hutan adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten Pakpak Bharat kepada Badan Hukum dan atau perorangan untuk
mengusahakan hutan;
12.Hasil hutan adalah benda–benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang
berasal dari hutan;
13. Retribusi....../3
13.Retribusi Pengusahaan Hutan adalah Pungutan yang dikenakan sebagai pengganti
nilai intrinsik atas pengusahaan hutan atas tanah Negara dan atau tanah milik.
BAB II
P E R I J I N A N
Pasal 2
- 3 -
(1) Setiap orang dan atau badan hukum yang melakukan pengusahaan hutan harus
lebih dahulu memperoleh rekomendasi dari Kepala Desa yang disahkan oleh Camat
setempat.
(2) Setiap orang dan atau badan hukum dapat melakukan pengusahaan hutan setelah
memperoleh ijin dari Bupati.
Pasal 3
(1) Ijin Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Daerah ini
dapat diberikan untuk seluas–luasnya 25 Ha;
(2) Ijin Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Daerah ini,
hanya dapat diberikan pada kawasan hutan produksi dan hutan milik;
(3) Masa berlaku ijin Pengusahaan Hutan adalah 6 (enam) bulan dan dapat
diperpanjang selama – lamanya 6 (enam) bulan;
(4) Perpanjangan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pada ayat ini hanya dapat
dilakukan sekali.
Pasal 4
Syarat–syarat untuk mendapatkan Ijin Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud pasal
2 Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah dikonsultasikan
dengan DPRD.
Pasal 5
Ijin pengusahaan hutan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 dapat
dicabut apabila :
a. Melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam ijin ;
b. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Merugikan kepentingan umum;
d. Pemegang ijin tidak memenuhi kewajibannya.
Pasal 6
Ijin Pengusahaan Hutan berakhir karena :
a. Masa berlakunya telah habis;
b. Target kayu volume yang diijinkan sudah dipenuhi;
c. Diserahkan kembali kepada Bupati sebelum jangka waktu yang diberikan berakhir;
d. Dicabut ijinnya.
Pasal 7
Ijin Pengusahaan Hutan dimaksud pada pasal 3 ayat (1) tidak boleh dipindah tangankan
kecuali setelah memperoleh persetujuan dari Bupati.
BAB III
PERSYARATAN LOKASI DAN PENGUSAHAAN HUTAN
Pasal 8
(1) Pengusahaan hutan hanya diperbolehkan pada areal tanah yang mempunyai
kemiringan (lereng) di bawah 40 % (empat puluh persen) atau 45 derajat;
(2) Hutan Rakyat/Hutan Milik diperbolehkan tebang pilih pada tempat-tempat
tertentu;
(3) Pengusahaan………/4
(3) Pengusahaan hutan dilarang pada radius/jarak:
a. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;
b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
c. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;
d. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
e. 2 (dua) kali kedalaman jurang tepi jurang;
- 4 -
f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari
tepi pantai;
g. 50 (lima puluh) meter dari perkampungan / persawahan untuk hutan produksi.
Pasal 9
Untuk mencegah kerusakan tanah dan pohon di areal hutan, alat yang diperbolehkan
untuk memungut kayu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi areal yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
BAB IV
KEWAJIBAN PEMEGANG IJIN
Pasal 10
Pemegang ijin berkewajiban :
a. Membayar pungutan sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku;
b. Mencegah kerusakan lingkungan hidup;
c. Melaksanakan penebangan kayu dengan cara tebang pilih;
d. Membuat laporan hasil produksi (LHP) atas seluruh hasil kayu tebangan;
e. Memanfaatkan semaksimal mungkin kayu bulat maupun limbah yang berasal dari
penebangan;
f. Melakukan penanaman kembali untuk setiap areal tebangan dengan jenis kayu yang
ditetapkan Pemerintah Daerah.
Pasal 11
(1) Kayu hasil produksi Ijin Pengusahaan Hutan diprioritaskan untuk keperluan bahan
baku industri lokal area.
(2) Kayu hasil produksi yaitu pengusahaan hutan tidak boleh diangkat/dibawa keluar
daerah kabupaten Pakpak Bharat kecuali bahan jadi yang dikerjakan di Kabupaten
Pakpak Bharat.
Pasal 12
(1) Produksi hasil hutan yang diperoleh dari pengusahaan hutan harus diukur dan diuji;
(2) Pengangkutan dan pemasaran kayu hasil produksi Ijin Pengusahaan Hutan wajib
dilengkapi dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB V
PUNGUTAN ATAS IJIN PENGUSAHAAN HUTAN
Pasal 13
(1) Setiap Ijin Pengusahaan Hutan dikenakan retribusi;
(2) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah Rp.100.000,-/Ha/6
(enam) bulan;
(3) Setiap kayu hasil produksi pengusahaan hutan dikenakan retribusi;
(4) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ditetapkan :
a. Untuk Kelompok Kayu Meranti Rp. 50.000,-/M3
;
b. Untuk Kelompok Rimba Campuran Rp. 25.000,-/M3
;
c. Untuk Kayu Pinus, Saingon, Caliptus, mahoni, dan lain-lain yang termasuk
tanaman industri Rp. 15.000,-/M3
;
(5) Tata cara penagihan dan pemungutan retribusi pengusahaan hutan dan tata cara
penyetoran akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB VI......../5
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 14
Pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini dilakukan oleh dinas terkait.
- 5 -
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 15
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah kabupaten diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang pengusahaan hutan ;
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan agar laporan
tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan hukum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana pengusahaan hutan;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan;
d. Memeriksa buku-buku, catatan–catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang pengusahaan hutan;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pengusahaan hutan;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang pengusahaan hutan menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;
(3) Penyidik sebagaimana pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 16
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam
pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan atau selanjutnya Ijin Pengusahaan Hutan
dicabut sesuai dengan Pasal 5 poin b;
(2) Semua……../6
- 6 -
(2) Semua benda yang diperoleh dari dan semua alat atau benda yang dipergunakan
untuk melakukan perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dapat disita untuk negara.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Kepala Dinas terkait berkewajiban melakukan pengendalian dan pengawasan operasional
pelaksanaan dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan 16 dengan
berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.
Pasal 18
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Peraturan Daerah ini dinyatakan sah mulai berlaku pada tanggal pengundangannya.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
Ditetapkan di Salak
pada tanggal 10 Juli 2006
BUPATI PAKPAK BHARAT,
dto.
MUGER HERRY I. BERUTU
Diundangkan di Salak
pada tanggal 11 Juli 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
dto.
GANDI WARTHA MANIK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2006
NOMOR 9
- 7 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
NOMOR 9 TAHUN 2006
TENTANG
PENGUSAHAAN HUTAN
I. UMUM
Bahwa penggalian kekayaan alam yang berupa hutan secara intensif merupakan
suatu unsur pelaksanaan dari pembangunan ekonomi. Penggalian kekayaan hutan
secara maksimal harus dilaksanakan secara terencana, optimal, dan bertanggung
jawab.
Sumber daya hutan mempunyai peranan penting dalam penyediakan bahan baku
bangunan dan industri, sumber pendapatan, penciptaan lapangan dan kesempatan
kerja. Hasil hutan merupakan komoditi yang dapat diubah menjadi hasil olahan dalam
upaya mendapat nilai tambah serta membuka peluang kerja dan kesempatan
berusaha.
Upaya pengolahan hasil hutan tidak dapat mengakibatkan rusaknya hutan, yang oleh
karenanya harus dijaga keseimbangan antara kemampuan penyediaan bahan dengan
pengolahan dan pemanfaatannya.
Pemanfaatan hutan dilakukan dengan pemberian Ijin Pengusahaan Hutan kayu dan
bukan kayu. Disamping mempunyai hak memanfaatkan, pemegang ijin harus
bertanggung jawab atas segala macam gangguan terhadap hutan dan kawasan hutan
yang dipercayakan kepadanya.
Bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, pengaturan, tata cara pemanfaatan dan
yang berkaitan dengan pengelolaan hutan perlu di atur dalam suatu Peraturan
Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 : Cukup jelas.
Pasal 2 : Cukup jelas.
Pasal 3 :
ayat (1) : Pembatasan areal 25 Ha adalah untuk mempermudah
pengendalian dan pengawasan dari kerusakan hutan.
ayat (2) : Hal ini dimaksud bahwa penebangan pada kawasan hutan
lindung tidak diperkenankan.
ayat (3) : Pembatasan waktu untuk selama 6 (enam) bulan adalah untuk
pengendalian intensifikasi pengembangan dan penanaman
kembali.
ayat (4) : Cukup jelas
Pasal 4 : Cukup jelas.
Pasal 5 : Cukup jelas.
- 8 -
Pasal 6 : Cukup jelas.
Pasal 7 : Cukup jelas.
Pasal 8 : Cukup jelas.
Pasal 9 : Cukup jelas.
Pasal 10 : Cukup jelas.
Pasal 11 : Cukup jelas.
Pasal 12 : Cukup jelas.
Pasal 13 : Cukup jelas.
Pasal 14 : Cukup jelas.
Pasal 15 : Cukup jelas.
Pasal 16 : Cukup jelas.
Pasal 17 : Cukup jelas.
Pasal 18 : Cukup jelas.
Pasal 19 : Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
NOMOR 17

Contenu connexe

Tendances

No. 12 ttg pembatalan 4 perda
No. 12 ttg pembatalan 4 perdaNo. 12 ttg pembatalan 4 perda
No. 12 ttg pembatalan 4 perdappbkab
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...iniPurwokerto
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
 
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...iniPurwokerto
 
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029Probolinggo Property
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, RiauRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, RiauPenataan Ruang
 
Pp 35 tahun 2002 ttg dana reboisasi
Pp 35 tahun 2002  ttg dana reboisasiPp 35 tahun 2002  ttg dana reboisasi
Pp 35 tahun 2002 ttg dana reboisasiwalhiaceh
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTUGanglumpur KUKAR
 
pembatalan Perda di kabupaten Ende
pembatalan Perda di kabupaten Endepembatalan Perda di kabupaten Ende
pembatalan Perda di kabupaten EndeKristoforus Kita
 
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbPerda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbandika_combat
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK...iniPurwokerto
 
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+provPA_Klaten
 
Perda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerah
Perda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerahPerda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerah
Perda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerahjufrikarim
 
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahaNo. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahappbkab
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BogorRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BogorPenataan Ruang
 

Tendances (19)

No. 12 ttg pembatalan 4 perda
No. 12 ttg pembatalan 4 perdaNo. 12 ttg pembatalan 4 perda
No. 12 ttg pembatalan 4 perda
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA ...
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
 
Perda 9 tahun 2014 retribusi
Perda 9 tahun 2014 retribusiPerda 9 tahun 2014 retribusi
Perda 9 tahun 2014 retribusi
 
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistr...
 
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
perda no 22 2010 ttg rtrwp jabar 2009 2029
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, RiauRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Riau
 
Pp 35 tahun 2002 ttg dana reboisasi
Pp 35 tahun 2002  ttg dana reboisasiPp 35 tahun 2002  ttg dana reboisasi
Pp 35 tahun 2002 ttg dana reboisasi
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
 
pembatalan Perda di kabupaten Ende
pembatalan Perda di kabupaten Endepembatalan Perda di kabupaten Ende
pembatalan Perda di kabupaten Ende
 
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbPerda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIK...
 
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
 
Banjar 2010 02
Banjar 2010 02Banjar 2010 02
Banjar 2010 02
 
Perda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerah
Perda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerahPerda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerah
Perda no.-16-thn-2013 ret-penj-produksi-usaha-daerah
 
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usahaNo. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
No. 4 ttg perubahan no. 10 thn 2010 ttg retribusi jasa usaha
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BogorRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
 

Similaire à Hutan

P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakJhon Blora
 
Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001People Power
 
Kab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujudKab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujudMedan Comonity
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014Jhon Blora
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutanwalhiaceh
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Sapik Bubud
 
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Jhon Blora
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Penataan Ruang
 
Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...
Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...
Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...walhiaceh
 
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum PerhutaniPP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum PerhutaniGedhe Foundation
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuJhon Blora
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutanwalhiaceh
 
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kota
Pp 63 tahun  2002  ttg hutan kotaPp 63 tahun  2002  ttg hutan kota
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kotawalhiaceh
 
Pp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPeople Power
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Jhon Blora
 
Pp 2 tahun 2008 ttg tarif
Pp 2 tahun 2008 ttg tarifPp 2 tahun 2008 ttg tarif
Pp 2 tahun 2008 ttg tarifwalhiaceh
 
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...helmut simamora
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Jhon Blora
 

Similaire à Hutan (20)

P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
 
Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001
 
Kab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujudKab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujud
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011
 
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
 
Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...
Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...
Pp 62 tahun 1998 ttg penyerahan sbagian urusan pemerintah di bid kehutanan ke...
 
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum PerhutaniPP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutan
 
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kota
Pp 63 tahun  2002  ttg hutan kotaPp 63 tahun  2002  ttg hutan kota
Pp 63 tahun 2002 ttg hutan kota
 
Pp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutan
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
 
P43 2014
P43 2014P43 2014
P43 2014
 
Pp 2 tahun 2008 ttg tarif
Pp 2 tahun 2008 ttg tarifPp 2 tahun 2008 ttg tarif
Pp 2 tahun 2008 ttg tarif
 
P49 08 Hutan Desa
P49 08   Hutan DesaP49 08   Hutan Desa
P49 08 Hutan Desa
 
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
 

Plus de Medan Comonity

Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013Medan Comonity
 
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprdPerda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprdMedan Comonity
 
Na ruu pphma-versi aman
Na ruu pphma-versi amanNa ruu pphma-versi aman
Na ruu pphma-versi amanMedan Comonity
 
Matrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi baleg
Matrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi balegMatrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi baleg
Matrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi balegMedan Comonity
 
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negaraMedan Comonity
 
Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012Medan Comonity
 
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakamanPerda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakamanMedan Comonity
 
Kabupaten pakpakbharat 2-2005
Kabupaten pakpakbharat 2-2005Kabupaten pakpakbharat 2-2005
Kabupaten pakpakbharat 2-2005Medan Comonity
 
Kab pakpak barat 3_2008
Kab pakpak barat 3_2008Kab pakpak barat 3_2008
Kab pakpak barat 3_2008Medan Comonity
 

Plus de Medan Comonity (13)

Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
 
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprdPerda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
 
Na ruu pphma-versi aman
Na ruu pphma-versi amanNa ruu pphma-versi aman
Na ruu pphma-versi aman
 
Matrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi baleg
Matrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi balegMatrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi baleg
Matrix usulan perubahan terhadap ruu pphma versi baleg
 
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
 
Ruu pphma versi aman
Ruu pphma versi amanRuu pphma versi aman
Ruu pphma versi aman
 
Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012
 
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakamanPerda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
Perda nomor-5-tahun-2011-tentang-pelayanan-pemakaman
 
Pemerintah desa
Pemerintah desaPemerintah desa
Pemerintah desa
 
Lamaran mau dikirim
Lamaran mau dikirimLamaran mau dikirim
Lamaran mau dikirim
 
Kabupaten pakpakbharat 2-2005
Kabupaten pakpakbharat 2-2005Kabupaten pakpakbharat 2-2005
Kabupaten pakpakbharat 2-2005
 
Kab pakpak barat 3_2008
Kab pakpak barat 3_2008Kab pakpak barat 3_2008
Kab pakpak barat 3_2008
 
Uu no 9_2003
Uu no 9_2003Uu no 9_2003
Uu no 9_2003
 

Hutan

  • 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa penggalian kekayaan alam di hutan secara intensiv merupakan suatu unsur pelaksanaan dari pembangunan ekonomi; b. bahwa pengusahaan hutan dan pemanfaatan kayu di Kabupaten Pakpak Bharat perlu dilakukan secara terencana, rasional, optimal dan bertanggung jawab; c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf ”a" dan ”b” tersebut di atas dipandang perlu mengatur pengusahaan hutan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3699); 2. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 5. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 31); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Kehutanan kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 106 Tambahan Lembaran Negara 3769); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 9 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 10.Peraturan ……./2
  • 2. - 2 - 10 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206); 11 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4207); 12 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT dan BUPATI PAKPAK BHARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Pakpak Bharat; 4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Bupati Pakpak Bharat; 5. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pakpak Bharat; 6. Dinas Pengembangan Sumber Daya Alam adalah Dinas Pengembangan Sumber Daya Alam Kabupaten Pakpak Bharat; 7. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan; 8. Hutan Milik/Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak atas tanah; 9. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah; 10.Pengusahaan hutan adalah kegiatan pemanfaatan hutan yang didasarkan atas azas kelestarian fungsi dan azas perusahaan yang meliputi penataan, penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan; 11.Izin Pengusahaan Hutan adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat kepada Badan Hukum dan atau perorangan untuk mengusahakan hutan; 12.Hasil hutan adalah benda–benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan; 13. Retribusi....../3 13.Retribusi Pengusahaan Hutan adalah Pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsik atas pengusahaan hutan atas tanah Negara dan atau tanah milik. BAB II P E R I J I N A N Pasal 2
  • 3. - 3 - (1) Setiap orang dan atau badan hukum yang melakukan pengusahaan hutan harus lebih dahulu memperoleh rekomendasi dari Kepala Desa yang disahkan oleh Camat setempat. (2) Setiap orang dan atau badan hukum dapat melakukan pengusahaan hutan setelah memperoleh ijin dari Bupati. Pasal 3 (1) Ijin Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Daerah ini dapat diberikan untuk seluas–luasnya 25 Ha; (2) Ijin Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Daerah ini, hanya dapat diberikan pada kawasan hutan produksi dan hutan milik; (3) Masa berlaku ijin Pengusahaan Hutan adalah 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang selama – lamanya 6 (enam) bulan; (4) Perpanjangan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pada ayat ini hanya dapat dilakukan sekali. Pasal 4 Syarat–syarat untuk mendapatkan Ijin Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud pasal 2 Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah dikonsultasikan dengan DPRD. Pasal 5 Ijin pengusahaan hutan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 dapat dicabut apabila : a. Melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam ijin ; b. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Merugikan kepentingan umum; d. Pemegang ijin tidak memenuhi kewajibannya. Pasal 6 Ijin Pengusahaan Hutan berakhir karena : a. Masa berlakunya telah habis; b. Target kayu volume yang diijinkan sudah dipenuhi; c. Diserahkan kembali kepada Bupati sebelum jangka waktu yang diberikan berakhir; d. Dicabut ijinnya. Pasal 7 Ijin Pengusahaan Hutan dimaksud pada pasal 3 ayat (1) tidak boleh dipindah tangankan kecuali setelah memperoleh persetujuan dari Bupati. BAB III PERSYARATAN LOKASI DAN PENGUSAHAAN HUTAN Pasal 8 (1) Pengusahaan hutan hanya diperbolehkan pada areal tanah yang mempunyai kemiringan (lereng) di bawah 40 % (empat puluh persen) atau 45 derajat; (2) Hutan Rakyat/Hutan Milik diperbolehkan tebang pilih pada tempat-tempat tertentu; (3) Pengusahaan………/4 (3) Pengusahaan hutan dilarang pada radius/jarak: a. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; c. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; d. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; e. 2 (dua) kali kedalaman jurang tepi jurang;
  • 4. - 4 - f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai; g. 50 (lima puluh) meter dari perkampungan / persawahan untuk hutan produksi. Pasal 9 Untuk mencegah kerusakan tanah dan pohon di areal hutan, alat yang diperbolehkan untuk memungut kayu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi areal yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB IV KEWAJIBAN PEMEGANG IJIN Pasal 10 Pemegang ijin berkewajiban : a. Membayar pungutan sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku; b. Mencegah kerusakan lingkungan hidup; c. Melaksanakan penebangan kayu dengan cara tebang pilih; d. Membuat laporan hasil produksi (LHP) atas seluruh hasil kayu tebangan; e. Memanfaatkan semaksimal mungkin kayu bulat maupun limbah yang berasal dari penebangan; f. Melakukan penanaman kembali untuk setiap areal tebangan dengan jenis kayu yang ditetapkan Pemerintah Daerah. Pasal 11 (1) Kayu hasil produksi Ijin Pengusahaan Hutan diprioritaskan untuk keperluan bahan baku industri lokal area. (2) Kayu hasil produksi yaitu pengusahaan hutan tidak boleh diangkat/dibawa keluar daerah kabupaten Pakpak Bharat kecuali bahan jadi yang dikerjakan di Kabupaten Pakpak Bharat. Pasal 12 (1) Produksi hasil hutan yang diperoleh dari pengusahaan hutan harus diukur dan diuji; (2) Pengangkutan dan pemasaran kayu hasil produksi Ijin Pengusahaan Hutan wajib dilengkapi dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB V PUNGUTAN ATAS IJIN PENGUSAHAAN HUTAN Pasal 13 (1) Setiap Ijin Pengusahaan Hutan dikenakan retribusi; (2) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah Rp.100.000,-/Ha/6 (enam) bulan; (3) Setiap kayu hasil produksi pengusahaan hutan dikenakan retribusi; (4) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ditetapkan : a. Untuk Kelompok Kayu Meranti Rp. 50.000,-/M3 ; b. Untuk Kelompok Rimba Campuran Rp. 25.000,-/M3 ; c. Untuk Kayu Pinus, Saingon, Caliptus, mahoni, dan lain-lain yang termasuk tanaman industri Rp. 15.000,-/M3 ; (5) Tata cara penagihan dan pemungutan retribusi pengusahaan hutan dan tata cara penyetoran akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB VI......../5 BAB VI PENGAWASAN Pasal 14 Pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini dilakukan oleh dinas terkait.
  • 5. - 5 - BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 15 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah kabupaten diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan ; (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan agar laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan hukum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pengusahaan hutan; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan; d. Memeriksa buku-buku, catatan–catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pengusahaan hutan; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang pengusahaan hutan menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan; (3) Penyidik sebagaimana pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan atau selanjutnya Ijin Pengusahaan Hutan dicabut sesuai dengan Pasal 5 poin b; (2) Semua……../6
  • 6. - 6 - (2) Semua benda yang diperoleh dari dan semua alat atau benda yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat disita untuk negara. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 Kepala Dinas terkait berkewajiban melakukan pengendalian dan pengawasan operasional pelaksanaan dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan 16 dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku. Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Daerah ini dinyatakan sah mulai berlaku pada tanggal pengundangannya. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat. Ditetapkan di Salak pada tanggal 10 Juli 2006 BUPATI PAKPAK BHARAT, dto. MUGER HERRY I. BERUTU Diundangkan di Salak pada tanggal 11 Juli 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT dto. GANDI WARTHA MANIK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2006 NOMOR 9
  • 7. - 7 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN I. UMUM Bahwa penggalian kekayaan alam yang berupa hutan secara intensif merupakan suatu unsur pelaksanaan dari pembangunan ekonomi. Penggalian kekayaan hutan secara maksimal harus dilaksanakan secara terencana, optimal, dan bertanggung jawab. Sumber daya hutan mempunyai peranan penting dalam penyediakan bahan baku bangunan dan industri, sumber pendapatan, penciptaan lapangan dan kesempatan kerja. Hasil hutan merupakan komoditi yang dapat diubah menjadi hasil olahan dalam upaya mendapat nilai tambah serta membuka peluang kerja dan kesempatan berusaha. Upaya pengolahan hasil hutan tidak dapat mengakibatkan rusaknya hutan, yang oleh karenanya harus dijaga keseimbangan antara kemampuan penyediaan bahan dengan pengolahan dan pemanfaatannya. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan pemberian Ijin Pengusahaan Hutan kayu dan bukan kayu. Disamping mempunyai hak memanfaatkan, pemegang ijin harus bertanggung jawab atas segala macam gangguan terhadap hutan dan kawasan hutan yang dipercayakan kepadanya. Bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, pengaturan, tata cara pemanfaatan dan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan perlu di atur dalam suatu Peraturan Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup jelas. Pasal 2 : Cukup jelas. Pasal 3 : ayat (1) : Pembatasan areal 25 Ha adalah untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan dari kerusakan hutan. ayat (2) : Hal ini dimaksud bahwa penebangan pada kawasan hutan lindung tidak diperkenankan. ayat (3) : Pembatasan waktu untuk selama 6 (enam) bulan adalah untuk pengendalian intensifikasi pengembangan dan penanaman kembali. ayat (4) : Cukup jelas Pasal 4 : Cukup jelas. Pasal 5 : Cukup jelas.
  • 8. - 8 - Pasal 6 : Cukup jelas. Pasal 7 : Cukup jelas. Pasal 8 : Cukup jelas. Pasal 9 : Cukup jelas. Pasal 10 : Cukup jelas. Pasal 11 : Cukup jelas. Pasal 12 : Cukup jelas. Pasal 13 : Cukup jelas. Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16 : Cukup jelas. Pasal 17 : Cukup jelas. Pasal 18 : Cukup jelas. Pasal 19 : Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 17