Topik 4 Ruang kolaborasi SATRIO FAJAR PRIANTO.docx
1. TOPIK 4
KERANGKA STRATEGI
RIANG KOLABORASI
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemahaman Tentang Peserta didik dan Pembelajarannya
Dosen Pengampu: Tri Asmawulan, S.Psi, M.Pd.
Disusun oleh :
Satrio Fajar Prianto
PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2022
2. Nama : Satrio Fajar Prianto
Kelas : PPG PGSD F
1. Apa yg dimaksud dengan teaching at the right level?
Jawab : Teaching at the Right Level merupakan pendekatan pedagogis yang memperhatikan
persamaan level kemampuan berdasarkan evaluasi. Siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat
pembelajaran dari usia dan kelas.
Tahapan TaRL :
1. Memahami peserta didik
2. Merancang perencanaan pembelajaran
3. Mengikuti program pelatihan
Cara menerapkan TaRL :
1. Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk belajar
2. Menumbuhkan hubungan yang positif dan konsisten
3. Menciptakan kebiasaan saling menghargai dalam ruang kelas
4. Memberikan kesempatan untuk anak-anak bermain bersama, berdiskusi dalam
kelompok kecil
5. Memberikan keleluasaan kepada anak untuk belajar sesuai gayanya namun tetap
terjadwal
6. Menggunakan metode yang tepat
7. Menyusun kurikulum yang tepat dan membuat evaluasi atas proses dan hasil belajar
Penerapan dalam kurikulum merdeka :
Pada kurikulum merdeka, kita dituntut untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan masing-masing peserta didik. Di dalam kelas tentu terdapat berbagai karakteristik
peserta didik, tidak terkecuali dalam bidang perkembangan akademik. Metode TaRL adalah
3. metode pembelajaran yang mengelompokkan peserta didik sesuai dengan kemampuan literasi
dasarnya. Peserta didik diberikan asesmen awal untuk dikelompokkan sesuai dengan levelnya.
2. Mengapa capaian pembelajaran dirumuskan per fase?
Jawab : Penyusunan Capaian Pembelajaran (CP) per fase merupakan
Penyusunan Capaian Pembelajaran (CP) per fase merupakan upaya penyederhanaan sehingga
peserta didik dapat memiliki waktu yang memadai dalam menguasai kompetensi. Penyusunan
CP per fase ini juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan
tingkat pencapaian (Teaching at the Right Level), kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar
mereka. Hal ini karena CP disusun dengan memperhatikan fase-fase perkembangan anak.
Selain itu, penyusunan CP per fase berguna bagi guru dan satuan pendidikan. Guru dan satuan
pendidikan dapat memperoleh keleluasaan dalam menyesuaikan pembelajaran sehingga selaras
dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. (Berdasarkan Keputusan Kepala BSKAP No.
033/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka).
3. Capaian Pembelajaran (CP) pada kurikulum merdeka
Jawab : Capaian Pembelajaran (CP) pada kurikulum merdeka adalah kompetensi pembelajaran
yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari fase fondasi pada PAUD. Jika
dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, CP memberikan tujuan umum dan
ketersediaan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut (fase). Untuk mencapai garis
finish, pemerintah membuatnya ke dalam enam etape yang disebut fase. Setiap fase lamanya 1-
3 tahun. Capaian pembelajaran setiap fase dan jenjang pendidikan tertuang pada Keputusan
Kepala BSKAP No. 033/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum
Merdeka. Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan fase-fase Capaian Pembelajaran
dalam perencanaan pembelajaran pada kurikulum merdeka:
a. Pembelajaran yang fleksibel. Ada kalanya proses belajar berjalan lebih lambat pada suatu
periode (misalnya, ketika pembelajaran di masa pandemi COVID-19) sehingga dibutuhkan
waktu lebih panjang untuk mempelajari suatu konsep. Ketika harus “menggeser” waktu untuk
4. mengajarkan materi-materi pelajaran yang sudah dirancang, pendidik memiliki waktu lebih
panjang untuk mengaturnya.
b. Pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta didik. Fase belajar seorang peserta didik
menunjukkan kompetensinya, sementara kelas menunjukkan kelompok (cohort) berdasarkan
usianya. Dengan demikian, ada kemungkinan peserta didik berada di kelas III SD, namun
belajar materi pelajaran untuk Fase A (yang umumnya untuk kelas I dan II) karena ia belum
tuntas mempelajarinya. Hal ini berkaitan dengan mekanisme kenaikan kelas (Mekanisme
Kenaikan Kelas dan Kelulusan).
c. Pengembangan rencana pembelajaran dalam bentuk modul ajar yang kolaboratif. Satu fase
biasanya lintas kelas, misalnya CP Fase D yang berlaku untuk Kelas VII, VIII, dan IX. Saat
merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, guru kelas VIII perlu berkolaborasi dengan
guru kelas VII untuk mendapatkan informasi tentang sampai mana proses belajar sudah
ditempuh peserta didik di kelas VII. Selanjutnya ia juga perlu berkolaborasi dengan guru kelas
IX untuk menyampaikan bahwa rencana pembelajaran kelas VIII akan berakhir di suatu topik
atau materi tertentu, sehingga guru kelas IX dapat merencanakan pembelajaran berdasarkan
informasi tersebut.
4. Mengapa perlu capaian pembelajaran?
Jawab : Capaian pembelajaran dapat menunjukkan kemajuan belajar yang digambarkan secara
vertikal dari satu tingkat ke tingkat yang lain serta didokumentasikan dalam suatu kerangka
kualifikasi. Capaian pembelajaran harus disertai dengan kriteria penilaian yang tepat yang dapat
digunakan untuk menilai bahwa hasil pembelajaran yang diharapkan telah dicapai. Capaian
pembelajaran dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan belajar yang lebih terukur.
Ketuntasan Capaian Pembelajaran dapat diidentifikasi setelah peserta didik mengikuti proses
pembelajaran melalui penilaian dan harus dapat didemonstrasikan dalam kehidupan nyata.
(Keputusan Kepala BSKAP No. 033/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah pada
Kurikulum Merdeka).
5. 5.Apa yang dimaksud menyesuaikan pembelajaran dengan situasi dan lingkungan belajar yang
ada?
Jawab: Maksud dari menyesuaikan pembelajaran dengan situasi dan lingkungan belajar yang
ada adalah guru tidak boleh melupakan kodrat dari peserta didiknya, darimana mereka berasal,
maka guru disini dituntut untuk melakukan pembelajaran dengan melihat berbagai aspek dari
diri peserta didik yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Lingkungan belajar lebih dari
sekadar ruang kelas karena lingkungan belajar adalah ruang di mana siswa merasa aman dan
didukung dalam mengejar pengetahuan serta terinspirasi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan
belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa dari
segi fisik, psikologi, dan emosional. Selain itu lingkungan belajar harus mempunyai tempat
untuk dapat bergerak dan beraktifitas dengan leluasa namun juga menyediakan tempat dimana
mereka dapat beristirahat.
6. Apa itu capaian pembelajaran setiap fase?
Jawab: Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai
murid pada setiap fase perkembangan. Capaian Pembelajaran mencakup sekumpulan
kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Fase
terbagi menjadi enam etape yaitu Fase A (kelas 1 dan 2 SD), Fase B (Kelas 3 dan 4 SD), Fase
C (kelas 5 dan 6 SD), Fase D (kelas 7,8 dan 9 SMP), Fase E (kelas 10 SMA), Fase F (kelas 11
dan 12 SMA).
7. Bagaimana cara membuat capaian pembelajaran?
Jawab : a. menentukan fase, b. melakukan observasi, c. melakukan analisis hasil observasi, d.
menyusun komponen capaian pembelajaran; • rasional mata pelajaran, • tujuan mata pelajaran,
• karakteristik mata pelajaran, dan• capaian pembelajaran setiap fase
6. 8.Bagaimana cara menggunakan capaian pembelajaran dengan prinsip pembelajaran?
Jawab : Cara menggunakan Capaian Pembelajaran dengan prinsip pembelajaran yang
disesuaikan tingkat pencapaian siswa (kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar sesuai dengan
fase perkembangan anak) :
1. Ciptakan lingkungan yang penuh perhatian, saling peduli, terbuka, dan nyaman untuk belajar.
2. Tumbuhkan hubungan yang positif dan konsisten dengan anak-anak lain dan orang dewasa
(dalam jumlah yang terbatas).
3. Ciptakan kebiasaan saling menghargai dalam ruang kelas sehingga anak juga belajar untuk
menghormati dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada dan mampu menghargai
kelebihan-kelebihan tiap orang.
4. Berikan anak-anak kesempatan untuk bermain bersama, mengerjakan tugas dalam kelompok
kecil, berbicara dengan teman-temannya atau orang dewasa. Melalui hal-hal tersebut anak
belajar bahwa kelebihan dan minatnya berpengaruh terhadap kelompoknya.
5. Lingkungan belajar harus mempunyai tempat untuk dapat bergerak dan beraktivitas dengan
leluasa namun juga menyediakan tempat dimana mereka dapat beristirahat.
6. Berikan anak keleluasan untuk belajar dengan berbagai cara tetapi sediakan juga kegiatan
yang terjadawal dan rutin.
7. Gunakan metode mengajar yang tepat.
8. Ciptakan lingkungan yang tanggap akan kebutuhan anak dan merangsang kecerdasan.
9. Gabungkan bermacam-macam pengalaman, material dan strategi mengajar dalam menyusun
kurikulum dan sesuaikan dengan pengalaman-pengalaman yang dipunyai anak sebelumnya,
tingkat kematangan, gaya belajar, kebutuhan, dan minatnya.
10. Gabungkan bahasa dan budaya dari rumah anak dengan sekolah sehingga setiap anak dapat
menyumbangkan keunikannya dan belajar untuk menghargai perbedaan yang ada.
7. 11. Berikan kesempatan anak untuk memilih dan membuat rencana untuk aktivitas belajar agar
mereka belajar berinisiatif dan ajukan pertanyaan dan komentar yang merangsang anak berpikir.
12. Berikan perhatian dan dukungan dalam berbagai bentuk seperti pujian dan kedekatan fisik
(misal: membelai kepala anak, memeluk, dll).
13. Sesuaikan derajat kesulitan dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan anak agar anak
menjadi percaya diri bila berhasil mengejakan tugas-tugasnya.
14. Kembangkan kemampuan anak untuk bertanggung jawab dan mengatur diri.
15. Susunlah kurikulum yang tepat dan buatlah evaluasi atas proses dan hasil belajar anak.