PENGERTIAN KOLOID
Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk
yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat
bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan
susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan
air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua
zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara
1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid
adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat)
dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid
yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan
koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa
terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi
berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat
terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid
emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-
masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu
contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan
mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
2.2 JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar
merata dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium
pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase
terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
A. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid
dimana fase terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium
pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat.
Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya
adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
3. Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya
adalah debu di udara, asap pembakaran, dll
B. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid
dimana fase terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan
medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
1. Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol
cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid
dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga
mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi
cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling
melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-
polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti
minyak.
Sifat emulsi cair yang penting ialah:
a. Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan,
proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat
pengelmusi.
b. Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium
pendispersinya.
C. Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat
dianggap terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada
penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk
suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga
terbentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair
terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi
menjadi:
1. Gel elastic
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan
kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan
gelatin.
2. Gel non-elastis
Contoh adalah gel silica.
D. Koloid Buih
Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas.
Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat dibagi
menjadi:
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau
CO2. Kestabilan buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan).
Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-
gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih yang
dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.
Sifat-sifat buih cair ialah:
a. Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase
(pemisahan medium pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang
jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan ukuran
gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.
b. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan
medium pendispersi
zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan).
Beberapa buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu
apung,dll
Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium
pendispersi dan fase terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena
campuran dari keduanya tergolong sebagai larutan.
2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID
A. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)
oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena
sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya,
maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,
pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
B. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka
kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi
di tempat seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak
Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu
system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-
partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
C. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan)
terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari
absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion
S2.
D. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit,
pencampuran koloid yang berbeda muatan.
E. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.
1. Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar
terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
2. Koloid Liofob : sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil
terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.
F. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan
cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang
tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang
berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati
cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan
akan berpisah
G. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.
2.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk
berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran
kecil) atau suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan
bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil
(larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas
reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi
rangkap, dan pergantian pelarut.
a) Reaksi Redoks
Contoh
1. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan
larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s) (sol
belerang)
2. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer
formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3
HCOOH (aq) (sol emas)
b) Reaksi Hidrolisis
Contoh,
1. pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3
Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) (sol Fe(OH) 3)
c) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
1) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan
asam arsenit (H3AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H3AsO 3 (aq) + 3H2S (g) → As2S3 (s) + 6H2O (l)
(sol As 2S3 )
2) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
d) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam
alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar
(suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik,
peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
a) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui
penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan
pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel
yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke
dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
b) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan
zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi
partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan
pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan
gas asam sulfida.
c) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi
partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi.
Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya,
menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke
dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat.
Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol
logam. Contoh, pembuatan sol logam.
d) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-
sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan
arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi
bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
2.5 KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari,
terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen
dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan
perawatan tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk
suntikan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi
zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan
negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil
stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion
tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-
partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk
diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut
dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur.
Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi.