Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
1. Kitab Sifat Orang Munafik Dan
Hukum Tentang Mereka
Hadis riwayat Zaid bin Arqam ra., ia berkata:
Kami pernah keluar bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan di mana
orang-orang banyak yang tertimpa musibah. Lalu Abdullah bin Ubay berkata
kepada para pengikutnya: Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada
orang-orang Muhajirin yang ada di sisi Rasulullah saw. supaya mereka bubar
meninggalkan Rasulullah saw. dari sekitarnya Zuhair berkata: Sesungguhnya
jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah daripadanya. Kata Zaid bin Arqam
selanjutnya: Lalu aku datang melaporkan kepada Nabi saw. tentang ucapan
Abdullah bin Ubay itu. Rasulullah saw. memanggil Abdullah bin Ubay untuk
menanyakan hal itu. Tetapi, Abdullah bersumpah tidak pernah berkata
demikian. Dia berkata: Zaid berbohong kepada Rasulullah saw. Aku merasa
sangat susah mendengar perkataan itu, sampai Allah menurunkan ayat yang
menyatakan kebenaranku: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu.
Kemudian Nabi saw. memanggil mereka (Abdullah bin Ubay dan para
pengikutnya) untuk dimintakan ampun, tetapi mereka membuang muka
(menolak dan berpaling), Mereka adalah seakan-akan kayu yang
tersandarkan. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang bertubuh bagus.
(Shahih Muslim No.4976)
Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:
Nabi saw. mendatangi kuburan Abdullah bin Ubay lalu mengeluarkan jasad
Abdullah dari kuburannya kemudian meletakkannya di atas kedua lutut beliau
dan meludahinya serta memakaikannya baju gamis beliau. Wallahu a`lam.
(Shahih Muslim No.4977)
Hadis riwayat Ibnu Masud ra., ia berkata:
Ada tiga orang yang berkumpul di dekat Baitullah, dua orang dari Quraisy dan
2. seorang dari Tsaqafi atau dua orang dari Tsaqafi dan seorang Quraisy.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki sedikit pemahaman agama yang
selalu disibuki oleh urusan perut mereka. Salah seorang di antara mereka
berkata: Apakah kamu berpendapat bahwa Allah akan mendengar apa yang
kita bicarakan? Seorang lagi menjawab: Allah akan mendengar apabila kita
mengeraskan suara dan tidak akan mendengar jika kita merendahkan suara.
Yang lain lagi membantah: Jika Allah mendengar bila kita mengeraskan suara,
maka Dia pasti akan mendengar bila kita merendahkan suara pembicaraan!
Lalu Allah menurunkan ayat: Dan kamu sekalian sekali-kali tidak dapat
bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit kalian
terhadap kalian. (Shahih Muslim No.4979)
Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra.:
Bahwa Nabi saw. berangkat untuk berperang di bukit Uhud lalu kembalilah
sebagian dari mereka yang ikut bersama beliau sehingga terpecahlah para
pengikut Nabi saw. menjadi dua bagian. Sebagian mereka mengatakan kita
akan bunuh mereka dan sebagian lagi berpendapat tidak. Lalu turunlah ayat:
Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi
orang-orang munafik. (Shahih Muslim No.4980)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah saw. selalu tidak ikut
serta bila Nabi saw. pergi berperang. Mereka bergembira-ria dengan
ketidakikutsertaan mereka bersama Rasulullah saw. Lalu apabila Nabi saw.
telah kembali, mereka mengemukakan alasan kepada beliau sambil
bersumpah dan berharap mendapatkan pujian dengan apa yang tidak mereka
perbuat. Maka turunlah ayat: Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa
orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan
mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan,
janganlah kamu menyangka mereka akan terlepas dari siksa. (Shahih Muslim
No.4981)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Dari Humaid bin Abdurrahman bin Auf, bahwa Marwan berkata kepada
penjaga pintunya: Hai Rafi`! Pergilah kepada Ibnu Abbas dan katakan: Jika
3. sekiranya setiap orang di antara kita akan mendapatkan siksa karena merasa
gembira dengan apa yang telah diperolehnya dan ingin dipuji dengan apa
yang tidak dia kerjakan, tentu kita semua akan disiksa. Ibnu Abbas berkata:
Apa hubungan ayat ini dengan kamu! Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
Ahli Kitab. Kemudian Ibnu Abbas membaca: Dan ingatlah ketika Allah
mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu hendaklah
kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan jangan kalian
menyembunyikannya. Ibnu Abbas juga membaca: Janganlah sekali-kali kamu
menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka
kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang tidak
mereka kerjakan. Selanjutnya ia berkata: Nabi saw. bertanya kepada mereka
tentang sesuatu, tetapi mereka menyembunyikannya dan memberikan
jawaban yang lain kemudian mereka keluar. Mereka merasa telah
memberitahukan apa yang ditanyakan kepada mereka dan mengharap pujian
dengan itu. Mereka gembira dengan jawaban yang tidak ada sangkut-pautnya
dengan pertanyaan. (Shahih Muslim No.4982)
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Di antara kami terdapat seorang lelaki dari Bani Najjar yang telah membaca
surat Al-Baqarah dan surat Ali Imran serta pernah menjadi penulis wahyu
Rasulullah saw. lalu dia melarikan diri dan bergabung dengan Ahli Kitab yang
menyanjung-nyanjungnya. Kata mereka: Orang ini pernah menjadi penulis
wahyu Muhammad. Sehingga mereka pun terkagum dengannya. Tidak
berapa lama berada di antara Ahli Kitab, Allah menimpakan bencana kepada
orang itu sehingga binasalah ia. Orang-orang Ahli Kitab segera menggalikan
kuburan untuknya lalu menimbunkan tanah ke atas jasadnya. Keesokan
harinya, bumi telah memuntahkan jasadnya ke atas permukaan. Mereka pun
kembali menggali kubur dan menimbun tetapi keesokan paginya bumi telah
memuntahkannya lagi ke atas permukaan. Kemudian mereka menggali dan
menguburnya lagi. Namun keesokan paginya bumi kembali memuntahkannya
ke atas permukaan lalu mereka pun membiarkan jasadnya terbuang. (Shahih
Muslim No.4987)