Askep kegawatdaruratan akiba1

kgd

ASKEP KEGAWATDARURATAN AKIBAT ASMA 
Posted by nurse87 on 20 April 2012 
Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Gawat Darurat. 2 komentar 
A. Pengertian 
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus 
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan 
penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & 
Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). 
Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana peradangan ini 
menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan menyebabkan 
kekambuhan.(Lewis, 2000, hal. 660). 
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi 
konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Ini merupakan situasi yang 
mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera. 
Jenis-jenis Asma : 
a) Asma alergik 
Yaitu asma yang disebabkan oleh alergen, misalnya: serbuk sari binatang, marah, makanan 
dan jamur. Biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergen dan riwayat medis masa lalu, 
iskemia dan rhinita alergik. 
b) Asma idiopatik atau non alergik 
Yaitu tidak berhubungan dengan alergen spesifik, faktor-faktor seperti common cold, infeksi 
traktus respiratorius, latihan, emosi dan lingkungan pencetus serangan. Serangan menjadi lebih 
berat dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan empisema. 
c) Asma gabungan 
Yaitu bentuk asma yang paling umum, mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun 
bentuk idiopatik atau non alergik.
Klasifikasi Asma: 
1. Mid Intermiten 
Yaitu kurang dari 2 kali seminggu dan hanya dalam waktu yang pendek; tanpa gejala, diantara 
serangan-serangan pada waktu malam kurang dari 2 kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV dan 
PEF diperkirakan lebih dari 80%. 
1. Mid Persistent 
Yaitu serangan lebih ringan tetapi tidak setiap hari, serangan pada waktu malam timbul lebih 
dari 2 kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan sebesar 80%. 
1. Moderat Persistent 
Yaitu serangan timbul setiap hari dan memerlukan penggunaan bronkodilator serangan timbul 2 
kali atau lebih dalam seminggu dan pada waktu malam timbul gejala berat setiap minggu. 
Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan 60-80%. 
1. Severe Persistent 
Yaitu gejala muncul terus menerus dengan aktivitas yang terbatas, peningkatan frekuensi 
serangan dan peningkatan frekuensi gejala pada waktu malam. 
Penyebab / Faktor resiko serangan asma 
1. Faktor Ekstrinsik 
Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dan disebabkan oleh alergen yang diketahui karena 
kepekaan individu, biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang hidup, bulu halus binatang, 
kain pembalut atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau coklat, polusi. 
1. Faktor Intrinsik 
Faktor ini sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor-faktor non 
spefisik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma instrinsik
ini lebih biasanya karena faktor keturunan dan juga sering timbul sesudah usia 40 tahun. 
Dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan 
trakeobronchial. 
Patofisiologi 
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu atau lebih dari 
faktor berikut ini. 
1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas. 
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronchi. 
3. Pengisian bronchi dengan mukus yang kental. 
Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar. Sputum yang kental, banyak dihasilkan 
dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di dalam paru. 
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang 
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi menyebabkan pelepasan 
produk sel-sel mast (mediator) seperti: histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis 
dari suptamin yang bereaksi lambat. 
Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas menyebabkan 
broncho spasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat 
banyak. 
Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh impuls syaraf pagal 
melalui sistem para simpatis. Pada asthma idiopatik/non alergi, ketika ujung syaraf pada jalan 
nafas dirangsang oleh faktor seperti: infeksi, latihan, udara dingin, merokok, emosi dan polutan. 
Jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. 
Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga merangsang 
pembentukan mediator kimiawi. 
Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan mengadakan hiperventilasi 
untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan menyebabkan pengeluaran 
CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan CO2 darah arteri (pa CO2) menurun
sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah meningkat). Bila serangan asma lebih berat 
lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak ikut sama sekali dalam pertukaran 
gas. Sekarang ventilasi tidak mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat, kerja otot-otot 
pernafasan bertambah berat dan produksi CO2 yang meningkat disertai ventilasi alveolar yang 
menurun menyebabkan retensi CO2dalam darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori 
(pH menurun). Stadium ini kita kenal dengan gagal nafas. 
Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan konstruksi 
jaringan pembuluh darah paru dan selanjutnya menyebabkan sunting peredaran darah ke 
pembuluh darah yang lebih besar tanpa melalui unit-unit pertukaran gas yang baik. Sunting ini 
juga mengakibatkan hipercapni sehingga akan memperburuk keadaan. 
Tanda dan Gejala 
- Batuk produktif 
- Wheezing 
- Dispnea 
- Mengi 
- Ekspirasi memanjang 
- Barrel chest (dada tong) 
- Orthopnea 
- Berkeringat 
- Tachypnea 
- Tachycardia. 
Pemeriksaan Diagnostik
a) Test Fungsi paru ( spirometri) 
Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas 
akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi 
asidosis) , mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi 
mekanis, adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. 
Meskipun kebanyakan pasien tidak membutuhkan ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila 
pasien dalam keadaan gagal napas atau pada mereka yang kelelahan dan yang terlalu letih 
oleh upaya bernapas atau mereka yang kondisinya tidak berespons terhadap pengobatan awal. 
b) Pemeriksaan gas darah arteri 
Dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi 
berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( 
CO2 rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke 
kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda 
bahaya serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah 
rendah. 
c) Arus puncak ekspirasi 
APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang 
objektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai 
dungaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat 
nilai mutlak saat pemeriksaan. 
d) Pemeriksaan foto thoraks 
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau 
komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan 
pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu 
hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang menurun. Semua gambaran ini 
akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut. 
e) Elektrokardiografi
Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah 
gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, 
tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan. 
Penanganan Asma 
1. Agenis Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan sililaris. 
Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli isoetharine, dan terbutalin. 
Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi. 
2. Metil salin untuk bronkodilatasi, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus 
dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral. 
3. Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi. 
4. Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison, 
dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan IV. 
5. Inhibitor sel mast, contoh obat: natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi untuk bronkodilator 
dan mengurangi inflamasi jalan nafas. 
6. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg. 
7. Fisioterapi dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan batuk efektif untuk 
meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage dilakukan hanya pada pasien 
dengan produksi sputum yang banyak. 
KAJIAN KEPERAWATAN KRITIS 
Pengkajian 
a. Keluhan : 
– Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus 
– Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang 
– Batuk dengan sekret lengket 
– Berkeringat dingin 
– Terdengar suara mengi / wheezing keras 
– Terjadi berulang, setiap ada pencetus 
– Sering ada faktor genetik/familier 
AIRWAY
Pengkajian: 
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan 
nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini 
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit 
yang dapat diperoleh. 
Diagnosa keperawatan : 
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum 
Intervensi : 
a. Amankan pasien ke tempat yang aman 
R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien 
b. Kaji tingkat kesadaran pasien 
R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat 
kesadaran pasien 
c. Segera minta pertolongan 
R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif 
d. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien 
R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret 
e. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup 
dan membuka mulutnya 
R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas 
BREATHING
Pengkajian : 
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien 
untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien 
mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha 
ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat 
sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan 
dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. 
Pantau adanya mengi. 
Diagnose keperawatan : 
Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas 
Intervensi : 
a. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien 
R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien 
b. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut 
pasien 
R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien 
c. Pantau ekspansi dada pasien 
R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien 
CIRCULATION 
Pengkajian : 
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka 
jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya 
peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik
pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai 
tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini 
dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini. 
Diagnosa Keperawatan : 
Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen 
Intervensi : 
- pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis 
R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba 
DAFTAR PUSTAKA 
1. Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001 
2. Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998 
3. Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika; 2001 
4. Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000 
5. Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta 
, EGC, 2002 
6. Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta, 
Trans Info Media, 2009. 
About these ads

Recommandé

17291060 modul-batuk-pbl par
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pblRyryy Part II
5.4K vues20 diapositives
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI par
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASIPBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASIRindang Abas
2K vues39 diapositives
Pbl 7 a modul sesak batuk par
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukAi Coryde
7.8K vues51 diapositives
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI par
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIPBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIRindang Abas
18.6K vues42 diapositives
PPOK par
PPOKPPOK
PPOKRosinita Gumilar
2K vues15 diapositives
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA par
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMADefinisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMALena Setianingsih
19.9K vues9 diapositives

Contenu connexe

Tendances

Asma bronkial par
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkialAgilannadarajan4
7.2K vues10 diapositives
Power point asma bronkial par
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkialyeliani
26.6K vues12 diapositives
Patofisiologi asma par
Patofisiologi asmaPatofisiologi asma
Patofisiologi asmaAgilannadarajan4
2.5K vues9 diapositives
Sesak par
SesakSesak
SesakCahya
2K vues25 diapositives
Penyakit asma revisi par
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisidhiqde
9K vues24 diapositives

Tendances(20)

Power point asma bronkial par yeliani
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
yeliani26.6K vues
Sesak par Cahya
SesakSesak
Sesak
Cahya 2K vues
Penyakit asma revisi par dhiqde
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisi
dhiqde9K vues
Modul 2 merokok par Ai Coryde
Modul 2 merokokModul 2 merokok
Modul 2 merokok
Ai Coryde4.6K vues
materi pendidikan khusus par Re Mo
materi pendidikan khususmateri pendidikan khusus
materi pendidikan khusus
Re Mo233 vues
Keperawatan dudut2 par plesdis
Keperawatan dudut2Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2
plesdis526 vues

Similaire à Askep kegawatdaruratan akiba1

Asma par
AsmaAsma
Asmassuser9912cc
83 vues14 diapositives
TTTT.pptx par
TTTT.pptxTTTT.pptx
TTTT.pptxNengAnnisFathia
2 vues29 diapositives
Adult Respiratory Distress Syndrome par
Adult Respiratory Distress SyndromeAdult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress SyndromeArif WR
3.2K vues33 diapositives
Tugas kesol (asma) mistia par
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistiasamiyati
12.1K vues32 diapositives
Tinjauan teoritis asma par
Tinjauan teoritis asmaTinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asmaIs Muhar
1.6K vues11 diapositives
Asma 01 par
Asma 01Asma 01
Asma 01Operator Warnet Vast Raha
1K vues13 diapositives

Similaire à Askep kegawatdaruratan akiba1(20)

Adult Respiratory Distress Syndrome par Arif WR
Adult Respiratory Distress SyndromeAdult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress Syndrome
Arif WR3.2K vues
Tugas kesol (asma) mistia par samiyati
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistia
samiyati12.1K vues
Tinjauan teoritis asma par Is Muhar
Tinjauan teoritis asmaTinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asma
Is Muhar1.6K vues
ASMA.pptx par qobus1
ASMA.pptxASMA.pptx
ASMA.pptx
qobus157 vues

Askep kegawatdaruratan akiba1

  • 1. ASKEP KEGAWATDARURATAN AKIBAT ASMA Posted by nurse87 on 20 April 2012 Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Gawat Darurat. 2 komentar A. Pengertian Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan menyebabkan kekambuhan.(Lewis, 2000, hal. 660). Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Ini merupakan situasi yang mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera. Jenis-jenis Asma : a) Asma alergik Yaitu asma yang disebabkan oleh alergen, misalnya: serbuk sari binatang, marah, makanan dan jamur. Biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergen dan riwayat medis masa lalu, iskemia dan rhinita alergik. b) Asma idiopatik atau non alergik Yaitu tidak berhubungan dengan alergen spesifik, faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan lingkungan pencetus serangan. Serangan menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan empisema. c) Asma gabungan Yaitu bentuk asma yang paling umum, mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non alergik.
  • 2. Klasifikasi Asma: 1. Mid Intermiten Yaitu kurang dari 2 kali seminggu dan hanya dalam waktu yang pendek; tanpa gejala, diantara serangan-serangan pada waktu malam kurang dari 2 kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV dan PEF diperkirakan lebih dari 80%. 1. Mid Persistent Yaitu serangan lebih ringan tetapi tidak setiap hari, serangan pada waktu malam timbul lebih dari 2 kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan sebesar 80%. 1. Moderat Persistent Yaitu serangan timbul setiap hari dan memerlukan penggunaan bronkodilator serangan timbul 2 kali atau lebih dalam seminggu dan pada waktu malam timbul gejala berat setiap minggu. Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan 60-80%. 1. Severe Persistent Yaitu gejala muncul terus menerus dengan aktivitas yang terbatas, peningkatan frekuensi serangan dan peningkatan frekuensi gejala pada waktu malam. Penyebab / Faktor resiko serangan asma 1. Faktor Ekstrinsik Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dan disebabkan oleh alergen yang diketahui karena kepekaan individu, biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang hidup, bulu halus binatang, kain pembalut atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau coklat, polusi. 1. Faktor Intrinsik Faktor ini sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor-faktor non spefisik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma instrinsik
  • 3. ini lebih biasanya karena faktor keturunan dan juga sering timbul sesudah usia 40 tahun. Dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeobronchial. Patofisiologi Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu atau lebih dari faktor berikut ini. 1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas. 2. Pembengkakan membran yang melapisi bronchi. 3. Pengisian bronchi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar. Sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di dalam paru. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti: histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari suptamin yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas menyebabkan broncho spasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh impuls syaraf pagal melalui sistem para simpatis. Pada asthma idiopatik/non alergi, ketika ujung syaraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti: infeksi, latihan, udara dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan mengadakan hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan menyebabkan pengeluaran CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan CO2 darah arteri (pa CO2) menurun
  • 4. sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah meningkat). Bila serangan asma lebih berat lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak ikut sama sekali dalam pertukaran gas. Sekarang ventilasi tidak mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat, kerja otot-otot pernafasan bertambah berat dan produksi CO2 yang meningkat disertai ventilasi alveolar yang menurun menyebabkan retensi CO2dalam darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori (pH menurun). Stadium ini kita kenal dengan gagal nafas. Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan konstruksi jaringan pembuluh darah paru dan selanjutnya menyebabkan sunting peredaran darah ke pembuluh darah yang lebih besar tanpa melalui unit-unit pertukaran gas yang baik. Sunting ini juga mengakibatkan hipercapni sehingga akan memperburuk keadaan. Tanda dan Gejala - Batuk produktif - Wheezing - Dispnea - Mengi - Ekspirasi memanjang - Barrel chest (dada tong) - Orthopnea - Berkeringat - Tachypnea - Tachycardia. Pemeriksaan Diagnostik
  • 5. a) Test Fungsi paru ( spirometri) Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi asidosis) , mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis, adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. Meskipun kebanyakan pasien tidak membutuhkan ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila pasien dalam keadaan gagal napas atau pada mereka yang kelelahan dan yang terlalu letih oleh upaya bernapas atau mereka yang kondisinya tidak berespons terhadap pengobatan awal. b) Pemeriksaan gas darah arteri Dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah. c) Arus puncak ekspirasi APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan. d) Pemeriksaan foto thoraks Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang menurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut. e) Elektrokardiografi
  • 6. Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan. Penanganan Asma 1. Agenis Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi. 2. Metil salin untuk bronkodilatasi, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral. 3. Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi. 4. Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan IV. 5. Inhibitor sel mast, contoh obat: natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas. 6. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg. 7. Fisioterapi dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak. KAJIAN KEPERAWATAN KRITIS Pengkajian a. Keluhan : – Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus – Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang – Batuk dengan sekret lengket – Berkeringat dingin – Terdengar suara mengi / wheezing keras – Terjadi berulang, setiap ada pencetus – Sering ada faktor genetik/familier AIRWAY
  • 7. Pengkajian: Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum Intervensi : a. Amankan pasien ke tempat yang aman R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien b. Kaji tingkat kesadaran pasien R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien c. Segera minta pertolongan R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif d. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret e. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas BREATHING
  • 8. Pengkajian : Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi. Diagnose keperawatan : Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas Intervensi : a. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien b. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut pasien R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien c. Pantau ekspansi dada pasien R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien CIRCULATION Pengkajian : Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik
  • 9. pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini. Diagnosa Keperawatan : Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen Intervensi : - pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba DAFTAR PUSTAKA 1. Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001 2. Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998 3. Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika; 2001 4. Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000 5. Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta , EGC, 2002 6. Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta, Trans Info Media, 2009. About these ads