SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
BAB V
                    KRITERIA KEGAGALAN STATIK

5.1.   Pendahuluan
       Kenapa mesin/peralatan atau elemen mesin mengalami kegagalan? Pertanyaan
ini adalah masalah mendasar yang telah menghantui ilmuwan dan insinyur sejak
berabad-abad lalu. Mekanisme terjadinya kegagalan kini lebih dipahami seiring kemajuan
teknik pengujian dan pengukuran.
       Kegagalan pada suatu elemen mesin dapat terjadi dalam berbagai wujud seperti
        ht


misalnya yielding, retak, patah, scoring, pitting, korosi, aus, dan lain-lain. Agen penyebab
           tp


kegagalan juga bermacam-macam seperti misalnya salah design, beban operasional,
             ://


kesalahan maintenance, cacat material, temperatur, lingkungan, waktu, dan lain-lain.
Dengan pengetahuan yang lengkap tentang kegagalan, maka para insinyur dapat
                ru


mempertimbangkan berbagai aspek penyebab kegagalan dalam perancangan sehingga
                             m


diharapkan kegagalan tidak akan terjadi selama umur teknisnya. Dalam bab ini hanya
                              ah


akan dibahas kegagalan elemen mesin yang diakibatkan oleh beban mekanis. Beban
mekanis yang dimaksud adalah beban dalam bentuk gaya, momen, tekanan, dan beban
                                -b


mekanis lainnya.
                                  el


       Kegagalan akibat beban mekanis adalah berhubungan dengan jenis tegangan
                                     aj


yang terjadi pada komponen mesin. Pertanyaannya adalah : tipe tegangan seperti apa
yang akan menimbulkan kegagalan? tegangan tarik? tegangan tekan? atau tegangan
                                        a                 r.o


geser? Faktor lain apakah yang juga ikut berpengaruh dalam menimbulkan kegagalan?
                                                                 rg




                                            5-1
ht
           tp


             Gambar 5.1 Kegagalan akibat tegangan tarik uniaksial dan torsi murni
             ://


       Gambar 5.1 (a) menunjukkan lingkaran Mohr untuk spesimen yang mendapat
                ru


beban tarik uniaksial. Terlihat bahwa spesimen juga mengalami tegangan geser dengan
                             m


nilai maksimum sebesar setengah tegangan normal maksimum.               Hal sebaliknya juga
terjadi pada spesimen yang mendapat beban torsi murni, ternyata spesimen juga
                              ah


mengalami tegangan normal dengan nilai maksimum sama dengan tegangan geser
                                -b


maksimum. Jadi tegangan manakah yang lebih berperan menimbulkan kegagalan ?
       Uji tarik dapat menjelaskan terjadinya kegagalan pada spesimen yang mendapat
                                  el


beban uniaksial. Gambar 5.2 menunjukkan kurva tegangan-regangan pada spesimen
                                     aj


material ulet (ductile) dan material getas (brittle). Terlihat fenomena “yielding” pada
                                        a


material ulet, sedangkan pada material getas, kegagalan atau patah terjadi tanpa adanya
                                                           r.o


yielding yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kegagalan untuk material
ulet akan dibatasi oleh kekuatan yield, dan material getas dibatasi oleh kekuatan ultimate.
                                                                   rg


Analisis menunjukkan bahwa untuk material ulet, kegagalan lebih ditentukan oleh
kekuatan geser, sedangkan untuk material getas, kegagalan lebih ditentukan oleh
kekuatan tensile. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu dikembangkan teori atau kriteria
kegagalan yang berbeda        antara material ulet dan material getas. Variabel yang
membedakan apakah material bersifat getas atau ulet dapat di baca di referensi.




                                             5-2
ht
           tp
             ://
                ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a


            Gambar 5.2 Kurva tegangan-regangan material ulet dan material getas
                                                          r.o
                                                                 rg


5.2.   Teori Kegagalan untuk Material Ulet
       Material yang ulet akan patah jika tegangan akibat beban statik diatas kekuatan
tarik ultimatenya. Lebih jauh, kegagalan pada komponen mesin terjadi bila tegangan
akibat beban statik diatas kekuatan yieldnya.



5.2.1. Teori Energi Distorsi (von Mises-Hencky)

       Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Huber (1904) dan kemudian
disempurnakan melalui kontribusi Von Mises dan Hencky. Teori ini menyatakan bahwa
”Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan multiaksial bilamana energi distorsi
per unit volume sama atau lebih besar dari energi distorsi per unit volume pada saat




                                           5-3
terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial sederhana terhadap spesimen
dari material yang sama”.


Energi regangan akibat distorsi (berkaitan dengan perubahan bentuk) per unit volume, Ud
adalah energi regangan total per unit volume, U dikurangi energi regangan akibat beban
hidrostatik (berkaitan dengan perubahan volume) per unit volume, Uh
Ud          U Uh                                                                                                                           5.1


Energi regangan total per unit volume, U adalah luas dibawah kurva tegangan-regangan
(gambar 5.3)
                ht
                   tp
                     ://
                        ru
                                                                             m
                                                                              ah


                             Gambar 5.3 Energi regangan yang tersimpan pada elemen terdefleksi
                                                                                -b
                                                                                  el


            1
U                    1           1               2           2           3   3
                                                                                     aj


            2
                                                                                                                                           5.2
             1               2                   2                   2
                                                                                        a


U                        1                   2                   3           2       1       2        2   3     1   3
            2E
                                                                                                                        r.o


                                          1
                     1                                   1               2       3
                                                                                                                         rg


                                          E
                                          1
dimana :             2                                   2               1       3
                                          E
                                          1
                     3                                   3               1       2
                                          E
Tegangan utama terdiri atas komponen hidrostatik ( h) dan distorsi (                                                          id)


    i           h                    id

sehinggga :

 1          2            3               3       h               1d              2d              3d

 3      h        1                   2               3               1d          2d              3d

Komponen hidrostatik tegangan,                                                           h   terjadi hanya akibat perubahan volumetrik (   id   = 0)




                                                                                                          5-4
1        2                   3
     h
                   3
Energi regangan hidrostatik, Uh didapatkan dengan mensubstitusi                                                                                             h   pada persamaan 5.2
           1                   2                   2                       2                                                                        3 1 2       2
Uh                     h                       h                       h           2           h       h             h    h         h       h               h
          2E                                                                                                                                        2 E
                                                                                   2
         3 1 2                         1                   2               3
Uh
         2 E                                           3                                                                                                                  5.3
         1 2            2                      2                   2
Uh                     1                   2                   3               2           1 2                 2 3            1 3
          6E


sehingga :
           ht


U    d   U Uh
              tp


      1     2                          2                   2
U                                                                      2
                ://


     d     1                       2                   3                           1 2                 2 3               1 3
     2E
 1 2
                   ru


          2                        2                   2
         1                     2                   3               2           1 2             2 3                 1 3
   6E
                                                                               m


     1         2                           2                       2
Ud           1                         2                       3               1 2                 2   3             1 3                                                  5.4
      3E
                                                                                ah


Pendekatan kriteria kegagalan dilakukan dengan membandingkan energi distorsi per unit
                                                                                  -b


volume pada persamaan 5.4 dengan energi distorsi saat terjadi kegagalan pada uji tarik.
1                                      1
                                                                                    el


        2                                                                  2               2                   2
     Sy    Ud                                                          1               2                   3             1 2            2       3   1 3
 3E                                     3E
                                                                                       aj


   2     2    2                                    2
Sy     1    2                                  3                   1 2                 2       3               1 3
                                                                                          a


           2               2                   2
Sy                                                                                                                                                                        5.5
                                                                                                                                                    r.o


          1            2                   3                   1 2                 2 3                 1 3

Untuk keadaan tegangan 2 dimensi,                                                                      2       = 0 maka :
                                                                                                                                                          rg


               2                                       2
Sy         1           1           3               3                                                                                                                      5.6




                                                                                                                         5-5
Gambar 5.4 Grafik representasi TED dalam keadaan tegangan 2 dimensi
                   ht


           Tegangan efektif Von Mises ( ‘) didefinisikan sebagai tegangan tarik uniaksial
yang dapat menghasilkan energi distorsi yamg sama dengan yang dihasilkan oleh
                      tp


kombinasi tegangan yang bekerja.
                        ://


                   2         2               2
  '
                           ru


               1         2               3                 1         2           2   3       1    3

atau :
                                                                         m


                                 2                                       2                        2              2        2        2
                                                                                                       6
                                                                          ah


                   X      Y                      Y             Z                     Z       X              xy       yz       zx
 '                                                                                                                                          5.7
                                                                                     2
                                                                            -b


untuk kasus dua dimensi (                                                = 0)
                                                                              el


                                                                     2

                   2                         2
                                                                                 aj


  '            1         1       3       3
                                                                                    a


                   2         2                                           2
  '            x         y           x           y       3       xy                                                                         5.8
                                                                                                                              r.o


                                                                                     Sy
Kegagalan akan terjadi bila :                                                '                                                              5.9
                                                                                                                                       rg


                                                                                     ns


Untuk geseran murni                                      1     = =               3   dan         2=   0 (Gambar 5.1 b)
      2        2                         2                       2                       2
Sy         1             1 1         1               3       1               3   max


          Sy
 1                     0.577 S y                     max
           3
dari persamaan diatas didefinisikan kekuatan yield terhadap geser (Sys) dari material ulet
adalah fraksi dari kekuatan yield yang didapat dari uji tarik (Sy)
S ys      0.577 S y                                                                                                                         5.10




                                                                                                      5-6
5.2.2. Teori Tegangan Geser Maksimum (TTGM)

       Ide tentang tegangan geser yang berperan dalam menimbulkan kegagalan
pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Perancis, Coulomb (1376-1806). Formula
kriteria tegangan geser maksimum dipublikasikan oleh Tresca (1864) dan Guest (1900)
membuktikannya lewat experimen. Sehingga teori ini sering disebut teori Tresca atau
Guest law. Teori ini menyatakan bahwa “Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan
tegangan multiaksial jika nilai tegangan geser maksimum sama atau lebih besar
dibandingkan tegangan geser maksimum pada saat terjadinya kegagalan dalam
pengujian tegangan uniaksial sederhana yang menggunakan spesimen dengan material
yang sama”.
        ht


Secara sederhana, kegagalan terjadi apabila :
                    Su
           tp


         1    2          ns
             ://


                    Su
                                                                                 5.11
         2    3          ns
                ru


                    Su
                               m


         3    1          ns
                                ah


di mana Su adalah Kekuatan material pada saat uji tarik. Jadi kegagalan akan terjadi jika
salah satu persamaan di atas terpenuhi. Dalam bentuk grafik, teori tegangan geser
                                  -b


maksimum ditunjukkan pada gambar 5.4.
                                    el
                                       aj
                                          a                 r.o
                                                                   rg




                  Gambar 5.5 Grafik representasi teori tegangan geser maksimum




5.3.   Teori Kegagalan untuk Material Getas
       Kegagalan material yang bersifat getas akibat beban mekanis umumnya dalam
bentuk patah atau retak. Bentuk patahan material getas disebut patah getas yang
mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada gambar 5.1.


                                              5-7
5.3.1. Teori Tegangan Normal maksimum (TTNM)

         Teori ini paling baik diterapkan pada material getas yang berserat dan kaca. Teori
ini menyatakan bahwa “Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan multiaksial
jika tegangan utama maksimum sama atau lebih besar dibandingkan tegangan normal
maksimum pada saat terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial
sederhana yang menggunakan spesimen dengan material yang sama”.
Secara sederhana, kegagalan terjadi apabila :
              S ut
          1          ns
                                                                                  5.12
          ht


              S uc
          3          ns
             tp


dimana               1    2   3   = tegangan normal utama
               ://


                 Sut = kekuatan ultimate material terhadap tarik
                  ru


                 Suc = kekuatan ultimate material terhadap tekan
                                   m


Gambar 5.5 menunjukkan batasan kriteria tegangan normal maksimum. Kegagalan akan
                                    ah


diprediksikan akan terjadi jika kondisi tegangan berada diluar batas lingkaran (gambar a),
dan diluar batas segiempat (gambar b).
                                      -b
                                        el
                                           aj
                                              a             r.o
                                                                   rg




                 Gambar 5.6 Grafik representasi teori tegangan normal maksimum




5.3.2. Internal Friction Theory (IFT)

         TTNM paling tepat digunakan pada material getas berserat dan kaca dimana
struktur mikro terorientasi pada arah tegangan normal maksimum sebelum terjadinya



                                                 5-8
patah. Banyak material getas seperti keramik dan logam cor yang tidak memiliki
kemampuan tersebut sehingga tidak tepat mengaplikasikan TTNM.
Pada material getas seperti keramik dan logam cor, kekuatan terhadap tekan lebih besar
dari kekuatan terhadap tarik, sehingga digunakan perluasan terhadap MSST. Secara
matematis dituliskan sebagai :

                                                 1          3      1
jika   1      0 dan          3       0
                                               S ut      S uc      ns
                                                         S ut
jika    3     0                                  1                                        5.13
                                                         ns
                                                         S uc
jika   1      0                                  3
                                                         ns
             ht
                tp


dimana :      1         2        3   = tegangan normal utama
                  ://


             Sut = kekuatan ultimate material terhadap tarik
             Suc = kekuatan ultimate material terhadap tekan
                     ru
                                            m


5.3.3. Modified Mohr Theory (MMT)
                                             ah


            Tidak seperti IFT yang memiliki basis matematis, MMT dikembangkan dengan
                                               -b


tujuan sesuai dengan data pengujian. MMT sangat baik dalam memprediksi sifat material
                                                 el


ulet, terutama pada kuadran-IV. MMT dapat dituliskan sebagai :
jika   1>   0 dan           3<   -Sut
                                                    aj


                                                            Sut            Suc Sut
                                                       a


                                                                  3
jika   1      0 dan         3         Sut            1
                                                          Suc     Sut     nSut Sut
                                                                                 r.o


                                                                          Sut
jika   3          Sut                                                 1                   5.14
                                                                                     rg


                                                                          ns
                                                                          Suc
jika   1     0                                                        3
                                                                          ns




                                                                  5-9
Gambar 5.7 Prediksi kegagalan material getas dengan MMT dan IFT
         ht
            tp


5.4.   Pemilihan Kriteria Kegagalan
              ://


       Untuk material ulet, kriteria kegagalan TED lebih akurat dibandingkan TTGM
(ditunjukkan oleh data pengujian terhadap material ulet pada gambar 5.8). Oleh karena itu
                 ru


tegangan von misses (dari TED) cenderung digunakan pada analisis tegangan untuk
                               m


kepentingan komersial serta kode elemen hingga untuk mendapatkan profil tegangan.
                                ah


Namun, TTGM sering digunakan karena lebih konservatif (memprediksikan kegagalan
pada beban yang lebih rendah dibandingkan pada TED) dan secara matematis lebih
                                  -b


gampang
                                    el
                                       aj
                                          a                   r.o
                                                                      rg




 Gambar 5.8 Bukti eksperimental kriteria-kriteria kegagalan (a) Luluh pada material ulet (b) Patah
                                       pada material getas


       Tidak seperti material ulet, sifat material getas seperti keramik dan logam cor lebih
bervariasi. Spesimen uji tidak mengalami kegagalan pada tegangan yang sama sehingga
sulit menentukan kekuatan minimumnya secara pasti. Oleh karena itu engineer harus




                                               5-10
menerapkan konsep probabilitas dalam desain. Penerapan kriteria kegagalan pada
material getas harus secara hati-hati karena kriteria kegagalan deterministic (tegangan
minimum dapat ditentukan secara pasti) sedangkan pada material getas sifat-sifatnya
menunjukkan probabilistic.
        Gambar 5.8 menunjukkan MMT lebih sesuai terhadap data pengujian material
getas. Namun perbedaan ketiga kriteria kegagalan yang digunakan pada material getas
(TTNM, IFT, dan MMT) tidak signifikan, sehingga tidak dapat disimpulkan teori mana yang
lebih baik.



5.5.    Mekanika Patah
         ht


        Mekanika patah menyajikan studi struktural yang memandang perambatan retak
sebagai fungsi beban kerja. Retak adalah cacat mikroskopik yang secara normal muncul
            tp


pada permukaan atau bagian dalam material. Tidak ada material atau proses manufaktur
              ://


yang menghasilkan struktur kristal yang bebas cacat (selalu terdapat cacat mikro).
                 ru


        Perambatan retak memerlukan tegangan yang lebih kecil dibandingkan untuk
                             m


inisiasi retak. Pada tegangan kerja, retak bergerak mudah disepanjang material,
menyebabkan slip pada bidang geraknya. Pada lokasi ini lebih mudah terjadi kerusakan.
                              ah


Perambatan ini dapat dicegah dengan adanya diskontinuitas pada material.
                                -b


        Kegagalan patah terjadi patah level tegangan dibawah tegangan luluh material
solid. Mekanika patah memfokuskan pada panjang retak yang kritis yang menyebabkan
                                  el


elemen gagal. Pengawasan terhadap patah terbagi atas menjaga tegangan nominal dan
                                     aj


menjaga ukuran retak agar dibawah level kritis untuk material yang telah digunakan pada
                                        a


elemen mesin.
                                                          r.o
                                                                 rg


5.5.1. Mode Perambatan Retak

        Ada 3 mode dasar perambatan retak (gambar 5.9), setiap mode menyebabkan
pergerakkan permukaan retak yang berbeda :
1. Mode I, opening (tarikan), merupakan mode perambatan retak yang paling sering
   ditemui. Retak mengalami pemisahan secara simetris terhadap bidang retak.
2. Mode II, sliding (geseran dalam bidang), timbul jika retak mengalami geseran relatif
   satu sama lain secara simetris terhadap arah normal bidang retak, tetapi tidak simetri
   terhadap bidang retak.
3. Mode III, tearing (antiplane), timbul jika retak mengalami geseran relatif satu sama lain
   secara tak simetris terhadap bidang retak maupun arah normalnya.




                                           5-11
Mengaplikasikan pembahasan stress raiser (Fundamentals of Machine Elements
Sec.5) pada geometri dalam gambar 8, diketahui perambatan retak muncul jika tegangan
lebih tinggi pada ujung retak daripada ditempat lainnya.




            Gambar 5.9 Tiga model pergeseran retak (a) Opening (b) Sliding (c) Tearing
           ht
              tp


5.5.2. Kekuatan Patah
                ://


       Pembahasan kekuatan patah disini dibatasi pada pergerakan retak mode I.
                   ru


Terlebih dulu harus dipahami faktor intensitas tegangan. Faktor intensitas tegangan, Ki
                                m


menunjukkan level/intensitas tegangan pada ujung retak pada elemen yang mengandung
                                 ah


retak (titik A gambar 5.9 a).
       Kekuatan patah, Kci adalah intensitas tegangan kritis dimana perambatan retak
                                   -b


muncul atau intensitas tegangan maksimum yang dapat ditahan elemen tanpa patah.
                                     el


Kekuatan patah digunakan sebagai kriteria desain dalam pencegahan patah material
getas, seperti halnya kekuatan luluh digunakan sebagai kriteria desain dalam pencegahan
                                        aj


luluh material ulet pada pembebanan statis.
                                           a


       Karena tegangan dekat ujung retak dapat didefinisikan dalam faktor intensitas
                                                             r.o


tegangan, nilai kritis kekuatan patah Kci menyatakan besaran yang dapat menentukan
                                                                     rg


keadaan material getas. Secara umum persamaan untuk kekuatan patah adalah :

K ci   Y   nom    a                                                                      5.15

dimana :    nom   = tegangan nominal pada saat patah, Mpa
           a = setengan panjang retak, m
           Y = faktor koreksi (tak berdimensi) yang memperhitungkan geometri elemen
                 yang mengandung retak.
Pers.5.15 berlaku dengan asumsi beban bekerja jauh dari ujung retak dan panjang retak
relatif kecil terhadap lebar pelat. Satuan faktor intensitas tegangan dan kekuatan patah

merupakan kombinasi satuan tegangan dan akar dari panjang retak, yakni Mpa m .




                                              5-12
Tabel 5.1 Data tegangan luluh dan kekuatan patah beberapa material pada temperatur ruang




           ht
              tp
                ://
                   ru
                                      m


        Tabel 5.1 menunjukkan data tegangan luluh dan kekuatan patah (mode I)
                                       ah


beberapa material pada temperatur ruang. Perhatikan bahwa kekuatan patah, Kci
bergatung pada banyak faktor antara lain temperatur, tingkat regangan dan mikrostruktur.
                                         -b


Besar Kci menurun seiring kenaikan tingkat regangan dan penurunan temperatur. Selain
                                           el


itu, meningkatkan kekuatan luluh dengan proses, seperti strain hardening menyebabkan
                                              aj


turunnya Kci.
                                                 a                      r.o


Contoh soal
5.1 Dua jenis material baja AISI 4340 dan paduan aluminium 7075-T651. Asumsikan
                                                                               rg


bahwa tegangan patah 0,8 kali tegangan luluh dan faktor koreksi adalah 1. Tentukan
panjang retak kritis pada temperatur ruang.


Solusi :
a. Dari tabel 5.1 untuk AISI 4340 :

   Sy = 238 ksi                nom      0,8 S y     190,4 ksi           K ci   45,8 ksi in
   Dari pers. 5.15 :
                           2                         2
           1       K ci        1       45,8 10 3
    a                                                      0,01842 in
               Y     nom             1 109,4 10 3




                                                         5-13
b. Dari tabel 5.1 untuk paduan aluminium 7075-T651

     Sy = 73 ksi                    nom      0 ,8 S y      58,4 ksi              K ci   26 ksi in


     Dari persamaan 5.15
                               2                           2
               1       K ci         1       26 10 3
     a                                                              0,06309 in
                   Y     nom              1 58,4 10 3
Material baja lebih dulu mengalami kegagalan karena memiliki panjang retak kritis yang
lebih kecil. Aluminium lebih kuat jika perambatan retak dipertimbangkan.
               ht


5.2 Kontainer untuk udara bertekanan dibuat dari paduan aluminium 2024-T351. Faktor
                  tp


keamanan terhadap luluh diharuskan 1,6. Panjang retak maksimum yang boleh pada
                    ://


tebal material adalah 6mm. Faktor koreksi berdasarkan bentuk retak, Y = 1. Tentukan
a. Faktor intensitas tegangan dan faktor keamanan terhadap patah getas.
                       ru


b. Apakah faktor keamanan akan meningkat jika material diganti paduan aluminium
                                           m


     7075-T651 yang lebih kuat. Asumsikan retak yang sama
                                            ah


Solusi :
                                              -b


a.         Dari tabel 5.1 untuk paduan aluminium 2024-T351
                                                el


     Sy = 325 MPa                            K ci   36 MPa m
                                                   aj


     Tegangan nominal adalah :
                                                      a


                   Sy         325
                                                                                 r.o


         nom                        203,1 MPa
                   ns         1,6
     Setengah panjang retak = 3mm. Faktor intensitas tegangan dari pers.5.15 adalah
                                                                                        rg


     Ki        Y      nom      a 1 203,1 10 6           3 10   3
                                                                      19,72MPa m
     Faktor keamanan terhadap patah getas adalah :
               K ci          36
     ns                             1,83
               Ki           19,72
b.         Dari tabel 5.1 untuk paduan aluminium 7075-T651

     Sy = 505 MPa                            K ci   29 MPa m
     Faktor keamanan terhadap luluh adalah :
           505
     1,6                    249
           325



                                                                   5-14
Kenaikan kekuatan aluminium 7075-T651 memberikan faktor keamanan terhadap
   luluh yang lebih tinggi. Faktor keamanan terhadap perambatan retak adalah :
             K ci    29
       ns                   1,47
             Ki     19,72
Dari perhitungan diatas, diketahui aluminium yang lebih kuat lebih mudah mengalami
kegagalan akibat perambatan retak.



5.6.        Faktor Keamanan
            Faktor Keamanan pada awalnya didefinisikan sebagai suatu bilangan pembagi
kekuatan ultimate material untuk menentukan “tegangan kerja” atau “tegangan design”.
             ht


Perhitungan tegangan design ini pada jaman dulu belum mempertimbangkan faktor-faktor
                tp


lain seperti impak, fatigue, stress konsentrasi, dan lain-lain, sehingga faktor keamanan
nilainya cukup besar yaitu sampai 20-30. Seiring dengan kemajuan teknologi, faktor
                  ://


keamanan dalam design harus mempertimbangkan hampir semua faktor yang mungkin
                     ru


meningkatkan terjadinya kegagalan. Dalam dunia modern faktor keamanan umumnya
                                   m


antara 1.2 – 3.
                                    ah


            Dalam “modern engineering practice” faktor keamanan dihitung terhadap
“significant strength of material”, jadi tidak harus terhadap ultimate atau tensile strength.
                                      -b


Sebagai contoh, jika kegagalan melibatkan “yield” maka significant strength adalah yield
                                        el


strength of material; jika kegagalan melibatkan fatigue maka faktor keamanan adalah
berdasarkan fatigue; dan seterusnya. Dengan demikian faktor keamanan didefinisikan
                                           aj


sebagai :
                                              a


                                   significant strength of the material
                                                               r.o


                              N
                                              working stress
                                                                      rg


Beberapa referensi juga mendefinisikan faktor keamanan sebagai perbadingan antara
“design overload” dan “normal load”.
            Penentuan nilai numerik faktor keamanan sangat tergantung pada berbagai
parameter dan pengalaman. Parameter-parameter utama yang harus diperhatikan adalah
jenis material, tipe dan mekanisme aplikasi beban, state of stress, jenis komponen dan
lain-lain. Berdasarkan berbagai pengalaman dan parameter-parameter tersebut, telah
dikembangkan Codes yang memuat cara perhitungan dan penentuan faktor keamanan
untuk berbagai aplikasi khusus. Misalnya ASME B16.5 untuk Flanges, ASME Pressure
Vessel Codes, DNV OS F101 Submarine pipeline, dan Code-code yang lain.




                                                5-15
Tingkat     ketidak-pastian     (uncertainty)   juga   merupakan   hal   penting   yang
menentukan nilai faktor keamanan yang digunakan. Berikut adalah beberapa tingkat
ketidak-pastian yang harus dipertimbangkan untuk elemen yang mendapat beban statik :
    Tingkat ketidak-pastian beban. Pada situasi tertentu, nilai beban yang bekerja pada
    suatu komponen mesin dapat ditentukan dengan pasti. Seperti misalnya beban gaya
    sentrifugal pada motor listrik, beban berat kendaraan, beban pada pegas katup
    sebuah engine dan lain-lain. Tetapi pada kondisi tertentu, nilai beban yang pasti
    sangat sulit ditentukan. Misalnya beban yang bekerja pada pegas sistim suspensi
    kendaraan di mana terjadi variasi yang sangat besar tergantung kondisi jalan dan
    cara kendaraan dikendarai. Bagaimana dengan mesin-mesin yang baru diciptakan di
    mana belum ada pengalaman sebagai referensi ? Jadi semakin tinggi tingkat ketidak-
        ht


    pastian, maka insinyur harus menggunakan faktor keamanan yang semakin
           tp


    konservatif.
             ://


    Tingkat ketidak-pastian kekuatan material. Idealnya insinyur mesin harus memiliki
    pengetahuan dan data yang luas tentang kekuatan material, baik pada kondisi
                ru


    fabrikasi, maupun setelah menjadi komponen mesin. Data-data tersebut haruslah di
                              m


    test pada temperatur dan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi aplikasi
                               ah


    komponen tersebut. Tetapi dalam kenyataan hal ini sangat sulit dipenuhi.
    Kebanyakan data yang tersedia adalah hasil uji pada kondisi temperatur kamar dan
                                 -b


    pembebanan yang ideal serta ukuran yang berbeda dengan komponen yang
                                   el


    sebenarnya. Juga perlu dicatat bahwa sifat material dapat berubah cukup signifikan
                                      aj


    selama komponen digunakan. Jadi parameter ketidak pastian data material ini perlu
                                         a


    dipertimbangkan dalam penentuan faktor keamanan.
                                                              r.o


    Tingkat ketidak-pastian metodologi design dan analysis. Metodologi design dan
    jenis analisis juga sangat menentukan faktor keamanan dalam suatu perancangan
                                                                    rg


    komponen mesin. Hal-hal yang perlu dieprhatikan antara lain adalah (a) seberapa
    valid asumsi-asumsi yang digunakan serta persamaan standard dalam perhitungan
    tegangan, (b) akurasi dalam perhitungan faktor konsentrasi tegangan, (c) akurasi
    dalam meng-estimasi adanya “tegangan sisa” yang timbul saat pembuatan
    komponen, (d) kesesuaian teori kegagalan yang digunakan dan penentuan
    “significant strength” material.
    Konsekuensi kegagalan – keamanan manusia dan ekonomi. Konsekuensi
    kegagalan baik terhadap keselamatan manusia maupun ekonomi juga merupakan
    parameter pertimbangan utama dalam menentukan faktor keamanan. Jika kegagalan
    yang terjadi dapat membahayakan keselamatan banyak orang atau menimbulkan
    konsekuensi ekonomi yang besar, maka faktor keamanan yang konservatif perlu



                                               5-16
digunakan. Contohnya, faktor keamanan yang tinggi diperlukan pada sarana
      angkutan transporatsi massa, industri minyak-gas.

Selain hal di atas, faktor ekonomi atau biaya yang dibutuhkan juga merupakan
pertimbangan utama dalam menentukan faktor keamanan. Angka numerik faktor
keamanan yang disarankan sesuai dengan beberapa parameter dan tingkat


              Tabel 4.2 Faktor keamanan yang disarankan dalam perancangan

No.      Faktor keamanan                 Parameter dan tingkat ketidakpastian
         yang disarankan
          ht


 1.        N = 1.25    1.5   Data     material   yang   sangat   akurat   dan    andal,   jenis
             tp


                             pembebanan yang pasti, metoda perhitungan tegangan yang
                             akurat
               ://
                  ru


 2.         N = 1. 5   2     Data Material yang cukup baik, kondisi lingkungan yang
                             stabil, dan beban serta tegangan yang terjadi dapat dihitung
                             m


                             dengan baik.
                              ah


 3.        N = 2. 0    2.5   Average material, komponen dioperasikan pada lingkungan
                                -b


                             normal, beban dan tegangan dapat dihitung dengan material
                                  el


 4.         N = 2. 5   3     Untuk material yang datanya kurang baik, atau material
                                     aj


                             getas dengan pembebanan, dan lingkungan rata-rata
                                        a                  r.o


 5.          N=3       4     Untuk material yang belum teruji, dengan pembebanan, dan
                             lingkungan rata-rata
                                                                  rg


                             Angka ini juga disarankan untuk material yang teruji dengan
                             baik, tetapi kondisi lingkungan dan pembebanan tidak dapat
                             ditentukan dengan pasti

 6.     Beban berulang-ulang (bolak-balik) : angka-angka yang disarankan di atas dapat
        digunakan tetapi dengan endurance limit sebagai “significant strength”

 7.     Beban impak : angka-angka yang disarankan di atas dapat digunakan tetapi faktor
        impak harus dimasukkan

 8.     Material getas : angka-angka yang disarankan di atas dikalikan dua untuk material




                                             5-17
getas, dimana faktor keamanan dihitung terhadap ultimate strength




SOAL-SOAL


5.1 Elemen mengalami kombinasi tegangan sebagaimana tercantum pada tabel dibawah
   ini. Gambarkan elemen tegangan yang menunjukkan tegangan yang bekerja dan
   tentukan tegangan utama serta tegangan von Mises.
        ht
           tp
             ://
                ru
                           m
                            ah
                              -b
                                el


5.2 Gaya 1500 N diterapkan pada lengan pedal sepeda berdiameter 15mm pada gambar
                                   aj


   dibawah ini. Pedal terpasang pada lengan menggunakan ulir 12mm. Tentukan
                                      a


   tegangan von Mises pada lengan pedal dan skrup serta faktor keamanan terhadap
                                                       r.o


   kegagalan statik jika Sy = 350 Mpa
                                                             rg




                                        5-18
5.3 Papan kantilever dengan penampang melintang 305mmx32mm. Tentukan tegangan
   utama maksimum pada papan jika seorang bermassa 100kg berdiri pada ujung
   bebas. Tentukan faktor keamanan statik jika material yang digunakan fiberglass getas
   dengan Sut = 130 Mpa pada arah longitudinal.
        ht
           tp
             ://


5.4 Pada gambar dibawah ditunjukkan dua jenis kunci roda mobil, single ended (a) dan
   double ended (b). Jarak antara titik A dan B 1 ft, diameter gagang kunci 0.625 in.
                ru


   Tentukan gaya maksimum sebelum gagang mengalami luluh (Sy = 45 Ksi)
                           m
                            ah
                              -b
                                el
                                   aj
                                      a               r.o
                                                               rg


5.5 Elemen dari material ulet (Sy = 60 ksi) dibebani sehingga tegangan normal utama
   pada lokasi yang kritis pada keadaan tegangan biaxial   1   = 20 ksi dan   2   = -15 ksi.
   Tentukan faktor keamanan berdasarkan MSST dan DET serta tentukan kriteria yang
   lebih tepat dibandingkan dengan data pengujian.


5.6 Sebuah poros mentransmisikan torsi dari gearbox menuju poros belakang truk tidak
   balans, sehingga gaya sentrifugal 500 N bekerja pada bagian tengah poros sepanjang
   3m. Poros tubular AISI 1040 berdiameter luar 70 mm dan diameter dalam 58 mm.




                                         5-19
Poros mentransmisikan torsi 6000 Nm. Gunakan DET untuk menentukan faktor
   keamanan.


5.7 Rod pada gambar dibawah ini terbuat dari logam AISI 1040 dengan dua bend 90o.
   Gunakan MSST dan DET untuk menentukan diameter minimum rod agar faktor
   keamanan = 2.
        ht
           tp
             ://
                ru
                          m


5.8 Poros pada gambar dibawah ini terbuat dari logam AISI 1020. Bila data d = 30mm, D
                           ah


   = 45mm, d2 = 40mm, tentukan bagian yang paling kritis dengan menggunakan MSST
   dan DET.
                             -b
                               el
                                  aj
                                     a               r.o
                                                            rg




                                        5-20
rg
                     ar.o
                  aj
               el
             -b
           ah




                              5-21
          m
        ru
     ://
   tp
ht

Contenu connexe

Tendances

Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesinEko Purwanto
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)argi prasetio
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Novia Fitriany
 
03 tegangan regangan (2)
03   tegangan regangan (2)03   tegangan regangan (2)
03 tegangan regangan (2)tekpal14
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaIskandar Tambunan
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 

Tendances (20)

Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesin
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
03 tegangan regangan (2)
03   tegangan regangan (2)03   tegangan regangan (2)
03 tegangan regangan (2)
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
 
Elemen Mesin II - Rem
Elemen Mesin II - RemElemen Mesin II - Rem
Elemen Mesin II - Rem
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Baut dan Mur
Baut dan MurBaut dan Mur
Baut dan Mur
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 

En vedette

Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Adolvin Mahadiputra
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 
Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet ekahartanti
 
Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1arismanna
 
FEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failureFEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failureCARD_G6
 
Permensos No.17 Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial
Permensos No.17  Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan SosialPermensos No.17  Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial
Permensos No.17 Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan SosialDewi Kartika
 
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"Yoollan MW
 
Stress Measures And Failure Criteria
Stress Measures And Failure CriteriaStress Measures And Failure Criteria
Stress Measures And Failure CriteriaAlan Ho
 
Standar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanStandar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanAbrianto Akuan
 

En vedette (20)

Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
Korosi suatu material
Korosi suatu materialKorosi suatu material
Korosi suatu material
 
Teori dasar electric
Teori dasar electricTeori dasar electric
Teori dasar electric
 
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
 
Seshasai
SeshasaiSeshasai
Seshasai
 
Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet
 
Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1
 
Induksi faraday FISIKA UNNES
Induksi faraday FISIKA UNNESInduksi faraday FISIKA UNNES
Induksi faraday FISIKA UNNES
 
FEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failureFEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failure
 
Mesin frais 1
Mesin frais 1Mesin frais 1
Mesin frais 1
 
Permensos No.17 Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial
Permensos No.17  Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan SosialPermensos No.17  Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial
Permensos No.17 Thn. 2012 Tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial
 
Patahan Logam
Patahan LogamPatahan Logam
Patahan Logam
 
Hukum faraday
Hukum faraday Hukum faraday
Hukum faraday
 
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
 
Stress Measures And Failure Criteria
Stress Measures And Failure CriteriaStress Measures And Failure Criteria
Stress Measures And Failure Criteria
 
Wireless Networking
Wireless NetworkingWireless Networking
Wireless Networking
 
Standar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanStandar Analisis Kegagalan
Standar Analisis Kegagalan
 
(2)analisa tegangan
(2)analisa tegangan(2)analisa tegangan
(2)analisa tegangan
 

Plus de Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif Rumah Belajar
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysisRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2Rumah Belajar
 

Plus de Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4
 
Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3Mikrokontroler pertemuan 3
Mikrokontroler pertemuan 3
 
Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2Mikrokontroler pertemuan 2
Mikrokontroler pertemuan 2
 

Dernier

Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfAnggaaBaraat
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKArifinAmin1
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptxHalomoanHutajulu3
 
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxoperatorsttmamasa
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 

Dernier (20)

Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
 
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 

Bab 05 kriteria kegagalan 1

  • 1. BAB V KRITERIA KEGAGALAN STATIK 5.1. Pendahuluan Kenapa mesin/peralatan atau elemen mesin mengalami kegagalan? Pertanyaan ini adalah masalah mendasar yang telah menghantui ilmuwan dan insinyur sejak berabad-abad lalu. Mekanisme terjadinya kegagalan kini lebih dipahami seiring kemajuan teknik pengujian dan pengukuran. Kegagalan pada suatu elemen mesin dapat terjadi dalam berbagai wujud seperti ht misalnya yielding, retak, patah, scoring, pitting, korosi, aus, dan lain-lain. Agen penyebab tp kegagalan juga bermacam-macam seperti misalnya salah design, beban operasional, :// kesalahan maintenance, cacat material, temperatur, lingkungan, waktu, dan lain-lain. Dengan pengetahuan yang lengkap tentang kegagalan, maka para insinyur dapat ru mempertimbangkan berbagai aspek penyebab kegagalan dalam perancangan sehingga m diharapkan kegagalan tidak akan terjadi selama umur teknisnya. Dalam bab ini hanya ah akan dibahas kegagalan elemen mesin yang diakibatkan oleh beban mekanis. Beban mekanis yang dimaksud adalah beban dalam bentuk gaya, momen, tekanan, dan beban -b mekanis lainnya. el Kegagalan akibat beban mekanis adalah berhubungan dengan jenis tegangan aj yang terjadi pada komponen mesin. Pertanyaannya adalah : tipe tegangan seperti apa yang akan menimbulkan kegagalan? tegangan tarik? tegangan tekan? atau tegangan a r.o geser? Faktor lain apakah yang juga ikut berpengaruh dalam menimbulkan kegagalan? rg 5-1
  • 2. ht tp Gambar 5.1 Kegagalan akibat tegangan tarik uniaksial dan torsi murni :// Gambar 5.1 (a) menunjukkan lingkaran Mohr untuk spesimen yang mendapat ru beban tarik uniaksial. Terlihat bahwa spesimen juga mengalami tegangan geser dengan m nilai maksimum sebesar setengah tegangan normal maksimum. Hal sebaliknya juga terjadi pada spesimen yang mendapat beban torsi murni, ternyata spesimen juga ah mengalami tegangan normal dengan nilai maksimum sama dengan tegangan geser -b maksimum. Jadi tegangan manakah yang lebih berperan menimbulkan kegagalan ? Uji tarik dapat menjelaskan terjadinya kegagalan pada spesimen yang mendapat el beban uniaksial. Gambar 5.2 menunjukkan kurva tegangan-regangan pada spesimen aj material ulet (ductile) dan material getas (brittle). Terlihat fenomena “yielding” pada a material ulet, sedangkan pada material getas, kegagalan atau patah terjadi tanpa adanya r.o yielding yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kegagalan untuk material ulet akan dibatasi oleh kekuatan yield, dan material getas dibatasi oleh kekuatan ultimate. rg Analisis menunjukkan bahwa untuk material ulet, kegagalan lebih ditentukan oleh kekuatan geser, sedangkan untuk material getas, kegagalan lebih ditentukan oleh kekuatan tensile. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu dikembangkan teori atau kriteria kegagalan yang berbeda antara material ulet dan material getas. Variabel yang membedakan apakah material bersifat getas atau ulet dapat di baca di referensi. 5-2
  • 3. ht tp :// ru m ah -b el aj a Gambar 5.2 Kurva tegangan-regangan material ulet dan material getas r.o rg 5.2. Teori Kegagalan untuk Material Ulet Material yang ulet akan patah jika tegangan akibat beban statik diatas kekuatan tarik ultimatenya. Lebih jauh, kegagalan pada komponen mesin terjadi bila tegangan akibat beban statik diatas kekuatan yieldnya. 5.2.1. Teori Energi Distorsi (von Mises-Hencky) Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Huber (1904) dan kemudian disempurnakan melalui kontribusi Von Mises dan Hencky. Teori ini menyatakan bahwa ”Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan multiaksial bilamana energi distorsi per unit volume sama atau lebih besar dari energi distorsi per unit volume pada saat 5-3
  • 4. terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial sederhana terhadap spesimen dari material yang sama”. Energi regangan akibat distorsi (berkaitan dengan perubahan bentuk) per unit volume, Ud adalah energi regangan total per unit volume, U dikurangi energi regangan akibat beban hidrostatik (berkaitan dengan perubahan volume) per unit volume, Uh Ud U Uh 5.1 Energi regangan total per unit volume, U adalah luas dibawah kurva tegangan-regangan (gambar 5.3) ht tp :// ru m ah Gambar 5.3 Energi regangan yang tersimpan pada elemen terdefleksi -b el 1 U 1 1 2 2 3 3 aj 2 5.2 1 2 2 2 a U 1 2 3 2 1 2 2 3 1 3 2E r.o 1 1 1 2 3 rg E 1 dimana : 2 2 1 3 E 1 3 3 1 2 E Tegangan utama terdiri atas komponen hidrostatik ( h) dan distorsi ( id) i h id sehinggga : 1 2 3 3 h 1d 2d 3d 3 h 1 2 3 1d 2d 3d Komponen hidrostatik tegangan, h terjadi hanya akibat perubahan volumetrik ( id = 0) 5-4
  • 5. 1 2 3 h 3 Energi regangan hidrostatik, Uh didapatkan dengan mensubstitusi h pada persamaan 5.2 1 2 2 2 3 1 2 2 Uh h h h 2 h h h h h h h 2E 2 E 2 3 1 2 1 2 3 Uh 2 E 3 5.3 1 2 2 2 2 Uh 1 2 3 2 1 2 2 3 1 3 6E sehingga : ht U d U Uh tp 1 2 2 2 U 2 :// d 1 2 3 1 2 2 3 1 3 2E 1 2 ru 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 3 6E m 1 2 2 2 Ud 1 2 3 1 2 2 3 1 3 5.4 3E ah Pendekatan kriteria kegagalan dilakukan dengan membandingkan energi distorsi per unit -b volume pada persamaan 5.4 dengan energi distorsi saat terjadi kegagalan pada uji tarik. 1 1 el 2 2 2 2 Sy Ud 1 2 3 1 2 2 3 1 3 3E 3E aj 2 2 2 2 Sy 1 2 3 1 2 2 3 1 3 a 2 2 2 Sy 5.5 r.o 1 2 3 1 2 2 3 1 3 Untuk keadaan tegangan 2 dimensi, 2 = 0 maka : rg 2 2 Sy 1 1 3 3 5.6 5-5
  • 6. Gambar 5.4 Grafik representasi TED dalam keadaan tegangan 2 dimensi ht Tegangan efektif Von Mises ( ‘) didefinisikan sebagai tegangan tarik uniaksial yang dapat menghasilkan energi distorsi yamg sama dengan yang dihasilkan oleh tp kombinasi tegangan yang bekerja. :// 2 2 2 ' ru 1 2 3 1 2 2 3 1 3 atau : m 2 2 2 2 2 2 6 ah X Y Y Z Z X xy yz zx ' 5.7 2 -b untuk kasus dua dimensi ( = 0) el 2 2 2 aj ' 1 1 3 3 a 2 2 2 ' x y x y 3 xy 5.8 r.o Sy Kegagalan akan terjadi bila : ' 5.9 rg ns Untuk geseran murni 1 = = 3 dan 2= 0 (Gambar 5.1 b) 2 2 2 2 2 Sy 1 1 1 1 3 1 3 max Sy 1 0.577 S y max 3 dari persamaan diatas didefinisikan kekuatan yield terhadap geser (Sys) dari material ulet adalah fraksi dari kekuatan yield yang didapat dari uji tarik (Sy) S ys 0.577 S y 5.10 5-6
  • 7. 5.2.2. Teori Tegangan Geser Maksimum (TTGM) Ide tentang tegangan geser yang berperan dalam menimbulkan kegagalan pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Perancis, Coulomb (1376-1806). Formula kriteria tegangan geser maksimum dipublikasikan oleh Tresca (1864) dan Guest (1900) membuktikannya lewat experimen. Sehingga teori ini sering disebut teori Tresca atau Guest law. Teori ini menyatakan bahwa “Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan multiaksial jika nilai tegangan geser maksimum sama atau lebih besar dibandingkan tegangan geser maksimum pada saat terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial sederhana yang menggunakan spesimen dengan material yang sama”. ht Secara sederhana, kegagalan terjadi apabila : Su tp 1 2 ns :// Su 5.11 2 3 ns ru Su m 3 1 ns ah di mana Su adalah Kekuatan material pada saat uji tarik. Jadi kegagalan akan terjadi jika salah satu persamaan di atas terpenuhi. Dalam bentuk grafik, teori tegangan geser -b maksimum ditunjukkan pada gambar 5.4. el aj a r.o rg Gambar 5.5 Grafik representasi teori tegangan geser maksimum 5.3. Teori Kegagalan untuk Material Getas Kegagalan material yang bersifat getas akibat beban mekanis umumnya dalam bentuk patah atau retak. Bentuk patahan material getas disebut patah getas yang mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada gambar 5.1. 5-7
  • 8. 5.3.1. Teori Tegangan Normal maksimum (TTNM) Teori ini paling baik diterapkan pada material getas yang berserat dan kaca. Teori ini menyatakan bahwa “Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan multiaksial jika tegangan utama maksimum sama atau lebih besar dibandingkan tegangan normal maksimum pada saat terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial sederhana yang menggunakan spesimen dengan material yang sama”. Secara sederhana, kegagalan terjadi apabila : S ut 1 ns 5.12 ht S uc 3 ns tp dimana 1 2 3 = tegangan normal utama :// Sut = kekuatan ultimate material terhadap tarik ru Suc = kekuatan ultimate material terhadap tekan m Gambar 5.5 menunjukkan batasan kriteria tegangan normal maksimum. Kegagalan akan ah diprediksikan akan terjadi jika kondisi tegangan berada diluar batas lingkaran (gambar a), dan diluar batas segiempat (gambar b). -b el aj a r.o rg Gambar 5.6 Grafik representasi teori tegangan normal maksimum 5.3.2. Internal Friction Theory (IFT) TTNM paling tepat digunakan pada material getas berserat dan kaca dimana struktur mikro terorientasi pada arah tegangan normal maksimum sebelum terjadinya 5-8
  • 9. patah. Banyak material getas seperti keramik dan logam cor yang tidak memiliki kemampuan tersebut sehingga tidak tepat mengaplikasikan TTNM. Pada material getas seperti keramik dan logam cor, kekuatan terhadap tekan lebih besar dari kekuatan terhadap tarik, sehingga digunakan perluasan terhadap MSST. Secara matematis dituliskan sebagai : 1 3 1 jika 1 0 dan 3 0 S ut S uc ns S ut jika 3 0 1 5.13 ns S uc jika 1 0 3 ns ht tp dimana : 1 2 3 = tegangan normal utama :// Sut = kekuatan ultimate material terhadap tarik Suc = kekuatan ultimate material terhadap tekan ru m 5.3.3. Modified Mohr Theory (MMT) ah Tidak seperti IFT yang memiliki basis matematis, MMT dikembangkan dengan -b tujuan sesuai dengan data pengujian. MMT sangat baik dalam memprediksi sifat material el ulet, terutama pada kuadran-IV. MMT dapat dituliskan sebagai : jika 1> 0 dan 3< -Sut aj Sut Suc Sut a 3 jika 1 0 dan 3 Sut 1 Suc Sut nSut Sut r.o Sut jika 3 Sut 1 5.14 rg ns Suc jika 1 0 3 ns 5-9
  • 10. Gambar 5.7 Prediksi kegagalan material getas dengan MMT dan IFT ht tp 5.4. Pemilihan Kriteria Kegagalan :// Untuk material ulet, kriteria kegagalan TED lebih akurat dibandingkan TTGM (ditunjukkan oleh data pengujian terhadap material ulet pada gambar 5.8). Oleh karena itu ru tegangan von misses (dari TED) cenderung digunakan pada analisis tegangan untuk m kepentingan komersial serta kode elemen hingga untuk mendapatkan profil tegangan. ah Namun, TTGM sering digunakan karena lebih konservatif (memprediksikan kegagalan pada beban yang lebih rendah dibandingkan pada TED) dan secara matematis lebih -b gampang el aj a r.o rg Gambar 5.8 Bukti eksperimental kriteria-kriteria kegagalan (a) Luluh pada material ulet (b) Patah pada material getas Tidak seperti material ulet, sifat material getas seperti keramik dan logam cor lebih bervariasi. Spesimen uji tidak mengalami kegagalan pada tegangan yang sama sehingga sulit menentukan kekuatan minimumnya secara pasti. Oleh karena itu engineer harus 5-10
  • 11. menerapkan konsep probabilitas dalam desain. Penerapan kriteria kegagalan pada material getas harus secara hati-hati karena kriteria kegagalan deterministic (tegangan minimum dapat ditentukan secara pasti) sedangkan pada material getas sifat-sifatnya menunjukkan probabilistic. Gambar 5.8 menunjukkan MMT lebih sesuai terhadap data pengujian material getas. Namun perbedaan ketiga kriteria kegagalan yang digunakan pada material getas (TTNM, IFT, dan MMT) tidak signifikan, sehingga tidak dapat disimpulkan teori mana yang lebih baik. 5.5. Mekanika Patah ht Mekanika patah menyajikan studi struktural yang memandang perambatan retak sebagai fungsi beban kerja. Retak adalah cacat mikroskopik yang secara normal muncul tp pada permukaan atau bagian dalam material. Tidak ada material atau proses manufaktur :// yang menghasilkan struktur kristal yang bebas cacat (selalu terdapat cacat mikro). ru Perambatan retak memerlukan tegangan yang lebih kecil dibandingkan untuk m inisiasi retak. Pada tegangan kerja, retak bergerak mudah disepanjang material, menyebabkan slip pada bidang geraknya. Pada lokasi ini lebih mudah terjadi kerusakan. ah Perambatan ini dapat dicegah dengan adanya diskontinuitas pada material. -b Kegagalan patah terjadi patah level tegangan dibawah tegangan luluh material solid. Mekanika patah memfokuskan pada panjang retak yang kritis yang menyebabkan el elemen gagal. Pengawasan terhadap patah terbagi atas menjaga tegangan nominal dan aj menjaga ukuran retak agar dibawah level kritis untuk material yang telah digunakan pada a elemen mesin. r.o rg 5.5.1. Mode Perambatan Retak Ada 3 mode dasar perambatan retak (gambar 5.9), setiap mode menyebabkan pergerakkan permukaan retak yang berbeda : 1. Mode I, opening (tarikan), merupakan mode perambatan retak yang paling sering ditemui. Retak mengalami pemisahan secara simetris terhadap bidang retak. 2. Mode II, sliding (geseran dalam bidang), timbul jika retak mengalami geseran relatif satu sama lain secara simetris terhadap arah normal bidang retak, tetapi tidak simetri terhadap bidang retak. 3. Mode III, tearing (antiplane), timbul jika retak mengalami geseran relatif satu sama lain secara tak simetris terhadap bidang retak maupun arah normalnya. 5-11
  • 12. Mengaplikasikan pembahasan stress raiser (Fundamentals of Machine Elements Sec.5) pada geometri dalam gambar 8, diketahui perambatan retak muncul jika tegangan lebih tinggi pada ujung retak daripada ditempat lainnya. Gambar 5.9 Tiga model pergeseran retak (a) Opening (b) Sliding (c) Tearing ht tp 5.5.2. Kekuatan Patah :// Pembahasan kekuatan patah disini dibatasi pada pergerakan retak mode I. ru Terlebih dulu harus dipahami faktor intensitas tegangan. Faktor intensitas tegangan, Ki m menunjukkan level/intensitas tegangan pada ujung retak pada elemen yang mengandung ah retak (titik A gambar 5.9 a). Kekuatan patah, Kci adalah intensitas tegangan kritis dimana perambatan retak -b muncul atau intensitas tegangan maksimum yang dapat ditahan elemen tanpa patah. el Kekuatan patah digunakan sebagai kriteria desain dalam pencegahan patah material getas, seperti halnya kekuatan luluh digunakan sebagai kriteria desain dalam pencegahan aj luluh material ulet pada pembebanan statis. a Karena tegangan dekat ujung retak dapat didefinisikan dalam faktor intensitas r.o tegangan, nilai kritis kekuatan patah Kci menyatakan besaran yang dapat menentukan rg keadaan material getas. Secara umum persamaan untuk kekuatan patah adalah : K ci Y nom a 5.15 dimana : nom = tegangan nominal pada saat patah, Mpa a = setengan panjang retak, m Y = faktor koreksi (tak berdimensi) yang memperhitungkan geometri elemen yang mengandung retak. Pers.5.15 berlaku dengan asumsi beban bekerja jauh dari ujung retak dan panjang retak relatif kecil terhadap lebar pelat. Satuan faktor intensitas tegangan dan kekuatan patah merupakan kombinasi satuan tegangan dan akar dari panjang retak, yakni Mpa m . 5-12
  • 13. Tabel 5.1 Data tegangan luluh dan kekuatan patah beberapa material pada temperatur ruang ht tp :// ru m Tabel 5.1 menunjukkan data tegangan luluh dan kekuatan patah (mode I) ah beberapa material pada temperatur ruang. Perhatikan bahwa kekuatan patah, Kci bergatung pada banyak faktor antara lain temperatur, tingkat regangan dan mikrostruktur. -b Besar Kci menurun seiring kenaikan tingkat regangan dan penurunan temperatur. Selain el itu, meningkatkan kekuatan luluh dengan proses, seperti strain hardening menyebabkan aj turunnya Kci. a r.o Contoh soal 5.1 Dua jenis material baja AISI 4340 dan paduan aluminium 7075-T651. Asumsikan rg bahwa tegangan patah 0,8 kali tegangan luluh dan faktor koreksi adalah 1. Tentukan panjang retak kritis pada temperatur ruang. Solusi : a. Dari tabel 5.1 untuk AISI 4340 : Sy = 238 ksi nom 0,8 S y 190,4 ksi K ci 45,8 ksi in Dari pers. 5.15 : 2 2 1 K ci 1 45,8 10 3 a 0,01842 in Y nom 1 109,4 10 3 5-13
  • 14. b. Dari tabel 5.1 untuk paduan aluminium 7075-T651 Sy = 73 ksi nom 0 ,8 S y 58,4 ksi K ci 26 ksi in Dari persamaan 5.15 2 2 1 K ci 1 26 10 3 a 0,06309 in Y nom 1 58,4 10 3 Material baja lebih dulu mengalami kegagalan karena memiliki panjang retak kritis yang lebih kecil. Aluminium lebih kuat jika perambatan retak dipertimbangkan. ht 5.2 Kontainer untuk udara bertekanan dibuat dari paduan aluminium 2024-T351. Faktor tp keamanan terhadap luluh diharuskan 1,6. Panjang retak maksimum yang boleh pada :// tebal material adalah 6mm. Faktor koreksi berdasarkan bentuk retak, Y = 1. Tentukan a. Faktor intensitas tegangan dan faktor keamanan terhadap patah getas. ru b. Apakah faktor keamanan akan meningkat jika material diganti paduan aluminium m 7075-T651 yang lebih kuat. Asumsikan retak yang sama ah Solusi : -b a. Dari tabel 5.1 untuk paduan aluminium 2024-T351 el Sy = 325 MPa K ci 36 MPa m aj Tegangan nominal adalah : a Sy 325 r.o nom 203,1 MPa ns 1,6 Setengah panjang retak = 3mm. Faktor intensitas tegangan dari pers.5.15 adalah rg Ki Y nom a 1 203,1 10 6 3 10 3 19,72MPa m Faktor keamanan terhadap patah getas adalah : K ci 36 ns 1,83 Ki 19,72 b. Dari tabel 5.1 untuk paduan aluminium 7075-T651 Sy = 505 MPa K ci 29 MPa m Faktor keamanan terhadap luluh adalah : 505 1,6 249 325 5-14
  • 15. Kenaikan kekuatan aluminium 7075-T651 memberikan faktor keamanan terhadap luluh yang lebih tinggi. Faktor keamanan terhadap perambatan retak adalah : K ci 29 ns 1,47 Ki 19,72 Dari perhitungan diatas, diketahui aluminium yang lebih kuat lebih mudah mengalami kegagalan akibat perambatan retak. 5.6. Faktor Keamanan Faktor Keamanan pada awalnya didefinisikan sebagai suatu bilangan pembagi kekuatan ultimate material untuk menentukan “tegangan kerja” atau “tegangan design”. ht Perhitungan tegangan design ini pada jaman dulu belum mempertimbangkan faktor-faktor tp lain seperti impak, fatigue, stress konsentrasi, dan lain-lain, sehingga faktor keamanan nilainya cukup besar yaitu sampai 20-30. Seiring dengan kemajuan teknologi, faktor :// keamanan dalam design harus mempertimbangkan hampir semua faktor yang mungkin ru meningkatkan terjadinya kegagalan. Dalam dunia modern faktor keamanan umumnya m antara 1.2 – 3. ah Dalam “modern engineering practice” faktor keamanan dihitung terhadap “significant strength of material”, jadi tidak harus terhadap ultimate atau tensile strength. -b Sebagai contoh, jika kegagalan melibatkan “yield” maka significant strength adalah yield el strength of material; jika kegagalan melibatkan fatigue maka faktor keamanan adalah berdasarkan fatigue; dan seterusnya. Dengan demikian faktor keamanan didefinisikan aj sebagai : a significant strength of the material r.o N working stress rg Beberapa referensi juga mendefinisikan faktor keamanan sebagai perbadingan antara “design overload” dan “normal load”. Penentuan nilai numerik faktor keamanan sangat tergantung pada berbagai parameter dan pengalaman. Parameter-parameter utama yang harus diperhatikan adalah jenis material, tipe dan mekanisme aplikasi beban, state of stress, jenis komponen dan lain-lain. Berdasarkan berbagai pengalaman dan parameter-parameter tersebut, telah dikembangkan Codes yang memuat cara perhitungan dan penentuan faktor keamanan untuk berbagai aplikasi khusus. Misalnya ASME B16.5 untuk Flanges, ASME Pressure Vessel Codes, DNV OS F101 Submarine pipeline, dan Code-code yang lain. 5-15
  • 16. Tingkat ketidak-pastian (uncertainty) juga merupakan hal penting yang menentukan nilai faktor keamanan yang digunakan. Berikut adalah beberapa tingkat ketidak-pastian yang harus dipertimbangkan untuk elemen yang mendapat beban statik : Tingkat ketidak-pastian beban. Pada situasi tertentu, nilai beban yang bekerja pada suatu komponen mesin dapat ditentukan dengan pasti. Seperti misalnya beban gaya sentrifugal pada motor listrik, beban berat kendaraan, beban pada pegas katup sebuah engine dan lain-lain. Tetapi pada kondisi tertentu, nilai beban yang pasti sangat sulit ditentukan. Misalnya beban yang bekerja pada pegas sistim suspensi kendaraan di mana terjadi variasi yang sangat besar tergantung kondisi jalan dan cara kendaraan dikendarai. Bagaimana dengan mesin-mesin yang baru diciptakan di mana belum ada pengalaman sebagai referensi ? Jadi semakin tinggi tingkat ketidak- ht pastian, maka insinyur harus menggunakan faktor keamanan yang semakin tp konservatif. :// Tingkat ketidak-pastian kekuatan material. Idealnya insinyur mesin harus memiliki pengetahuan dan data yang luas tentang kekuatan material, baik pada kondisi ru fabrikasi, maupun setelah menjadi komponen mesin. Data-data tersebut haruslah di m test pada temperatur dan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi aplikasi ah komponen tersebut. Tetapi dalam kenyataan hal ini sangat sulit dipenuhi. Kebanyakan data yang tersedia adalah hasil uji pada kondisi temperatur kamar dan -b pembebanan yang ideal serta ukuran yang berbeda dengan komponen yang el sebenarnya. Juga perlu dicatat bahwa sifat material dapat berubah cukup signifikan aj selama komponen digunakan. Jadi parameter ketidak pastian data material ini perlu a dipertimbangkan dalam penentuan faktor keamanan. r.o Tingkat ketidak-pastian metodologi design dan analysis. Metodologi design dan jenis analisis juga sangat menentukan faktor keamanan dalam suatu perancangan rg komponen mesin. Hal-hal yang perlu dieprhatikan antara lain adalah (a) seberapa valid asumsi-asumsi yang digunakan serta persamaan standard dalam perhitungan tegangan, (b) akurasi dalam perhitungan faktor konsentrasi tegangan, (c) akurasi dalam meng-estimasi adanya “tegangan sisa” yang timbul saat pembuatan komponen, (d) kesesuaian teori kegagalan yang digunakan dan penentuan “significant strength” material. Konsekuensi kegagalan – keamanan manusia dan ekonomi. Konsekuensi kegagalan baik terhadap keselamatan manusia maupun ekonomi juga merupakan parameter pertimbangan utama dalam menentukan faktor keamanan. Jika kegagalan yang terjadi dapat membahayakan keselamatan banyak orang atau menimbulkan konsekuensi ekonomi yang besar, maka faktor keamanan yang konservatif perlu 5-16
  • 17. digunakan. Contohnya, faktor keamanan yang tinggi diperlukan pada sarana angkutan transporatsi massa, industri minyak-gas. Selain hal di atas, faktor ekonomi atau biaya yang dibutuhkan juga merupakan pertimbangan utama dalam menentukan faktor keamanan. Angka numerik faktor keamanan yang disarankan sesuai dengan beberapa parameter dan tingkat Tabel 4.2 Faktor keamanan yang disarankan dalam perancangan No. Faktor keamanan Parameter dan tingkat ketidakpastian yang disarankan ht 1. N = 1.25 1.5 Data material yang sangat akurat dan andal, jenis tp pembebanan yang pasti, metoda perhitungan tegangan yang akurat :// ru 2. N = 1. 5 2 Data Material yang cukup baik, kondisi lingkungan yang stabil, dan beban serta tegangan yang terjadi dapat dihitung m dengan baik. ah 3. N = 2. 0 2.5 Average material, komponen dioperasikan pada lingkungan -b normal, beban dan tegangan dapat dihitung dengan material el 4. N = 2. 5 3 Untuk material yang datanya kurang baik, atau material aj getas dengan pembebanan, dan lingkungan rata-rata a r.o 5. N=3 4 Untuk material yang belum teruji, dengan pembebanan, dan lingkungan rata-rata rg Angka ini juga disarankan untuk material yang teruji dengan baik, tetapi kondisi lingkungan dan pembebanan tidak dapat ditentukan dengan pasti 6. Beban berulang-ulang (bolak-balik) : angka-angka yang disarankan di atas dapat digunakan tetapi dengan endurance limit sebagai “significant strength” 7. Beban impak : angka-angka yang disarankan di atas dapat digunakan tetapi faktor impak harus dimasukkan 8. Material getas : angka-angka yang disarankan di atas dikalikan dua untuk material 5-17
  • 18. getas, dimana faktor keamanan dihitung terhadap ultimate strength SOAL-SOAL 5.1 Elemen mengalami kombinasi tegangan sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini. Gambarkan elemen tegangan yang menunjukkan tegangan yang bekerja dan tentukan tegangan utama serta tegangan von Mises. ht tp :// ru m ah -b el 5.2 Gaya 1500 N diterapkan pada lengan pedal sepeda berdiameter 15mm pada gambar aj dibawah ini. Pedal terpasang pada lengan menggunakan ulir 12mm. Tentukan a tegangan von Mises pada lengan pedal dan skrup serta faktor keamanan terhadap r.o kegagalan statik jika Sy = 350 Mpa rg 5-18
  • 19. 5.3 Papan kantilever dengan penampang melintang 305mmx32mm. Tentukan tegangan utama maksimum pada papan jika seorang bermassa 100kg berdiri pada ujung bebas. Tentukan faktor keamanan statik jika material yang digunakan fiberglass getas dengan Sut = 130 Mpa pada arah longitudinal. ht tp :// 5.4 Pada gambar dibawah ditunjukkan dua jenis kunci roda mobil, single ended (a) dan double ended (b). Jarak antara titik A dan B 1 ft, diameter gagang kunci 0.625 in. ru Tentukan gaya maksimum sebelum gagang mengalami luluh (Sy = 45 Ksi) m ah -b el aj a r.o rg 5.5 Elemen dari material ulet (Sy = 60 ksi) dibebani sehingga tegangan normal utama pada lokasi yang kritis pada keadaan tegangan biaxial 1 = 20 ksi dan 2 = -15 ksi. Tentukan faktor keamanan berdasarkan MSST dan DET serta tentukan kriteria yang lebih tepat dibandingkan dengan data pengujian. 5.6 Sebuah poros mentransmisikan torsi dari gearbox menuju poros belakang truk tidak balans, sehingga gaya sentrifugal 500 N bekerja pada bagian tengah poros sepanjang 3m. Poros tubular AISI 1040 berdiameter luar 70 mm dan diameter dalam 58 mm. 5-19
  • 20. Poros mentransmisikan torsi 6000 Nm. Gunakan DET untuk menentukan faktor keamanan. 5.7 Rod pada gambar dibawah ini terbuat dari logam AISI 1040 dengan dua bend 90o. Gunakan MSST dan DET untuk menentukan diameter minimum rod agar faktor keamanan = 2. ht tp :// ru m 5.8 Poros pada gambar dibawah ini terbuat dari logam AISI 1020. Bila data d = 30mm, D ah = 45mm, d2 = 40mm, tentukan bagian yang paling kritis dengan menggunakan MSST dan DET. -b el aj a r.o rg 5-20
  • 21. rg ar.o aj el -b ah 5-21 m ru :// tp ht