SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  4
Télécharger pour lire hors ligne
- 9 -
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Vol. VIII, No. 14/II/P3DI/Juli/2016KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis
Majalah
AKHIRI MENDIDIK ANAK
DENGAN KEKERASAN
Elga Andina*)
Abstrak
Kekerasan terhadap anak masih terus terjadi sehingga diangkat sebagai tema peringatan
hari anak nasional tahun 2016. Mendidik dengan kekerasan masih menjadi budaya yang
perlu dihapus dan diubah menjadi pola pendidikan yang lebih produktif dan berperspektif
perlindungan hak anak. Orang tua dan sekolah semestinya berkolaborasi dalam proses
pendidikan, termasuk dengan memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi
yang tepat. Untuk memastikan upaya perlindungan dilakukan hingga pada unit sosial
terdekat pada anak, DPR RI perlu mendorong terwujudnya peraturan terkait perlindungan
anak. Sebaliknya, aturan-aturan yang sudah ada juga perlu dievaluasi efektivitasnya agar
dapat mewujudkan kondisi terbaik tumbuh kembang anak.
Pendahuluan
Peringatan Hari Anak Nasional,
tanggal 23 Juli 2016, mengambil tema
“Akhiri Kekerasan terhadap Anak”. Dalam
peringatan tersebut, beberapa elemen
masyarakat menyuarakan tuntutan
dan harapan terhadap kehidupan anak
Indonesia. Forum Anak Nasional menuntut
pengadaan lokasi ramah anak tumbuh
kembang dan perlindungan anak. Memang
hingga saat ini belum ada satupun wilayah
yang berperingkat ramah anak, meskipun
menurut Deputi Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Bidang Tumbuh
Kembang Anak, Lenny N Nursalin, sudah
ada 294 kabupaten/kota di Indonesia yang
pada tahun 2015 berkomitmen mencapai
wilayah ramah anak. Dari angka tersebut
hanya 77 kabupaten/kota yang masuk dalam
peringkat menuju ramah anak.
Harapan lain disampaikan oleh Seto
Mulyadi agar segera disahkannya undang-
undang yang memberikan pemberatan
sanksi pidana bagi pelaku kejahatan
terhadap anak yang akan menjadi jaminan
ekstra bagi masa depan Indonesia yang
lebih ramah anak. Upaya untuk memberikan
kejeraan pada pelaku kejahatan anak
sudah dilakukan oleh pemerintah melalui
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Perubahan Kedua Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Perppu tersebut berisi
pemberatan hukuman bagi pelaku kejahatan
terhadap anak.
Kekerasan terhadap anak sudah
menjadi realita keseharian kita. Namun,
yang lebih memprihatinkan adalah
*)	 Peneliti Muda Psikologi pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
	 Email: elga.andina@dpr.go.id
- 10 -
kekerasan terjadi pula di dunia pendidikan.
Dalam sebuah riset yang dilakukan LSM
Plan International dan International Center
for Research on Women (ICRW) yang dirilis
awal Maret 2015, dinyatakan bahwa 84%
anak di Indonesia mengalami kekerasan
di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi
dari tren di kawasan Asia yang hanya 70%.
Padahal, sekolah adalah salah satu tempat
untuk melakukan intervensi pertumbuhan
anak, sehingga seharusnya menjadi paling
kondusif untuk tumbuh kembang optimal.
Perlindungan atas kekerasan
terhadap anak juga merupakan tujuan dari
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals - SDGs) yang disepakati
Indonesia bersama bangsa-bangsa yang
lain pada tanggal 1 Januari 2016. Tugas ini
harus diselesaikan dalam waktu 15 tahun
ke depan, dan penting artinya sebagai
landasan peningkatan kualitas manusia dan
pembangunan berkelanjutan.
Kekerasan yang dialami anak di sekolah
merupakan cerminan kekerasan yang mereka
alami di situasi lain. Kekerasan dalam bentuk
fisik ataupun emosional dinormalisasikan
sebagai suatu bentuk kedisiplinan dan
hukuman berat. Hal itu dianggap sebagai
sesuatu yang lumrah selama ini. Terjadinya
kekerasan dalam proses pendidikan
merupakan penyelewengan terhadap hak-
hak perkembangan anak. Proporsi anak
di Indonesia mencapai 34% dari total
255 juta penduduk Indonesia. Jumlah ini
menunjukkan potensi kualitas sumber daya
manusia Indonesia yang akan menjadi warga
negara produktif nantinya. Jika pengelolaan
pendidikan anak tidak dilakukan dengan
sungguh-sungguh, maka akan berpotensi
pada kerusakan bangsa di masa yang
akan datang. Tulisan ini akan membahas
bagaimana mendidik dengan kekerasan
terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk
menghentikannya.
Kekerasan di Sekolah
Masih segar dalam ingatan kita
peristiwa guru di Sidoarjo yang dituntut 6
bulan penjara karena mencubit muridnya.
Meskipun murid melanggar aturan sekolah,
ia tidak terima hukuman guru dan memberi
tahu kepada orang tuanya. Meskipun
sudah ada upaya perdamaian antara guru
dan keluarga, guru tersebut masih harus
berhadapan dengan hukum.
Kasus guru mencubit murid yang
berakhir di meja hijau bukan pertama
kali terjadi. Sebelumnya, guru di Sekolah
Menengah Pertama di Bantaeng, Sulawesi
Selatan juga diadukan setelah mencubit
dan meninju muridnya karena bermain
cipratan air pel hingga mengenai guru pada
bulan Agustus tahun 2015 lalu. Di Singkep,
Provinsi Kepulauan Riau, seorang guru juga
dilaporkan ke polisi karena mencubit siswa
SD yang tidak menghafal Asmaul Husna
pada tanggal 22 April 2016.
Kekerasan di sekolah seringkali
tertutup dan tidak terlihat dalam dimensi
waktu anak berada di sekolah. Anak-anak
yang mengalami kekerasan juga tidak mudah
memberitahukan kepada orang tuanya
mengenai kekerasan di sekolahnya, karena
adanya tekanan dari sekolah atau guru
tertentu.
Beberapa jenis kekerasan yang umum
dialami di sekolah antara lain (1) corporal
punishment (hukuman fisik); (2) kekerasan
fisik, termasuk kekerasan, penganiayaan, dan
pelecehan seksual; (3) kekerasan psikologis
dan emosional oleh guru dan teman sebaya,
termasuk perploncoan. Jenis ini meningkat
dengan penggunaan media internet; dan (4)
pelecehan seksual oleh guru dan teman sebaya,
termasuk pemerkosaan dan pengalaman
seksual yang tidak diinginkan, pelecehan
dalam bentuk komentar, pesan teks seksual,
gambar dan video porno, di lingkungan dan
dalam perjalanan menuju sekolah.
Perkembangan teknologi juga
menumbuhkan jenis kekerasan baru yang
tidak bersifat fisik, namun menyakiti mental
anak. Perploncoan di internet tidak memiliki
bentuk nyata dalam kehidupan sehari-hari,
namun menyerang mental. Perploncoan di
dunia maya sama seperti hukuman di depan
umum. Dengan memanfaatkan penonton,
dampaknya menjadi berlipat.
Budaya Kekerasan dalam Mendidik
Dalam Pasal 9 ayat (1a) Undang
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak ditegaskan “Setiap Anak berhak
mendapatkan perlindungan di satuan
pendidikan dari kejahatan seksual dan
kekerasan yang dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, sesama peserta didik,
dan/atau pihak lain.” Pasal ini membawa
- 11 -
pesan bahwa setiap anak di Indonesia harus
diasuh dan dituntun tumbuh kembangnya
tanpa dibayangi ketakutan menjadi korban
kekerasan. Lingkungan yang sehat dan
mendukung membantu anak tumbuh
menjadi manusia dewasa yang dapat
berfungsi secara optimal dari segala sisi baik
fisik, psikologis, maupun sosial.
Kekerasan telah menjadi pilihan bagi
banyak orang tua, guru, maupun orang
dewasa untuk menghasilkan suatu perilaku
yang diinginkan. Dengan menyakiti fisik
anak, belum tentu dapat menghentikan
perilaku menyimpang yang dilakukan anak.
Akan tetapi, kekerasan tidak hanya memiliki
dampak fisik terhadap anak, tapi juga
memengaruhi kondisi mentalnya.
Penelitian Acep Supriadi, Mariatul
Kiftiah, dan Agusnadi (2014) menjelaskan
bahwa hukuman selalu mengandung rasa
tidak enak pada anak. Oleh karena itu di
dalam memberikan hukuman, para pendidik
harus mempertimbangkan hukuman yang
akan diberikan sesuai dengan kesalahan
yang diperbuatnya. Hukuman dalam dunia
pendidikan harus dengan sebaik mungkin
menghindari hukuman fisik dan hukuman
yang keras berdasarkan kekuasaan. Sebab
cara itu akan memupuk agresi dan kekerasan
pula pada anak. Dengan mempelajari
kekerasan, anak-anak menggunakan
kekerasan kepada sebayanya sebagai cara
menyelesaikan pertikaian, dan untuk
memperlihatkan kekuasaan atas yang lain,
terutama mereka yang dianggap “berbeda”
(SAERT SAIEVAC, 2016:4).
Moore (dalam Nataliani, 2004)
menyebutkan bahwa efek tindakan
dari korban penganiayaan fisik dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori.
Ada anak yang menjadi negatif dan agresif
serta mudah frustasi; ada yang menjadi
sangat pasif dan apatis; ada yang tidak
mempunyai kepibadian sendiri; ada yang
sulit menjalin relasi dengan individu lain;
dan ada pula yang timbul rasa benci yang
luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu
Moore juga menemukan adanya kerusakan
fisik, seperti perkembangan tubuh kurang
normal juga rusaknya sistem saraf.
Kekerasan terhadap anak merupakan
kebiasaan yang sudah menjadi bagian
dari sejarah kita. Padahal karakteristik
generasi yang sekarang duduk di sekolah
dasar dan menengah berbeda dengan
generasi sebelumnya. Anak-anak yang
duduk di sekolah dasar dan menengah saat
ini merupakan generasi Z, yaitu mereka
yang lahir setelah tahun 1995. Generasi
ini sangat terpukau dan menggandrungi
internet dan korelasi di dunia maya. Mereka
lebih menyukai belajar melalui internet
daripada buku cetak. Mereka praktis dan
membutuhkan respons instan. Oleh karena
itu mereka harus dihadapi dengan cara
yang berbeda dengan penanganan generasi
sebelumnya.
Perkembangan teknologi yang kadang
sulit diikuti orang tua menjadi tantangan
lain dalam upaya perlindungan anak.
Teknologi menjadi bagian dari keseharian
anak yang memiliki dua sisi mata uang.
Di satu sisi merupakan sumber informasi
yang dapat mendukung perkembangan
dan perluasan wawasan. Namun, di sisi
lain memberi akses pada anak terhadap
konten-konten yang tidak sesuai dengan
tugas perkembangannya. Sulitnya
bukan untuk memberitahu anak, namun
mencontohkan bagaimana perilaku yang
adaptif. Orang dewasa di sekitar anak perlu
mengembangkan perilaku yang konsisten
sehingga dapat menjadi teladan bagi anak.
Kegagalan membentuk perilaku positif pada
generasi muda biasanya karena adanya
perbedaan antara yang disampaikan dengan
yang dipraktikkan orang dewasa.
Anak sekarang harus distimulasi
secara kognitif ketimbang secara fisik. Hal
ini menuntut orang tua dan pendidik untuk
lebih cerdas dalam berkomunikasi kepada
anak sehingga dapat menginternalisasi nilai-
nilai positif dengan cara yang logis, bukan
dengan paksaan fisik.
Penggunaan Teknologi dalam
Pengawasan Anak
Media merupakan pendidik yang
konsisten, murah, dan gratis. Media
sosial memberi tahu anak-anak mengenai
gaya hidup, model pergaulan, dan cara
berpenampilan. Salah satu permasalahan
dalam penyimpangan perilaku anak terkait
dengan teknologi digital adalah kecanduan.
Anak yang terserap dalam aktivitas
sosialnya, baik di media sosial maupun
games cenderung kehilangan kemampuan
untuk mengontrol diri. Di sinilah peran
orang tua dan sekolah untuk mengajarkan
anak bagaimana membatasi diri.
- 12 -
Oleh karena itu, orang tua perlu
mengadopsi dan memanfaatkan teknologi
digital untuk terhubung dengan anak-anaknya.
Teknologi digital dapat digunakan untuk
memantau kegiatan anak, misalnya dengan
akses CCTV di sekolah untuk melihat kondisi
anak di sekolah atau dengan bergabung pada
media sosial yang digandrungi anak. Selain
menjadi kontrol agar anak merasa diawasi,
tapi juga menjadi konten komunikasi antara
anak dan orang tua. Komunikasi yang efektif
memberikan manfaat agar pesan dapat
diterima secara dua arah.
Pada masa Menteri Anies Baswedan
telah dikeluarkan 5 Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya
mencegah kekerasan di sekolah. Di antara
kelima aturan tersebut, Permendikbud
No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di
Lingkungan Satuan Pendidikan merupakan
yang langsung tertuju pada upaya mencegah
kekerasan di sekolah. Aturan ini memaksa
sekolah untuk memberikan akses bagi
masyarakat untuk memantau kegiatan di
sekolah secara transparan.
Penggunaan media internet menjadi
poin penting dalam upaya pemantauan
ini. Dengan adanya laman pengaduan
http://sekolahaman.kemdikbud.go.id/,
informasi dapat diakses oleh masyarakat
luas. Pengaduan pun dapat diketahui secara
transparan, sehingga dapat digunakan untuk
mendorong penyelesaian lebih cepat.
Yang jelas, pelaksanaan di lapangan
perlu terus dipantau dan dijalankan dengan
tegas tanpa pandang bulu. DPR juga perlu
konsisten mendukung dengan tidak bersikap
reaktif dan menghambat upaya pemerintah
dalam mencegah tindak kekerasan pada
anak.
Penutup
Terjadinya kekerasan terhadap anak
merupakan pelanggaran atas hak-hak anak.
Kekerasan tidak terbatas dalam bentuk fisik,
tapi juga secara psikis. Padahal karakteristik
generasi anak sekolah saat ini membutuhkan
intervensi yang berbeda dengan generasi
yang sebelumnya. Perubahan cara mendidik
dan mengasuh anak menyebabkan
tuntutan adaptasi semua stakeholder yang
berkepentingan, termasuk memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang digunakan oleh anak-anak.
Sebagai representasi dari rakyat
Indonesia, DPR RI melalui berbagai komisi
yang terkait dengan perlindungan anak,
baik yang secara langsung seperti Komisi
VIII maupun yang tidak langsung seperti
Komisi X, harus bersinergi dalam menyusun
perundang-undangan yang berperspektif
perlindungan anak.
Kasus kekerasan terhadap anak
senantiasa terjadi, oleh karena itu harus
menjadi agenda tetap bagi pengawasan
Komisi VIII, bukan hanya dibahas ketika
ada eksploitasi media massa. Selain itu, DPR
RI juga harus melakukan evaluasi terhadap
efektivitas Undang Undang Perlindungan
Anak yang telah dua kali direvisi. Secara
spesifik Komisi VIII perlu mendorong dan
mempertanyakan kinerja pemerintah terkait
upaya menghentikan kekerasan di dunia
pendidikan.
Referensi
DeLisi, Matt, Vaughn, Michael G., Gentile,
Douglas A., Anderson, Craig A., & Shook,
Jeffrey J. 2012. “Violent Video Games,
Delinquency, and Youth Violence: New
Evidence”. Youth Violence and Juvenile
Justice, 11(2) 132-142.
Hakim, Lukman Nul. “Urgensi Perlindungan
Anak”. Info Singkat, Vol. IV, No. 14/II/
P3DI/Juli/2012.
Supriadi, Acep, Kiftiah, Mariatul, &
Agusnadi. “Efektivitas Pemberian Sanksi
bagi Sanksi bagi Siswa Pada Pelanggaran
Tata Tertib di SMP 2 Kapuas Timur
Kabupaten Kapuas”. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, Volume 4, Nomor 8,
November 2014.
“Anak Tanggung Jawab Bersama”, Kompas,
24 juli 2016.
SAERT SAIEVAC. 2016. “Preventing
Violence in School: Lessons from
Southeast Asian Countries”, http://www.
knowviolenceinchildhood.org/pdf/SAERT_
Policy_Brief.pdf, diakses 1 Agustus 2016.
“Goal 4: Ensure inclusive and quality
education for all and promote lifelong
learning”, http://www.un.org/
sustainabledevelopment/education/,
diakses 1 Agustus 2016.
“Survei ICRW: 84% Anak Indonesia Alami
Kekerasan di Sekolah”, http://news.
liputan6.com/read/2191106/survei-icrw-
84-anak-indonesia-alami-kekerasan-di-
sekolah, diakses 1 Agustus 2016.

Contenu connexe

Tendances

MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...ECPAT Indonesia
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanRita Pranawati
 
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
Sekolah Ramah Anak di Era New Normal
Sekolah Ramah Anak di Era New NormalSekolah Ramah Anak di Era New Normal
Sekolah Ramah Anak di Era New NormalAmin Herwansyah
 
Penguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New Normal
Penguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New NormalPenguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New Normal
Penguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New NormalAmin Herwansyah
 
Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)
Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)
Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)Publica Pos
 
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHP
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPEksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHP
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPECPAT Indonesia
 
Makalah kewarganegaraan anak jalanan
Makalah kewarganegaraan anak jalananMakalah kewarganegaraan anak jalanan
Makalah kewarganegaraan anak jalananMelanda Kucing
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019ECPAT Indonesia
 
Masalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranMasalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranKewin Harahap
 
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017ECPAT Indonesia
 
Pemantauan media ECPAT 2018
Pemantauan media ECPAT 2018Pemantauan media ECPAT 2018
Pemantauan media ECPAT 2018ECPAT Indonesia
 
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anaksakuramochi
 
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Toto Dwiarso
 

Tendances (20)

MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
 
Child abduction
Child abductionChild abduction
Child abduction
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan
 
Tugas Karya Ilmiah
Tugas Karya IlmiahTugas Karya Ilmiah
Tugas Karya Ilmiah
 
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
 
Kebijakan satuan pendidikan
Kebijakan satuan pendidikanKebijakan satuan pendidikan
Kebijakan satuan pendidikan
 
Sekolah Ramah Anak di Era New Normal
Sekolah Ramah Anak di Era New NormalSekolah Ramah Anak di Era New Normal
Sekolah Ramah Anak di Era New Normal
 
Penguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New Normal
Penguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New NormalPenguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New Normal
Penguatan Karakter dan Sekolah Ramah Anak di Fase New Normal
 
Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)
Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)
Tabloid Publica Pos Edisi I (Januari 2015)
 
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap Anak
 
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHP
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPEksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHP
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHP
 
Makalah kewarganegaraan anak jalanan
Makalah kewarganegaraan anak jalananMakalah kewarganegaraan anak jalanan
Makalah kewarganegaraan anak jalanan
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
 
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
 
Masalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranMasalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguran
 
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
 
Pemantauan media ECPAT 2018
Pemantauan media ECPAT 2018Pemantauan media ECPAT 2018
Pemantauan media ECPAT 2018
 
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
9_Kondisi Sosial Ekonomi dan Kekerasan Seksual pada Anak
 
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
 
Makala
MakalaMakala
Makala
 

Similaire à 14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan

Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldrenKebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldrenRita Pranawati
 
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxSekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxalbert63083
 
Rangkuman seminar parenting zaman now 2622020 (1)
Rangkuman  seminar parenting zaman now 2622020 (1)Rangkuman  seminar parenting zaman now 2622020 (1)
Rangkuman seminar parenting zaman now 2622020 (1)Teguh Budi
 
Degradasi moral
Degradasi moralDegradasi moral
Degradasi moralkamalkun
 
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxModul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxMTsbaiturrohim1
 
3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesiaFajar Rizki
 
MASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptx
MASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptxMASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptx
MASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptxJoJoaquim
 
Fenomena Kenakalan Remaja dan Narkoba
Fenomena Kenakalan Remaja dan NarkobaFenomena Kenakalan Remaja dan Narkoba
Fenomena Kenakalan Remaja dan NarkobaAyu WahyuHarti
 
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahMateri sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahYuanes Sriyono
 
Makalah tawuran pelajar
Makalah   tawuran pelajarMakalah   tawuran pelajar
Makalah tawuran pelajarzulvamunayati
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docxJURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docxhadi23318
 
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptxPOLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptxKMSDNKarangAnyar03
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfImanSetiawan26
 
New word 2007 document
New word 2007 documentNew word 2007 document
New word 2007 documentafhsar
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARFazHani Faz
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dininrukmana rukmana
 

Similaire à 14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan (20)

Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldrenKebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxSekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
 
10178 27513-1-sm
10178 27513-1-sm10178 27513-1-sm
10178 27513-1-sm
 
Rangkuman seminar parenting zaman now 2622020 (1)
Rangkuman  seminar parenting zaman now 2622020 (1)Rangkuman  seminar parenting zaman now 2622020 (1)
Rangkuman seminar parenting zaman now 2622020 (1)
 
Degradasi moral
Degradasi moralDegradasi moral
Degradasi moral
 
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxModul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
 
contoh program bulying.pdf
contoh program bulying.pdfcontoh program bulying.pdf
contoh program bulying.pdf
 
3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia
 
MASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptx
MASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptxMASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptx
MASA ORIENTASI SISEA SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA).pptx
 
Fenomena Kenakalan Remaja dan Narkoba
Fenomena Kenakalan Remaja dan NarkobaFenomena Kenakalan Remaja dan Narkoba
Fenomena Kenakalan Remaja dan Narkoba
 
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahMateri sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
 
Makalah tawuran pelajar
Makalah   tawuran pelajarMakalah   tawuran pelajar
Makalah tawuran pelajar
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
 
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docxJURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
JURNAL Futry Kesuma Wardani Nst.docx
 
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptxPOLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
 
New word 2007 document
New word 2007 documentNew word 2007 document
New word 2007 document
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dini
 

Plus de sakuramochi

10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual
10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual
10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksualsakuramochi
 
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakartasakuramochi
 
7_Dampak Sosial TBO
7_Dampak Sosial TBO7_Dampak Sosial TBO
7_Dampak Sosial TBOsakuramochi
 
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuansakuramochi
 
4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandungsakuramochi
 
11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN
11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN
11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTNsakuramochi
 
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesiasakuramochi
 
13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...
13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...
13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...sakuramochi
 
15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP
15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP
15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMPsakuramochi
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuansakuramochi
 
1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklimsakuramochi
 
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikansakuramochi
 
3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia
3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia
3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesiasakuramochi
 

Plus de sakuramochi (13)

10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual
10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual
10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksual
 
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
8_Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta
 
7_Dampak Sosial TBO
7_Dampak Sosial TBO7_Dampak Sosial TBO
7_Dampak Sosial TBO
 
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
 
4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
4_Kontroversi Izin Lingkungan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
 
11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN
11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN
11_Wacana WNA menjadi Rektor di PTN
 
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
 
13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...
13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...
13_Optimalisasi Peran orang Tua dalam Pengembangan Karakter Siswa di Tahun Aj...
 
15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP
15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP
15_Wacana Penerapan Full Day School Untuk Siswa SD dan SMP
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
 
1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1_Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
 
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
2 Melawan Terorisme Melalui Sosialisasi dan Pendidikan
 
3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia
3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia
3 Mewaspadai Ancaman Virus Zika di Indonesia
 

14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasan

  • 1. - 9 - Info Singkat © 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI www.pengkajian.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Vol. VIII, No. 14/II/P3DI/Juli/2016KESEJAHTERAAN SOSIAL Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis Majalah AKHIRI MENDIDIK ANAK DENGAN KEKERASAN Elga Andina*) Abstrak Kekerasan terhadap anak masih terus terjadi sehingga diangkat sebagai tema peringatan hari anak nasional tahun 2016. Mendidik dengan kekerasan masih menjadi budaya yang perlu dihapus dan diubah menjadi pola pendidikan yang lebih produktif dan berperspektif perlindungan hak anak. Orang tua dan sekolah semestinya berkolaborasi dalam proses pendidikan, termasuk dengan memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang tepat. Untuk memastikan upaya perlindungan dilakukan hingga pada unit sosial terdekat pada anak, DPR RI perlu mendorong terwujudnya peraturan terkait perlindungan anak. Sebaliknya, aturan-aturan yang sudah ada juga perlu dievaluasi efektivitasnya agar dapat mewujudkan kondisi terbaik tumbuh kembang anak. Pendahuluan Peringatan Hari Anak Nasional, tanggal 23 Juli 2016, mengambil tema “Akhiri Kekerasan terhadap Anak”. Dalam peringatan tersebut, beberapa elemen masyarakat menyuarakan tuntutan dan harapan terhadap kehidupan anak Indonesia. Forum Anak Nasional menuntut pengadaan lokasi ramah anak tumbuh kembang dan perlindungan anak. Memang hingga saat ini belum ada satupun wilayah yang berperingkat ramah anak, meskipun menurut Deputi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Tumbuh Kembang Anak, Lenny N Nursalin, sudah ada 294 kabupaten/kota di Indonesia yang pada tahun 2015 berkomitmen mencapai wilayah ramah anak. Dari angka tersebut hanya 77 kabupaten/kota yang masuk dalam peringkat menuju ramah anak. Harapan lain disampaikan oleh Seto Mulyadi agar segera disahkannya undang- undang yang memberikan pemberatan sanksi pidana bagi pelaku kejahatan terhadap anak yang akan menjadi jaminan ekstra bagi masa depan Indonesia yang lebih ramah anak. Upaya untuk memberikan kejeraan pada pelaku kejahatan anak sudah dilakukan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Perppu tersebut berisi pemberatan hukuman bagi pelaku kejahatan terhadap anak. Kekerasan terhadap anak sudah menjadi realita keseharian kita. Namun, yang lebih memprihatinkan adalah *) Peneliti Muda Psikologi pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Email: elga.andina@dpr.go.id
  • 2. - 10 - kekerasan terjadi pula di dunia pendidikan. Dalam sebuah riset yang dilakukan LSM Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW) yang dirilis awal Maret 2015, dinyatakan bahwa 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari tren di kawasan Asia yang hanya 70%. Padahal, sekolah adalah salah satu tempat untuk melakukan intervensi pertumbuhan anak, sehingga seharusnya menjadi paling kondusif untuk tumbuh kembang optimal. Perlindungan atas kekerasan terhadap anak juga merupakan tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - SDGs) yang disepakati Indonesia bersama bangsa-bangsa yang lain pada tanggal 1 Januari 2016. Tugas ini harus diselesaikan dalam waktu 15 tahun ke depan, dan penting artinya sebagai landasan peningkatan kualitas manusia dan pembangunan berkelanjutan. Kekerasan yang dialami anak di sekolah merupakan cerminan kekerasan yang mereka alami di situasi lain. Kekerasan dalam bentuk fisik ataupun emosional dinormalisasikan sebagai suatu bentuk kedisiplinan dan hukuman berat. Hal itu dianggap sebagai sesuatu yang lumrah selama ini. Terjadinya kekerasan dalam proses pendidikan merupakan penyelewengan terhadap hak- hak perkembangan anak. Proporsi anak di Indonesia mencapai 34% dari total 255 juta penduduk Indonesia. Jumlah ini menunjukkan potensi kualitas sumber daya manusia Indonesia yang akan menjadi warga negara produktif nantinya. Jika pengelolaan pendidikan anak tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka akan berpotensi pada kerusakan bangsa di masa yang akan datang. Tulisan ini akan membahas bagaimana mendidik dengan kekerasan terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk menghentikannya. Kekerasan di Sekolah Masih segar dalam ingatan kita peristiwa guru di Sidoarjo yang dituntut 6 bulan penjara karena mencubit muridnya. Meskipun murid melanggar aturan sekolah, ia tidak terima hukuman guru dan memberi tahu kepada orang tuanya. Meskipun sudah ada upaya perdamaian antara guru dan keluarga, guru tersebut masih harus berhadapan dengan hukum. Kasus guru mencubit murid yang berakhir di meja hijau bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, guru di Sekolah Menengah Pertama di Bantaeng, Sulawesi Selatan juga diadukan setelah mencubit dan meninju muridnya karena bermain cipratan air pel hingga mengenai guru pada bulan Agustus tahun 2015 lalu. Di Singkep, Provinsi Kepulauan Riau, seorang guru juga dilaporkan ke polisi karena mencubit siswa SD yang tidak menghafal Asmaul Husna pada tanggal 22 April 2016. Kekerasan di sekolah seringkali tertutup dan tidak terlihat dalam dimensi waktu anak berada di sekolah. Anak-anak yang mengalami kekerasan juga tidak mudah memberitahukan kepada orang tuanya mengenai kekerasan di sekolahnya, karena adanya tekanan dari sekolah atau guru tertentu. Beberapa jenis kekerasan yang umum dialami di sekolah antara lain (1) corporal punishment (hukuman fisik); (2) kekerasan fisik, termasuk kekerasan, penganiayaan, dan pelecehan seksual; (3) kekerasan psikologis dan emosional oleh guru dan teman sebaya, termasuk perploncoan. Jenis ini meningkat dengan penggunaan media internet; dan (4) pelecehan seksual oleh guru dan teman sebaya, termasuk pemerkosaan dan pengalaman seksual yang tidak diinginkan, pelecehan dalam bentuk komentar, pesan teks seksual, gambar dan video porno, di lingkungan dan dalam perjalanan menuju sekolah. Perkembangan teknologi juga menumbuhkan jenis kekerasan baru yang tidak bersifat fisik, namun menyakiti mental anak. Perploncoan di internet tidak memiliki bentuk nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun menyerang mental. Perploncoan di dunia maya sama seperti hukuman di depan umum. Dengan memanfaatkan penonton, dampaknya menjadi berlipat. Budaya Kekerasan dalam Mendidik Dalam Pasal 9 ayat (1a) Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ditegaskan “Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.” Pasal ini membawa
  • 3. - 11 - pesan bahwa setiap anak di Indonesia harus diasuh dan dituntun tumbuh kembangnya tanpa dibayangi ketakutan menjadi korban kekerasan. Lingkungan yang sehat dan mendukung membantu anak tumbuh menjadi manusia dewasa yang dapat berfungsi secara optimal dari segala sisi baik fisik, psikologis, maupun sosial. Kekerasan telah menjadi pilihan bagi banyak orang tua, guru, maupun orang dewasa untuk menghasilkan suatu perilaku yang diinginkan. Dengan menyakiti fisik anak, belum tentu dapat menghentikan perilaku menyimpang yang dilakukan anak. Akan tetapi, kekerasan tidak hanya memiliki dampak fisik terhadap anak, tapi juga memengaruhi kondisi mentalnya. Penelitian Acep Supriadi, Mariatul Kiftiah, dan Agusnadi (2014) menjelaskan bahwa hukuman selalu mengandung rasa tidak enak pada anak. Oleh karena itu di dalam memberikan hukuman, para pendidik harus mempertimbangkan hukuman yang akan diberikan sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya. Hukuman dalam dunia pendidikan harus dengan sebaik mungkin menghindari hukuman fisik dan hukuman yang keras berdasarkan kekuasaan. Sebab cara itu akan memupuk agresi dan kekerasan pula pada anak. Dengan mempelajari kekerasan, anak-anak menggunakan kekerasan kepada sebayanya sebagai cara menyelesaikan pertikaian, dan untuk memperlihatkan kekuasaan atas yang lain, terutama mereka yang dianggap “berbeda” (SAERT SAIEVAC, 2016:4). Moore (dalam Nataliani, 2004) menyebutkan bahwa efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain; dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem saraf. Kekerasan terhadap anak merupakan kebiasaan yang sudah menjadi bagian dari sejarah kita. Padahal karakteristik generasi yang sekarang duduk di sekolah dasar dan menengah berbeda dengan generasi sebelumnya. Anak-anak yang duduk di sekolah dasar dan menengah saat ini merupakan generasi Z, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 1995. Generasi ini sangat terpukau dan menggandrungi internet dan korelasi di dunia maya. Mereka lebih menyukai belajar melalui internet daripada buku cetak. Mereka praktis dan membutuhkan respons instan. Oleh karena itu mereka harus dihadapi dengan cara yang berbeda dengan penanganan generasi sebelumnya. Perkembangan teknologi yang kadang sulit diikuti orang tua menjadi tantangan lain dalam upaya perlindungan anak. Teknologi menjadi bagian dari keseharian anak yang memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi merupakan sumber informasi yang dapat mendukung perkembangan dan perluasan wawasan. Namun, di sisi lain memberi akses pada anak terhadap konten-konten yang tidak sesuai dengan tugas perkembangannya. Sulitnya bukan untuk memberitahu anak, namun mencontohkan bagaimana perilaku yang adaptif. Orang dewasa di sekitar anak perlu mengembangkan perilaku yang konsisten sehingga dapat menjadi teladan bagi anak. Kegagalan membentuk perilaku positif pada generasi muda biasanya karena adanya perbedaan antara yang disampaikan dengan yang dipraktikkan orang dewasa. Anak sekarang harus distimulasi secara kognitif ketimbang secara fisik. Hal ini menuntut orang tua dan pendidik untuk lebih cerdas dalam berkomunikasi kepada anak sehingga dapat menginternalisasi nilai- nilai positif dengan cara yang logis, bukan dengan paksaan fisik. Penggunaan Teknologi dalam Pengawasan Anak Media merupakan pendidik yang konsisten, murah, dan gratis. Media sosial memberi tahu anak-anak mengenai gaya hidup, model pergaulan, dan cara berpenampilan. Salah satu permasalahan dalam penyimpangan perilaku anak terkait dengan teknologi digital adalah kecanduan. Anak yang terserap dalam aktivitas sosialnya, baik di media sosial maupun games cenderung kehilangan kemampuan untuk mengontrol diri. Di sinilah peran orang tua dan sekolah untuk mengajarkan anak bagaimana membatasi diri.
  • 4. - 12 - Oleh karena itu, orang tua perlu mengadopsi dan memanfaatkan teknologi digital untuk terhubung dengan anak-anaknya. Teknologi digital dapat digunakan untuk memantau kegiatan anak, misalnya dengan akses CCTV di sekolah untuk melihat kondisi anak di sekolah atau dengan bergabung pada media sosial yang digandrungi anak. Selain menjadi kontrol agar anak merasa diawasi, tapi juga menjadi konten komunikasi antara anak dan orang tua. Komunikasi yang efektif memberikan manfaat agar pesan dapat diterima secara dua arah. Pada masa Menteri Anies Baswedan telah dikeluarkan 5 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya mencegah kekerasan di sekolah. Di antara kelima aturan tersebut, Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan merupakan yang langsung tertuju pada upaya mencegah kekerasan di sekolah. Aturan ini memaksa sekolah untuk memberikan akses bagi masyarakat untuk memantau kegiatan di sekolah secara transparan. Penggunaan media internet menjadi poin penting dalam upaya pemantauan ini. Dengan adanya laman pengaduan http://sekolahaman.kemdikbud.go.id/, informasi dapat diakses oleh masyarakat luas. Pengaduan pun dapat diketahui secara transparan, sehingga dapat digunakan untuk mendorong penyelesaian lebih cepat. Yang jelas, pelaksanaan di lapangan perlu terus dipantau dan dijalankan dengan tegas tanpa pandang bulu. DPR juga perlu konsisten mendukung dengan tidak bersikap reaktif dan menghambat upaya pemerintah dalam mencegah tindak kekerasan pada anak. Penutup Terjadinya kekerasan terhadap anak merupakan pelanggaran atas hak-hak anak. Kekerasan tidak terbatas dalam bentuk fisik, tapi juga secara psikis. Padahal karakteristik generasi anak sekolah saat ini membutuhkan intervensi yang berbeda dengan generasi yang sebelumnya. Perubahan cara mendidik dan mengasuh anak menyebabkan tuntutan adaptasi semua stakeholder yang berkepentingan, termasuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan oleh anak-anak. Sebagai representasi dari rakyat Indonesia, DPR RI melalui berbagai komisi yang terkait dengan perlindungan anak, baik yang secara langsung seperti Komisi VIII maupun yang tidak langsung seperti Komisi X, harus bersinergi dalam menyusun perundang-undangan yang berperspektif perlindungan anak. Kasus kekerasan terhadap anak senantiasa terjadi, oleh karena itu harus menjadi agenda tetap bagi pengawasan Komisi VIII, bukan hanya dibahas ketika ada eksploitasi media massa. Selain itu, DPR RI juga harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas Undang Undang Perlindungan Anak yang telah dua kali direvisi. Secara spesifik Komisi VIII perlu mendorong dan mempertanyakan kinerja pemerintah terkait upaya menghentikan kekerasan di dunia pendidikan. Referensi DeLisi, Matt, Vaughn, Michael G., Gentile, Douglas A., Anderson, Craig A., & Shook, Jeffrey J. 2012. “Violent Video Games, Delinquency, and Youth Violence: New Evidence”. Youth Violence and Juvenile Justice, 11(2) 132-142. Hakim, Lukman Nul. “Urgensi Perlindungan Anak”. Info Singkat, Vol. IV, No. 14/II/ P3DI/Juli/2012. Supriadi, Acep, Kiftiah, Mariatul, & Agusnadi. “Efektivitas Pemberian Sanksi bagi Sanksi bagi Siswa Pada Pelanggaran Tata Tertib di SMP 2 Kapuas Timur Kabupaten Kapuas”. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Volume 4, Nomor 8, November 2014. “Anak Tanggung Jawab Bersama”, Kompas, 24 juli 2016. SAERT SAIEVAC. 2016. “Preventing Violence in School: Lessons from Southeast Asian Countries”, http://www. knowviolenceinchildhood.org/pdf/SAERT_ Policy_Brief.pdf, diakses 1 Agustus 2016. “Goal 4: Ensure inclusive and quality education for all and promote lifelong learning”, http://www.un.org/ sustainabledevelopment/education/, diakses 1 Agustus 2016. “Survei ICRW: 84% Anak Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah”, http://news. liputan6.com/read/2191106/survei-icrw- 84-anak-indonesia-alami-kekerasan-di- sekolah, diakses 1 Agustus 2016.