1. Warna Kejujuran
Judul : Dua Warna Antologi Cerpen dan Puisi
Editor : Bambang Kariyawan dan Ahmad Ijazi
Penerbit : Lingkar Pena
Tempat terbit: Indonesia
Cetakan : Pertama
Tebal : Cover+iii+144 halaman
Ukuran :180x115mm
Buku ini memiliki 12 judul cerpen, sacara keseluruhan
bahasa yang digunakan dalam cerpen ini sederhana namun mengena, di
antaranya adalah Rindu Manggalo oleh Bambang Kariyawan yang
menggambarkan perwujudan dari kenyataan pahit yang dialami oleh suku
Sakai dewasa ini disebabkan penyempitan lahan dan hutan suku Sakai oleh
perkebunan sawit. Yang kedua adalah cerpen berjudul Kursi oleh Desi
Sommalia Gustina, cerpen ini mengisahkan seorang pembantu religius yang
menjadi korban fitnah orang-orang yang mengincar kedudukan tuan yang
diabdinya, mirisnya tuannya justru lebih mempercayai orang-orang jahat daripada
dirinya yang selama ini setia menjaga kursi si tuan. Cerita ini merupakan
analogi kecacatan sistem demokrasi yang dipakai pada zaman sekarang, Cerpen
ketiga berjudul Menanti Kedatangan Abah yang ditulis oleh Ahmad Ijazi,
ceritanya tentang seorang anak yang menanti kepulangan ayahnya yang
menjadi TKI di Malaysia selama bertahun-tahun. Istrinya sering mengirimkan
surat dan mendapat balasan yang berisi janji akan pulang dari suaminya. Namun
ketika hari yang dijanjikan tiba bahkan telah lewat, sang Ayah tak kunjung
pulang, sampai akhirnya si Ibu mendapat surat dari suaminya bahwa la
telah memiliki keluarga baru di Malaysia dan tidak akan pulang.
Cerpen keempat adalah Perempuan Berjalan dalam Hujan
oleh Joni L.Effendi tentang seorang Ibu yang berjuang membawa anaknya. yang
terkena malaria ke Rumah Sakit, walau hujan deras sang Ibu tetap bersikeras.
1
2. Sementara, suaminya entah dimana. Kisah tentang kegigihan seorang Ibu demi
anaknya yang banyak terjadi di masyarakat, begitu jugs tentang suami yang
menelantarkan istri beserta anaknya. Cerpen berjudul Masjid Munafik oleh
Sugiarti berisi konflik sosial sebuah masyarakat yang pemimpinnya enggan
datang ke sebuah masjid karena masjid itu dibuat oleh musuhnya dan dilansir
pembangunan masjid itu demi kepentingan politik. Cerpen keenam. adalah
Hidup dalam Mimpi oleh Silviana Hendri berisi cerita tentang seorang suami
yang sudah tidak tahan dengan Istrinya yang masih saja mencintai lelaki lain
meski telah menikah dengannya, setelah ditelusuri akhirnya si suami
menemukan identitas kekasih Istrinya dulu dan berniat untuk dimintai tolong
agar menyadarkan Istrinya. Namun terlambat karena kekasih Istrinya itu telah
meninggal.
Malaikat-Malaikat Kecilku oleh Wamdi mengisahkan kesabaran dan
kecerdasan seorang anak yatim piatu bernama Ani yang tinggal di panti
asuhannya. Ani begitu mengispirasinya untuk semakin mendekatkan diri pada
Tuhannya. Cerpen kedelapan. berjudul Kupu-kupu di Atas Keranda oleh
Muhammad Hadi adalah tentang seorang anak yang sedih karena tidak sempat
meluruskan kepercayaan Ibunya tentang mitos kupu-kupu yang masuk ke rumah
dan orang datang yang barn disebutkan namanya- karena Ibunya telah meninggal.
Mitos yang bertentangan dengan Islam ini memang banyak terjadi di masyarakat
kita dan semestinya diluruskan. Dea N. Utami dengan cerpen Kesempatan
Terakhirnya menceritakan seorang pelajar SMA yang ingin diberikan kesempatan
terakhir untuk bertobat dipenhujung hayatnya karena overdosis. Hal semacam ini
memang banyak terjad di masyarakat, peredaran narkoba begitu cepat menebus
semua lapisan umur, bahkan. pelajar.
Bahagialah Fitri oleh Indra Purnama menceritakan tentang seorang
gadis yang membenci hari Idul Fitri karena momen itu bertepatan
dengan hari meninggalnya kedua orang tuanya. Namun sejak menerima hadiah
dari neneknya yang telah mengurusnya selama ini dan kini telah meninggal, Fitri
tidak lagi membenci hari Idul Fitri karena hadiah berupa tulisan semangat dan
2
3. motivasi dari neneknya itu. Cerpen berikutnya adalah Satu Rindu oleh Sonya
Mitarice, cerpen ini menceritakan ttentang seorang pemuda yang membenci
wanita sejak dia ditinggal coati Ibunya wak-tu kecil. Bahkan sampai sudah
menikahpun dia tetap tidak bias membuka hati untuk wanita. Sampai suatu ketika
pandangannya tentang wanita berubah begitu mengetahui bahwa Ibunya harus
meninggalkannya demi keselamatannya sendiri. Sejak itu dia mau membuka
diri untuk wanita dan mencintai istrinya sepenuh hati. Yang terakhir adalah
cerpen dari Muflih Helmi dengan judul Kliping Nayla, cerpen ini mengisahkan
seorang anak perempuan bernama Nayla yang hobi membuat klipping dari masa
sekolahnya hingga kuliah, berbagai tema klipping berhasil dihimpunnya. Suatu
ketika saat membaca koran, Nayla berniat mencari bacaan dengan topik politik,
dan dia terperanjat begitu mendapati berita bahwa ayahnya tersangkut kasus
korupsi. Korupsi di Negri ini seperti sudah mendarah daging, dan seakan
sangat sulit dicabut masalahnya sampai ke akar.
Buah demokrasi
Dari keduabelas cerpen tersebut cerpen dengan judul Kursi oleh
Desi Sommalia Gusting menjadi cerpen yang paling kuat di dalam buku ini. Selain
unik karena berupa cerita analogi, temanya juga sangat jarang diangkat yakni
tentang kebobrokan demokrasi. Tema ini merupakan tema yang kontroversial,
karena khalayak ramai meyakini bahwa demokrasi adalah sebuah sistem
yang baik, bahkan terbaik. Namur dalam cerpen ini justru diperlihatkan
sebaliknya, cerpen ini mengungkap apa yang ada di balik demokrasi.
Sehingga membentuk pemikiran bahwa demokrasi tidak sepenuhnya baik dan
berdampak positif, karena terbukti melalui kisah yang dibawakan Desi,
meskipun si pembantu benar dan jujur namun karena dia hanya sendiri
sementara orang yang memfitnahnya banyak si pembantu tetap dianggap salah.
Disinilah letak negatifnya sistem demokrasi, yang banyak sudah pasti benar,
padahal yang benar belum pasti banyak, apalagi dizaman seperti sekarang ini
dengan keadaan masyarakat yang tertekan sehingga membuktikan demokrasi
bukan sistem terbaik yang mampu membawa kem asl ahat an um at .
3