1. Asuhan Keperawatan KLIEN dengan
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat,
hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.
2. Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma
jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor Resiko
a. Trauma langsung pada paru
•
Pneumoni virus,bakteri,fungal
•
Contusio paru
•
Aspirasi cairan lambung
•
Inhalasi asap berlebih
•
Inhalasi toksin
•
Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
b. Trauma tidak langsung
•
Sepsis
•
Shock
•
DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)
•
Pankreatitis
•
Uremia
•
Overdosis Obat
•
Idiophatic (tidak diketahui)
•
Bedah Cardiobaypass yang lama
•
Transfusi darah yang banyak
•
PIH (Pregnand Induced Hipertension)
•
Peningkatan TIK
•
Terapi radiasi
1
2. 3. Patofisiologi
Trauma langsung / trauma tidak
langsung pada paru
Mengganggu mekanisme
pertahanan saluran napas
Toksik terhadap epithelium
alveolar
Kehilangan fungsi slia
jalan napas
Kerusakan membrane kapiler
alveoli
Tidak efektifnya jalan
napas
Kerusakan epithelium
alveolar
Gangguan
endothelium kapiler
Kebocoran cairan ke
dalam alveoli
Kebocoran cairan
kearah interstitial
Sesak napas
Edema alveolar
Atelektaksis
Edema Interstitial
Kelemahan otot
Penurunan
nafsu makan
Volume dan compliance
paru menurun
Mudah lelah
Intake nutrisi
tak adekuat
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
hubungan arterio –venus dan
kelainan difusi alveoli - kapiler
Intoleransi
aktivitas
Penurunan berat
badan
Kerusakan
pertukaran gas
Gangguan
pemenuhan nutrisi
Perubahan
status kesehatan
Koping individu
tak efektif
Kurang info
tentang penyakit
Stress psikologis
Ansietas
1
3. 4. Manifestasi Klinik
ARDS merupakan suatu respons terhadap berbagai macam injuri atau penyakit
yang mengenai paru-paru baik itu secara langsung atau tidak langsung. berbagai
keadaan dan penyakit dasar yang dapat menyebabkan timbulnya ards/ali yaitu:
langsung antara lain: aspirasi asam lambung, tenggelam, kontusio paru, pnemonia
berat, emboli lemak, emboli cairan amnion, inhalasi bahan kimia dan keracunan
oksigen. sedangkan tidak langsung, terdiri dari sepsis, trauma berat, syok
hipovolemik, transfusi darah berulang, luka bakar, pankreatitis, koagulasi
intravaskular diseminata dan anafilaksis.
Sekitar 12-48 jam setelah penyebab atau faktor pencetus timbul, mula-mula
pasien terlihat sesak (takipnea) dan takikardia. analisis gas darah (agd)
memperlihatkan hipoksemia berat yang kurang respons dengan terapi oksigen foto
toraks memperlihatkan gambaran infiltrat bilateral yang difus tanpa disertai oleh
gejala edema paru kardiogenik.
•
Peningkatan jumlah pernapasan
•
Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
•
Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
5. Pemeriksaan diagnostik
•
Chest X-Ray
•
ABGs/Analisa gas darah
•
Pulmonary Function Test
•
Shunt Measurement (Qs/Qt)
•
Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
•
Lactic Acid Level
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ARDS terdiri atas penatalaksanaan terhadap penyakit dasar
yang dikombinasi dengan penatalaksanaan suportif terutama mempertahankan
oksigenasi yang adekuat dan optimalisasi fungsi hemodinamik sehingga diharapkan
mekanisme kompensasi tubuh akan bekerja dengan baik bila terjadi gagal
multiorgan.
Penatalaksanaan penyakit dasar sangat penting, misalnya penatalaksanaan
hipotensi dan eradikasi sumber infeksi pada sepsis.
Khas pada ARDS, hipoksemia yang terjadi refrakter terhadap terapi oksigen
dan hal ini kemungkinan diakibatkan adanya shunting (pirau) darah melalui daerah
1
4. paru yang tidak terventilasi yang disebabkan alveoli terisi eksudat protein dan
terjadi atelektasis.
Continous positive airway pressure (CPAP) dapat mencegah atelektasis
alveolar, mengurangi disfungsi ventilasi/perfusi dan membantu kerja pernapasan.
Kebutuhan untuk intubasi dan ventilasi mekanik mungkin akan semakin besar
sehingga pasien harus dirawat di unit perawatan intensif. Positive end expiratory
pressure (PEEP) 25-15 mmH2O dapat digunakan untuk mencegah alveoli menjadi
kolaps. Tekanan jalan napas yang tinggi yang terjadi pada ARDS dapat
menyebabkan penurunan cairan jantung dan peningkatan risiko barotrauma
(misalnya pneumotoraks).
Tekanan tinggi yang dikombinasi dengan konsentrasi O2 yang tinggi sendiri
dapat menyebabkan kerusakan mikrovaskular dan mencetuskan terjadinya
permeabilitas yang meningkat hingga timbul edema paru. Salah satu bentuk teknik
ventilator yang lain yaitu inverse ratio ventilation dapat memperpanjang fase
inspirasi sehingga transport oksigen dapat berlangsung lebih lama dengan tekanan
yang lebih rendah. extra corporeal membrane oxygenation (ECMO) menggunakan
membran eksternal artifisial untuk membantu transport oksigen dan membuang
CO2. Strategi terapi ventilasi ini tidak begitu banyak memberikan hasil yang
memuaskan untuk memperbaiki prognosis secara umum tapi mungkin bermanfaat
pada beberapa kasus.
Optimalisasi fungsi hemodinamik dilakukan dengan berbagai cara. Dengan
menurunkan tekanan arteri pulmonal berarti dapat membantu mengurangi
kebocoran kapiler paru. Caranya ialah dengan restriksi cairan, penggunaan diuretik
dan obat vasodilator pulmonar (nitric oxide/NO). Pada prinsipnya penatalaksanaan
hemodinamik yang penting yaitu mempertahankan keseimbangan yang optimal
antara tekanan pulmoner yang rendah untuk mengurangi kebocoran ke dalam
alveoli, tekanan darah yang adekuat untuk mempertahankan perfusi jaringan dan
transport O2 yang optimaI. Kebanyakan obat vasodilator arteri pulmonal seperti
nitrat dan antagonis kalsium juga dapat menyebabkan vasodilatasi sistemik
sehingga dapat sekaligus menyebabkan hipotensi dan perfusi organ yang terganggu.
Obat-obat inotropik dan vasopresor seperti dobutamin dan noradrenalin mungkin
diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah sistemik dan curah jantung yang
cukup terutama pada pasien dengan sepsis (vasodilatasi sistemik). Inhalasi NO telah
digunakan sebagai vasodilator arteri pulmonal yang selektif. Karena diberikan
secara inhalasi sehingga terdistribusi pada daerah di paru-paru yang menyebabkan
vasodilatasi. Vasodilatasi yang terjadi pada alveoli yang terventilasi akan
memperbaiki disfungsi ventilasi/perfusi sehingga dengan demikian fungsi
1
5. pertukaran gas membaik. NO secara cepat diinaktivasi oleh hemoglobin mencegah
reaksi sistemik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Aktivitas / istrahat
Gejala : Tanda
: -
Klien mengeluh mudah lelah
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
Klien nampak gelisah
Kelemahan otot
Sirkulasi
Tanda
: -
Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia)
-
Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
-
Heart rate : takikardi biasa terjadi
-
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin.
- Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
Integritas ego
Gejala : Tanda
: -
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
Cemas
- Ketakutan akan kematian
Makanan dan cairan
Gejala : Tanda : -
Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
Perubahan berat badan
Porsi makan tidak dihabiskan
Pernapasan
Gejala : Tanda
: -
Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
Klien mengatakan merasakan sesak
Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas
bronchial
-
Napas cepat
-
Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi
-
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
-
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang
ditemukan dengan cara palpasi.
-
Sputum encer, berbusa
-
Pallor atau cyanosis
1
6. b. Pengelompokan data
Data subyektif
-
Klien mengeluh mudah lelah
-
Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
-
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
-
Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
-
Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
-
Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
-
Klien mengatakan merasakan sesak
Data obyektif
-
Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
-
Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas bronchial
-
Napas cepat
-
Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi
-
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
-
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan
cara palpasi.
-
Sputum encer, berbusa
-
Pallor atau cyanosis
-
Perubahan berat badan
-
Porsi makan tidak dihabiskan
-
Cemas
-
Ketakutan akan kematian
-
Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia)
-
Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
-
Heart rate : takikardi biasa terjadi
-
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin.
-
Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
-
Klien nampak gelisah
-
Kelemahan otot
-
Klien nampak mudah lelah bila beraktivitas
1
7. c. Analisa data
Data
Ds :
- Klien mengatakan kesulitan
untuk bernapas
- Klien
mengatakan
merasakan sesak
Do :
- Bunyi
napas
mungkin
crakles, ronchi, dan suara
nafas bronchial
- Perkusi dada : Dull diatas
area konsolidasi
- Peningkatan
fremitus
(tremor vibrator pada dada
yang ditemukan dengan cara
palpasi.
- Sputum encer, berbusa
Ds :
- Klien mengatakan kesulitan
untuk bernapas
- Klien
mengatakan
merasakan sesak
Do :
- Peningkatan kerja napas
(penggunaan
otot
pernapasan)
- Napas cepat
- Penurunan
dan
tidak
seimbangnya ekpansi dada
- Kulit dan membran mukosa :
mungkin pucat, dingin.
- Cyanosis
biasa
terjadi
(stadium lanjut)
Penyebab
Trauma langsung / tak langsung
pada paru
↓
Mengganggu mekanisme
pertahanan saluran napas
↓
Kehilangan fungsi silia jalan
napas
↓
Tidak efektifnya jalan napas
Trauma langsung / tak langsung
pada paru
↓
Toksik terhadap epithelium
asleolar
↓
Kerusakan membrane kapiler
alveoli
↓
Kerusakan epithelium alveolar
↓
Kebocoran cairan dalam alveoli
↓
Edema alveolar
↓
Wolume dan compliance paru
menurun
↓
Ketidak seimbangan ventilasi
perfusi hubungan arterio – venus
dan kelainan difusi alveoli –
kapiler
↓
Kerusakan pertukaran gas
Ds :
Trauma pada paru
- Klien mengeluh mudah lelah
↓
- Klien mengatakan kurang
Kerusakan membrane kapiler
mampu melakukan aktivitas
alveoli
Do :
↓
- Kelemahan otot
Edema alveolar dan interstitial
- Klien nampak mudah lelah
↓
bila beraktivitas
Sesak
↓
Kelemahan otot
↓
Mudah lelah
↓
Intoleransi aktivitas
Masalah
Tidak efektifnya
jalan napas
Gangguan
pertukaran gas
Intoleransi
aktivitas
1
8. Ds :
- Klien mengatakan
untuk makan kurang
nafsu
Do :
- Perubahan berat badan
- Porsi
makan
tidak
dihabiskan
Trauma pada paru
↓
Kerusakan membrane kapiler
alveoli
↓
Edema alveolar dan interstitial
↓
Sesak
↓
Menurunan nafsu makan
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Penurunan berat badan
↓
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Ds :
- Klien mengatakan ingin
cepat sembuh dari penyakit
- Klien mengatakan takut akan
kondisi penyakitnya
Do :
- Cemas
- Ketakutan akan kematian
Gangguan pernapasan
↓
Perubahan status kesehatan
↓
Koping individu tak efektif
↓
Kurang informasi tentang
penyakitnya
↓
Stress psikologis
↓
Ansietas
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
Ansietas
d. Prioritas masalah
1) Tidak efektifnya jalan nafas
2) Gangguan pertukaran gas.
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
2. Diagnosa keperawatan
a. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
e. Cemas/takut berhubungan dengan perubahan status kesehatan
1
9. 3. Rencana tindakan keperawatan
a. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas
Tujuan :
-
Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih
dan ronchi (-)
-
Pasien bebas dari dispneu
-
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
-
Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Tindakan :
Independen
-
Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
® Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan
usaha dalam bernafas
-
Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
® Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan
adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
-
Catat karakteristik dari suara nafas
Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari
saluran nafas
-
Catat karakteristik dari batuk
® Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak,
tebal dan purulent
-
Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan
bila perlu
® Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
-
Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan
suction bila ada indikasi
®
Penimbunan
sekret
mengganggu
ventilasi
dan
predisposisi
perkembangan atelektasis dan infeksi paru
-
Peningkatan oral intake jika memungkinkan
® Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
Kolaboratif
-
Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
® Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
-
Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
® Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
1
10. -
Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi
jika ada indikasi
® Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan
otot-otot pernafasan
-
Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
® Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas
sekret dan meningkatkan ventilasi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli
Tujuan :
-
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan
nilai ABGs normal
-
Bebas dari gejala distress pernafasan
Tindakan :
Independen
-
Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
® Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas
-
Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti
crakles, dan wheezing
® Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles
terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing
terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
-
Kaji adanya cyanosis
® Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum
cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang
indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan
ekstremitas adalah vasokontriksi.
-
Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
® Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
-
Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
® Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
1
11. Kolaboratif
-
Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
® Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan
tekanan yang sesuai
-
Berikan pencegahan IPPB
® Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
-
Review X-ray dada
® Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
-
Berikan
obat-obat
jika
ada
indikasi
seperti
steroids,
antibiotik,
bronchodilator dan ekspektorant
® Untuk mencegah ARDS
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
Tujuan :
Dapat meningkatkan nafsu makan klien, porsi makan dihabiskan, peningkatan
berat badan.
Tindakan
Independen
-
Evaluasi kemampuan makan
® Mengetahui nafsu makan klien
-
Observasi penurunan otot umum, kehilangan lemak subkutan
® Gejala ini indikasi penurunan energy otot dan dapat menurunkan fungsi
otot pernapasan
-
Timbang berat badan sesuai indikasi
® Kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini dan masukan
makanan buruk memerikan petunjuk tentang katabolisme, simpanan
glikogen otot dan sensitivitas kemudian ventilator
-
Berikan makan lembut sering dalam jumlah kecil / mudah dicerna bila
mampu menelan
® Mencegah kelelahan berlebihan, meningkatkan pemasukan dan
penurunan resiko distress gaster
Kolaboratif
-
Pastikan diet memenuhi kebutuhan pernapasan sesuai indikasi
® Tinggi karbohidrat, protein dan kalori diperlukan selama ventilasi untuk
memperbaiki fungsi otot pernpaasan, karbohidrat mungkin menurun dan
lemak kadang meningkat sebelum penyapihan upaya untuk mencegah
produksi CO2 berlebihan dan menurunkan kemudi pernapasan
1
12. -
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh serum, transferin,
BUN/kreatinin, glukosa
® Memberikan informasi tentang dukungan nutrisi adekuat / perlu
perubahan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan
Membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien
Tindakan
Independen
-
Evaluasi respons pasien terhada aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas
® Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
-
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan pangalihan yang tepat
® Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istrahat
-
Jelaskan pentingnya istrahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istrahat
® Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan
aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas
dan perbaikan kegagalan pernapasan
-
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istrahat dan tidur
® Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk kedepan meja atau bantal
-
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
® Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
e. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh
mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa
tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
-
Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya
mulai berkurang
1
13. -
Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung
untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Tindakan
Independen:
-
Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan
emosi.
® Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
-
Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi.
Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
® Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi
yang digunakan.
-
Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
® Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya
dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
-
Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
® Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
-
Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
®
Langkah
awal
dalam
mengendalikan
perasaan-perasaan
yang
teridentifikasi dan terekspresi.
-
Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
® Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya
akan menjadi lebih baik.
-
Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
® Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat
mengurangi
kecemasan/ketakutan
apa
yang
tidak
diketahuinya.
Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat
maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
-
Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi
rasa cemas.
®
Kemampuan
yang
dimiliki
pasien
akan
meningkatkan
sistem
pengontrolan terhadap kecemasannya
Kolaboratif
-
Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.
® Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan
meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi
pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
1
14. DAFTAR PUSTAKA
Barbara C, Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Yayasan Alumni Keperawatan
Padjajaran : Bandung.
Brunner & Suddart, 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2. EGC : Jakarta.
Carpenito L, J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Kinilis,
Edisi 6. EGC : Jakarta.
http://www.klikdokter.com. 2009
1