SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Pola Klinik, Pendekatan
Diagnostik dan Algoritma
Penatalaksanaan Sepsis
berdasarkan Sepsis Campaign
Bramantyo Nugraha
111.0221.123
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “Veteran
Jakarta
Pembimbing : dr. Soroy Lardo, Sp.PD FINASIM
Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen
Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto
Pendahuluan
 Sepsis adalah salah satu sindrom tertua dan paling sulit dipahami dalam bidang kedokteran.
 Sepsis merupakan penyakit yang umum di perawatan intensif dimana hampir 1/3 pasien yang
masuk ICU adalah sepsis. Sepsis merupakan satu di antara sepuluh penyebab kematian di Amerika
Serikat.
 Pada tahun 2004, sebuah kelompok pakar internasional dalam bidang diagnosis dan
penatalaksanaan infeksi dan sepsis, yang mewakili 11 organisasi, menerbitkan untuk pertama kalinya
guidelines yang diterima secara internasional dan dapat dijadikan pedoman bagi dokter untuk
digunakan agar dapat meningkatkan hasil terapi pada keadaan sepsis berat dan syok septik.
Epidemiologi
Sepsis merupakan satu di antara sepuluh penyebab kematian di
Amerika Serikat. Angka kejadian sepsis meningkat secara bermakna
dalam dekade lalu.
Telah dilaporkan angka kejadian sepsis meningkat dari 82,7 menjadi
240,4 pasien per 100.000 populasi antara tahun 1979 – 2000 di
Amerika Serikat dimana kejadian severe sepsis berkisar antara 51 dan
95 pasien per 100.000 populasi.3
Levy MM, Dellinger RP, Townsend SR. et al. 2009. The Surviving Sepsis Campaign Crit Care Med. 2010
Terminologi dan Definisi
Levy MM, Fink MP, Marshall JC, et al. 2001. International Sepsis Definitions Conference. Crit Care Med 2003.
PIRO Grading System
Rello J. Díaz E. Rodríguez A. 2009. Management of Sepsis: The PIRO Approach. Spain. P. 3,6.
Etiologi
 Data terbaru saat ini menunjukkan bahwa penyebab sepsis lebih banyak bakteri Gram positif daripada
bakteri Gram negatif.
 Penyebab tersering infeksi pembuluh darah yang didapat di komunitas adalah infeksi saluran napas bawah
(20,6%), infeksi intra abdomen (20,1%), dan infeksi traktus genitourinarius (19,8%), dengan 43,6% disebabkan
oleh bakteri Gram positif,
 Sebagian besar adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia.
Nguyen HB, Smith D. Sepsis in the 21st century. Recent definitions and therapeutic advances. Am J Emerg Med 2007;25:564-571.
Patofisiologi
 Lipopolisakarida (LPS) masuk ke dalam sirkulasi → sebagian akan diikat oleh
faktor inhibitor dalam serum seperti lipoprotein dan kilomikron sehingga LPS akan
dimetabolisme → Sebagian LPS akan berikatan dengan suatu protein dalam plasma,
lipopolysacharide binding protein (LBP) → berikatan dengan molekul CD14 →
Selanjutnya kompleks CD14-LPS akan berinteraksi dengan toll like receptor-4 (TLR-4)
yang ada di permukaan membran sel → transduksi sinyal intraseluler melalui nuclear
factor kappa B (NFkB), tirosin kinase (TK), dan protein kinase C (PKC), suatu faktor
transkripsi yang menyebabkan diproduksinya RNA sitokin oleh sel.
Guntur A. Sepsis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed
Vol. 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2889-2894.
 Pada sepsis terjadi pelepasan dan aktivasi mediator inflamasi yang berlebih.
 Mediator inflamasi ini mencakup sitokin yang bekerja lokal maupun sistemik;
aktivasi neutrofil, monosit, makrofag, sel endotel, trombosit, dan sel lainnya; aktivasi
kaskade protein plasma seperti komplemen, sistem koagulasi dan fibrinolisis; pelepasan
proteinase dan mediator lipid; radikal oksigen dan nitrogen.
 Selain mediator yang bersifat proinflamasi, dilepaskan pula mediator yang bersifat
antiinflamasi seperti sitokin antiinflamasi, reseptor sitokin terlarut, protein fase akut,
dan berbagai hormon.
Guntur A. Sepsis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed
Vol. 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2889-2894.
 Respon inflamasi lokal terhadap infeksi menyebar secara sistemik.
 Terjadinya vasodilatasi sistemik menyebabkan hipotensi, shunting, dan penurunan
kadar oksigen jaringan.
 Aktivasi dan apoptosis dari sel endotel menyebabkan rusaknya integritas
pembuluh darah, terjadi eksudasi protein dan edema.
 DIC menyebabkan mikrotrombus pada pembuluh darah kecil, berkurangnya
faktor-faktor pembekuan, dan koagulopati.
 Reactive oxygen species (ROS) dihasilkan oleh netrofil yang teraktivasi, efek
jaringan dari NO, dan terjadi perubahan pada metabolisme selular yang diinduksi
sitokin.
 Efek kumulatif dari semua perubahan ini adalah peningkatan beratnya sepsis,
dengan kegagalan multiorgan, dan besarnya tingkat mortalitas.
Guntur A. Sepsis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed
Vol. 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2889-2894.
Reinhart K et al. Clin. Microbiol. Rev. 2012;25:609-634
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
Kriteria Klinis Sepsis
Kriteria Klinis Sepsis Berat
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
Penatalaksanaan
1. Resusitasi Awal
• Prinsip dari early goal directed therapy ini adalah penyesuaian beban jantung preload,
afterload, dan kontraktilitas untuk mencapai keseimbangan dalam pengiriman oksigen
sistemik dan kebutuhan oksigen
• Selama 6 jam resusitasi, tujuan resusitasi awal sepsis yang menginduksi hipoperfusi harus
mencakup semua hal berikut sebagai bagian dari protokol pengobatan :
a. CVP 8–12 mm Hg
b. MAP ≥ 65 mm Hg
c. Urine output ≥ 0.5 mL/kg/jam
d. Superior vena cava oxygenation saturation (Scvo2) atau mixed venous oxygen saturation (Svo2)
70% or 65%.
Rivers E. Nguyen B, Havstad S, et al. 2001. Early Goal-Directed Therapy in The Treatment of Severe Sepsis and Septic Shock. N Engl J Med.
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
2. Skrining
• Disarankan skrining rutin terhadap infeksi yang berpotensi membuat pasien sakit serius pada sepsis
berat untuk meningkatkan identifikasi awal sepsis dan memungkinkan pelaksanaan terapi sepsis secara
dini.
• Identifikasi awal sepsis dan pelaksanaan terapi berbasis bukti secara dini telah didokumentasikan dapat
meningkatkan hasil terapi dan menurunkan angka kematian terkait sepsis.
3. Diagnosis
• Untuk mengoptimalkan identifikasi organisme penyebab, disarankan mendapatkan setidaknya dua set
kultur darah (aerob dan anaerob) sebelum terapi antimikroba, dengan setidaknya satu dari perkutan
dan satu melalui vascular.
• Pencitraan juga harus dilakukan segera dalam upaya untuk mengkonfirmasi potensi sumber infeksi.
4. Terapi Antimikrobakterial
• Pemberian antimikroba intravena yang efektif dalam satu jam pertama pada syok septik dan sepsis
berat tanpa syok septik harus menjadi tujuan terapi.
• Direkomendasikan untuk dilakukan terapi empirik antibiotik awal termasuk satu atau lebih obat yang
memiliki aktivitas terhadap semua kemungkinan pathogen.
• Disarankan penggunaan tingkat prokalsitonin rendah atau biomarker yang serupa untuk membantu
dokter dalam penghentian antibiotik empiris pada pasien yang septik, tetapi tidak memiliki bukti
infeksi selanjutnya.
• Terapi kombinasi empiris diberikan terhadap pasien neutropenia dengan sepsis berat dan untuk pasien
yang sulit diobati, bakteri pathogen MDR seperti Acinetobacter dan Pseudomonas spp.
• Terapi kombinasi, bila digunakan secara empiris pada pasien dengan sepsis berat, tidak boleh
diberikan selama lebih dari 3 sampai 5 hari.
• Durasi terapi biasanya 7 sampai 10 hari
5. Kontrol Sumber Infeksi
• Dianjurkan untuk dilakukan diagnosis anatomi secara spesifik pada keadaan tertentu dari infeksi
yang memerlukan pertimbangan untuk kontrol fokus infeksi dicari dan didiagnosis secepat
mungkin
• Jika memungkinkan intervensi dilakukan dalam pertama 12 jam setelah diagnosis dibuat.
6. Pencegahan Infeksi Nosokomial
• Dekontaminasi oral selektif (SOD) dan dekontaminasi pencernaan selektif (SDD) harus
diperkenalkan dan diselidiki sebagai metode untuk mengurangi kejadian ventilator terkait
pneumonia (VAP).
• Penggunaan glukonat klorheksidin (CHG) oral sebagai bentuk dekontaminasi oropharyngeal
untuk mengurangi risiko VAP pada pasien ICU dengan sepsis berat.
7. Terapi Cairan Pada Sepsis Berat
• Pada kasus sepsis berat dan shock septik digunakan cairan kristaloid sebagai terapi awal untuk
resusitasi. Selain itu juga dapat digunakan hydroxyethyl starches (HES) sebagai cairan resusitasi untuk
sepsis berat dan shock septik.
• Pemberian cairan awal pada pasien dengan sepsis yang menyebabkan hipoperfusi jaringan dengan
kecurigaan hipovolemia diberika minimal 30 mL/kg kristaloid (dosis ini mungkin setara albumin).
8. Vasopressor
• Terapi vasopressor diperlukan untuk mempertahankan perfusi pada hipotensi yang mengancam jiwa,
• Target awal terapi vasopressor adalah MAP 65 mmHg.
• Norepinefrin merupakan vasopressor pilihan pertama
• Vasopresin (hingga 0,03 U/min) dapat ditambahkan ke norepinefrin dengan maksud meningkatkan
MAP atau menurunkan dosis norepinefrin.
• Penggunaan dopamin sebagai agen vasopressor alternative norepinefrin hanya pada pasien tertentu
(misalnya , pasien dengan risiko rendah takiaritmia dan absolut atau relative bradycardia).
9. Inotropik
• Berdasarkan penelitian dapat diberikan/ditambahkan infus dobutamin hingga 20 mg /kg/menit
diberikan atau ditambahkan ke vasopressor (jika digunakan) pada keadaan:
a) disfungsi miokard, seperti oleh peningkatan tekanan pengisian jantung dan cardiac output rendah atau
b) tanda-tanda hipoperfusi berkelanjutan, meskipun telah mencapai volume intravaskular dan MAP yang
memadai
10. Kortikosteroid
• Sebaiknya tidak menggunakan hidrokortison intravena sebagai pengobatan pasien syok septik dewasa
jika resusitasi cairan yang adekuat dan terapi vasopressor dapat mengembalikan stabilitas
hemodinamik. Jika hal ini tidak tercapai, disarankan hidrokortison intravena tunggal dengan dosis 200
mg per hari.2
• Ketika hidrokortison dosis rendah yang diberikan, disarankan menggunakan infus kontinu daripada
suntikan bolus berulang.
• Kortikosteroid tidak diberikan pada pasien sepsis tanpa adanya syok.
11. Penggunaan Produk Darah
• Setelah hipoperfusi jaringan terselesaikan dan tidak adanya keadaan khusus, seperti iskemia
miokard ,hipoksemia berat, perdarahan akut, atau penyakit jantung iskemik, dapat diberikan
transfusi sel darah merah jika konsentrasi hemoglobin menurun sampai < 7.0 g / dL dan
ditargetkan konsentrasi hemoglobin 7,0 -9,0 g / dL pada orang dewasa.
• Pada pasien dengan sepsis berat , dapat diberikan platelet profilaksis
12. Imunoglobulin
• Tidak menggunakan imunoglobulin intravena pada pasien dewasa dengan sepsis berat atau
syok septik.
13. Selenium
• Tidak menggunakan selenium intravena untuk pengobatan sepsis berat.
14. Penggunaan rekombinan Activated Protein C (rhAPC)
• Penggunaan rhAPC tidak lagi tersedia.
15. Ventilatisi Mekanis untuk Sepsis-Induced Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
• Ventilasi mekanik dipertahankan dengan kepala tempat tidur diangkat ke 30-45 derajat untuk
membatasi risiko aspirasi dan untuk mencegah perkembangan ventilator-associated pneumonia.
• Penghentian ventilasi mekanis dilakukan ketika memenuhi kriteria sebagai berikut: a )
hemodinamik stabil (tanpa agen vasopressor) , b) tidak ada kondisi baru yang berpotensi serius, c )
ventilasi rendah dan adanya tekanan ekspirasi di akhir , dan d ) FiO2 rendah merupakan
persyaratan untuk penggunaan face mask atau nasal kanula. Jika uji pernapasan spontan berhasil,
pertimbangan pemberian ekstubasi.
• Jika tidak adanya indikasi spesifik seperti bronkospasme , tidak perlu menggunakan beta 2 - agonis
untuk pengobatan sepsis -induced ARDS.
16. Sedasi , Analgesia , dan blokade neuromuskular
• Sedasi terus menerus atau intermiten diminimalkan pada pasien sepsis dengan ventilasi
mekanik.
• Neuromuskular blocking agen (NMBAs) harus dihindari jika mungkin pada pasien septik
tanpa ARDS karena risiko blokade neuromuskular berkepanjangan setelah penghentian .
17. Kontrol Glukosa
• Pendekatan protokol manajemen glukosa darah pada pasien ICU dengan sepsis berat dimulai
ketika 2 kadar glukosa darah berturut-turut adalah > 180 mg/dL .
• Pendekatan harus menargetkan glukosa darah atas ≤ 180 mg/dL.
• Nilai glukosa darah dimonitor setiap jam 1-2 sampai nilai glukosa dan tingkat infus insulin
stabil dan kemudian setiap 4 jam sesudahnya.
18. Terapi Pengganti Ginjal
• Terapi pengganti ginjal terus menerus dan hemodialisis intermiten dilakukan
sama pada pasien dengan sepsis berat dan gagal ginjal akut.
19. Terapi Bikarbonat
• Tidak menggunakan terapi natrium bikarbonat untuk tujuan memperbaiki
hemodinamik atau mengurangi kebutuhan vasopresor dalam pasien dengan
hipoperfusi yang menginduksi acidemia laktat dengan pH ≥ 7.15.
20. Profilaksis Deep Vein Trombosis
• Pasien dengan sepsis berat menerima terapi prophylaxis harian terhadap
tromboemboli vena (VTE) dengan pemberian harian subkutan LMWH.
• Jika kreatinin clearence < 30 mL/menit , gunakan dalteparin atau bentuk lain
dari LMWH yang memiliki tingkat metabolisme ginjal yang rendah.
21. Profilaksis Stress Ulcer
• Profilaksis Stres ulkus menggunakan H2 blocker atau proton pump inhibitor diberikan kepada pasien
dengan sepsis berat / syok septik yang memiliki faktor risiko perdarahan.
• Proton pump inhibitor lebih digunakan daripada H2RA.
• Pasien tanpa faktor risiko tidak menerima profilaksis.
22. Nutrisi
• Hindari makan tinggi kalori di minggu pertama melainkan menyarankan makan rendah kalori (hingga
500 kalori per hari).
• Sebaiknya menggunakan glukosa intravena dan nutrisi enteral daripada nutrisi parenteral total ( TPN )
sendiri atau nutrisi parenteral dalam 7 hari pertama setelah diagnosis sepsis berat / syok septik.
23. Menetapkan Tujuan/Target Perawatan
• Diskusikan tujuan perawatan dan prognosis dengan pasien dan keluarga.
• Memasukkan tujuan perawatan ke dalam perencanaan perawatan,
• Memanfaatkan prinsip-prinsip perawatan paliatif bila perlu.
Komplikasi
1. Sindroma distress pernapasan dewasa (ARDS)
2. Koagulasi intravascular diseminata (DIC)
3. Gagal ginjal akut (AKI)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian
Kesimpulan
 Sepsis adalah respon host sistemik terhadap infeksi yang merusak dan dapat
menyebabkan sepsis berat (disfungsi organ akut sekunder) dan syok septik
(sepsis berat ditambah hipotensi yang tidak membaik dengan resusitasi
cairan).
 Kriteria klinis dari sepsis dapat dinilai dari variable umum (demam,
hipotermia, takikardia, takipneu, penurunan status mental, edema yang
signifikan, hiperglikemia), variable inflamasi (leukositosis, leukopenia,
peningkatan plasma C-reactive protein dan plasma procalcitonin), variable
hemodinamik (hipotensi arterial), variable disfungsi organ dan variable
perfusi jaringan.
 Guidelines terbaru yang dikeluarkan oleh Surviving Sepsis Campaign tahun 2012
meliputi penatalaksanaan resusitasi awal, skrining sepsis, diagnosis, terapi
antimikroba, control terhadap focus infeksi, pencegahan infeksi sekunder,
terapi cairan pada sepsis berat, penggunaan vasopressor, terapi inotropic,
kortikosteroid, pemberian produk darah, penggunaan immunoglobulin,
selenium, penggunaan ventilasi mekanik pada ARDS, penggunaan obat
sedasi, analgesia dan neuromuscular block, control glukosa, terapi pengganti
ginjal, terapi bicarbonate, pencegahan DVT, pencegahan ulkus, pemberian
nutrisi dan penyusunan target terapi.
 Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat terhadap sepsis dapat
memperbaiki outcome pada pasien dan menurunkan tingkat mortalitas.
TERIMA KASIH SEPSIS UNTUK PUBLIKASI
31

More Related Content

What's hot (20)

Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Translatean raiza (1)
Translatean raiza (1)Translatean raiza (1)
Translatean raiza (1)
 
Dengue hemmoragic fever
Dengue hemmoragic feverDengue hemmoragic fever
Dengue hemmoragic fever
 
Preskas dhf
Preskas dhfPreskas dhf
Preskas dhf
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
DD, DHF, and DSS
DD, DHF, and DSSDD, DHF, and DSS
DD, DHF, and DSS
 
Asthma copd overlap (
Asthma copd overlap (Asthma copd overlap (
Asthma copd overlap (
 
Henoch
HenochHenoch
Henoch
 
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptxINFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
 
Pbl 19 Demam Reumatik
Pbl 19 Demam ReumatikPbl 19 Demam Reumatik
Pbl 19 Demam Reumatik
 
Referat dbd 1
Referat dbd 1Referat dbd 1
Referat dbd 1
 
DHF pada Anak
DHF pada AnakDHF pada Anak
DHF pada Anak
 
268787241 referat-anastesi-pada-sepsis
268787241 referat-anastesi-pada-sepsis268787241 referat-anastesi-pada-sepsis
268787241 referat-anastesi-pada-sepsis
 
Prescil paru
Prescil paruPrescil paru
Prescil paru
 
Tata%20 laksana%20dbd
Tata%20 laksana%20dbdTata%20 laksana%20dbd
Tata%20 laksana%20dbd
 
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderlyCbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
 
Dengue syok
Dengue syokDengue syok
Dengue syok
 
Nefritis
NefritisNefritis
Nefritis
 
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
 

Viewers also liked

Sepsis-Induced Cardiac Dysfunction
Sepsis-Induced Cardiac DysfunctionSepsis-Induced Cardiac Dysfunction
Sepsis-Induced Cardiac Dysfunction
shivabirdi
 

Viewers also liked (20)

ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Sepsis updates 2016
Sepsis updates 2016Sepsis updates 2016
Sepsis updates 2016
 
249127395 syok-sepsis
249127395 syok-sepsis249127395 syok-sepsis
249127395 syok-sepsis
 
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
 
Approach acute diarrhea with comorbid diseases
Approach acute diarrhea with comorbid diseasesApproach acute diarrhea with comorbid diseases
Approach acute diarrhea with comorbid diseases
 
Sepsis-Induced Cardiac Dysfunction
Sepsis-Induced Cardiac DysfunctionSepsis-Induced Cardiac Dysfunction
Sepsis-Induced Cardiac Dysfunction
 
Duty Report Ustable Angina Pectoris 2 12-15
Duty Report Ustable Angina Pectoris 2 12-15Duty Report Ustable Angina Pectoris 2 12-15
Duty Report Ustable Angina Pectoris 2 12-15
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
 
Injeksi intra vena narkoba amanda ko ass RSPAD Gatot Soebroto
Injeksi intra vena narkoba  amanda ko ass RSPAD Gatot SoebrotoInjeksi intra vena narkoba  amanda ko ass RSPAD Gatot Soebroto
Injeksi intra vena narkoba amanda ko ass RSPAD Gatot Soebroto
 
Severe Malaria
Severe MalariaSevere Malaria
Severe Malaria
 
Gagal ginjal akut pada malaria
Gagal ginjal akut pada malariaGagal ginjal akut pada malaria
Gagal ginjal akut pada malaria
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...
 
Case report dengue with vasculopathy and the role of innate immunity
Case report dengue with vasculopathy and the role of innate immunityCase report dengue with vasculopathy and the role of innate immunity
Case report dengue with vasculopathy and the role of innate immunity
 
Tuberculosis Milier dan Meningitis Tbc
Tuberculosis Milier dan Meningitis TbcTuberculosis Milier dan Meningitis Tbc
Tuberculosis Milier dan Meningitis Tbc
 
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
Hipotermia
HipotermiaHipotermia
Hipotermia
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 

Similar to Referat sepsis bramantyo

PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
kristyagaki
 
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptxPPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
kristyagaki
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
fauzil
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarik
Peter Giarso
 
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdfDamayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
shelladepari
 

Similar to Referat sepsis bramantyo (20)

Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
 
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptxPPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
 
ASPEK HEMATOLOGI PADA SEPSIS
ASPEK HEMATOLOGI PADA SEPSISASPEK HEMATOLOGI PADA SEPSIS
ASPEK HEMATOLOGI PADA SEPSIS
 
PPT SEPSIS.pptx
PPT SEPSIS.pptxPPT SEPSIS.pptx
PPT SEPSIS.pptx
 
Askep all
Askep allAskep all
Askep all
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
 
Syok septik pure
Syok septik pureSyok septik pure
Syok septik pure
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
 
BOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxBOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptx
 
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptxSepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
 
Masalah penyakit ginjal_dan_saluran_air_kemih_di_indonesia
Masalah penyakit ginjal_dan_saluran_air_kemih_di_indonesiaMasalah penyakit ginjal_dan_saluran_air_kemih_di_indonesia
Masalah penyakit ginjal_dan_saluran_air_kemih_di_indonesia
 
Askep all
Askep allAskep all
Askep all
 
Sindrom nefritik akut
Sindrom nefritik akutSindrom nefritik akut
Sindrom nefritik akut
 
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptxLAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarik
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
 
Kti sobri musabawah (1)
Kti sobri musabawah (1)Kti sobri musabawah (1)
Kti sobri musabawah (1)
 
Tanpa judul
 Tanpa judul Tanpa judul
Tanpa judul
 
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdfDamayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
 

More from Soroy Lardo

More from Soroy Lardo (20)

Sepsis with Hemodyalisis
Sepsis with HemodyalisisSepsis with Hemodyalisis
Sepsis with Hemodyalisis
 
Cardiac Manifestation in Dengue Infection
Cardiac Manifestation in Dengue InfectionCardiac Manifestation in Dengue Infection
Cardiac Manifestation in Dengue Infection
 
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseases
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseasesCase Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseases
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseases
 
Candidiasis in Febrile Neutropenia
Candidiasis in Febrile  NeutropeniaCandidiasis in Febrile  Neutropenia
Candidiasis in Febrile Neutropenia
 
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and  prophylaxisRabies : approach diagnostic and  prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
 
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
 
Referrat Liver Asbcess
Referrat Liver AsbcessReferrat Liver Asbcess
Referrat Liver Asbcess
 
Duty report aplastic anemia mei 2017
Duty report aplastic anemia mei 2017Duty report aplastic anemia mei 2017
Duty report aplastic anemia mei 2017
 
COPD and Key Indicators For Considering Diagnosis
COPD and Key Indicators For Considering DiagnosisCOPD and Key Indicators For Considering Diagnosis
COPD and Key Indicators For Considering Diagnosis
 
Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
 
Mers co v - journal reading
Mers co v - journal readingMers co v - journal reading
Mers co v - journal reading
 
Mycardial Dysfunction Sepsis
Mycardial Dysfunction SepsisMycardial Dysfunction Sepsis
Mycardial Dysfunction Sepsis
 
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infectionsNontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
 
Melena et Causa Gastritis Erosiva and Hypertension
Melena et Causa Gastritis Erosiva and HypertensionMelena et Causa Gastritis Erosiva and Hypertension
Melena et Causa Gastritis Erosiva and Hypertension
 
Chronic Kidney Diseases, DM and GERD
Chronic Kidney Diseases, DM and GERDChronic Kidney Diseases, DM and GERD
Chronic Kidney Diseases, DM and GERD
 
Audit Sepsis : Case Report
Audit Sepsis : Case ReportAudit Sepsis : Case Report
Audit Sepsis : Case Report
 
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisAspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
 
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimunInteraksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
 
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage   Case Presentation :  Severe Dengue  With Menstruation and Plasma Leakage
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage
 
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS  Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
 

Recently uploaded

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 

Referat sepsis bramantyo

  • 1. Pola Klinik, Pendekatan Diagnostik dan Algoritma Penatalaksanaan Sepsis berdasarkan Sepsis Campaign Bramantyo Nugraha 111.0221.123 FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “Veteran Jakarta Pembimbing : dr. Soroy Lardo, Sp.PD FINASIM Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto
  • 2. Pendahuluan  Sepsis adalah salah satu sindrom tertua dan paling sulit dipahami dalam bidang kedokteran.  Sepsis merupakan penyakit yang umum di perawatan intensif dimana hampir 1/3 pasien yang masuk ICU adalah sepsis. Sepsis merupakan satu di antara sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat.  Pada tahun 2004, sebuah kelompok pakar internasional dalam bidang diagnosis dan penatalaksanaan infeksi dan sepsis, yang mewakili 11 organisasi, menerbitkan untuk pertama kalinya guidelines yang diterima secara internasional dan dapat dijadikan pedoman bagi dokter untuk digunakan agar dapat meningkatkan hasil terapi pada keadaan sepsis berat dan syok septik.
  • 3. Epidemiologi Sepsis merupakan satu di antara sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat. Angka kejadian sepsis meningkat secara bermakna dalam dekade lalu. Telah dilaporkan angka kejadian sepsis meningkat dari 82,7 menjadi 240,4 pasien per 100.000 populasi antara tahun 1979 – 2000 di Amerika Serikat dimana kejadian severe sepsis berkisar antara 51 dan 95 pasien per 100.000 populasi.3 Levy MM, Dellinger RP, Townsend SR. et al. 2009. The Surviving Sepsis Campaign Crit Care Med. 2010
  • 4. Terminologi dan Definisi Levy MM, Fink MP, Marshall JC, et al. 2001. International Sepsis Definitions Conference. Crit Care Med 2003.
  • 5. PIRO Grading System Rello J. Díaz E. Rodríguez A. 2009. Management of Sepsis: The PIRO Approach. Spain. P. 3,6.
  • 6. Etiologi  Data terbaru saat ini menunjukkan bahwa penyebab sepsis lebih banyak bakteri Gram positif daripada bakteri Gram negatif.  Penyebab tersering infeksi pembuluh darah yang didapat di komunitas adalah infeksi saluran napas bawah (20,6%), infeksi intra abdomen (20,1%), dan infeksi traktus genitourinarius (19,8%), dengan 43,6% disebabkan oleh bakteri Gram positif,  Sebagian besar adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia. Nguyen HB, Smith D. Sepsis in the 21st century. Recent definitions and therapeutic advances. Am J Emerg Med 2007;25:564-571.
  • 7. Patofisiologi  Lipopolisakarida (LPS) masuk ke dalam sirkulasi → sebagian akan diikat oleh faktor inhibitor dalam serum seperti lipoprotein dan kilomikron sehingga LPS akan dimetabolisme → Sebagian LPS akan berikatan dengan suatu protein dalam plasma, lipopolysacharide binding protein (LBP) → berikatan dengan molekul CD14 → Selanjutnya kompleks CD14-LPS akan berinteraksi dengan toll like receptor-4 (TLR-4) yang ada di permukaan membran sel → transduksi sinyal intraseluler melalui nuclear factor kappa B (NFkB), tirosin kinase (TK), dan protein kinase C (PKC), suatu faktor transkripsi yang menyebabkan diproduksinya RNA sitokin oleh sel. Guntur A. Sepsis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed Vol. 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2889-2894.
  • 8.  Pada sepsis terjadi pelepasan dan aktivasi mediator inflamasi yang berlebih.  Mediator inflamasi ini mencakup sitokin yang bekerja lokal maupun sistemik; aktivasi neutrofil, monosit, makrofag, sel endotel, trombosit, dan sel lainnya; aktivasi kaskade protein plasma seperti komplemen, sistem koagulasi dan fibrinolisis; pelepasan proteinase dan mediator lipid; radikal oksigen dan nitrogen.  Selain mediator yang bersifat proinflamasi, dilepaskan pula mediator yang bersifat antiinflamasi seperti sitokin antiinflamasi, reseptor sitokin terlarut, protein fase akut, dan berbagai hormon. Guntur A. Sepsis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed Vol. 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2889-2894.
  • 9.  Respon inflamasi lokal terhadap infeksi menyebar secara sistemik.  Terjadinya vasodilatasi sistemik menyebabkan hipotensi, shunting, dan penurunan kadar oksigen jaringan.  Aktivasi dan apoptosis dari sel endotel menyebabkan rusaknya integritas pembuluh darah, terjadi eksudasi protein dan edema.  DIC menyebabkan mikrotrombus pada pembuluh darah kecil, berkurangnya faktor-faktor pembekuan, dan koagulopati.  Reactive oxygen species (ROS) dihasilkan oleh netrofil yang teraktivasi, efek jaringan dari NO, dan terjadi perubahan pada metabolisme selular yang diinduksi sitokin.  Efek kumulatif dari semua perubahan ini adalah peningkatan beratnya sepsis, dengan kegagalan multiorgan, dan besarnya tingkat mortalitas. Guntur A. Sepsis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed Vol. 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009:2889-2894.
  • 10. Reinhart K et al. Clin. Microbiol. Rev. 2012;25:609-634
  • 11. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
  • 12. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
  • 13. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Kriteria Klinis Sepsis
  • 14. Kriteria Klinis Sepsis Berat Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
  • 15. Penatalaksanaan 1. Resusitasi Awal • Prinsip dari early goal directed therapy ini adalah penyesuaian beban jantung preload, afterload, dan kontraktilitas untuk mencapai keseimbangan dalam pengiriman oksigen sistemik dan kebutuhan oksigen • Selama 6 jam resusitasi, tujuan resusitasi awal sepsis yang menginduksi hipoperfusi harus mencakup semua hal berikut sebagai bagian dari protokol pengobatan : a. CVP 8–12 mm Hg b. MAP ≥ 65 mm Hg c. Urine output ≥ 0.5 mL/kg/jam d. Superior vena cava oxygenation saturation (Scvo2) atau mixed venous oxygen saturation (Svo2) 70% or 65%.
  • 16. Rivers E. Nguyen B, Havstad S, et al. 2001. Early Goal-Directed Therapy in The Treatment of Severe Sepsis and Septic Shock. N Engl J Med.
  • 17. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.
  • 18. 2. Skrining • Disarankan skrining rutin terhadap infeksi yang berpotensi membuat pasien sakit serius pada sepsis berat untuk meningkatkan identifikasi awal sepsis dan memungkinkan pelaksanaan terapi sepsis secara dini. • Identifikasi awal sepsis dan pelaksanaan terapi berbasis bukti secara dini telah didokumentasikan dapat meningkatkan hasil terapi dan menurunkan angka kematian terkait sepsis. 3. Diagnosis • Untuk mengoptimalkan identifikasi organisme penyebab, disarankan mendapatkan setidaknya dua set kultur darah (aerob dan anaerob) sebelum terapi antimikroba, dengan setidaknya satu dari perkutan dan satu melalui vascular. • Pencitraan juga harus dilakukan segera dalam upaya untuk mengkonfirmasi potensi sumber infeksi.
  • 19. 4. Terapi Antimikrobakterial • Pemberian antimikroba intravena yang efektif dalam satu jam pertama pada syok septik dan sepsis berat tanpa syok septik harus menjadi tujuan terapi. • Direkomendasikan untuk dilakukan terapi empirik antibiotik awal termasuk satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas terhadap semua kemungkinan pathogen. • Disarankan penggunaan tingkat prokalsitonin rendah atau biomarker yang serupa untuk membantu dokter dalam penghentian antibiotik empiris pada pasien yang septik, tetapi tidak memiliki bukti infeksi selanjutnya. • Terapi kombinasi empiris diberikan terhadap pasien neutropenia dengan sepsis berat dan untuk pasien yang sulit diobati, bakteri pathogen MDR seperti Acinetobacter dan Pseudomonas spp. • Terapi kombinasi, bila digunakan secara empiris pada pasien dengan sepsis berat, tidak boleh diberikan selama lebih dari 3 sampai 5 hari. • Durasi terapi biasanya 7 sampai 10 hari
  • 20. 5. Kontrol Sumber Infeksi • Dianjurkan untuk dilakukan diagnosis anatomi secara spesifik pada keadaan tertentu dari infeksi yang memerlukan pertimbangan untuk kontrol fokus infeksi dicari dan didiagnosis secepat mungkin • Jika memungkinkan intervensi dilakukan dalam pertama 12 jam setelah diagnosis dibuat. 6. Pencegahan Infeksi Nosokomial • Dekontaminasi oral selektif (SOD) dan dekontaminasi pencernaan selektif (SDD) harus diperkenalkan dan diselidiki sebagai metode untuk mengurangi kejadian ventilator terkait pneumonia (VAP). • Penggunaan glukonat klorheksidin (CHG) oral sebagai bentuk dekontaminasi oropharyngeal untuk mengurangi risiko VAP pada pasien ICU dengan sepsis berat.
  • 21. 7. Terapi Cairan Pada Sepsis Berat • Pada kasus sepsis berat dan shock septik digunakan cairan kristaloid sebagai terapi awal untuk resusitasi. Selain itu juga dapat digunakan hydroxyethyl starches (HES) sebagai cairan resusitasi untuk sepsis berat dan shock septik. • Pemberian cairan awal pada pasien dengan sepsis yang menyebabkan hipoperfusi jaringan dengan kecurigaan hipovolemia diberika minimal 30 mL/kg kristaloid (dosis ini mungkin setara albumin). 8. Vasopressor • Terapi vasopressor diperlukan untuk mempertahankan perfusi pada hipotensi yang mengancam jiwa, • Target awal terapi vasopressor adalah MAP 65 mmHg. • Norepinefrin merupakan vasopressor pilihan pertama • Vasopresin (hingga 0,03 U/min) dapat ditambahkan ke norepinefrin dengan maksud meningkatkan MAP atau menurunkan dosis norepinefrin. • Penggunaan dopamin sebagai agen vasopressor alternative norepinefrin hanya pada pasien tertentu (misalnya , pasien dengan risiko rendah takiaritmia dan absolut atau relative bradycardia).
  • 22. 9. Inotropik • Berdasarkan penelitian dapat diberikan/ditambahkan infus dobutamin hingga 20 mg /kg/menit diberikan atau ditambahkan ke vasopressor (jika digunakan) pada keadaan: a) disfungsi miokard, seperti oleh peningkatan tekanan pengisian jantung dan cardiac output rendah atau b) tanda-tanda hipoperfusi berkelanjutan, meskipun telah mencapai volume intravaskular dan MAP yang memadai 10. Kortikosteroid • Sebaiknya tidak menggunakan hidrokortison intravena sebagai pengobatan pasien syok septik dewasa jika resusitasi cairan yang adekuat dan terapi vasopressor dapat mengembalikan stabilitas hemodinamik. Jika hal ini tidak tercapai, disarankan hidrokortison intravena tunggal dengan dosis 200 mg per hari.2 • Ketika hidrokortison dosis rendah yang diberikan, disarankan menggunakan infus kontinu daripada suntikan bolus berulang. • Kortikosteroid tidak diberikan pada pasien sepsis tanpa adanya syok.
  • 23. 11. Penggunaan Produk Darah • Setelah hipoperfusi jaringan terselesaikan dan tidak adanya keadaan khusus, seperti iskemia miokard ,hipoksemia berat, perdarahan akut, atau penyakit jantung iskemik, dapat diberikan transfusi sel darah merah jika konsentrasi hemoglobin menurun sampai < 7.0 g / dL dan ditargetkan konsentrasi hemoglobin 7,0 -9,0 g / dL pada orang dewasa. • Pada pasien dengan sepsis berat , dapat diberikan platelet profilaksis 12. Imunoglobulin • Tidak menggunakan imunoglobulin intravena pada pasien dewasa dengan sepsis berat atau syok septik. 13. Selenium • Tidak menggunakan selenium intravena untuk pengobatan sepsis berat.
  • 24. 14. Penggunaan rekombinan Activated Protein C (rhAPC) • Penggunaan rhAPC tidak lagi tersedia. 15. Ventilatisi Mekanis untuk Sepsis-Induced Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) • Ventilasi mekanik dipertahankan dengan kepala tempat tidur diangkat ke 30-45 derajat untuk membatasi risiko aspirasi dan untuk mencegah perkembangan ventilator-associated pneumonia. • Penghentian ventilasi mekanis dilakukan ketika memenuhi kriteria sebagai berikut: a ) hemodinamik stabil (tanpa agen vasopressor) , b) tidak ada kondisi baru yang berpotensi serius, c ) ventilasi rendah dan adanya tekanan ekspirasi di akhir , dan d ) FiO2 rendah merupakan persyaratan untuk penggunaan face mask atau nasal kanula. Jika uji pernapasan spontan berhasil, pertimbangan pemberian ekstubasi. • Jika tidak adanya indikasi spesifik seperti bronkospasme , tidak perlu menggunakan beta 2 - agonis untuk pengobatan sepsis -induced ARDS.
  • 25. 16. Sedasi , Analgesia , dan blokade neuromuskular • Sedasi terus menerus atau intermiten diminimalkan pada pasien sepsis dengan ventilasi mekanik. • Neuromuskular blocking agen (NMBAs) harus dihindari jika mungkin pada pasien septik tanpa ARDS karena risiko blokade neuromuskular berkepanjangan setelah penghentian . 17. Kontrol Glukosa • Pendekatan protokol manajemen glukosa darah pada pasien ICU dengan sepsis berat dimulai ketika 2 kadar glukosa darah berturut-turut adalah > 180 mg/dL . • Pendekatan harus menargetkan glukosa darah atas ≤ 180 mg/dL. • Nilai glukosa darah dimonitor setiap jam 1-2 sampai nilai glukosa dan tingkat infus insulin stabil dan kemudian setiap 4 jam sesudahnya.
  • 26. 18. Terapi Pengganti Ginjal • Terapi pengganti ginjal terus menerus dan hemodialisis intermiten dilakukan sama pada pasien dengan sepsis berat dan gagal ginjal akut. 19. Terapi Bikarbonat • Tidak menggunakan terapi natrium bikarbonat untuk tujuan memperbaiki hemodinamik atau mengurangi kebutuhan vasopresor dalam pasien dengan hipoperfusi yang menginduksi acidemia laktat dengan pH ≥ 7.15. 20. Profilaksis Deep Vein Trombosis • Pasien dengan sepsis berat menerima terapi prophylaxis harian terhadap tromboemboli vena (VTE) dengan pemberian harian subkutan LMWH. • Jika kreatinin clearence < 30 mL/menit , gunakan dalteparin atau bentuk lain dari LMWH yang memiliki tingkat metabolisme ginjal yang rendah.
  • 27. 21. Profilaksis Stress Ulcer • Profilaksis Stres ulkus menggunakan H2 blocker atau proton pump inhibitor diberikan kepada pasien dengan sepsis berat / syok septik yang memiliki faktor risiko perdarahan. • Proton pump inhibitor lebih digunakan daripada H2RA. • Pasien tanpa faktor risiko tidak menerima profilaksis. 22. Nutrisi • Hindari makan tinggi kalori di minggu pertama melainkan menyarankan makan rendah kalori (hingga 500 kalori per hari). • Sebaiknya menggunakan glukosa intravena dan nutrisi enteral daripada nutrisi parenteral total ( TPN ) sendiri atau nutrisi parenteral dalam 7 hari pertama setelah diagnosis sepsis berat / syok septik. 23. Menetapkan Tujuan/Target Perawatan • Diskusikan tujuan perawatan dan prognosis dengan pasien dan keluarga. • Memasukkan tujuan perawatan ke dalam perencanaan perawatan, • Memanfaatkan prinsip-prinsip perawatan paliatif bila perlu.
  • 28. Komplikasi 1. Sindroma distress pernapasan dewasa (ARDS) 2. Koagulasi intravascular diseminata (DIC) 3. Gagal ginjal akut (AKI) 4. Perdarahan usus 5. Gagal hati 6. Disfungsi sistem saraf pusat 7. Gagal jantung 8. Kematian
  • 29. Kesimpulan  Sepsis adalah respon host sistemik terhadap infeksi yang merusak dan dapat menyebabkan sepsis berat (disfungsi organ akut sekunder) dan syok septik (sepsis berat ditambah hipotensi yang tidak membaik dengan resusitasi cairan).  Kriteria klinis dari sepsis dapat dinilai dari variable umum (demam, hipotermia, takikardia, takipneu, penurunan status mental, edema yang signifikan, hiperglikemia), variable inflamasi (leukositosis, leukopenia, peningkatan plasma C-reactive protein dan plasma procalcitonin), variable hemodinamik (hipotensi arterial), variable disfungsi organ dan variable perfusi jaringan.
  • 30.  Guidelines terbaru yang dikeluarkan oleh Surviving Sepsis Campaign tahun 2012 meliputi penatalaksanaan resusitasi awal, skrining sepsis, diagnosis, terapi antimikroba, control terhadap focus infeksi, pencegahan infeksi sekunder, terapi cairan pada sepsis berat, penggunaan vasopressor, terapi inotropic, kortikosteroid, pemberian produk darah, penggunaan immunoglobulin, selenium, penggunaan ventilasi mekanik pada ARDS, penggunaan obat sedasi, analgesia dan neuromuscular block, control glukosa, terapi pengganti ginjal, terapi bicarbonate, pencegahan DVT, pencegahan ulkus, pemberian nutrisi dan penyusunan target terapi.  Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat terhadap sepsis dapat memperbaiki outcome pada pasien dan menurunkan tingkat mortalitas.
  • 31. TERIMA KASIH SEPSIS UNTUK PUBLIKASI 31