1. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
1
ARTI DAN PENTINGNYA PENGUKURAN KABEL TEMBAGA
1. PENDAHULUAN
Dengan adanya perkembangan teknologi Multimedia diperlukan jaringan akses yang bias dilalui
berbagai macam jenis layanan. Sedangkan sampai saat ini keberadaan jaringan kabel tembaga
(jarlokat) masih sangat dominant. Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa telekomunikasi
dibutuhkan kualitas jaringan kabel tembaga harus dilakukan pengukuran‐pengukuran yang teliti
dan akurat sehingga memenuhi persyaratan‐persyaratan elektris yang ditentukan.
Untuk itu disusunlah buku pedoman pengukuran jaringan kabel akses tembaga (jarlokat) secara
terperinci sehingga memudahkan dalam pelaksnaan pengukuran.
Didalam buku ini memuat segala aspek pengukuran kabel mulai dari cara pengukuran, alat ukur
yang dipergunakan juga standar pengukuran yang harus dipenuhi.
2. PARAMETER‐PARAMETER
2.1 Parameter yang Harus Diukur
Dalam system telekomunikasi, kualitas informasi yang diterima oleh pelanggan ditentukan
kualitas media penghubungan dari ujung keujung seperti jaringan transmisi backbone,
perangkat switching atau sumber layanan jaringan akses dan terminal pelanggan. Tingkat
kualitas Jarlokat sebagai salah satu infrastruktur di jaringan akses ditunjukkan dengan level hasil
pengukuran elektrisnya.
TE S-bus NT DW SC PC MDF LE
DP RK
Ruas Pengukuran
Gambar 44. Ruas Pengukuran Jaringan Kabel
Didalam pengimplementasikan layanan digital, seperti Pair Gain, ISDN, HDSL dan ADSL unsure
Jarlokat menjadi sangat penting dan membutuhkan perhatian serius karena jaringan tidak lagi
2. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
2
hanya dilalui oleh frekuensi suara tetapi juga digunakan sebagai media transmisi data dan
gambar. Disamping itu interferensi sinyal dari saluran yang satu ke saluran yang lain mutlak
diperhatikan guna memperoleh kualitas yang maksimal. Hal ini disebabkan karena frekuensi
kerja dari teknologi xDSL sangat tinggi, yaitu pada frekuensi Megahertz, sehingga dikhawatirkan
sangat rentan terhadap interferensi. Dengan demikian salah satu parameter kabel yang sangat
berperan, yang mampu menghindarkan interperensi adalah Tahanan Isolasi (Insulation
Resistance) dari setiap pair kabel.
Untuk itu parameter‐parameter yang harus diukur adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Parameter kabel yang harus diukur untuk layanan dasar
Telepon maupun layanan data.
No Jenis Pengukuran Telepon Data
1 Kontinuitas Penghantar (Line Continuity) ya ya
2 Tahanan Jerat (Loop Resistance) ya ya
3 Tahanan Penghantar (Line Resistance) ya
4 Ketidak‐seimbangan tahanan Penghantar ya
(Unbalance Line Resistance)
5 Tahanan Isolasi (Insulation Resistance) ya ya
6 Tahanan Pelindung Elektris (Screen Resistance) ya ya
7 Redaman Saluran (Line Attenuation) ya ya
8 Near End Cross Talk (NEXT) ya Ya
9 Far End Cross Talk (FEXT) ya Ya
10 Equal Level FEXT (ELFEXT) Ya
11 Impedansi Karakteristik ya Ya
(Impedance Characteristic)
12 Impedansi menurut frekuensi (Frequency Impedance) Ya
13 Redaman menurut Frekuensi (Frequency Response) Ya
14 Quantizing Distorsian (QD) Ya
15 Bit Error Ratio (BER) Ya
16 JITTER Ya
3. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
3
17 Tahanan Pentanahan ya Ya
3. MACAM‐MACAM ALANT UKUR DAN FUNGSINYA PADA JARLOKAT
3.1. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
Salah satu unsure yang tak kalah pentingnya adalah jenis alat ukur yang digunakan harus sesuai
dengan peruntukannya dengan tingkat kepresisian yang tinggi karena data yang akan
ditransmisikan sampai dengan orde broadband. Salah satu contoh misalnya Very High Bit Rate
Digital Subcriber Line (VDSL) dengan it rate sampai dengan 51 Mb/s masih dapat ditransmisikan
melalui jaringan kabel tembaga, sehingga standard parameter kabel harus terpenuhi.
Jenis alat ukur dan kegunaanya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 13. Jenis dan fungsi Alat Ukur
No NAMA ALAT UKUR KEGUNAAN
Continuity Taster/Cable Pair
1 Mengukur kontinuitas saluran
Checker
Mengukur tahanan penghantar
2 Multimeter
saluran
3 Megger Mengukur tahanan isolasi saluran
Mengukur tahanan jerat saluran,
4 Portable Wheatstone Bridge Mengukur tahanan screen,
Mengukur gangguan saluran kontak.
Earth Tester/Megger Ground Mengukur tahanan
5
Tester Pentanahan/grounding
6 Attenuation Meter Mengukur redaman saluran
Unbalance capacitance
7 Mengukur kapasitansi bersama
Measuring
Mutual capacitance measuring Mengukur ketidakseimbangan
8
set Kapasitansi saluran
Mutual capacitance measuring
9 Mengukur kapasitansi bersama
set
10 BER test set Mengukur bit error
4. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
4
Pembangkit sinyal/frekuensi
11 Signal Generator / oscillator Untuk mengukur response,
Redaman, x‐talk, dll
12 JITTER Meter Mengukur jitter
13 PCM test set Quantitation Distorsion
14 Transmision Measure Level Pengukuran level terima
15 Selective Level Meter Pengukuran level terima
16 Oscilloscope 500 MHz Pengukuran bentuk sinyal
3.2. PERSYARATAN TEKNIS JARLOKAT
Jaringan kabel telepon tembaga dengan persyaratan‐persyaratan teknis tertentu
memungkinkan digunakan mencatu pelanggan Digital, sebagai berikut :
a. pada jaringan kabel tidak dipasang loding coil;
b. bukan saluran open wire (kawat terbuka);
c. diameter kabel dipersyaratkan lebih besar sama dengan 0,6 milimeter dan diharapkan
dapat homogen;
d. saluran telepon menggunakan system bridges taps (BTs).
4. PENGUKURAN
4.1 Pengukuran Kontinuitas
Dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara elektris urat‐urat kabel dari ujung ke ujung
lainnya tersambung baik, tidak terputus mulai dari MDF sampai ke RK/DP.
a. Metode pengukuran
Ada dua metode pengukuran yaitu :
1). Menggunakan Alat Ukur Continuity Tester
5. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
5
Gambar 45. Penggunaan Continuity Tester
2). Menggunakan Alat Ukur Multimeter (AVO Meter)
Gambar 46. Penggunaan AVO Meter
b. Prinsip Pengukuran
Kontinuitas Saluran dicek dengan mengirim nada berfrekuensi 550 + 100 Hz yang
dibangkitkan dan dipancarkan olehalat ukur dan diinsert pada ujung kabel satu. Nada
tersebut dapat didengar dengan Headphone melalui alat menerima pada ujung kabel
lainnya.
Gambar 47. Prinsip Pengukuran Kontinuitas Saluran
Apabila kita menggunakan Multimeter,maka kontinuitas kabel ditunjukkan dengan nilai
tahanan tertentu ( lihat tabel pada paragraph 3.2 )
c. Langkah Pengukuran
1) Kabel masih dalam haspel :
Bila urat kabel yang akan diukur dihubungkan dengan sisi kirim dari Alat Ukur
sedang ujung kabel lainnya dihubugkan dengan sisi terima Alat Ukur Kontinuity
Tester menggunakan Multimeter sedang ujung lainnya dihubung singkat.
Alat Ukur pada sisi kirim akan menyalurkan nada frekuensi sebesar 550 Hz.
6. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
6
Bila kontinuitas kabel baik, maka pada sisi terima dapat didengar nada tersebut
melalui Headphone.
Bila menggunakan multimeter, maka pada alat ukur akan menunjuk suatu nilai
tertentu dengan satuan ohm.
Selanjutnya urat kabel berikutnya dilakukan langkah yan sama.
Hasil pengukuran setiap urat kabel (baik atau tidak) dicatat dalam sebuah format
yang telah disepakati.
2) Kabel dalan tahapan instalasi :
Pengukuran setelah kabel digelar.
Lihat pengukuran kabel dalam haspel.
Pengukuran setelah penyambungan.
Lihat pengukuran kabel dalam haspel.
Pengukuran setelah terminasi (MDF – RK; RK – KP; MDF – KP DCL).
o Hubungkan alat ukur sisi kirim dengan urat kabel yang akan diukur pada
terminasi MDF/RK, sedangkan sisi terima alat ukur dihubungkan dengan
ujung kabel lainnya pada terminasi RK/KP.
o Proses pengukuran sama diatas.
3) Kabel yang telah diinstalasi (existing)
Hubungan Alat Ukur sisi kirim dengan urat kabel yang akan diukur pada
terminasi MDF, sedangkan sisi terima alat ukur dihubungkan dengan ujung kabel
lainnya pada terminasi RK atau DP/KP.
Proses pengukuran sama dengan di atas.
contoh format yang dapat diacu :
Tabel 14. Contoh Hasil Pengukuran Kontinuitas Saluran
URAT HASIL URAT HASIL
NO KABEL UKUR KABEL UKUR KETERANGAN
NO (baik/tidak) NO (baik/tidak)
1 1 Baik 101 Baik
2 2 Baik 102 Baik
3 3 Tidak 103 Baik
99 99 Baik 199 Tidak
d. Catatan :
Urat a dan b tidak boleh silang .
Satu urat NC (no connect) berarti kesalahan satu pair.
e. Kriteria yang harus dipenuhi
7. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
7
Tabel 15. Harga Kontinuitas yang Harus Dipenuhi
0,4 0,6 0,8
NO Jenis Layanan Satuan KETERANGAN
mm mm mm
1 POTS/ Suara ‐ Baik Baik Baik Tidak silang
2 Pair Gain ‐ Baik Baik Baik Tidak silang
3 ISDN (B R A) ‐ Baik Baik Baik Tidak silang
4 HDSL ‐ Baik Baik Baik Tidak silang
5 ADSL ‐ Baik Baik Baik Tidak silang
4.2. Pengukuran Tahan Jerat (Loop Resistance)
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harga tahanan Saluran. Harga Tahanan
(Resistance) suatu penghantar dihitung secara teoritis dengan rumus :
Keterangan :
l⋅ρ
R= Ω l = panjang saluran (meter)
q ρ (rho) = thanan jenis kabel, unuk tembaga = 0,0175
q = luas penampang kawat (mm2)
Ω (ohm) = satuan tahanan
Dengan demikian harga tahanan R berbanding lurus dengan panjang saluran dan berbanding
terbalik denan luas penampang kawat, artinya : bila panjang (l) makin besar maka harga R
makin besar dan bila penampang saluran (q) makin besar, maka R semakin kecil.
a. Alat ukur yang digunakan :
Wheatstone Bridge atau
Multimeter.
b. Cara pengukuran :
8. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
8
Gambar 48. Cara Pengukuran Tahanan Jerat
dengan Digital Multimeter
c. Langkah Pengukuran
1) Kabel dalam Haspel
Ujung urat kabel yang akan diukur dihubungkan dengan Digital Multimeter
sedang ujung lainnya dihubung singkat.
Multimeter diset pada posisi pengukuran tahanan 9ohm). Hasil ukur akan
terbaca pada alat ukur dan masukkan kedalam Form yang ada.
Urat kabel selanjutnya diukur dengan proses yang sama.
2) Kabel yang telah dinstalasi atau existing.
Kabel (Cord) alat ukur dihubungkan dengan kedua urat kabel yang akan diukur
pada terminasi RK atau DP dihubung singkat.
Proses selanjutnya sama dengan di atas.
d. Nilai elektris yang harus dipenuhi
Tabel 16. Harga Tahanan Jerat yang Harus Dipenuhi
NO Jenis Satuan 0,4 0,6 0,8 KETERANGAN
Layanan mm mm mm
1 POTS/ Suara Ω /km 300 130 73 Tidak silang
2 Pair Gain Ω /km 300 130 73 Tidak silang
3 ISDN (B R A) Ω /km 300 130 73 Tidak silang
4 HDSL Ω /km 300 130 73 Tidak silang
5 ADSL Ω /km 300 130 73 Tidak silang
Catatan :
Nilai elektris tersebut merupakan standard pada temperature 20°C . Untuk
temperature rata‐rata di Indonesia adalah 30°C , sehingga Tahanan Loop dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
R 1 = R° × (1 + α ⋅ t )
Dimana : R 1 = Tahanan isolasi pada suhu t°C
R° = Tahanan isolasi pada suhu 20°C
α = Konstanta temperatur (untuk tembaga = 0,003)
9. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
9
t = Selisih temperature antara R 1 dan R°
Contoh : tahanan Loop kabel 0,6 mm pada 30°C adalah :
R 1 = 130 x (1+ 0,003x ( 30‐20 )) = 133,9 Ω
4.3 Ketidakseimbangan Tahanan Penghantar
Yang dimaksud dengan ketidakseimbangan tahanan penghantar adalah besarnya tahanan
penghantar antara satu urat kabel dengan urat pasangannya tidak sama. Misalnya tahanan
penghantar urat a ! tahanan penghantar urat pasangannya (urat b).
a. Alat ukur yang digunakan :
Wheatstone Bridge, atau
Multi Tester.
b. Cara Pengukuran :
Gambar 49. Cara Pengukuran Ketidakseimbangan Tahanan
Pengantar dengan Digital Multimeter
Dengan bantuan 4 urat yang telah diketahui, diukur tahanan penghantar (urat) yang
lain, kemudian hasilnya dievaluasi. Perbedaan dari masing‐masing penghantar harus
memenuhi syarat.
1 + a2 = z, a2 = z – b1
a1 + a2 = y Ω a1 + (z ‐ b1) = y
b1 + a2 = z Ω ‐b1 = y – a1 – z
b1 = a1 + z – y
dari : a1 + b1 = x
a1 + a1 + z – y = x
2a1 = x + y ‐ z
10. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
10
x+ y−z
a1 = Ω
2
Selanjutnya pengukuran urat dengan bantuan urat a1 dapat diketahui harganya.
c. Evaluasi :
evaluasi terhadap hasil ukur dilakukan atas adanya perbedaan harga tahanan masing‐
masing penghantar.
1) Nilai penghantar (urat) dari masing‐masing diameter harus memenuhi standard.
Tabel 17. Karakteristik Tahanan Urat Kabel
Diameter Tahanan urat maksimum
0,6 (mm) 65,0 Ω /km
0,8 (mm) 36.5 Ω /km
2) Ketidakseimbangan Tahanan Penghantar Individu : adanya perbedaan harga
penghantar a dan penghantar b pada satu pair dihitung dengan rumus :
(∆z ) = Rmax − Rmin × 100%
Rmin
Rmax = tahanan yang tinggi
Rmin = tahanan yang rendah dalam satu pair
a) Maksimum Rata‐rata dari hasil pengukuran Ketidakseimbangan Tahanan
Penghantar :
n
∑ ∆R
i =1
Maksimum Rata-rata = :%
N
Harga maksimum Rata‐rata : jumlah hasil pengukuran dibagi jumlah pengukuran.
b) Harga standard KETIDAKSEIMBANGAN TAHANAN ( R)
11. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
11
Tabel 18. Harga Ketidakseimbangan Penghantar
yang Harus Dipenuhi
NO Jenis Satuan 0,4 0,6 0,8 KETEREANGAN
Layanan mm mm mm
1 POTS/Suara Ω < 4 < 3 < 3 Individu
< 1,5 < 1,2 < 1,0 Rata‐rata
2 Pair Gain Ω < 4 < 3 < 3 Individu
< 1,5 < 1,2 < 1,0 Rata‐rata
3 ISDN Ω < 4 < 3 < 3 Individu
(B R A) < 1,5 < 1,2 < 1,0 Rata‐rata
4 HDSL Ω < 4 < 3 < 3 Individu
< 1,5 < 1,2 < 1,0 Rata‐rata
5 ADSL Ω < 4 < 3 < 3 Individu
< 1,5 < 1,2 < 1,0 Rata‐rata
1.4 Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya “kebocoran” listrik yang terjadi antara
urat yang diukur dengan urat lainnya maupun antara yang diukur dengan tanah. Dalam setiap
salurn terdapat kebocoran listrik sebagai berikut :
Gambar 50. Terminologi Pengukuran Tahanan Isolasi pada Kabel
12. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
12
a. Alat Ukur yang digunakan : Insulation Tester
b. Cara pengukuran
Gambar 51. Cara Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Megger
Setiap urat yang tidak diukur disatukan termasuk dengan screen, kecuali urat yang
diukur. Pengukuran dilakukan dengan tegangan tembus searah (DC) 500 Volt.
Hasil ukurnyamenunjukkan besaran listrikyang terjadi pada urat yang diukur terhadap
urat lainnya dan terhadap tanah ( a/t; b/t ; a/b ).
c. Langkah Pengukuran.
Sebelum dilaksanakan pengukuran tahanan isolasi, panjang kabel sudah harus
diketahui.
Pisahkan satu pasang urat kabel yang akan diukur, misalnya p‐1 sedang seluruh
kabel lainnya disatukan dengan screen cable dan dihubungkan dengan grounding.
Hubungkan ujung urat kabel yang akan diukur, misalnya p‐1 dengan alat ukur, lalu
aktifkan alat ukur sedang ujung lainnya harus terbuka ( open ). Lama pengukuran
sekitar satu menit sampai penunjukkan suatu nilai tahanan isolasi konstan.
Langkah selanjutnya adalah ujung urat –a tetap terhubung dengan alat ukursedang
urat ‐ b dilepas. Kemudian kords alat ukur yang sebelumnya dihubungkan dengan
urat –b disambungkan dengan ground. Aktifkan alat ukur selama sekitar satu menit,
sehingga akan tertera suatu nilai tahanan isolasi antara urat –a dengan ground.
Pengukuran tahanan isolasi urat –b dengan ground prosesnya sama dengan diatas.
Selanjutnya untuk pasangan urat kabel lainya dilakukan proses berulang.
Untuk mengetahui tahanan isolasi perkilometer maka kita dapat menggunakan
rumus di bawah.
Harga standar kabel, kebocoran makin banyak hasil ukur makin kecil ( nilai kebocoran
makin besar ).
Harga tahanan isolasi saluran tergantung pada “panjang” kabel makin panjang kabel
kebocoran makin banyak sehingga akan diperoleh hasil ukur yang semakin kecil sedang
nilaikebocoran semakin besar.
13. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
13
d. Catatan :
Hasil diukur dikonversi menjadi panjang kilometer, dengan rumus :
× Hasil Ukur (MΩ )
Panjang saluran yang diukur
R isolasi =
1000
R isolasi dengan satuan Mega Ohm.km
4.5 Pengukuran Tahanan Screen ( Alumunium Foil )
Alumunium foil adalah pita alumunium yang dipasang secara tumpang tindih (overlap) melilit
kabel dan dipasang untuk pengamanan kabel dari gangguan tegangan liar.
Gambar 52. Pengukuran Tahanan Screen Jaringan Kabel
Oleh karena itu Alumunium foil ini harus terhubung dengan baik ke ground yang ada di
RPU/MDF, RK, DP/KP yang selanjutnya dihubungkan ke titik ground pada setiap titik terminal.
a. Alat Ukur yang digunakan :
Wheatstone Bridge atau
Multi meter
b. Cara /langkah Pengukuran :
1) Pengukuran Screen/Alumunium foil kabel dilakukan dengan perantaraan satu atau
dua saluran yang baik. Lakukan pengukuran tahanan loop saluran perantara.
Gunakan Digital Multimeter dan ukur tahanan loop pada salah satu pasang urat
kabel yang baik.
Untuk kabel dalam Haspel: ujung urat kabel dihubungkan dengan multimeter tsb
sedang ujung lainnya dihubungsingkat.
Untuk kabel yang telah digelar atau kabel existing : ujung urat kabel dan screen
pada terminasi MDF dihubungkan dengan multimeter tersebut sedangkan ujung
lainnya pada RK dihubung singkat.
14. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
14
Multimeter diset pada posisi untuk mengukur tahanan (ohm) dan tahanan yang
terbaca pada multimeter adalah tahanan loop (jerat) R1.
Tahanan 1 urat= 0.5 tahanan loop
Gambar 53. Cara Pengukuran Tahanan Screen dengan
Digital Multimeter Tahap I
2) Dengan perantara urat a dan screen.
Langkah berikutnya adalah menghitung tahanan jerat antara urat a dengan
screen kabel dengan cara ujung kabel a dengan ujung screen dihubungkan
dengan digital multimeter sedang ujung lainnya dihubungsingkat.
Pada multimeter akan terbaca besarnya tahanan yang diukur ( R2 ).
Gambar 54. Cara Pengukuran Tahanan Screen dengan
Digital Multimeter Tahap II
Ra + R s = R2
Tahanan Screen = Hasil ukur – 05 tahanan loop
3) Dengan Perantara urat b dan screen
15. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
15
Lakukan hal yang sama dengan butir 2) di atas, yaitu urat b dengan screen.
Penunjukkan nilai tahanan merupkan jumlah tahanan urat b dan screen kabel (
R3 ).
Gambar 55. Cara Pengukuran Tahanan Screen dengan
Digital Multimeter Tahap III
Rb + Rs = R3
4) Tahanan Screen dapat dihitung dengan cara berikut di bawah ini :
Ra + Rb = R1 Rb + Rs = R3
Ra + Rs = R2 ( ‐ ) Rb + Rs = R1 – R2 (‐)
Rb‐ Rs = R1 – R2 Rs = R3 – R1 + R2
Rs = R3 + R2 - R1
2
c. Nilai elektris yang harus dipenuhi.
Tabel 19. Nilai Tahanan Screen yang Harus Dipenuhi
No Jenis layanan Satuan 0,4 0,6 0,8 Keterangan
mm mm mm
1 POTS/suara Ω /km < 15 < 15 < 15 Kabel tanah
< 80 < 80 < 80 Kabel udara
2 Pair gain Ω /km Sda Sda Sda Sda
3 ISDN / BRA ) Ω /km Sda Sda Sda Sda
16. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
16
4 HDSL Ω /km Sda Sda Sda Sda
5 ADSL Ω /km Sda sda Sda Sda
4.6. Pengukuran Redaman Saluran
Redaman saluran diartikan sebagai kerugian daya yang terjadi dalam saluran. Satuan redaman
adalahdeci bell ( dB ).
Pengukuran redaman dimaksudkan untuk mengetahui berapa dB daya yang dikirim hilang
dalam saluran. Dengan demikian untuk mengimplementasikan suatu jenis teknologiberbasisi
tembaga dengan spesifikasi tertentu, misalnya redaman maksimum perangkat 36 dB segera
dapat diketahui kemungkinan digunakan atau tidak system tersebut dengan mengetahui
redaman saluran.
a. Alat ukur yang digunakan :
Oscilator/generator.
Level/power meter
b. Cara pengukuran
Gambar 56. Konfigurasi Pengukuran Redaman Saluran dengan
Oscillator + Level Meter
Po Vo
Redaman Saluran = 10 ⋅ log dB atau 20 ⋅ log dB
Pi Vi
Bila Po > Pi berarti pada saluran terjadi “penguatan”, dan sebaliknya.
Bila Po < Pi maka pada saluran terdapat “redaman”
c. Langkah pengukuran :
Untuk layanan POTS/suara, atur oscillator/generator & level meter sebagai berikut :
Tabel 20. Setting Oscillator dan Level Meter
17. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
17
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 800 Hz 800 Hz
Tahanan dalam 600 Ω 600 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
Hubungkan ujung satu pasang urat kabel pada terminasi MDF dengan oscillator,
sedang ujung lainnya pada terminasi RK atau DP disambungkan dengan level meter.
Pada level meter tersebut akan terbaca besarnya redaman sepanjang saluran kabel.
Untuk mengimpleentasikan jenis layanan lainnya, pada alat ukur (oscillatore dan
level meter) hanya diatur besarnya.
Frekuensi dan tahanan dalam yang sesuai seperti yang ada pada tabel di bawah ini.
Pair Gain :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 40 KHz 40 KHz
Impedansi dalam 120 Ω 120 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
ISDN BRA :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 80 KHz 80 KHz
Impedansi dalam 150 Ω 150 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
HDSL :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 150 KHz 150 KHz
Impedansi dalam 135 Ω 135 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
18. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
18
ADSL :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 300 KHz 300 KHz
Impedansi dalam 120 Ω 120 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
ISDN PRA :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 1000 KHz 1000 KHz
Impedansi dalam 120 Ω 120 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
4.7 Pengukuran Redaman Cakap Silang (Cross Talk Attenuation)
Pengukuran ini dimaksudkan untuk nengetahui sampai berapa jauh nilai “ikut dengar” suatu
saluran bila saluran lain dalam kabel itu sedang dipakai.
a. Ada 2 macam/jenis Redaman Cakap Silang yaitu :
1) Near End Cross Talk (NEXT) = Redaman Caka Silang Ujung Dekat
2) Far End Cross Talk (FEXT) = Redaman Cakap Silang Ujung Jauh.
b. Dalam Pengukuran ini yang harus diukur adalah :
1) Redaman Cakap Silang antar pasangan (pair) dalam “quad” yang sama dan redaman
cakap silang antar “pair” dalam “quad” yang berbeda.
2) Item Pengukuran cross talk :
Keterangan :
a1 : XTALK antara p1 – p2 (1 quad)
a2 : XTALK antara p1 – p3 (2 quad)
a10 : XTALK antara p1 – p4 (2 quad)
a11 : XTALK antara p2 – p3 (2 quad)
a12 : XTALK antara p2 – p4 (2 quad)
19. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
19
A12 : XTALK antara p2 – p4 (2 quad)
p = pair
1 quad = 2 pair
p3 dan p4 akan menjadi p1 dan p2 pada waktu pengukuran berikutnya.
urutan pengukuran pada 1 unit ( 10 pair )
Catatan :
Pengukuran redaman cakap silang ( crosstalk ) pada kabel untuk layanan digital
dilakukan dengan frekuensi kirim 1.000 KHz ( 1 MHz ) dengan alat ukur Transmission
test set ( TTS ) dan impedansi penutup 120 ohm.
c. Macam pengukuran
1) Pengukuran redaman cakap silang ujung dekat ( NEXT = Near End Cross Talk ).
2) Pengukuran redaman cakap silang ujung jauh ( FEXT= Far End Cross Talk ).
3) Pengukuran/penghitungan ELFECT = Equal Level FEXT.
d. Alat ukur yang digunakan:
1) Oscilator/ Generator.
2) Level / Power Meter.
e. Cara pengukuran
1) Near End Cross Talk = Redaman Cakap Silang Ujung dekat.
20. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
20
Gambar 57. Cara Pengukuran Redaman Saluran dengan
Oscillator + Level Meter
a) Layanan POTS konfigurasi pengukuran sebagai berikut :
Tabel 21. Nilai Tahanan Screen yang Harus Dipenuhi
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 800 Hz 800 Hz
Impedansi dalam 600 600 untuk saluran tanpa LC
Level 0 dB Hasil ukur dB
Misalkan kita akan mengukur NEXT dalam quad yang sama, maka ujung p‐1 pada
MDF dihubungkan dengan oscillator sedang ujung lainnya padaRK/DP diberi
tahanan 600 ohm.
Ujung kabel p‐2 pada MDF dihubungkan dengan level meter sedang ujung
lainnya pada RK/DP diberi beban tahanan 600 ohm.
Pada saat alat ukur dihidupkan maka oscillator akan mengirimkan sinyal 800 Hz
dengan level 0 dBm dan merambat sepanjang saluran p‐1.
Saat itu akan terbaca suatu besaran nilai tertentu pada level meter dan nilai
tersebut merupakan besarnya cakap silang yang terjadi antara p‐1 dengan p‐2
Selanjutnya bila kita akan mengukur cakap silang antar urat yang kabel dengan
quad yang berbeda, misalnya p‐1 dengan p‐3, maka baik tahanan ( 600 ohm )
maupun level meter yang terinstalasi pada p‐2 dipindahkan ke p‐3. Setelah alat
ukur diaktifkan, maka akan terbaca pada level meter besarnya cakap silang
antar urat kabel tersebut.
b) Untuk layanan lainnya (digital), langkah psebagai berikut:
Untuk mengukur cakap silangdalam rangka hendak mengimplementasikan suatu
jenis layanan (multimedia), maka prosedur pengukuran tetap sama. Yang mutlak
21. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
21
diperhatikan adalah frekuensi kerja setiap jenis layanan akan berbeda, Juga
Tahanan Beban harus disesuaikan dengan peruntukkannya.
Setelah diatur frekuensi dan tahanan beban seperti pada tabel di bawah, lakukan
pengukuran seperti di atas.
Pair Gain :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 40 KHz 40 KHz
Tahanan dalam 120 Ω 120 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
ISDN BRA :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 80 KHz 80 KHz
Tahanan dalam 150 Ω 150 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
HDSL :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 300 KHz 300 KHz
Tahanan dalam 135 Ω 135 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
ADSL :
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 300 KHz 300 KHz
Tahanan dalam 120 Ω 120 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
ISDN PRA :
22. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
22
Setting Oscillator Level meter
Frekuensi 1000 KHz 1000 KHz
Tahanan dalam 120 Ω 120 Ω
Level 0 dBm Hasil ukur dB
2) Cara Pengukuran Far End Cross Talk :
Oscillator dan Level Meter ditempatkan pada sisi yang berbeda. Misalkan kita akan
mengukur FEXT antara p‐1 dengan p‐2, maka Oscillator/generator dihubungkan
dengan ujung p‐1 pada terminasi MDF dan ujung lainnya pada RK/DP dihubungkan
dengan Level Meter.
Pada waktu Oscillator dihidupkan maka pada Level Meter akan terbaca suatu nilai
cakap silang ujung jauh.
Pengukuran selanjutnya untuk urat kabel yang lain, prosesnya sama dengan di atas.
Yang membedakan antara layanan POTS dengan layanan lainnya adalah pada setting
frekuensi Oscillator dan tahanan penutupnya (Rp) sesuai yang tercantum pada tabel
diatas (pengukuran NEXT).
Gambar 58. Konfigurasi Pengukuran FEXT dengan
Oscillator + Level Meter
4.8 Impedansi Saluran
Metode pengukuran :
a. Prinsip pengukuran secara teoritis :
1) Mendapatkan Short Circuit Impedance = Impedance Hubung Singkat.
23. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
23
Co dan go tidak terpengaruh karena dihubung singkat
2) Mendapatkan Open Circuit Impedance = Impedance Terbuka = Z oc
Co dan Go lebih berpengaruh
24. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
24
3) Impedansi Karakteristik
Gabungan dari dua diagram di atas
Zsc ( Impedansi Hubung Singkat )
Z oc ( Impedansi Terbuka )
Zo = Impedansi Karakteristik
b. Dengan bantuan alat ukur Redaman Saluran :
1) Mengukur Zoc ( Open Circuit Impedance )
Gambar 59. Konfigurasi Pengukuran Open Circuit Impedance
dari Saluran dengan Oscillator/Generator
Oscillator di set pada rekuensi 800 Hz. Oscillator dihubungkan dengan ujung
lainnya pada RK/DP dibiarkan terbuka.
Pada alat ukur akan terbaca suatu besaran, yaitu nilai Zoc dalam Ohm (Ω).
25. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
25
Untuk jenis layanan lainya Oscilator di set pada frekuensi tertentu sesuai dengan
peruntukannya dan akan tertera nilai Zoc tersebut. Jenis frekuensi tersebut
adalah : 40 KHz (pair gain), 80 KHz (ISDN BRA), 150 KHz (HSDL), 300 KHz (ASDL)
dan 1 MHz (ISDN PRA) untuk layanan lainnya.
2) Mengukur Zsc ( Short Circuit Impedance )
Oscillator di set pada frekuensi 800 Hz untuk layanan POTS.
Gambar 60. Konfigurasi Pengukuran Short Circuit Impedance
dari Saluran dengan Oscillator/Generator
Oscillator dihubungkan dengan ujung urat kabel yang akan diukur pada terminasi
MDF sedangkan ujung kabel lainnya pada RK/DP dihubung singkat. Hasil
pengukuran adalah Zoc dalam Ohm (Ω).
Untuk layanan lainnya, misalnya HSDL maka oscillator diatur pada frekuensi 150
KHz. Setelah itu Oscillator di set pada frekuensi 80 KHz, 40 KHz, 300 KHz dan 1
MHz.
Hasil pengukuran adalah Zoc dalam Ohm (Ω).
3) Impedansi karakteristik (Zo) dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini
:
Z 0 = (Zoc × Zsc )Ω
4.9 Pengukuran Impedansi terhadap frekuensi.
Untuk keperluan lain sering diadakan pengukuran impedasi karakteristik dengan bebagai
frekuensi. Cara pengukuran maupun alat ukurnya sama dengan yang dipergunakan pada
pengukuran di atas, namun frekuensinya diubah‐ubah mulai 250 Hz sampai 4000 KHz dengan
kenaikan 20 Hz. Hasil ukurnya dibuatkan grafik, sehingga dapat diketahui pengaruh berbagi
frekuensi terhadap Impedansi Karakteristik. Pengukuran impedansi ini sangat perlu dilakukan
terutama pada saluran‐saluran Junction karena biasanya junction akan dihubungkan dengan
perangkat sentral atau transmisi, atau repeator transmisi.
26. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
26
4.10 Pengukuran redaman terhadap frekuensi (frequency response)
Pengukurn redaman dengan bermacam‐macam frekuensi ini dimaksudkan untuk mengetahui
karakteistik saluran, apakah saluran yang diukur merupakan filter (memblok suatu frekuensi)
atau tidak.
Hasil pengukuran dicatat dan dibuatkan grafik dengan sumbu datar frekuensi dan sumbu tegak
redaman. Grafik yang dihasilkan merupakan karakteristik saluran yang dimaksud.
Alat ukur dan cara pengukuran sama dengan pengukuran Redaman Saluran, namun frekuensi
dari oscillator diubah‐ubah mulai dari 250 Hz sampai dengan 4000 Hz (voice frequency adalah
300 Hz – 3400 Hz).
a. Tujuan
Untuk mngetahui apakah cacat karakteristik redaman saluran terhadap sinyal yang
dilewatkan yang disebabkan adanya perubahan harga‐harga parameter saluran masih
dalam batas‐batas standar.
b. Alat ukur yang digunakan
Oscillator/generator
Level Meter/power meter
c. Rangkaian pengukuran
nada
oscillator Level meter
Gambar 61. Konfigurasi Pengukuran Frekuensi Response
dengan Oscillator/Generator
d. Prosedur pengukuran
Pengaturan Generator/oscillator Level referensi tetap untuk kirim : 0 dBm pada 250
Hz sampai 4.000 Hz dengan step 250 Hz dan impedansi 600 Ω.
Atur selective Level Meter pada impedansi 600 Ω dan frekuensinya sesuai dengan
frekuensi kirim pada pita suara mulai dari 250 Hz sampai 4.000 Hz dengan step 250
Hz.
Catat setiap hasil pengukuran dan kemudian dibuatkan grafik. Kemudian oscillator
diatur pada frekuensi 20 KHz dengan tahanan 120 Ω.
Dengan demikian level meter pun harus diatur frekuensi dan tahanannya sesuai
dengan oscillator.
Lakukan pengukuran mulai dengan frekuensi 20 KHz sampai dengan 2 MHz dengan
step 10 KHz.
27. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
27
Baca Level penunjukkan dan cocokkan dengan harga standar.
4.11 Pengukuran Bit Error Rate (BER)
Pengukuran BER yang disebabkan pengaruh perubahan parameter saluran.
a. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh perubahan parameter saluran yang
mengakibatkan/menambah bit error pada sisi antarmuka dari kedua sisi end to end
b. Alat ukur yang digunakan
BER Test Set
c. Rangkaian pengukuran
Gambar 62. Konfigurasi Pengukuran Bit Error Rate
d. Prosedur pengukuran
1) Atur sisi kirim
Atur besaran dan bentuk parameter dari BER Generator dengan kecepatn
kirim 2,4 Kbps sampai dengan 2 Mbps.
BER Generator dihubungkan dengan ujung urat kabel yang akan diukur pada
terminasi MDF sedang ujung lainnya pada terminasi RK/DP dihubungkan
dengan BER meter pada sisi terima
2) Atur sisi terima
Atur besaran dan bentuk parameter pada BER meter seperti pada sisi kirim.
Baca penunjukkan pada BE meter dan cocokkan dengan harga standar.
Pengamatan dan Pengukuran BER dilaksanakan setidaknya selama 24 jam
secara terus – menerus.
4.12 Pengukuran Harga Tahanan Tanah (Pentanahan)
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harga tahanan tanah dari suatu instalasi sarana
telekomunikasi (misalnya pada Rumah Kabel, Kotak Pembagi, RPU, dll )
Alat ukur yang digunakan : Grounding Tester
a. Harga standar
Biasanya harga tahanan pentanahan ditentkan < 3 Ω
b. Cara pengukuran
28. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
28
Sebelum C‐T disambungkan maka kutub C disambungkan pada alat ukur titik P. Dengan
bantuan dua kabel masing – masing panjang kurang lebih 15 meter yang disambungkan
pada O dan R sedangkan ujung yang lainnya diberikan batang logam G1 dan G2
Batang G1 dan G2 ditancapkan pada tanah basah agar dapat dilakukan pengukuran.
maka harga tahanan tanah C dapat dibaca pada meter V alat yang digunakan.
T : Terminal pentanahan Rumah Kabel
A‐B‐C : Kutub tanah tembaga diameter 1,6 cm panjang 200 cm
ditanamkan dan masing – masing berjarak 10 m.
T‐C : Kawat tembaga pilin minimal diameter 25 mm2
Gambar 63. Konfigurasi Pengukuran Sistem Pentanahan
c. Nilai standar yang harus dipenuhi
29. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
29
Tabel 22. Harga Tahanan Pentanahan
4.13 Pengukuran Kapasitansi Bersama
Alat ukur yang digunakan adalah Capacitance Meter pada frekuensi 300 Hertz. Alat ukur ini
biasanya terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu :
• Generator frekuensi
• jembatan kapasitansi
• detektor
Lihat gambar berikut
Gambar 64. Pengukuran kapasitas bersama
Cara pengukurannya diurut sebagai berikut :
a) Seluruh pasangan urat kabel pada satu ujung dibundel dengan pelindung elektrisnya,
dan dihubungkan ke arde alat ukurnya sendiri, kecuali pasangan yang akan diukur;
b) Pasangan yang akan diukur dihubungkan dengan jembatan kapasitansi. Sedangkan
ujung yang lain dibiarkan terbuka.
30. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
30
Standar nilai kapasitansi bersama (Co) tidak sama untuk semua kabel, hal ini bergantung pada
diameter kabel yang digunakan. Standar nilai itu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 23. Harga Kapasitansi Bersama
DIAMETER (MM) CO MAKSIMUM (NF/KM)
0,4 50
0,6 55
0,8 55
4.14 Pengukuran Ketidakseimbangan Kapasitansi
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur Unbalance Capacitance Meter pada
frekuensi 800 Hz. Penyambungan alat ukur dengan kabel yang akan diukur terlihat seperti
gambar berikut.
Gambar 65. Pengukuran ketidakseimbangan kapasitas
Cara pengukuran dilakukan sebagai berikut :
a) Semua urat kabel dibundel dengan pelindung dan dihubungkan dengan alat ukurnya,
kecuali pasangan yang akan diukur;
b) Pasangan yang akan diukur dihubungkan dengan terminal S1 dan S2, sedangkan ujung
saluran ang lain dibiarkan terbuka.
Komponen atau item yang diukur terlihat dalam tabel di bawah, yaitu :
a) Ketidakseimbangan kapasitansi antar pasangan dalam satu quad/empatan (K1);
31. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
31
b) Ketidakseimbangan kapasitansi antar pasangan dari quad atau empatan yang berbeda
(K9, K10, K11, dan K12);
c) Ketidakseimbangan kapasitansi antara pasangan dengan pelindung elektrisnya (e1, e2).
Tabel 24. Harga Tahanan Pentanahan
EMPATAN EMPATAN
1 2 PELINDUNG
ITEM
Psg Psg Psg Psg ELEKTRIS
1 2 1 2
K‐1 V V X x X
K‐9 V X X x X
K‐10 V X X v X
K‐12 X V X v X
e‐1 V X X x X
e‐2 X V X x v
Standar nilai ketidakseimbangan kapasitansi untuk K1, maksimum 300 pF/300 meter.
Sedangkan untuk K9, K10, K11, dan K12 maksimum 400 pF/300 meter. Demikian pula standar
nilai untuk e1 dan e2 maksimum 400 pF/300 m, tetapi 5 % dari kapasitas kabel boleh mencapai
800 pF/300 m. Sedangkan untuk kabel yang panjangnya kurang dari 300 meter dianggap
mempunyai panjang 300 meter.
5. JARAK MAKSIMUM DAN BIT RATE, PEMILIHAN URAT KABEL, SERTA KELENGKAPAN
32. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
32
5.1 Perkiraan Jarak Maksimum Dan Bit Rate
Apabila semua besaran elektris dari saluran dapat dipenuhi sesuai criteria yang ada, maka
(calon) pelanggan dapat diberi kepatian dapat dilayani untuk berbagai jenis layanan dengan
memperhitungkan jarak sesuai dengan table dibawah ini.
Tabel 25. Perbandingan antara Jenis Layanan, Diameter Kabel
dengan Jarak Jangkau Maksimum
Jarak jangkau
maksimum (km)
No Jenis Layanan diameter kabel Data rate keterangan
(mm)
0,4 0,6
0,3 – 3,4 KHz
1 POTS/(telephoni) 3.00 5.70
(64 Kbps)
2 Pair gain 3.00 5.70 160 Kbps duplex
Jarak jangkau
maksimum (km)
No Jenis Layanan diameter kabel Data rate keterangan
(mm)
0,4 0,6
2B + D
3 ISDN (B R A) 3.10 5.70
(144 Kbps)
tanpa media
4 ISDN (P R A) 0.25 0.37 2 Mbps
transmisi
5 HDSL 2.20 4.40 2 Mbps duplex
6 ADSL 2.50 4.20 2 Mbps down stream
2.10 3.50 4 Mbps down stream
1.70 2.90 6 Mbps down stream
5.2 Pemilihan Pasangan Urat (Pair) Kabel Pada Jarlokat Untuk Berbagai Jenis Layanan
(Kecepatan Bit Rate Rendah)
33. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
33
Agar jaringan kabel tembaga dapat digunakan untuk menyalurkan layanan berbasis digital,
disamping persyaratan jaringan, karalteristik fisik dan karakteristik elektrik kabel masih perlu
dilakukan pemilihan pasangan urat kabel yang akan dipakai.
Pemilihan pasangan urat kabel dilakukan sesuai dengan jenis layanan digital yang akan
disalurkan.
Layanan untuk kecepatan bit rate rendah dapat mempedomani table berikut :
Tabel 26. Pengaturan Pemilihan Pair di dalam Unit Kabel
ARTI DAN PENTINGNYA PENYAMBUNGAN KABEL
1. ARTI PENTING PENYAMBUNGAN KABEL
Keutuhan sistem komunikasi menuntut interkoneksi antar elemen jaringan secara menyeluruh.
Keandalan ini dapat dicapai bila didukung dengan manajemen network yang profesional. Di
samping kualitas kabel yang unggul, hal lain yang tak kalah penting guna menunjang
interkoneksi tersebut adalah teknik penyambungan kabel.
Kesalahan dalam penyambungan ini akan menurunkan kualitas kabel itu sendiri sebagai akibat
perubahan parameter – parameter elektris yang ada di dalamnya.
34. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
34
2. JENIS DAN MATERIAL KABEL TEMBAGA
Dalam membangun jaringan telekomunikasi telah diimplementasikan berbagai macam media
transmisi fisik, mulai dari kabel tembaga multipair, kabel koaksial sampai dengan kabel serat
optik.
Menurut cara pemasangan/ instalasinya, kabel tembaga multipair dapat dibedakan menjadi :
1. Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL)
2. Kabel Duct
3. Kabel Udara
4. Kabel Rumah (Indoor Cable)
Bila ditinjau dari isolasi konduktor pada kabel, maka jenis kabel dapat dibagi menjadi:
1. Kabel dengan isolasi Polyethene (PE)
2. Kabel dengan isolasi Foam Skin (hanya untuk kabel tanah dan kabel duct).
Dalam modul ini akan dibahas beberapa jenis kabel tembaga multipair tersebut, yakni KTTL dan
Kabel Duct.
2.1 Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL)
a. Susunan Lapisan KTTL
Keterangan :
1. Urat-urat kabel
2. Isolasi berwarna
3. Pita pelilit kode warna
4. Pembungkus inti kabel
5. Lapisan alumunium foil
6. Kulit dalam P E hitam
7. Armouring baja
8. Kulit luar P E hitam
b. kode Pengenal KTTL
T = KTTL jenis standar dengan penghantar tembaga (Cu)
E = Isolasi Polyethene
Ebk = Isolasi Polyethene Busa Kulit (Foam Skin)
35. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
35
J = Petrojelly
(Pem) = Pelindung elektris (Lapisan Aluminium) dan Mekanis (Pita Baja)
E = Selubung Polyethene
Contoh :
KTTL STEL – K – 007 atau SII – 0617 – 82
T – EJ (Pem) E200 x 2 x 0,6
Menyatakan KTTL berkapasitas 200 pair dengan penghantar tembaga berdiameter 0.6 mm,
berisolasi polyethene, berisi petrojelly, memakai pelindung elektris pita aluminium,
berperisai pita baja dan berselubung polyethene.
2.2 Kabel Udara (KU)
a. Susunan Lapisan Kabel Udara
Keterangan :
1. Urat – urat kabel
2. Isolasi bewarna
3. Pita pelilit kode warna
4. Pembungkus inti kabel
5. Lapisan alumunium foil
6. Kulit Kabel
7. Bearer (penggantung)
8. Kawat CU (untuk arde)
b. Jenis Kabel Udara :
1) Separate Bearer Aerial Cable
Yaitu kabel udara yang kawat penggantungnya (bearer) terpisah atau tanpa
kawat penggantung.
2) Integral Bearer Aerial Cable (Kabel udara berpenguatan sendiri)
Yaitu kabel udara dengan kawat penggantung (bearer) menjadi satu konstruksi
dengan kabel udara.
Berdasarkan letak kawat penggantung terhadap urat kabel :
36. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
36
Penggantung melingkar urat/inti kabel
Penggantung terpisah dengan urat kabel
c. Kode Pengenal Kabel udara
U = Kabel udara jenis standar dengan penghantar tembaga (Cu)
E = Isolasi Polyethene
S = Penguatan sendiri (Self Supporting)
(Pe) = Pelindung elektris (Lapisan Aluminium)
E = Selubung Polyethene
Contoh :
Stel – K – 001 atau SII – 0611 – 82
U – E (Pe) E S 60 x 2 x 0,6
Menyatakan kabel udara berkapasitas 60 pair dengan penghantar tembaga berdiameter 0,6
mm, berisolasi polyethene, memakai pelindung elektris pita aluminium, berselubung
polyethene dan berpenguatan sendiri.
2. FUNGSI MASING‐MASING LAPISAN KABEL
1) Urat kabel dengan Isolasi Polyethelene
Sebagai penghantar yang menyambungkan terminal dengan sentral.
2) Isolasi Polyethelene (PE) atau Poly Vinyl Chloride (PVC) berwarna
Sebagai pembungkus dan isolator antar penghantar
Kode warna dalam perhitungan urat kabel
3) Pita pelilit/pengikat kode warna
37. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
37
Untuk mempermudah perhitungan urat kabel dan mengikat kabel agar kompak
4) Pembungkus inti kabel
Untuk membalut inti kabel supaya bulat, padat
Sebagai bantalan antara urat kabel dan lapisan alumunium
Sebagai pencegah lelehnya isolasi penghantar pada saat pembuatan kulit kabel
5) Alumunium Foil
Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing dari luar
6) Kulit dalam (PE hitam)
Sebagai pelindung kemungkinan massuknya air
Sebagai bantalan antara lapisan armouring dengan lapisan alumunium
7) Armouring Baja
Sebagai pelindung mekanis terhadap benturan benda tajam/keras
Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing
8) Kulit LuarKabel (PE hitam) atau PVC abu‐abu
Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air
Sebagai bantalan pada waktu penarikan
9) Bearer (penggantung)
Sebagai penguat sendiri (self supporting)
10) Kawat Telanjang Tembaga (CU)
Sebagai pengardean atau penghubung ke tanah/ground
3. BAHAN LAPISAN KABEL
1) Urat kabel dengan Isolasi Polyethelene
Terbuat dari bahan tembaga lunak hasil proses annealing dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Merata kualitasnya
Berupa kawat padas bulat, mengkilap, dan bersih
Bebas dari segala macam cacat
Harga tahanan urat kabel harus sesuai dengan diameternya
2) Isolasi
Terbuat dari bahan komponen Polythene, foam skin, atau Poly Vinyl Chloride (PVC)
plastik sejenis
3) Pita pelilit/pengikat kode warna
Terbuat dari bahan komponen Polythene
4) Pembungkus inti kabel
Dipergunakan pita non higroscopis yang terbuat dari bahan polyproliline atau
sejenisnya (plastik transparan)
Dipasang secara longitudinal atau dibelitkan secara helikal
5) AlumuniumFoil
Terbuat dari pita alumunium setebal 0,2 mm berlapis polythelene
38. Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)
Sumber : PT.Telkom Indonesia
38
Dipasang secara longitudinal di atas pita pembungkus inti kabel
6) Armouring baja
Terbuat dari pita baja atau kawat baja yang digalvanisasikan
Terdiri dari 2 lapis pita baja dengan tebal nominal 0,3mm
Untuk kabel dengan diameter < 15mm dapat dipergunakan kawat baja
7) Kulit/selubung kabel (PE hitam)
Terbuat dari bahan komponen polythelene
8) Bearer (penghubung)
Terbuat dari pilihan kawat baja galvanist yang mempunyai kuat tarik tinggi
Kapasitas 10 pair sampai dengan 50 pair
Jumlah kawat baja penggantung =7 buah dengan diameter 1,2 mm dan
mempunyai daya tahan beban sebesar 11.000 Newton.
Kapasitas 60 pair sampai dengan 120 pair
Jumlah kawat baja penggantung =7 buah dengan diameter 2 mm atau 19 buah
dengan diameter 1,2 mm dan mempunyai daya tahan beban sebesar 29.000
Newton.
4. PENGEMASAN
1) Ukuran panjang standar,yaitu :
500 m untuk kabel berkapasitas di atas 60 pair.
1000 m untuk kabel berkapasitas 60 pair ke bawah.
2) Kabel digulung erat‐erat dalam drum (haspel) yang kuat dan kemudian haspel harus
ditutp rapat dengn papan kayu.
3) Diameter inti haspel tidak boleh kurang dari lima belas kali diameter luar kabel.
4) Ujung dalam dari gulungan kabel boleh dikeluarkan melalui lubang di tengah‐tengah
dinding haspel, diikat erat dan dilindungi dengan pelat baja untuk mencegah
kerusakan pada saat pengukuran.
5) Ujung luar dari gulungan kabel tetap tersimpan pada dinding dalam dari haspel,
kedua ujung ini digunakan untuk tujuan pengukuran maupun pengujian kabel.
6) Ujung‐Ujung kabel harus ditutup dengan penutup ujung (sealing cap) yang terbuat
dari bahan plastik (heat‐shrinkabel)
7) Data‐ Data yang harus tercetak jelas pada kedua dinding haspel, yaitu :
Tanda pengenal produsen
Jenis kabel, kapasitas kabel maupun diameter penghantar.
Panjang kabel dalam meter.
Nomor drum.
Berat kotor dalam kilogram.
Nomor spesifikasi.
Arah panah menunjukkan arah putaran haspel.
Tanda akhir gulungan haspel.