Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Askep pada pasien ppok
1. Tugas : KMB I
Dosen : SAAD ABDUH S.Kep, M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN COPD
Disusun Oleh :
Kelompok V
1. Astiyana 5. Wa ode hasminiyanti
2. Juliati 6. musrifa
3. Sutriyani 7. Putri astuti
4. Sumardin 8. LD. suhadar
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2013
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah KMB I
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COPD”.
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
saw yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti
yang telah kita rasakan saat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penulisan maupun isinya,oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
masukan,baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis,dan pembaca pada umumnya,kiranya Allah SWT meridhoi segala aktifitas kita untuk
keselamatan di dunia maupun di akhirat.
RAHA, OKTOBER 2013
penulis
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………….………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….....
A. Latar Belakang………………………………………….…………………….....
B. Tujuan ………………………………………………….…………………….....
C. Rumusan Masalah…………………………………………..…………………...
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..…………………..
1. Konsep penyakit……………………………………………………………………..
A. Pengertian……………………………………………………………………….
B. Etiologi………………………………………………………………………….
C. Klasifikasi……………………………………………………………………….
D. Tanda dan gejala………………………………………………………………..
E. Dampak terhadap sistem tubuh…………………………………………………
F. Patofisiologi dan penyimpangan KDM…………………………………………
G. Manajemen medik ……………….…………………………..…………………
H. Komplikasi……………………………………………………………………..
I. Pemeriksaan diagnostik…………………………………………………………
2. Konsep askep……………………………………………………………………….
A. Pengkajian………………………………………………………………………
B. Klasifikasi data…………………………………………………………………
C. Analisa data…………………………………………………………………….
D. Prioritas masalah……………………………………………………………….
E. Diagnosa………………………………………………………………………..
F. Perencanaan…………………………………………………………………….
G. Implementasi……………………………………………………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sistem yang ada dalam tubuh seseorang adalah sistem pernapasan. Dengan
bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen dan pada saat yang sama
melepaskan produk oksidasinya. Pernapasan adalah proses ganda yakni terjadinya
pertukaran gas didalam jaringan atau pernapasan dalam dan terjadi diluar paru-paru
adalah pernapasan luar (Sylvia, 2006).
Penyakit gangguan sistem pernapasan yang diderita oleh masyarakat antara lain penyakit
paru obstruksi kronik yang merupakan gangguan jalan napas karena bronchitis kronik,
dan emfisema. Obstuksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktifitas
brokhitis dan sebagiannya bersifat reversible (Mansjoer, 2001).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan angka kematian PPOK tahun tahun
2010 di perkirakan menduduki peringkat ke-4 bahkan dekade mendatang menjadi
peringkat ke-3. Kondisi tersebut tanpa disadari oleh masyarakat, angka kematian yang
disebabkan oleh PPOK etrus mengalami peningkatan. Material paparan yang menjadi
faktor resiko kejadian PPOK adalah asap rokok,polusi udara dan infeksi saluran napas
tetapi dinyatakan faktor utama dan paling dominan ialah asap rokok disbanding yang lain.
(Tjandra Yoga Aditama, 2004).
Diperkirakan 12 juta orang Amerika menderita bronchitis kronik dan atau emfisema
PPOK merupakan penyebab terbanyak kelima pada orang berusia 45 sampai 64 tahun,
dan merupakan sebab tersering keempat dari kematian pada usia dibawah 64 tahun
5. (Sylvia, 2006). Di indonesia ditemukan 1,5 juta penderita PPOK dan jumlah kematian
oleh karena PPOK sebanyak 45.000 termasuk penyebab kematian urutan ke lima.
(Tockman, 2002) Sedangkan berdasarkan medical record di Ruang Melati Ruangan
Perawatan Penyakit Dalam RSHS Bandung dalam 6 bulan terakhir yaitu Januari sampai
dengan Juni 2010 terdapat 259 orang penderita yang dirawat karena gangguan sistem
pernapasan dikelompokkan dalam 5 penyakit besar sistem pernapasan dapat dilihat pada
tabel 1.1
Tabel 1. 1 Lima Penyakit terbesar diruangan Melati Ruangan Perawatan Penyakit dalam
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung 2010
No Jenis Penyakit Jumlah Presentase (%)
1. Pneumonia 109 42,1
2. PPOK 47 18,2
3. Efusi Pleura 38 14,7
4. Asma 34 13,2
5. Udem Pada Paru 31 11,9
Jumlah 259 100
Sumber : Rekam Medis Bulan Januari – Juni 2010, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah KMB I
Untuk mengetahui konsep penyakit COPD
Untuk mengetahui konsep askep COPD
C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang konsep penyakit COPD !
2. Jelaskan tentang konsep askep pada klien COPD !
6. BAB II
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan
kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk
produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002).
Sedangkan menurut Price & Wilson (2005), Chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999)
adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
C. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
a. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling
sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
7. b. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik
paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal
bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.
c. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat
bronkospasme.
d. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan
oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda
asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan
terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
D. Tanda & Gejala
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan berat badan dan kelemahan.
g. Takikardia, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.
8. E. Dampak terhadap sistem tubuh
Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan denyut nadi, pernapasan cepat, peningkatan TD
Sistem pernapasan
Mengganggu sistem pernapasan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga dapat
mengakibatkan sesak napas.
Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler terjadi peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat,
disritmia, edema dependend
Sistem pencernaan
Mengganggu sistem pencernaan, ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernapasan.
Sistem muskuloskeletal
Terjadi penurunan kemampuan, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-
hari.
Sistem saraf pusat
Pada PPOK berat dapat terjadi penurunan kesadaran
F. Patofisiologi dan penyimpanan KDM
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,
kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus
dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
9. saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah
penumpukan udara (air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi
gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).
Penyimpangan KDM
Pencetus serangan
(alergen, emosi / stress, obat-obatan, infeksi)
Reaksi antigen antibody
Release rasoactive substance
( histamin bradikinin, anafilataxin )
kontriksi otot polos permeabilitas kapiler Sekresi mukus
bronchospasme - kontriksi otot polos Produksi mukus
- Edema mukosa
- hipersekresi
bersihkan jalan napas obstruksi saluran napas ketidakseimbangan nutrisi : kurang
tak efektif dari kebutuhan tubuh (resiko / akhal)
10. hipoventilasi
distribusi ventilasi tak merata dengan
sirkulasi darah paru
gangguan difusi gas di alveoli
kerusakan pertukaran
gas hipoxemia
hiperkapnia
G. Manajemen medik
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka
digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari Augmentin
(amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya
adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbasi.Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka
dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya
golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5
mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau
aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
11. a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-0,5/hari dapat
menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien
maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal
paru.
c. Fisioterapi
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e. Mukolitik dan ekspektoran
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan
PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
Penatalaksanaan pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai
dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau
pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
12. a. Fisioterapi
b. Rehabilitasi psikis
c. Rehabilitasi pekerjaan (Mansjoer 2001 : 481-482)]
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
H. Komplikasi
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan
nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara
lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan
rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.Terbatasnya aliran udara akan
meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat.Komplikasi ini sering kali berhubungan
dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.
6. Status Asmatikus
13. Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini
sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap
therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.
I. Pemeriksaan diagnostik
a. Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab.
b. Pemeriksaan fisik:
- Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
- Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
- Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
- 4) Suara nafas berkurang.
c. Pemeriksaan radiologi
- Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan
garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
- 2) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah
pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.
d. Tes fungsi paru :
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea,
untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya
bronkodilator.
e. Pemeriksaan gas darah.
f. Pemeriksaan EKG
g. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.
14. 2. KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan adalah:
1) Biodata
a) Indentitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
bangsa, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor medrek, diagnosa
medis dan alamat.
b). Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik
adalah klien mengatakan kesulitan bernapas.
2. Riwayat keluhan utama
Mengggambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan pertama kali dirasakan
hingga saat dilakukan pengkajian dan menggunakan analisa simptom metode
PQRST.
Paliative : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik yang memperberat
keluhan yaitu pada saat melakukan aktifitas dan berbaring seperti bangun dari
tidur dan yang meringankan keluhan yaitu baring dengan posisi semi Fowler.
15. Qualitatif / Quantitove : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik biasanya
keluhan dirasakan hilang timbul. Kualitas sesak yang dirasakan pada umumnya
sedang atau tergantung berat penyakit serta seberapa parah infeksi yang terjadi.
Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya. Pada penderita penyakit
paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada daerah dada.
Skala : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik sangat menggangu aktifitas
kesehariannya dimana pernapasannya lebih dari 24 kali per menit.
Timing : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada
saat melakukan aktifitas.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mendapatkan informas mengenai masalah pasiennya, adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, atau penyakit jantung akibat kebiasaan merokok,
minum alkohol, riwayat penggunaan obat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter, yaitu adanya
keluarga yang mempunyai riwayat asma, hipertensi, penyakit jantung, dan
biasanya di gambarkan dengan genogram 3 generasi.
b. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
- KLien mengatakan sesak napas
- Klien mengatakan batuknya berdahak
- Klien mengatakan berat badannya menurun
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
- Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas
- Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
16. - Klien mengatakan cemas
- Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
Data Obyektif :
- Suara paru ronkhi disebelah dada kanan
- Klien nampak batuk berdahak
- Frekuensi napas cepat
- Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapsan
- Klien nampak batuk
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Badan tampak kurus
- Berat badan menurun
- Nampak aktivitas klien dibantu
- Klien nampak sesak saat beraktivitas
- Klien nampak gelisah
- Klien selalu bertanya
c. Analisa Data
No Symptom Etiology Problem
1 DS :
Klien mengatakan
sesak napas
Klien mengatakan
batuknta berdahak
Klien mengataka
sering batuk
DO :
Suara paru
wheezing disebelah
kanan
Batuknya berdahak
Terdapat retraksi
Terpapar polusi udara yang
terus menerus
Hypertrofi dan hyperplasia
kelenjar mucus serta
metaplasisel goblek
Sekret terakumilasi pada
jalan napas
Penurunan kemampuan
untuk mengeluarkan secret
Bersihan jalan
napas tidak efektif
17. dinding dada
Nampak sesak naps
Frekwensi napas
cepat
Bersihan jalan napas tidak
efektif
2 DS :
Klien mengatakan
kurang nafsu makan
Klien mengatakan
berat badannya
menurun
DO :
Badan nampak
kurus
Porsi makan tidak
dihabiskan
Infasi mikroorganisme dalam
tubuh
Meningkatkan aktivitas
seluler
Gangguan kebutuhan
pemenuhan nutrisi
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
3. DS :
Klien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas
Klien mengatakan
sesaknya bertambah
saat beraktivitas
DO :
Nampak aktivitas
klien dibantu
Klien nampak sesak
saat beraktivitas
Bersihan jalan napas tidak
efektif
Akumulasi sekret pada jalan
napas
Gangguan pertukaran gas
Peningkatan penggunaan
energy untuk bernapas
Penurunan energy cadangan
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
18. Intoleransi aktivitas
d. Prioritas masalah
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Intoleransi aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan napas
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan sesak napas
- Klien mengatakan batuk berdahak
- Klien mengatakan sering batuk
DO :
- Suara paru ronkhi sebelah kanan
- Batuknya berdahak
- Respirasi 32x/ menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Nampak sesak napas
b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme
berlebihan ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
- Klien mengatakan berat badannya menurun
DO :
- Klien nampak kurus
- BB menurun
- Porsi makan tidak dihabiskan
19. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
- Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas
DO :
- Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
- Klien nampak sesak saat beraktivitas
-
C. PERENCANAAN
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 7 hari
pola napas kembali efektif.
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 hari
pola napas berangsur –
angsur membaik, dengan
kriteria hasil :
Sesak berkurang
Tidak menggunakan
otot – otot
pernapasan
1. Observasi tanda –
tanda vital .
2. Auskultasi bunyi
pernapasan.
3. Pertahankan posisi
semi fowler.
4. Anjurkan kepada
klien untuk minum air
hangat.
5. Bimbing dan latih
teknik napas dalam
dan batuk efektif
yang teratur.
6. Pemberian nebulizer
sesuai indikasi.
7. Lanjutkan pemberian
1. Untuk menentukan
intervensi
selanjutnya.
2. Bunyi napas tidak
normal menandakan
masih adanya
masalah.
3. Posisi semi fowler
dapat mengurangi
sesak.
4. Mengencerkan
dahak agar mudah
keluar.
5. Batuk tidak
terkontrol adalah
melelahkan dan
tidak efektif
menyebabkan
20. O2 sesuai intruksi
dokter.
frustasi.
6. Pemberian nebulizer
dapat membantu
pengenceran dahak.
7. O2 dapat mengurangi
sesak dan membantu
memenuhi
kebutuhan oksigen.
2 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 5 hari
gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tupen :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 1 hari
nutrisi berangsur – adngsur
terpenuhi, dengan kriteria
hasil :
Nafsu makan baik
BB naik
1. Observasi tingkat
pemasukkan nutrisi
klien.
2. Hindarkan klien
untuk mengkonsumsi
makanan yang dapat
merangsang batuk.
3. Berikan makanan
pasien dalam porsi
kecil tapi sering.
4. Beri HE kepada klien
dan keluarga tentang
nutrisi.
5. Anjutkan pemberian
diet TKTP.
1. Sebagai data dasar
untuk menentukan
intervensi
selanjutnya.
2. Makanan yang
merangsang batuk
dapat meningkatkan
frekwensi batuk
lebih tinggi.
3. Mencegah klien
cepat bosan terhadap
makanan yang
diberikan.
4. Agar dapat mengerti
pentingnya nutrisi
bagi tubuh.
5. Memenuhi
kebutuhan nutrisi.
3 Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 5 hari
intoleransi aktivitas teratasi.
Tupen :
1. Observasi tingkat
aktivitas klien.
2. Bantu klien
melakukan aktivitas
yang tidak dapat
1. Mengetahui batasan
yang dapat
dilakukan klien.
2. Dengan bantuan
orang lain kebutuhan
21. Stelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 hari
intoleransi aktivitas
berangsur – angsur teratasi,
dengan kriteria hasil :
Aktivitas klien tidak
dibantu lagi
Saat beraktivitas
klien tidak sesak lagi.
dilakukan.
3. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
ADL klien.
4. Anjurkan klien
melakaukan aktivitas
sesuai dengan
kemempuannya.
5. Selingi periode
aktivitas dengan
istirahat.
ADL klien
terpenuhi.
3. Mengurangi
ketergantungan
keluarga kepeda
petugas.
4. Aktivitas tang sesuai
dapat mencegah
kekakuan otot.
5. Mengurangi kerja
otot meminimalkan
penggunaan energy
yang berlebihan.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
22. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan suatu istilah yang sering digunakan
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utama. Faktor yang
menyebabkan timbulnya PPOK yaitu kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,
asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja, dan riwayat infeksi saluran napas.
B. Saran
Semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya penyakit paru obstruksi kronik.
23. DAFTAR PUSTAKA
http://www.Google.co.id
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses – proses Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Asih, Y., Effendi C., 2003. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta.
Brunner dan Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. EGC
Jakarta.
Carpenito, L. J., 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta
Doenges, E. M., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta