SlideShare a Scribd company logo
1 of 482
Download to read offline
PEMBAHASAN
LATIHAN SOAL UKDI CLINIC I
OPTIMAPREP
BATCH NOVEMBER 2015
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
dr. Resthie, dr. Reza, dr. Yusuf
dr. Cemara, dr. Zanetha
ILMU PENYAKIT DALAM
1. Demam Tifoid
• Kultur darah umumnya ditemukan pada minggu pertama
• Kultur feses mulai ditemukan pada minggu kedua dan ketiga
• Kultur urin mulai ditemukan pada minggu kedua
Demam Typhoid
• Kuman penyebab demam tifoid adalah
Salmonella enterica serotype Typhi dan hanya
dapat hidup pada manusia.
• Setelah kuman berhasil mengatasi penghadangan
asam lambung yang mungkin melemah karena
satu dan lain hal kuman S.typhi mulai melekat
pada sel mukosa intestinal plak Peyerpintu
gerbang mikroorganisme untuk mencapai
sirkulasi darah melalui saluran limfatik yang
bermuara di kelenjar getah bening mesenterium
yang berhubungan dengan ductus thoracicus.
Gejala Klinik
• Gejala klasik yang karakteristik adalah demam
stepladder.
• Penderita bisa mengeluh mengenai sakit kepala, mual,
menggigil, tidak nafsu makan dan perut tidak nyaman.
• Pada pemeriksaaan penderita dapat menunjukkan
keadaan bradikardi relatif, pada orang yang berkulit
putih bercak merah di kulit (rose spots) dan sebagian
penderita juga memperlihatkan lidah kotor dan
gemetar dengan pinggir kemerahan (typhoid tongue).
• Dalam minggu kedua gangguan kesadaran, tambah
lemah dengan demam yang tidak mau turun. Dalam
keadaan ini mungkin juga sudah dapat ditemukan
pembesaran dari hati dan limpa.
Diagnosis
• Tes serologik Widal mengandalkan kenaikan titer
serologik minimal empat kali dari semula atau gejala klinik
yang ditunjang oleh kenaikan titer yang diatas angka rata-
rata penduduk sehat setempat. Banyak kekurangan dari
tes ini tetapi kemudahan dalam pelaksanaannya membuat
tes ini bertahan.
• Tes cepat Tubex antigen somatik O9 S.typhi ternyata
lebih sensitif dari tes Widal dan pada saat ini mulai banyak
digunakan hanya sayang masih terbatas untuk S.typhi dan
tidak dapat merekam kelompok kuman paratifi.
• Bakteriologi merupakan cara diagnostik paling ideal.
Kuman dapat diisolasi dari darah, sumsum tulang, tinja,
urin, maupun bercak merah di kulit.
• Polymerase chain reaction (PCR) dianggap masih sulit dan
mahal
Pengobatan
• Obat terpilih saat ini adalah golongan kuinolon,
yang cepat dapat menurunkan demam, jarang
penderitanya menjadi carrier dan efek samping
obat tergolong ringan. Sejak dahulu sampai saat
ini obat ini belum diijinkan secara formal untuk
digunakan padaanak..
• Selain itu golongan kloramfenikol dan
cephalosporin juga dapat digunakan.
• Untuk kelompok umur muda ini dapat digunakan
obat sefalosporin generasi tiga seperti
parenteral seftriakson atau oral sefiksim
2. Demam rheumatik
• Penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang rentan.
• Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit inr ditandai oleh
inflamasi endokardium dan miokardium melaiui proses
autoimun sehingga menyebabkan kerusakan jaringan.
• Insidens tertinggi ditemukan pada anak usia 5-15 tahun.
• Inflamasi berat dapat mengenai perikardium.
• Valvulitis merupakan tanda utama karditis reumatik :
– katup mitral (76%),
– katup aorta (13%), dan
– katup mitral+ aorta (97%).
3-4. Hepatitis
• Hepatitis adalah inflamasi hepar yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
• Penyebab hepatitis bervariasi, dimulai dari
autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol,
dan lain-lain.
• Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik
yang dominan menyerang hepar. Hepatitis
jenis ini paling sering disebabkan oleh virus
hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
Hepatitis A
• Hepatitis A Virus (HAV) ditularkan melalui
fekal oral, dengan kata lain dari konsumsi air
dan makanan yang terkontaminasi oleh HAV.
Virus terkandung dalam tinja penderita mulai
dari 2-3 minggu sebelum dan 1 minggu
sesudah timbulnya ikterik.
• Semua hepatitis virus akut, apapun virus penyebabnya
dapat dibagi ke dalam 4 fase: fase inkubasi, fase
simtomatik preikterik, fase simtomatik ikterik
(jaundice dan sklera ikterik), dan fase konvalesen.
• Fase inkubasi tidak bergejala. Infektifitas tertinggi,
dimana partikel virus beredar dalam darah, terjadi
mulai dari akhir fase asimtomatik pada periode
inkubasi hingga fase awal gejala klinis.
• Fase preikterik ditandai dengan gejala konstitusional
seperti malaise, mual, dan penurunan nafsu makan.
Gejala lain seperti penurunan berat badan, demam
yang tidak begitu tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri
sendi, muntah, dan diare merupakan gejala-gejala
lainnya yang tidak selalu muncul.
• Setelah ikterik muncul, biasanya gejala-gejala
konstitusional yang dialami oleh pasien akan
menghilang. Ikterik pada hepatitis lebih didominasi
oleh peningkatan bilirubin direk (terkonjugasi). Oleh
karena itu, pada pasien akan ditemui tanda urine yang
berwarna gelap. Kerusakan hepatosit akan
menyebabkan gangguan pada konjugasi bilirubin
indirek, sehingga hiperbilirubinemia yang tidak
terkonjugasi juga bisa meningkat. Fase ikterik pada
hepatitis A biasa terjadi pada orang dewasa, tetapi
tidak pada anak-anak.
• Dalam beberapa minggu hingga bulan semua gejala
dan tanda hepatitis seperti ikterik dan gejala sistemik
lainnya akan menghilang begitu memasuki fase
konvalesens.
Marker Hepatitis B
5. HIV-TB
• Pasien dengan HIV dapat merubah presentasi
klinis dari penyakit TB
• Menurut International Standard For Tubersulosis
Care (ISTC) :
– Pemeriksaan HIV diindikasikan pada semua penderita
TB di daerah dengan prevalens HIV tinggi.
– Pada daerah dengan prevalens HIV rendah,
pemeriksaan HIV diindikasikan pada mereka dengan
tanda dan gejala yang berhubungan dengan HIV atau
pasien TB dengan risiko tinggi terpajan virus HIV
HIV-TB
Terdapat beberapa karakteristik TB pada pasien
dengan infeksi HIV lanjut (khususnya CD4<200/mm3 )
yang perlu diperhatikan, karena perbedaan temuan
dengan kasus TB pada umumnya:
• Pemeriksaan sputum sering negatif
• Pemeriksaan tuberkulin dapat menjadi negatif
• Pada pemeriksaan foto thoraks lebih umum terlihat
gambaran TB milier dan efusi pleura dibandingkan
dengan pasien imunokompeten.
Prinsip Pemberian ARV dan OAT
6. Hepatoma
• Hepatoma merupakan keganasan hati
• Berbagai penyebab hepatoma adalah
– Infeksi kronik hepatitis Bsirosis hepatoma
– Resistensi insulin non alcoholic liver disease
(NAFLD) sirosis hepatoma
– Konsumsi alkohol alcohlic liver disease sirosis
hepatoma
• Gejala yang akan dialami pasien dengan
hepatoma adalah: ikterik, ascites, mudah memar
(gangguan koagulasi), penurunan berat badan
dan nyeri abdomen.
6. Hepatoma
• Tipe hepatoma paling umum adalah
hepatocellular carcinoma
• Metode diagnostik yang dapat digunakan
meliputi: pemeriksaan kadar Alfa fetoprotein
(AFP). AFP merupakan penanda tumor yang akan
meningkat pada beberapa kasus seperti:
hepatocelluler carcinoma, germ cell tumor dan
kanker metasatasis hati. Selain itu pemeriksaan
CT-scan dengan kontras juga pilihan metode
diagnostik.
7. Target Lipid
• Pada pasien dengan
hipertensi dan memiliki
penyakit jantung
koroner, maka target
utama dari pengobatan
adalah kolesterol LDL.
• Trigliserida memberikan
tambahan informasi
untuk pertimbangan
diagnosis dan pilihan
terapi
ESC/EAS Guidelines for the management
of dyslipidaemias 2011
ESC/EAS Guidelines for the management
of dyslipidaemias 2011
8. Ulkus peptikum
• Ulkus peptikum adalah suatu penyakit dimana
terjadinya kerusakan integritas mukosa
lambung atau duodenum yang menyebabkan
luka karena inflamasi aktif.
Etiologi
• Infeksi H. pylori
• Penggunaan Obat: Penggunaan NSAIDs adalah penyebab
paling umum dari ulkus peptikum. Penggunaan NSAID serta
kortikosteroid dapt mengganggu mekanisme pertahanan
lambung.
• Faktor gaya hidup: Merokok dapat meningkatkan
pengosongan lambung serta mengganggu produksi
bikarbonat pancreas. Selain itu konsumsi alcohol
meningkatkan erosi lambung
• Stres Fisiologis: Trauma mayor, luka bakar hebat
• Faktor fisiologis
• Genetik
• Status hipersekresi: Gastrinoma, cystic fibrosis, dll.
Gejala
• Berdasarkan anamnesis bisa didapatkan:
• Nyeri epigastrium (pada ulkus duodenum 90 menit-3
jam setelah makan, nyeri yang diperbaiki oleh antacid
atau makanan, nyeri muncul pada tengah malam).
Pada ulkus gaster, nyeri diinisiasi oleh makanan
• Mual/muntah
• Dyspepsia menetap
• Perut kembung
• Riwayat pemakaian NSAIDs
• Disfagia
• Hematemesis/melena
Terapi
Terapi H Pylori
• Triple therapy:
• Bismuth + metronidazole + tetrasiklin
• Ranitidine + tetracycline +
clarithomycin/metronidazole
• Omeprazole + Clarythromycin +
Metronidazole/amoxicillin
9-10. Tuberkulosis
Efek Ssamping OAT
MAYOR Kemungkinan Penyebab HENTIKAN OBAT
Gatal & kemerahan Semua jenis OAT Antihistamin & evaluasi
ketat
Tuli Streptomisin Stop streptomisin
Vertigo & nistagmus (n.VIII) Streptomisin Stop streptomisin
Ikterus Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT s.d.
ikterik menghilang,
hepatoprotektor
Muntah & confusion Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT & uji
fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Stop etambutol
Kelainan sistemik, syok &
purpura
Rifampisin Stop rifampisin
Minor Kemungkinan Penyebab Tata Laksana
Tidak nafsu makan, mual,
sakit perut
Rifampisin OAT diminum malam
sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Aspirin/allopurinol
Kesemutan s.d. rasa
terbakar di kaki
INH Vit B6 1 x 100 mg/hari
Urine kemerahan Rifampisin Beri penjelasan
11. Marker Jantung
• Cardiac troponins berperan petning dalam
mengakkan diagnosis dan stratifikasi risiko.
Khususnya marker berguna dalam membedakan
NSTEMI dan ubstable angina
• Troponins merupakan pemeriksaan yang lebih
spesifik dan sensiti dibandingkan marker lain
seperti: creatine kinase (CK), isoenzyme MB (CK-
MB), dan myoglobin.
• Setelah cedera jantung, troponin dapat
meningkat dalam 2-4 jam dan bertahan selama 7
hari
Daftar Pustaka: ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes
in patients presenting without persistent ST-segment elevation
12. Kolelitiasis
• Kolelitiasis adalah adanya
batu pada saluran
kantung empedu
• Gejala:
– Mual
– Nyeri regio perut kanan
atas
– Nyeri khususnya dipicu
makanan berlemak
– Jika disertai infeksi
sekunder,d apat
menyebabkan gejala
demam, dan menggigil.
• 4F: female, fat, forty dan
fertile
Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan
Fisis
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis Terapi
Nyeri epigastrik
Kembung
Membaik dgn makan
(ulkus duodenum),
Memburuk dgn
makan (ulkus
gastrikum)
Tidak spesifik Urea breath test (+):
H. pylori
Endoskopi:
eritema (gastritis
akut)
atropi (gastritis
kronik)
luka sd submukosa
(ulkus)
Dispepsia PPI:
ome/lansoprazol
H. pylori:
klaritromisin+amoksi
lin+PPI
Nyeri epigastrik
menjalar ke
punggung
Gejala: mual &
muntah, Demam
Penyebab: alkohol
(30%), batu empedu
(35%)
Nyeri tekan &
defans, perdarahan
retroperitoneal
(Cullen:
periumbilikal, Gray
Turner: pinggang),
Hipotensi
Peningkatan enzim
amylase & lipase di
darah
Pankreatitis Resusitasi cairan
Nutrisi enteral
Analgesik
Nyeri kanan atas/
epigastrium
Prodromal (demam,
malaise, mual) →
kuning.
Ikterus,
Hepatomegali
Transaminase,
Serologi HAV, HBSAg,
Anti HBS
Hepatitis Akut Suportif
Nyeri kanan atas/
epigastrium
Risk: Female, Fat,
Fourty, Hamil
Prepitasi makanan
berlemak, Mual,
TIDAK Demam
Nyeri tekan
abdomen
Berlangsung 30-180
menit
USG: hiperekoik dgn
acoustic window
Kolelitiasis Kolesistektomi
Asam
ursodeoksikolat
Nyeri epigastrik/
kanan atas menjalar
ke bahu/ punggung
Mual/muntah,
Demam
Murphy Sign USG: penebalan
dinding kandung
empedu (double
rims)
Kolesistitis Resusitasi cairan
AB: sefalosporin gen.
3 + metronidazol
Kolesistektomi
13. Osteoporosis Primer
• Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut menjadi:
– Tipe I (pasca menopause)
Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan begitu,
dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena
kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam
tulang pada wanita.
– Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia. Hilangnya massa tulang
kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan
oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya
tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali
lebih sering menyerang wanita.
• Vitamin D berperan penting dalam absorbsi
kalsium yang akhirnya berhubungan dengan
metabolisme kalsium tulang.
• Pada kondisi kekurangan aktivasi vitamin D
seperti pada orang tua dan penyakit ginjal
kronik, maka akan terjadi pengeroposan
tulang sebagai akibat dari resorbsi tulang
untuk mengkompensasi kadar kalsium tulang.
• 7-dehydrocholesterol merupakan prekursor
vitamin D3 pada lapisan epidermis kulit.
Setelah mengalami reaksi elektrocyclic akibat
paparan terhadap UVB akan membentuk
cholecalciferol. Cholecalciferol akan
dihodroksilasi di hati untuk membentuk
calcifediol langkah terakhir adalah
hidroksilasi oleh ginjal menjadi calcitriol
(bentuk aktif dari vitamin D3)
14. Graves Disease
Tirotoksikosis: manifestasi peningkatan hormon
tiroid dalam sirkulasi. Hipertiroidisme:
tirotoksikosis yang disebabkan oleh kelenjar
tiroid hiperaktif.
Trias:
• Hipertirioidsme: pembesaran tiroid hiperfungsional difus.
• Optalmopati infiltratif menghasilkan exophthalmos.
• Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut mixedema
pretibial.
Indeks Wayne utk pasien dengan hipertiroidisme
• Skor>19
hipertiroid
• Skor<11
eutiroid
• Antara 11-
19equivocal
Faktor Risiko & Etiologi
• Kerentanan Genetis
• Infeksi
• Gender
• Stress
• Kehamilan
• Iodin dan obat-obatan
• Iradiasi
Patofisiologi
• Autoimunitas sel limfosit B & T ke antigen:
– Tiroglobulin
– Peroksidase tiroid
– Na+I- simporter
– Reseptro tirotropin
• Hyperthyroidism:
Tes Fungsi Tiroid
↑TSH, ↓T4 Hipotiroid
↑TSH, T4 normal Hipotiroid subklinis,
hipotiroid dalam
perawatan.
↑TSH, ↑ T4 TSH secreting tumor,
resistensi hormon tiroid
↓TSH, ↑T4 atau ↑T3 Hipertiroid
↓TSH, T4 & T3 normal Hipertiroid subklinis
↓TSH, ↓T4 dan ↓T3 Sick euthyriodism,
gangguan pituitari
TSH normal, T4 abnormal Perubahan TBG, gangguan
laboratorium,
amiodaron,tumor TSH
pituitari.
Preferensi tes dengan fT4
dan fT3 dibanding T4 dan
T3 total karena tidak
dipengaruhi level TBG
Tata Laksana
• Terapi Obat Antitiroid
– Titrasi
– Blok dan subtitusi (atau blok – suplemen)
• Tiroidektomi
– Dikerjakan dalam kondisi eutiroid klinis maupun
biokimiawi.
• RAI – radioactive iodium
15. Abses Paru
• Abses paru merupakan nekrosis jaringan paru
dengan pembentukan kavitas dengan ukuran
umumnya diatas 2 cm.
• Kavitas mengandung debris nekrotik dan
cairan akibat infeksi bakteri.
• Berbagai penyebab abses paru adalah
pneumonia, emboli sptik, vasculitis.
• Gejala: batuk, demam, keringat malam.
• Diagnosis dari abses paru:
– Gejala klinis
– Pemeriksaan lab (peningkatan LED, sputum,
aspirasi transbronkial)
– Pemeriksaan radiologis (xray: abses terlihat pada
sisi unilateral melibatkan lobus atas dan segmen
apikal dari lobus bawah)
16. Leptospira
• Penyakit infeksi zoonotik yang disebabkan oleh
Leptospira patogen
• Faktor risiko:
– Pekerjaan; berkontak secara langsung & tidak
langsung dengan urin atau jaringan binatang yang
infeksius
– Bidang pertanian, konstruksi, pembersih selokan,
laboratorium, dokter hewan, pekerja tambang, dan
tentara
– Aktivitas berenang, memancing,di dalam air
terkontaminasi & bencana alam (banjir)
Perjalanan penyakit leptospira
Gejala
• Keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya
• Ruam kulit
• Sakit kepala terutama bagian frontal
• Nyeri otot
• Mata merah
• Batuk, nyeri dada
• Mual dan muntah
• Kadang ikterik
• Penggalian riwayat aktivitas atau pekerjaan
Tata laksana
• Tata laksana suportif  pemantauan ketat tanda-tanda vital,
tanda-tanda dehidrasi, perdarahan, keseimbangan cairan,
elektrolit, asam basa
• Indikasi rawat inap  ikterus, gagal ginjal, atau
trombositopeni
Antibiotik:
• Leptospirosis ringan
– Doxycycline 100 mg PO atau
– Amoxicillin 500 mg PO atau
– Ampicillin 500 mg PO
• Leptospirosis sedang/berat
– Penicillin 1,5 juta unit IV/IM per 6 jam atau
– Ceftriaxone 1 gram/hari IV atau
– Cefotaxime 1 gram IV per 6 jam
17-18. Demam Berdarah
• Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes terutama Ae. aegypti.
• Virus dengue (DEN-V) terdiri atas 4 serotipe yaitu DEN
1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Semua serotipe tersebut
terdapat di Indonesia
• Gejala klinis infeksi dengue bervariasi mulai dari yang
paling ringan berupa flu-like syndrome hingga sindrom
renjatan dengue (SRD) dan kematian. Angka kesakitan
dan kematian akibat DBD di Indonesia masih tinggi.
Kematian terutama disebabkan renjatan hipovolemik
akibat kebocoran plasma dari intravaskular ke ruang
ekstravaskular akibat disfungsi endotel.
Demam Dengue
A. Demam Dengue (DF)
Probable demam akut dengan 2 atau lebih tanda
berikut :
• Nyeri kepala
• Nyeri retroorbital
• Arthralgia
• Rash
• Manifestasi perdarahan
• Leukopenia, DAN
• IgM ELISA (+)
• Confirmed kasus yang telah terkonfirm dengan
kriteria lab.
B. Demam Berdarah Dengue (DHF)
Empat tanda berikut di bawah ini harus ada :
• Demam, atau riwayat demam, biasanya bifasik.
• Kecenderungan perdarahan yang ditandai dengan
tes tornikuet (+), peteki/purpura/ekimosis,
perdarahan mukosa/GIT, hemateemesis/melena.
• Trombositopenia ( < 100.000 sel/cc)
• Bukti adanya kebocoran plasma yang
bermanifestasi sebagai berikut:
– Peningkatan hematokrit > 20%
– Penurunan hematokrit > 20% setelah pemberian
cairan
– Adanya efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Derajat keparahan DHF
• DHF grade 1 : demam + gejala nonspesifik
konstitusional (anorexia, muntah, dll) + tes tornikuet
(+)
• DHF grade 2 : sama seperti grade 1, ditambah gejala
perdarahan spontan mukokutan atau GIT (melena,
perdarahan gusi, petekie, dll)
• DHF grade 3 (DSS) : ditandai oleh gejala kegagalan
hemodinanik seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt
), hipotensi (<120 mmHg), dan akral dingin.
• DHF grade 4 (DSS) : adanya shock dengan tekanan
darah dan nadi yang tidak terukur.
19-20. Diagnosis Diabetes
• Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
penyandang diabetes. Kecurigaan kearah
diabetes mellitus perlu dipikirkan apabila
terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
• Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain dapat berupa: lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui tiga cara:
• Keluhan klasik + pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥
200 mg/dL. Glukosa plasma sewaktu adalah hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir.
• Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik. Glukosa darah puasa artinya pasien
tidak mendapatkan tambahan kalori sedikitnya 8 jam
sebelum pemeriksaan.
• Pemeriksaan glukosa 2 jam pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban 75 gram glukosa ≥ 200 mg/dL .
Pemeriksaan ini lebih sensitif dan spesifik dibanding
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan karena sulit untuk
dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang
dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
21-22. Gagal Jantung dan Murmur
23. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
• Kreatinin merupakan marker penanda fungsi
ginjal yang telah umum digunakan. Kreatinin
merupakan hasil produksi hepar dari metilasi
glycoyamine.
• Kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi
glomerolus Ginjal, karena itu merupakan
penanda yang baik untuk penurunan fungsi
filtrasi glomerolus.
• Jika terjadi penurunan filtrasi, maka akan terjadi
peningkatan creatinin darah
24. Disentri Basiler
• Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja.
Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa
terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama,
dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Gejala:
• Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
• Muntah-muntah.
• Anoreksia.
• Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
• Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku
kuduk, halusinasi).
25. Infeksi saluran kencing
• Sistitis: disuria, frekuensi, urgensi, nyeri
suprapubik, urin bau & kelabu.
• Pyelonefritis: demam, menggigil, mual, muntah,
nyeri abdomen, diare, silinder leukosit.
• Uretritis: disuria, frekuensi, pyuria.
Urinalisis sebaiknya menggunakan urin pagi hari
karena urin terakumulasi sepanjang malam
sehingga lebih banyak kelainan, seperti silinder
atau nitrit, yang dapat ditemukan untuk
diagnostik.
• Pielonefritis merupakan infeksi pada ginjal,
umumnya disebabkan karena penjalaran infeksi
ascending dari UTI dibawah.
• Gejala yang dialami apsiena dalah demam, nyeri
pinggang, dan mual.
• Pada pemeriksaan lab dapat dijumpai:
leukositosis, Pemeriksaan urin: bakteriuria,
hematuria, silinder, pyuria.
• Terapi: Ciprofloksasin selama 7 hari atau TMP-
SMX selama 14 hari
26. ARB
Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, Fagard R, Germano F et al. 2007 Giudelines for the
management of arterial hypertension. The task force for the management of arterial hypertension of european
society of hypertension (ESH) and of the european society of cardiology (ESC). European heart Journal 2007;
28: 1462-1536.
• Pasien tanpa keadaan komorbid tertentu dapat
menggunakan diuretik golongan thiazide.
• Diuretik thiazide dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini
pertama pada sebagian besar kasus hipertensi.
• ACE Inhibitor merupakan pengobatan yang rasional untuk
pasien dengan angina, risiko tinggi penyakit jantung
koroner, penyakit ginjal kronis dan diabetes.
• ARB dengan indikasi yang sama seperti ACE-Inhibitor
merupakan pilihan yang populer dikarenakan minimnya
efek samping seperti batuk (ditemukan pada 10%
penyandang hipertensi yang mengkonsumsi ACE-I). ARB
juga terbukti mengurangi kejadian kardiovaskular pada
individu risiko tinggi.
1. ACE-I (kaptopril, lisinopril): Bradikinin & substansi P  batuk
2. ARB (valsartan, losartan): Tidak menyebabkan batuk
27. Kelenjar Paratiroid
• Terdapat 4 kelenjar paratiorid
yang terletak pada bagian
psoterior kelenjar tiroid
• Kelenjar parathyorid
bertanggungjawab pada
menjada keseimbangan
kalsium:
– Tulang: menstimulasi
pelepasan kalsium, resoorpsi
kalsium oleh osteoklas
– Ginjal: menstimulasi absorpsi
kalsium, meningkatkan
absorbsi kalsium di usus
• Hyperparathyroid dibagi menjadi dua:
– Hyperparathyroid primer: Hasil dari hiperfungsi
kelenjar parathyroid akibat adenoma, hyperplasia
atau kadang carcinoma kelenjar parathyroid
– Hyperparathyroid sekunder merupaka kelainan
fisiologis akibat berbagai keadaan yang
menyebabkan hypocalcemia. Penyebabnya adalah
defisiensi vitamin D (akibat kurangnya paparan
sinar matahari) atau penyakit ginjal kronik.
28. Gout
29. Pankreatitis akut
• Pankreatitis akut merupakan peradangan pada
pankreas, umumnya disebabkan oleh batu empedu ,
konsumsi alkohol atau hypertrygliseridemia.
• Gejala:
– Nyeri abdomen bagian atas
– Mual, muntah
– demam
• Pemeriksaan penunjang:
– serum amilase dan lipase, enzim hati, kolesterol dan TG.
– USG: dapat mengidentifikasi penyebab dari pankreatitis
seperti batu empedu
30. Koma Miksedema
• Koma miksedema merupakan keadaan
dekompensasi dari hipotiroid.
• Gejala koma miksedema meliputi: penurunan
kesadaran, hypothermia,hipotensi, bradikardia.
• Miksedema adalah deposit jaringan konektif
(glycosaminoglycan, asam hyaluronic) pada kulit.
Tidak harus dijumpai pada keadaan koma
hypothyroid namun merupakan sebuah
fenomena yang dapat ditemui.
• Terapi: salah satu terapi berupa pemberian
levothyroxine IV.
ILMU BEDAH DAN ANASTESIOLOGI
Treatment
• Udara yang terkumpul
di rongga pleura tidak
dapat keluar lagi
• Tekanan pada
mediastinum,paru dan
pembuluh darah besar
meningkat
• Menyebabkan paru
pada bagian yang
terkena kolaps
• ABC’s dengan c-spine
control sesuai indikasi
• Needle Decompression
pada bagian yang
terkena
• Oksigen aliran
tinggibag valve mask
• Atasi syok karena
kehilangan darah
• Memberitahukan RS dan
unit trauma secepatnya
Pemasangan WSD
http://www.trauma.org/index.php/main/article/199/
31. Tension Pneumothoraks
32. Supracondylar Fracture
• Fraktur siku tersering
pada anak-anak
– Usia < 8 tahun
• Mekanisme
– Extension (95%) vs
flexion
– Posisi menahan dengan
tangan ekstensi
– Posisi menahan dengan
siku fleksi
Mechanism
Clinically
• Mild swelling to gross deformity
• Arm held to side, immobile,
extension
• S-shaped configuration
 angulasi lengan atas
• Gartland
– I - nondisplaced
– II - displaced with intact posterior cortex
– III - displaced fracture, no intact cortex
• A: posteromedial rotation of distal fragment
• B: posterolateral rotation
Gartland type I
Gartland type II
Gartland type III
Management
• If NeuroVascular compromise - urgent ortho
consult
• If no response from ortho in 60 min may
attempt 1 reduction
• Watch brachial artery and median nerve
• Gartland I – splint+ sling and ortho f/u 24h
• Gartland II - controversy but most get pinned
• Gartland III - closed reduction and pin
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/fractures/Supracondylar
_fracture_of_the_humerus_Emergency_Department/
Supracondylar Fracture-Reduction
U-slab
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00513
• Conservative treatments take longer time,
risk of malunion, need more radiographic
examination
• Surgery is the treatment of choice
• Temporary immobilization with arm-sling,
surgery as soon as possible
Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 3rd Edition
Lippincott Williams & Wilkins 2006
33. Gallbladder Disorder
Kolangitis
• Infeksi pada traktus
biliaris
• Trias Charcoat
– Demam
– Nyeri perut
kuadran kanan
atas
– Kuning/ikterik
• Pemeriksaan:
• USG Abdomen
• Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography
(ERCP)
• Magnetic resonance
cholangiopancreatography
(MRCP)
• Percutaneous transhepatic
cholangiogram (PTCA)
• Pemeriksaan lab:
• Kadar Bilirubin
• Kadar enzim hati/tes fungsi hati
• Leukosit/White blood count
(WBC)
Disorder Clinical Feature
Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic enzyme levels,
malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC)
sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine
position,Profuse vomiting, fever(ACUTE)
Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below
the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice,
Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over
30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper
quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones
on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis  at least one gallstone in the common bile duct
Pancreatic
Tumor
>50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay-
colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder
(ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting,
Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood
vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere
on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
34. Blunt Abdominal Trauma
• Signs of intraperitoneal injury
– Nyeri Abdominal, iritasi peritoneum
– Distensi  karena pneumoperitoneum,
Pembesaran gaster, atau terjadi ileus
– Ekimosis daerah pinggang (gray-turner
sign) atau umbilikus(cullen's sign)
retroperitoneal hemorrhage
– Kontusio Abdominal – seat belts sign
– Bising usus ↓mengarahkan pada
trauma intraperitoneal
– RT: Darah atau emfisema subkutan
http://regionstraumapro.com/post/663723636
The type of injury will depend on whether the organ injured is
solid or hollow.
Hollow and Solid Organs
• hollow organs include:
– stomach
– intestines
– gallbladder
– bladder
 solid organs
include:
 liver
 spleen
 kidneys
Abdominal Injuries
Ruptur organ berongga
• Akan mengeluarkan udara
dan cairan/sekret GIT yang
infeksius
• Sangat mengiritasi
peritoneumperitonitis
Ruptur Organ Solid
• Menyebabkan perdarahan
internal yang berat
• Darah pada rongga
peritoneum peritonitis
• Terlihat gejala syok akibat
perdarahan hebat
– Gejala peritonitis dapat tidak
terlalu terlihat
35. Urolithiasis
• Batu pada saluran kemih
• Tanda:
– Nyeri pinggang
– Irritative voiding symptom
– mual
– Hematuria mikroskopik
• Kristal urin dapat ditemukan
pada urinalisis: kalsium oksalat,
asam urat, sistein
• Diagnosis: IVP
optimized by optima
36. Trauma Uretra
• Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
– Terdapat trauma
disekitar traktus
urinarius terutama
fraktur pelvis
– Retensi urin setelah
kecelakaan
– Darah pada muara OUE
– Ekimosis dan hematom
perineal
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
• Don't pass a diagnostic
catheter up the patient's
urethra because:
– The information it will give
will be unreliable.
– May contaminate the
haematoma round the
injury.
– May damage the slender
bridge of tissue that joins
the two halves of his
injured urethra
• Retrograde
urethrography
– Modalitas pencitraan yang
utama untuk mengevaluasi
uretra pada kasus trauma
dan inflamasi pada uretra
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
Posterior urethral rupture above the
intact urogenital diaphragm
following blunt trauma
Retrograde Urethrogram (RUG)
• Evaluasi uretra
anterior dan posterior
striktur, trauma
• Teknik:
– Kateter dimasukkan ke
fossa navicularis,
kontras dimasukkan
dan di foto
– Terdapat resistensi
pada uretra
membranosa dan
sphincter
Normal RUG
Static Cystourethrography
• Mengevaluasi lesi pada
vesikaruptur,
kebocoran, terutama
karena trauma
• Vesika diisi dengn
kontras menggunakan
lateter
– Foto AP dan oblique
(melihat ekstravasasi
pada vesika posterior
– Foto post voiding
Voiding Cystourethrogram
(VCUG)
• Evaluasi anatomi dan
fungsonal vesikar
• Biasanya untuk anak-
anak dengan ISK
berulang
Normal Male Cystogram
VCUG
37. Total Body Surface
Area
To estimate scattered burns: patient's palm
surface = 1% total body surface area
http://www.traumaburn.org/referring/fluid.shtml
Parkland formula = baxter formula
• Kebutuhan Cairan:
4 x 30 x 70 = 8400 ml
• 8 jam pertama
8400 ml / 2 = 4200ml
38. Tatalaksana Batu Ginjal
Batu Ureter
39. Hemoroid
Hemoroid eksterna Hemoroid Interna
Diluar anal canal, sekitar sphincter Didalam anal canal
Gejala terjadi karena thrombosis Gejala timbul karena perdarahan atau
iritasi mukosa
Tidak dapat dimasukkan ke dalam anal
canal
dapat dimasukkan ke dalam anal canal
sampai grade III
40.Kriptorkismus
• Kriptorkismus: testis tidak ada dalam skrotum dan
tidak dapat dimasukkan ke skrotum
• Ectopic: tidak melewati jalur turunnya testis
• Retraktil: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum dan dapat menetap tanpa tarikan
• Gliding: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum namun bila dilepas akan tertarik kembali
• Ascended: sebelumnya telah ada dalam skrotum lalu
tertarik ke atas secara spontan
• Testis yang tidak teraba
muncul sekitar 20-30%
pada pasien
kriptorkismus
• Hanya 20-40% dari
testis yang tidak teraba,
saat dioperasi benar-
benar tidak ada
41. Complications of Fracture Healing
• Delayed Union
– Poor blood supply or infection.
• Non-Union
– Bone loss or wound contamination.
• Malunion
– Bone healed in a nonanatomic position
– Can be angulated, rotated, or shortened
• Affect function?
• Likely to affect function?
• Consequences with or without treatment
• Fibrous Union
– Improper immobilization
• Avascular necrosis (AVN)
– the death of bone cells through lack of blood supply
 its internal blood supply is compromised
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/trauma/trauma_x-ray_page8.html
Avascular Necrosis
• Definisi
Hilangnya aliran darah ke
tulang sehingga
menyebabkan matinya sel-
sel tulang
• Kaput Femoris –
tersering
• Bahu – Caput humeri
• Odontoid (Neck)
• Scaphoid (Wrist)
• Lunate (Wrist)
• Talus (Ankle)
Etiologies
• Trauma
• Alcohol
• Steroids
• Diving (Caisson’s
Disease)
• Sickle Cell
• Idiopathic (up to 30% of
cases)
Risk Factor
• Alcoholism
• Pancreatitis
• Diabetes
• Gout
• Elderly
43. Gambaran Histologis
• Hemoroid  structur
vaskular dalam anal
canal
• Gambaran Histologis
– Epitel skuomosa
kolumnar simplex dan
eptel skuomosa
bertingkat dengan
pelebaran vena pada
lapisan lamina proria
dan submukosa
44. Luka Bakar
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn
prick test (+)
• Berat luka bakar:
• Ringan: derajat 1 luas <
15% a/ derajat II < 2%
• Sedang: derajat II 10-
15% a/ derajat III 5-
10%
• Berat: derajat II > 20%
atau derajat III > 10%
atau mengenai wajah,
tangan-kaki, kelamin,
persendian,
pernapasan
45. Management of Trauma Patient
Assessment of a Spinal Injury Patient
 Considerspinalprecautions
• CederaKepala
• Intoksikasi
• Trauma/jejasdiatasbahu
• Multipletrauma
 Maintainmanualstabilization
• Vest style versus rapid
extrication
• Maintain neutral alignment
• Increase of pain or resistance,
restrict movement in position
found
 Signs and Symptoms of a
Spinal Cord Injury
 ParalisisExtremitas
 Nyeri dengan atau tanpa
pergerakan
 Tenderness along spine
 Kesulitan bernapas
 Spinal deformity
 Priapism
 Posturing
 Loss of bowel or bladder control
 Nerve impairment to extremities
Airway Management
• Simple management
maneuvers
– Suction
– Chin lift
– Jaw thrust
• “Definitive airway:” Cuffed tube
in tracheaendotracheal tube
Pasien tidak sadar:
•GCS <9
•Obstruksi karena
– Lidah
– Aspirasi
– Benda asing
– Trauma Maksilofasial
– Trauma leher
•Management:
– Careful endoscopic exam
– Careful and gentle intubation, or
– Surgical airway?
• Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medula
spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
46. The Breast Lump
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu),
Peau d’orange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma
mammae
< 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides
Tumors
30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
• Treatment:
– Watchfull waiting
– Traditional open excisional biopsy
• Biopsy
– Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
– Untuk menentukan adanya suatu penyakit
Types of Biopsy Definitions
Excisional biopsy Bila seluruh massa atau area yang dicurigai dapat diangkat
Incisional biopsy
or core biopsy
Bila hanya sebagian jarinngan sebagai sampel, yang dapat
diangkat, dengan tetap mempertahankan gambaran
histologis jaringan dan sel yang diambil
Needle aspiration
biopsy
Bila sampel jaringan atau cairan diambil dengan jarum tanpa
mempertahankan gambaran histologisnya
Terminology Definitions
Enucleation Pengangkatan massa tanpa memotong atau mengiris massa
tersebuteye enucleation
Debulking Operasi pengangkatan bagian dari tumor ganas yang tidak
dapat diangkat semuanya, untuk meningkatkan efektivitas
dari radiasi atau kemoterapi
Extirpation Pengangkatan massa dari suatu organ atau jaringan
47. Abdominal Colic
Histologic Findings
• Makroskopic
– Kongesti dan udem.
– Dilatasi lumen yang mengandung pus,fecalith atau
keduanya.
– Serosa dilapisi dengan fibrin, eksudat fibrinopurulen atau
pus.
• Mikroskopik
– Ulserasi mukosa dan infiltrasi PMN, eosinofil, sel plasma,
dan limfosit, diseluruh lapisan dan seringkali sampai
lapisan serosa
– Pada stadium lanjut, proses inflamasi melibatkan seluruh
ketebalan dinding apendiks dengan nekrosis dinding
sebagian (perforasi)
Robbins Pathologic Basis of Disease, 6th ed. P.839-840.
Gejala
• Nyeri lutus
• Nyeri pada sendi
panggul bag.
belakang
• Sulit
menggerakkan
ekstremitas
bawah
• Kaki terlihat
memendek dan
dalam posisi
fleksi, endorotasi
dan adduksi
Risk Factor
• Kecelakaan
• Improper seating
adjustment
• sudden break in
the car
48. Posterior Hip Dislocation
netterimages.com
soundnet.cs.princeton.edu
49. Intracranial Hemorrhage
• Epidural hematoma:
– Interval lucid  decreased of
consciousness
– Etiology: trauma  rupture of a.
meningeal media
• Subdural hematoma
– Hemiparesis, decrease of
consciousness, cephalgia
– Etiology: trauma  rupture of bridging
vein in elderly or infant
• Subarachnoid hemorrhage (stroke)
– Thunderclap headache, meningeal
signs, decreased of consciousness
– Etiology: aneurysma rupture e.c. heavy
exertion/sexual intercourse
• Intracerebral hemorrhage
– Paresis, hypesthesia, ataxia, decreased
of consciousness
– Etiology: Hypertension,trauma
Misulis KE, Head TC. Netter’s concise neurology. 1st ed. Saunders; 2007
Tipe Perdarahan Lokasi Gejala/Tanda
Perdarahan
intraserebral
Perdarahan di dalam jaringan
otak
Nyeri kepala hebat, penurunan
tingkat kesadaran dalam 24-48jam,
hemiparesis/hemiplegia,
hemisensorik, pin point pupil (bila di
pons)
Perdarahan subdural Perdarahan antara duramater
dan arakhnoid
Sakit kepala, mual, muntah, vertigo,
papil edema, diplopia, hingga
penurunan kesadaran
Perdarahan epidural Perdarahan antara tengkorak
dan duramater, biasanya akibat
robekan pada a.meningens
Lucid interval (pada 20-50%),
hemiparesis, penurunan kesadaran
progresif, pupil anisokor
Edema otak merupakan keadaan-gejala patologis, radiologis, maupun tampilan
ntra-operatif dimana keadaan ini mempunyai peranan yang sangat
bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain shift) dan
peningkatan tekanan intrakranial
Perdarahan
intraventrikuler
Perdarahan ke dalam ventrikel otak. Gejala : nyeri kepala hebat, kaku
kuduk, muntah, letargi, penurunan kesadaran
50. Colles’ Fracture
• Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
• Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
• Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
• Typical deformity : Dinner Fork
• Deformity is : Impaction, dorsal
displacement and angulation, radial
displacement and angulation and avulsion of
ulnar styloid process
http://www.learningradiology.com
Colles’ Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
• Hampir berlawanan dengan Colles’ fracture
• Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
colles’
• Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
• Typical deformity : Garden Spade
• Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
• Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
• Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
• This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
51. Hipoksia
1) FULMINANT hypoxia (Arterial Po2<20mmHg)
(eg.aircraft loses cabin pressure above 30,000 feet and no supplemental O2 available)
Occurs in seconds Unconsciousness in 15-20 sec
Brain death in 4-5 min
2) ACUTE hypoxia (25mmHg<Arterial Po2<40mmHg)
(eg.altitudesof 18,000-25,000 feet)
Symptoms similar to those of ethyl alcohol(lack of coordination,slowed
reflexes,overconfidence)
Unconsciousness
Coma and death(in minutes to hours)
• if the regulatory mechanisms of the body are
inadequate
eventually
3) CHRONIC hypoxia (40mmHg<Arterial Po2<60mmHg)
(eg.at altitudes of 10,000-18,000 feet for extended periods of time)
• FOR EXTENDED PERIODS OF TIME!!!
• Most clinical causes of hypoxia are in these category
• Symptoms similar to those of severe fatigue
DYSPNEA
SHORTNESS OF BREATH + RESPIRATORY ARRHYTHMIAS
 Keluarnya caput humerus dari cavum gleinodalis
 Etio : 99% trauma
 Pembahagian
1. Dis. Anterior (98 %)
2. Dis.Posterior (2 %)
3. Dis. Inferior
 Mekanisme Trauma
1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba
2. Tarikan sendi bahu tiba-tiba
3. Tarikan & puntiran tiba-tiba
52. Dis.Bahu (D. Glenohumeralis)
Dislokasi Anterior
 Lengkung (contour) bahu berobah,
 Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna
 Teraba caput humeri di bag anterior
 Back anestesi  ggn n axilaris
 Radiologis  memperjelas D
 Rontgen Foto
 CT Scan
Dislokasi Posterior: Klinis
• Lengan dipegang di depan dada
• Adduksi
• Rotasi interna
• Bahu tampak lebih datar (flat and squared off)
53. Traktus Bilier
Disorder Clinical Feature
Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic enzyme levels,
malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC)
sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine
position,Profuse vomiting, fever(ACUTE)
Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below
the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice,
Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over
30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper
quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones
on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis  at least one gallstone in the common bile duct
Pancreatic
Tumor
>50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay-
colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder
(ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting,
Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood
vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere
on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
54. Hemorrhaegic Shock
55. Trauma Uretra
• Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
– Terdapat trauma
disekitar traktus
urinarius terutama
fraktur pelvis
– Retensi urin setelah
kecelakaan
– Darah pada muara OUE
– Ekimosis dan hematom
perineal
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
Uretra Anterior:
• Anatomy:
– Bulbous urethra
– Pendulous urethra
– Fossa navicularis
• Etiologi:
– Straddle type injuries
– Intrumentasi
– Fractur penis
• Gejala Klinis:
– Disuria, hematuria
– Hematom skrotal
– Hematom perineal akan timbul bila terjadi
robekan pada fasia Buck’s sampai ke dalam fasia
Colles‘‘butterfly’’ hematoma in the perineum
– will be present if the injury has disrupted Buck’s
fascia and tracks deep to Colles’ fascia, creating a
characteristic ‘‘butterfly’’ hematoma in the
perineum
• Therapy:
– Cystostomi
– Immediate Repair
Uretra Posterior :
• Anatomy
– Prostatic urethra
– Membranous urethra
• Etiologi:
– Fraktur tulang Pelvis
• Gejala klinis:
– Darah pada muara OUE
– Nyeri Pelvis/suprapubis
– Perineal/scrotal hematom
– RT Prostat letak tinggi atau
melayang
• Radiologi:
– Pelvic photo
– Urethrogram
• Therapy:
– Cystostomi
– Delayed Repair
56. Foreign Body Obstruction
Jackson (1936) membagi sumbatan
bronkus menjadi 4 tingkat
1. Sumbatan sebagian (bypass valve
obstruction=katup bebas)
• terdengar wheezing
2. Sumbatan seperti pentil, ekspirasi
terhambat, atau katup satu arah
(expiratory check valve obstruction)
• Stridor inspirasi
3. Seperti pentil namun hambatan
inspirasi (Inspiratory check valve)
• stridor ekspirasi
4. Sumbatan total (stop valve
obstruction)
• tidak terdengar stridor
Iskandar N. Sumbatan Traktus Trakeo-
bronkial. Buku ajar THT edisi 6 FKUI 2007
ILMU PENYAKIT MATA
57. Funduskopi
• Merupakan pemeriksaan untuk menilai fundus
okuli terutama retina dan papil saraf optik
– Papil
• Batas tegas, bulat lonjong, kabur
• Warna pucat atau merah jambu, ekskavasi
– Pembuluh darah retina
• Bentuk, jumlah, lurus atau berkelok, warna, titik persilangan,
spasme, rasio arteri dan vena
– Retina
• Eksudat, perdarahan, sikatrik koroid atau ablasi
• Makula lutea
Sidarta ilyas, Ilmu penyakit mata
58. Konjungtivitis Alergika
• Swelling (inflamation) or infection of the membrane
lining the eyelids
59. Glaukoma
• Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan bola mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
• Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang
• Jenis Glaukoma :
 Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral
dan diturunkan.
 Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya)
biasanya Unilateral
• Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem
drainase sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor
akueus ke sistem drainase (sudut tertutup)
• Pemeriksaan :
 Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)
 Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan
diskus
 Lapang pandang
 Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior → sudut terbuka atau sudut tertutup
• Pengobatan : menurunkan TIO → obat-obatan, terapi bedah atau laser
Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14
Types of Glaucoma
Causes Etiology Clinical
Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred
vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg),
conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated
nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no
history of glaucoma
Open-angle
(chronic)
glaucoma
Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache,
IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber
angles, Progressive visual field loss
Congenital
glaucoma
abnormal eye
development,
congenital infection
present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm,
buphtalmus (>12 mm)
Secondary
glaucoma
Drugs
(corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
Absolute
glaucoma
end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of
pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance.
Severe eye pain. The treatment → destructive procedure like
cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100%
alcohol
http://emedicine.medscape.com/article/1206147 www.wikipedia.org
60. Buta Warna
• Buta warna merah dan hijau  laki-laki
• Buta warna diturunkan melalui kromosom X
61. Ablasio retina
• Adalah lepasnya lapisan
dalam dari retina dari
lapisan epitelium pigment
(choroid)
• Gejala dan tanda
– Photopsia  sensasi
meliat kilat
– Gangguan lapang pandang
– Adanya sensasi seperti tirai
menutup pandangan
62. Konjungtivitis Bakterialis
63.Tatalaksana Glaukoma Akut
• Penurunan TIO  beta blocker, alpha 2-adrenergik
agonis, carbonic anhydrase
• Tekanan IO diturunkan dengan :
– Pilokarpin 2 % tiap menit selama 5 menit  tiap 1 jam
selama satu hari
– Asetazolamid 500 mg IV  tablet 250 mg/4 jam
• Nyeri dikurangi dengan  xilokain 2%
retrobulbar
• Pembedahan hanya untuk glaukoma sudut
sempit  iridektomi
64. Hifema
• Blood in the front (anterior) chamber of the eye a reddish tinge,
or a small pool of blood at the bottom of the iris or in the cornea.
• May partially or completely block vision.
• The most common causes of hyphema are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
• The main goals of treatment are to decrease the risk of rebleeding
within the eye, corneal blood staining, and atrophy of the optic
nerve.
• Treatment :elevating the head at night, wearing an patch and
shield, and controlling any increase in intraocular pressure. Surgery
if non-resolving hyphema or high IOP
• Complication: rebleeding, peripheral anterior synechiea, atrophy
optic nerve, glaucoma (months or years after due to angle closure)
65. TRAUMA KIMIA MATA
• Merupakan trauma yang mengenai bola
mata akibat terpaparnya bahan kimia baik
yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut
• Keadaan kedaruratan oftalmologi karena
dapat menyebabkan cedera pada mata,
baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan penglihatan
• Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang
bersifat asam (pH < 7) dan yang bersifat
basa (pH > 7,6)
• Pemeriksaan Penunjang :
 Kertas Lakmus : cek pH berkala
 Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan lokasi luka
 Tonometri
 Funduskopi direk dan indirek
• Klasifikasi :
 Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada
iskemik limbus (prognosis sangat baik)
 Derajat 2: kornea berkabut dengan
gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus
(prognosis baik)
 Derajat 3: epitel kornea hilang total,
stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat 1/2
iskemik limbus (prognosis kurang)
 Derajat 4: kornea opak dan sudah
terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus
(prognosis sangat buruk)
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
Trauma Kimia
Tatalaksana Emergensi :
 Irigasi : utk meminimalkan
durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan
menormalkan pH mata; dgn
larutan normal saline (atau
setara)
 Double eversi kelopak mata :
utk memindahkan material
 Debridemen : pada epitel
kornea yang nekrotik
Tatalaksana Medikamentosa :
 Steroid : mengurangi
inflamasi dan infiltrasi
neutrofil
 Siklopegik : mengistirahatkan
iris, mencegah iritis (atropine
atau scopolamin)  dilatasi
pupil
 Antibiotik : mencegah infeksi
oleh kuman oportunis
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf; Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas
• Removing the offending agent
– Immediate copious irrigation
• With a sterile balanced buffered solution
normal saline solution or ringer's lactate
solution
• Until the ph (acidity) of the eye returns to
normal
– Pain relief Topical anesthetic
• Promoting ocular surface(epithelial)healing
– artificial tears
– Ascorbate collagen remodeling
– Placement of a therapeutic bandage contact
lens until the epithelium has regenerated
• Controlling inflammation
– Inflammatory inhibits reepithelialization
and increases the risk of corneal ulceration
and perforation
– Topical steroids
– Ascorbate (500 mg PO qid)
• Preventing infection
– Prophylactic topical antibiotics
• Controlling IOP
– In initial therapy and during the later
recovery phase, if IOP is high (>30 mm Hg)
• Control pain
– Cycloplegic agentsciliary spasm
– Oral pain medication
The Goals Of
Management :
66. Konjungtivitis Klamidia
EPIDEMIOLOGY
• Adult chlamydial conjunctivitis is a
sexually transmitted disease (STD)
• All ages but particularly young adults
• More women than men affected C.
trachomatis serotypes D-K
Histopathology: basophilic intracytoplasmic
epithelial inclusion bodies (on Giemsa
staining)
SIGNS
• Preauricular lymphadenopathy
• Mucopurulent discharge
• Conjunctival injection
• Chemosis
• Follicular reaction (especially bulbar or
plica semilunaris follicles)
• Superior micropannus
• Fine or coarse epithelial or subepithelial
corneal infiltrates
SYMPTOMS
• Unilateral or bilateral involvement
• Purulent discharge, crusting of lashes,
swollen lids, or lids "glued together"
• Patient may also complain of:
◦ red eyes
◦ irritation
◦ tearing
◦ photophobia
◦ blurred vision
TREATMENT
Options include one of the following:
• Azithromycin 1000mg single dose
• Doxycycline 100mg BID for 7 days
• Tetracycline 100mg QID x 7 days (avoid in
pregnant women and in children)
• Erythromycin 500 mg QID x 7 days
Patient and sexual contacts should be
evaluated and treated for other STDs.
http://www.aao.org/theeyeshaveit/red-eye/chlamydial-conjunctivitis.cfm
67. Konjungtivitis Akut
• Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva
atau selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata
• Gejala khusus pada konjungtivitis adalah
sekret  hasil produksi sel goblet
68.Endophtalmitis
• Uveitis
– acute, sterile anterior segment inflammation
– develop symptoms within 12 to 24 hours of the surgery
– Red eye and painfull
– Slit lamp → increased cell and flare, hypopyon formation, diffuse corneal
edema
• Swelling of the macula (cystoid macular edema)
– between 2 and 12 weeks after cataract surgery
– vision becomes blurry after a period of clear vision
– Risk Factor:age-related macular degeneration, diabetic retinopathy
• Retinal detachment
– Fluid seeps through a tear in the retina
– shadow in field of vision, floaters or flashing lights
• Endophthalmitis
– Painful eyeball, Lid oedema, chemosis, conjunctival injection
– very poor vision
– sensitivity to light
– Purulent discharge → hypopyon, corneal infiltrates
NEUROLOGI & PSKIATRI
69. CT Scan
• CT scan merupakan pemeriksaan “gold standar” untuk
penegakkan diagnosis stroke
- Stroke hemorargik
Ct- scan merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya
untuk menegakkan diagnosis perdarahan akut
(terutama dalam seminggu pertama serangan stroke)
- Stroke iskemik
dalam satu jam pertama serangan stroke iskemik,
hanya <50% infark yang dapat terlihat  perlu
diffusion weighted MRI
CT – Scan pada Stroke Iskemik
• Stadium Hiperakut (<12
jam serangan)
– Normal 50-60%
– Arteri hiperdense (dense
MCA sign)
– Obstruksi pada nukleus
lentiformis
– Insular ribbon sign
• Acute : 12 – 24 jam
serangan
– Low density basal
ganglia
– Sulcal effacement
• 1 – 3 hari setelah
serangan
– Peningkatan massa
– Transformasi hemorargik
70. Meningitis TB
DIAGNOSIS ME TB
• ME TB bersifat subakut
• Gejala prodormal :
– Demam sub akut, malaise, nyeri
kepala, pusing, muntah dan
perubahan personaliti (muncul
beberapa minggu sebelumnya)
• Setelah prodormal selesai, pasien
akan menderita nyeri kepala
hebat, perubahan kesadaran,
stroke, hidrosefalus, dan
neuropati kranial
• Kejang jarang terjadi pada orang
dewasa  bila ada kemungkinan
meningitis bakterial atau virus
atau tuberkuloma serebri
• Kejang sering muncul pada pasien
anak (hampir 50% kasus)
• Penegakkan diagnosis berdasar
pada manifestasi klinis dan
pemeriksaan CSF
• Pada pemeriksaan CSF
didapatkan :
– Pleositosis dengan predominan
limfosit
– Total WBC 100 and 500 cells/μL.
– Pada fase awal, sel darah putih
dapat rendah dengan predominan
neutrofil
– Protein meningkat antara 100 dan
500 mg/dL,
– Glukosa rendah kurang dari
45mg/dL atau rasio CSF: plasma
<0.5
Marx GE, Chan ED. Tuberculous Meningitis : Diagnosis and Treatment Review. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis Research and
Treatment Volume 2011, Article ID 798764, 9 pages
TERAPI ANTIMIKROBIAL ME TB
71. Nyeri Pinggang Bawah
Neurologic exam
A. Deep tendon reflexes (knee
jerk – L4, ankle jerk – S1)
B. Straight-leg raise
C. Dorsiflexion of ankle during
straight-leg raise test increases
sciatic tension and pain
D. Plantar flexion at ankle during
straight-leg raise relieves
sciatic tension and pain
E. Ankle clonus
F. Consider rectal exam (for tone)
and check for perianal
sensation (cauda equina
syndrome
72. Afasia
Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami
bahasa
Tujuh komponen Wernicke-Geshwind Model • Stimulus auditif  sistem
audiktif  area auditif primer
di girus Hiscl (di kedua lobus
temporalis)  area auditif
primer di hemisfer yg dominan
 area asosiasi auditif
(Wernicke area)  informasi
diteruskan ke daerah enkoding
motorik (area Broca)
Afasia Global
Melibatkan seluruh daerah bahasa di fisura
Sylvii, pasien sama sekali tidak berbicara, atau
sepatah kata atau frasa yang diulang ulang,
artikulasi buruk, tidak bermakna
Afasia Broca (Lesi Frontal)
Pasien tidak bicara atau sedikit bicara,
memerlukan banyak usaha untuk
berbicara, miskin gramtik, menyisipkan,
mengimbuh huruf atau bunyi yg salah
Afasia Wenicke (Sensorik) – Lesi
Temporoparietal
Bicara terlalu banyak, kalimat yang
diucapkan tidak mempunyai arti
Afasia Transkortikal
73. Glasgow Coma Scale
74. Stroke
Stroke (WHO MONICA 1986)
Gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari
gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma ataupun infeksi.
Tanda dan Gejala Stroke (De Freitas et al 2009)
 Hemidefisit motorik
 Hemidefisit sensorik
 Penurunan kesadaran
 Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus
(XII) sentral
 Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan
berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual
(demensia)
 Buta separuh lapang pandang (hemianopsia)
 Defisit batang otak
Siriraj Stroke skor
75. Parkinson
• Jarang muncul sebelum usia 40 tahun, resiko meningkat dengan bertambahnya usia dan
mengenai 1-% pasien berumur di atas 65 tahun
•Faktor resiko parkinson :
• genetik
• terpapar pestisida
• kopi dan rokok menurunkan resiko terjadinya parkinson
Kerusakan pada
neuron penghasil
dopamine di
Substansia Nigra
Jalur nigrostriatal :
Dopamine ↓ di korpus
striatum
Produksi Dopamine ↓
Rigiditas, Bradykinesia,
Tremor, Gangguan berjalan
Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005
76. Sindrom Guillian Barre
Guillain-BarrĂŠ syndrome (GBS) is a group of autoimmune syndromes consisting of
demyelinating and acute axonal degenerating forms of the disease
77. Bells Palsy
• Paresis nervus VII perifer
idiopatik  ditemukan
pertama kali oleh Sir
Charles Bell ( 1774-1842)
• Etiologi
– Inflamasi pada nervus
fascialis di ganglion
geniculatum 
menyebabkan kompresi
dan akhirnya terjadi
iskemia dan demyelinisasi
– Penyebab inflamasi belum
dapat diidentifikasi,
dicurigai disebabkan oleh
infeksi HSV-1
Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
78. Hernia Nukleus Pulposus
• Penonjolan diskus intervertabralis dengan protusi dan
nukleus kedalam kanalis spinalis mengakibatkan penekanan
pada radiks atau cauda equina.
Tanda dan gejala :
1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu
atau dua ekstremitas.
2.Nyeri tulang belakang
3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung
kemih sebagian atau lengkap.
5. nyeri diperberat akibat peningkatan tekanan
cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat,
mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau
spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
79. Fungsi Otak
Korteks
serebri
-Lobus
oksipital
-Lobus
temporal
-Lobus
parietal
-Lobus
frontal
-Menerima dan memproses
informasi visual
- Penghidu, pendegaran,
keseimbangan, emosi dan motivasi ,
bahasa
- area asosiasi sensorik dan
kemampuan visuospasial
-Konsentrasi, kontrol emosi, area
motorik, tempat koordinasi semua
sinyal dari bagian otak, proses
pemecahan masalah yang kompleks,
kepribadian
Sistem
limbik
Hipokampus
Amygdala
Pembentukan memori baru
Mengatur emosi yang terkait
dengan self perservation
Central
core
-Medulla
oblongata
(medulla)
-Pons
-Cerebellum
-Hipotalamus
-Mengatur respirasi, nadi dan
tekanan darah
-Mengatur siklus bangun dan tidur
-Mengatur refleks, keseimbangan
dan mengkoordinasikan gerakan
-Emosi dan motivasi, reaksi
terhadap stres
80. Motion Sickness
• Perasaan mual dan pusing yang terjadi akibat
gerakan saat menaiki mobil, roller coaster
atau menaiki perahu
• Terkait dengan sistem keseimbangan yaitu :
– Telinga dalam
– Mata
– Reseptor di kulit
– Reseptor di sendi dan otot
– SSP
ILMU PSIKIATRI
81. Pemeriksaan status mental
• Adalah kesimpulan menyeluruh yang
mendeskripsikan hasil observasi dan kesan dari
pasien selama wawancara
• Status mental pasien dapat berubah dengan
waktu
• Status mental =
deskripsi: penampilan }
pembicaraan }
perilaku }
pikiran } pasien selama
wawancara
Pemeriksaan status mental
I. Deskripsi umum
1. Penampilan
2. Perilaku dan aktivitas
psikomotor
3. Sikap terhadap
pemeriksa
II. Mood dan afek
1. Mood
2. Afek
3. Keserasian afek
III. Ciri pembicaraan
IV. Persepsi
V. Isi pikiran dan arah
pikiran ( mental trends )
1. Proses / bentuk pikiran
2. Isi pikiran
VI. Kesadaran dan kognisi
VII. Pengendalian impuls
VIII. Daya nilai dan tilikan
IX. Taraf dapat dipercaya
Perasaan
( mood & afek )
• Mood = suasana perasaan
• emosi yang meresap dan terus menerus yang
mewarnai persepsi seseorang akan dunia.
• Deskripsi mood
Euthym : normal
Hypothym : murung-putus asa-depresif
Hyperthym : elasi-ekspansif-euforik-manik
Empty : kosong-hambar
Irritable : mudah tersinggung
Alexithymia : sulit mengungkapkan perasaan
• Afek :
Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari
ekspresi wajah, gerak tubuh, irama suara.
• Deskripsi Afek :
serasi / tidak serasi
luas  terbatas  tumpul  datar
labil/tegang/cemas
Pembicaraan & Penampilan
• Bicara dapat digambarkan didalam
kualitasnya, kecepatan produksi suara dan
kualitasnya.
• Penampilan: secara fisik, pakaian, cara
berjalan, rapi/ tidak, terurus/tidak
Tilikan
• Dalam arti sempit adalah pemahaman pasien terhadap penyakitnya
• Derajat tilikan:
1. Penyangkalan penyakit sama sekali
2. Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal
penyakitnya.
3. Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada
orang lain, pada faktor eksternal atau faktor organik
4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya
5. Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala
disebabkan gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tetapi TIDAK
menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa depan
6. Tilikan emosional sesungguhnya: Tilikan yang sehat, yakni sadar
sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motifasi untuk mencapai
perbaikan
82. Kompulsif
Kompulsif desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan
meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Jika dilakukan 
tindakan kompulsif
Isi pikir Isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya dipikirkan
seseorang: gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi.
arus pikir: cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan
asosiasi, yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses pikiran
mungkin logis dan koheren atau sama sekali tidak logis dan bahkan
tidak dapat dimengerti (termasuk neologisme, asosiasi longgar,
flight of ideas, tangensial, sirkumtansial)
Flight of ideas gagasan yang bertubi-tubi melompat dari satu topik ke topik lain
Obsesif gagasan, bayangan pikiran atau impuls yang timbul dalam pikiran
individu secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
83. Efek samping obat antipsikotik tipikal
Akatisis syndrome characterized by unpleasant sensations of inner
restlessness that manifests itself with an inability to sit still or
remain motionless. (a subjective disorder characterized by a desire
to be in constant motion resulting in an inability to sit still and a
compulsion to move.)
Rigiditas Stiffness or inflexibility.
Bradikinesia extreme slowness of movements and reflexes
Distonia akut sustained muscle contractions cause twisting and repetitive
movements or abnormal postures (characterized by intermittent
spasmodic or sustained involuntary contractions of muscles in the
face, neck, trunk, pelvis). Frequently a result of antiemetics
metoclopramide, typical antipsychotic eg. Chlorpromazine
Tardive
dyskinesia
an involuntary movement disorder characterized by repetitive
purposeless movements which typically involve the buccolingual
masticatory areas but which can include choreoathetoid limb
movement.
84-85. Sleep Disorder
• DSM-IV-TR divides primary sleep disorders
into:
– Dyssomnias: disorders of quantity or timing of
sleep
• Insomnia
• Hypersomnia
– Parasomnias: abnormal behaviors during sleep or
the transition between sleep and wakefulness.
• Sleep walking , night terror, nightmare
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
Sleep Disorder
• Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep. It is the
most common sleep complaint and may be transient or
persistent.
• Primary insomnia is commonly treated with benzodiazepines.
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
Insomnia
• According to severity:
– Mild: almost every night,
minimum impairment of
quality of life (QoL)
– Moderate: every night,
moderate impairment
QoL with symptoms
(irritability, anxiety,
fatigue)
– Severe: every night,
moderate impairment
QoL with more severe
symptoms of irritability,
anxiety, fatigue
• According to form of
presentation:
– Sleep onset/early
insomnia (difficulty
falling asleep)
– Sleep
maintenance/middle
insomnia (waking
frequently)
– End of sleep/late
insomnia (waking too
early)
86. Raptus
• Abulia: global underactivity (lack of motivation
or desire to perform a task) (eg: In stroke,
abulia results most often from damage to the
frontal lobes)
• Raptus: a pathological paroxysm of activity
giving vent to impulse or tension (as in an act
of violence)
• Halusinasi: Penginderaan/persepsi sensoris
tanpa adanya stimulus eksternal
• Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau
tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir
setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
• Merupakan sumber penderitaan atau mengganggu aktivitas
penderita
• Glutamatergic abnormalities in corticostriatal brain circuits
are thought to underlie obsessive-compulsive disorder
(OCD)
• Low GABA function is a consistent finding in mood
disorders. Highest concentrations of GABA are found in the
basal ganglia of the brain, followed by the hypothalamus,
hippocampus and amygdala
87.Obsesif-kompulsif
• Gejala-gejala obsesif :
1. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri
sendiri;
2. Sedikitnya ada 1 pikiran/tindakan yang tidak
berhasil dilawan;
3. Pikiran untuk melakukan tindakan tsb bukan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan
4. Gagasan, pikiran, atau impuls tsb harus
merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
Gangguan Neurotik
Predominan Tindakan Kompulsif (Obsessional Rituals)
• Tindakan kompulsif umumnya berkaitan dengan :
kebersihan (mencuci tangan), memeriksa berulang untuk
meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi
bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapian & keteraturan.
• Dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya
Gangguan Neurotik
Diagnosis Karakteristik
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan. Tanda utama: serangan
panik yang tidak diduga tanpa adanya stimulus.
Gangguan cemas
menyeluruh
Ansietas berlebih terus menerus disertai ketegangan motorik
(gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Gangguan konversi Merupakan gangguan disosiatif
Depresi afek depresif, hilang minat & kegembiraan, mudah lelah &
menurunnya aktivitas.
88-89. Kubler-Ross’ stages of griefing
1. Denial  deny the reality of the situation. It is a
defense mechanism that buffers the immediate
shock. block out the words and hide from the facts.
2. Anger  The anger may be aimed at God, complete
strangers, friends or family. Anger may be directed at
our dying or deceased loved one.
3. Bargaining
The third stage involves the hope that the individual
can somehow postpone or delay death. Usually, the
negotiation for an extended life is made with a higher
power in exchange for a reformed lifestyle (eg: God)
4. Depression
During the fourth stage, the grieving person begins to understand
the certainty of death. Because of this, the individual may become
silent, refuse visitors and spend much of the time crying and
grieving. This process allows the dying person to disconnect from
things of love and affection.
Eg: "I'm so sad, why bother with anything?"; "I'm going to die
soon so what's the point?"; "I miss my loved one, why go on?"
5. Acceptance  In this last stage, individuals begin to come to terms
with their mortality, or that of a loved one, or other tragic event
Eg."It's going to be okay."; "I can't fight it, I may as well prepare
for it."
90.Depresi
• Gejala lainnya:
1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
3. rasa bersalah & tidak berguna
yang tidak beralasan,
4. merasa masa depan suram &
pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
• Gejala utama:
1. afek depresif,
2. hilang minat &
kegembiraan,
3. mudah lelah &
menurunnya
aktivitas.
PPDGJ
Depresi
• Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu
• Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2
minggu.
• Episode depresif berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain > 2
minggu. Jika gejala amat berat & awitannya cepat,
diagnosis boleh ditegakkan meski kurang dari 2 minggu.
• Episode depresif berat dengan gejala psikotik: episode
depresif berat + waham, halusinasi, atau stupor depresif.
PPDGJ
Depresi
• Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling efektif.
• The different antidepressant class adverse effect profiles make the
SSRIs more tolerable than the TCAs  SSRI is commonly used as
first line drug for major depression.
• Contoh:
– Sertraline dosis awal 1x50 mg
– Fluoxetine dosis awal 1x20 mg
91.Eksebisionisme
Istilah Keterangan
Sado-masokisme Preferensi terhadap aktifitas seksual yang menimbulkan rasa sakit
atau penghinaan. Pelaku disebut Sadism, Resipien disebut
masokism
Fetihisme Mengandalkan benda mati sebagai rangsangan untuk
membangkitkan keinginan seksual dan kepuasan seksual. Contoh :
pakaian dalam atau sepatu
Voyeurisme Kecenderungan berulang atau menetap untuk melihat orang yang
sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti
sedang menanggalkan pakaian
Ekshibisionisme Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan
alat kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis) atau pada orang
banyak ditempat umum
Nekrofilia Perilaku seksual terhadap mayat
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving
touching and rubbing against a nonconsenting person.
92. Sexual Dysfunction
• Sexual desire disorders
– Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
• Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual
fantasies and desire for sexual activity
– Sexual Aversion Disorder (SAD)
• Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of,
all (or almost all) genital sexual contact with a sexual partner.
• Sexual arousal disorders
– Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate lubrication-
swelling response of sexual excitement.
– Male Erectile Disorder
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate erection.
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
Sexual Dysfunction
• Orgasmic disorders
– Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
– Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm): sometimes called
inhibited orgasm or retarded ejaculation, a man achieves ejaculation
during coitus with great difficulty
– Premature Ejaculation
• Sexual pain disorders
– Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated with sexual
intercourse.
– Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the
vagina that interferes with penile insertion and intercourse.
• Sexual dysfunction due to general medical condition
• Substance-Induced Sexual Dysfunction
– With impaired desire/With impaired arousal/With impaired orgasm/With
sexual pain/With onset during intoxication
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
ILMU PENYAKIT KULIT DAN
KELAMIN
93. Urinary Tract Infection (UTI)
Pathophysiology
1. Infection spreads from renal pelvis to renal cortex
2. Kidney grossly edematous; localized abscesses in cortex
surface
3. E. Coli responsible organism for 85% of acute pyelonephritis;
also Proteus, Klebsiella
Manifestations
1. Demam dan menggigil yang tiba-tiba
2. Malaise
3. muntah
4. Nyeri pinggang
5. Nyeri dan nyeri ketok Costovertebral
6. Urinary frequency, dysuria
E. coli
• Ada di GIT
• Patofisiologi:
– Infeksi endogen setelah menembus barier imun
– Sepsis dengan fokus infeksi pada traktus urinarius atau GIT,
merupakan bakteri gram negatif tersering penyebab sepsis
– Urinary tract infectionSebagian besar menginfeksi pasien
dalam komunitas, ditransmisikan dari GIT secara asenden,
beberapa serotipe menempel pada traktus urinarius
– Forms complex of numerous o-somatic, H- flagellar and K -
capsular antigens
• Kultur  Media Mc Conkey
– Koloni merah mudamemfermentasi laktosa
Tes indentifikasi (IMViCIndol, metil, Voges,citrat)
Identifikasi bakteri enterobactericeae
• Tes indoluntuk membedakan bakteri batang gram
negatif dalam famili Enterobacteriaceaemerubah
triptofan menjadi indole
– tes indol +
• Escherichia coli
• Haemophilus influenzae
• Proteus sp. (not P. mirabilis and P. penneri)
• Vibrio sp
– Tes indol –
• most Bacillus sp.
• Enterobacter sp.
• most Klebsiella sp.
• Proteus mirabilis,
• Pseudomonas sp.
• Tes Methyl Red identifikasi bakteri melalui jalur
fermentasi glukosa yang digunakan
– Jalur fermentasi
• Menghasilkan produk asam yang cepat diubah menjadi produk
netral
– Butylene glycol pathway
• Produk netralacetoin and 2,3-butanediol
– Mixed acid pathway
• Produk asamlactic, acetic, and formic acid
– Indikator pH
• Merah: pH < 4.4
• Kuning: pH > 6.2
• Orange : diantaranya
• Tes Voges-Proskauer
– Mendeteksi bakteri yang menggunakan butylene
glycol pathway dan memproduksi acetoin
– Hasil:
• Positif: merah
• Negatif: warna tembaga (copper color)
http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-
test/3204-methyl-red-and-voges-proskauer-test-protocols
• Tes biokimia E.coli
– Tes indol +
– Tes Methyl menghasilkan warna merah
– Tes Voges-Proskauer -
94. Ektima
• Ektima adalah ulkus superficial dengan krusta yang
disebabkan oleh infeksi Streptococcus B hemoliticus.
• Pada pemeriksaan fisik akan terlihat krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu
tempat yang banyak mendapat trauma.
• Streptococcus adalah bakteri golongan gram positif
pada pewarnaan gram (berwarna ungu). Hal ini
disebabkan karena lapisan peptidoglikan.
• Pengobatan dari ektima adalah pengangkatan krusta
dan pemberian salep antibiotik seperti basitrasin,
mupirocin dan neomisin.
95. Varisela
• Varisela adalah infeksi akut primer oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
• Gejala klinis berupa demam yang tidak terlalu tinggi,
nyeri kepala, erupsi kulit berupa papul eritmatosa yang
dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Vesikel
yang khas berbentuk tetesan embun (tear drop)
• Pengobatan: antipiretik, analgesik, bedak untuk
mengurangi rasa gatal dan mencegah pecahnya vesikel.
• Asan salisilat dosis rendah (1-2%) mempunyai efek
keratoplastik, menunjang pembentukan keratin baru.
Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan
dipakaiuntuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik.
96. Ptiriasis Versikolor
• Penyakit jamur superficial yang kronik
• Etiologi: Malassezia furfur
• Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat
kehitaman pada badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
• Diagnosis:
– Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%:
hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
• PENTING dibedakan.
– Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
– KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
97. Miasis
• Miasis adalah kontaminasi tubuh
oleh larva.
• Biasanya pada luka terbuka yang
tidak bersih dan menyebabkan larva
bisa sampai ke luka tersebut.
• Lalat merupakan salah satu vektor
penyebar larva.
• Penanganan larva adalah dengan
menjaga kebersihan diri dan luka.
Larva harus dibersihkan dan luka
juga dibesihkan. Apabila dicurigai
terdapat infeksi bakteri dapat
diberikan antiobiotik.
98. Trichuris Trichiura
• Cacing ini berbentuk seperti cambuk di
ujungnya. Berwarna abu merah muda. Cacing
betina lebih kecil dari jantan.
• Telur dari cacing ini berukuran 50 x 20μm.
Berwarna kecoklatan dengan kedua
ujung/kutub yang transparan
• Pengobatan: Mebendazole, albendazole
Cacing dewasa T.
Trichiura Telur T. Trichiura
Telur cacing
• Ascaris lumbricoides telur
berbentuk bulat berlapis
dengan bagian luar bergerigi
• Ancylostoma duodenale dan
necator americanus telur
oval dengan segmented
ovum
• Trichuris trichiuratelur
seperti tempayan
99. Lepra
• Penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae
• Lesi kulit: terdapat ebrbagai jenis lesikulit
pada leprae: makula, papul dengan
pewarnaan hipopigmentasi atau eritematosa
• Deformitas terjdi akibat langsung dari
granuloma yang merusak jaringan sekitarnya.
Gangguan anestesia dapat menyebabkan
deformitas
• Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan bakterioskopik dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen dapat menghitung jumlah
bakteri
– Pemeriksaan histopatologisBerasal dari jaringan
lesi lepra ditemukan sel vrichow (histiosit
dengan M leprae di dalamnya)
– Pemeriksaan serologik: pemeriksaan antibodi
terhadap M. leprae
• Pengobatan leprae:
– DDS, Rifampisin, klofazimin.
• Yang tidak kalah penting adalah pencegahan
cacat. Pasien kusta meiliki risiko yang lebih
tinggi utk menderita kecacatan karena
gangguan sensorik dan kelemahan otot.
Edukasi cara penggunaan sepatu, sarung
tangan, memeriksa jika ada luka dan
perawatan kulit.
Pengobatan
100. Miliaria
Kelainan kulit akibat retensi keringat
• Miliaria kristalina:
– Vesikel berukuran 1-2 mm pada bedan setelah banyak berkeringat, tanpa
tanda radang, pada bagian yang tertutup pakaian, keluhan tidak
• ada. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat
• Miliaria rubra:
– Papul merah yang gatal, pada badan dan tempat-tempat tekanan/gesekan
pakaian. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, bedak
salisil 2% + menthol 0,25-2%, losio calamin
• Miliaria profunda
– Timbul setelah miliaria rubra, papul putih, keras di badan dan ekstremitas,
tidak gatal, tidak eritema. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis &
menyerap keringat, losio calamin, resorsin 3%
101. Ptiriasis Versikolor
• Penyakit jamur superficial yang kronik
• Etiologi: Malassezia furfur
• Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat
kehitaman pada badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
• Diagnosis:
– Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%:
hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
• PENTING dibedakan.
– Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
– KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
102-103. Urtikaria
• Reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-
macam sebab.
• Edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
dan kemerahan
• Etiologi: obat, makanan, gigitan serangga,
inhalan
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
• Patogenesis urtikaria:
– Faktor fisik (panas. Dingin), inhalan, makanan)
sel mast/basofil histamin, serotonin
vasodilatasi dan permeabilitas meningkat
urtikaria.
• Pengobatan urtikaria:
– Hindari penyebab
– Antihistamin (chlortrimethon, cimetidine)
– Kortikosteroidurtikaria akut
– Desensitisasi (pada urtikaria dingin, melakukan
sensitisasi air pada suhu 10C, 2xsehari selama 2-
3minggu)
104. Skabies
• Penyakit kulit akibat imfestasi dan sensitisasi
Sarcoptes scabei
• Cara penularan: Kontak langsung (kulit dengan
kulit), kontak tak langsung (melalui benda)
• Kelainan kulit terjadi tidak hanya disebabkan oleh
tungau, namun juga karena garukan. Ditemukan
papul, vesikel, urtika. Dengan garukan akan
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI
edisi kelima
• Gejala klinis, 4 tanda kardinal:
– Pruritus nokturna: gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yg lembab dan panas
– Menyerang secara kelompok: pada satu keluarga.
Karena penyakit ini dapat menualr melalui kontak
– Kanikulus: terowongan putih keabuan berbentuk garis
lurus atau berkelok. Pada ujung terowongan dapat
ditemukan papul atau vesikel.
– Menemukan tungau: dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
• Pegobatan: (Pasien dan seluruh keluarga arus
diobati untuk mencegah infeksi kembali karena
kontak langsung)
– Belerang endap 4-20% tidak efektif terhadap stadium
telur.
– Emulsi benzil-benzoas 20-25% efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari
– Gameksan 1% efektif terhadap semua stadium, tidak
dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil
– Permetrin 5% dihapus setelah pemberian selama 10
jam. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
ILMU KESEHATAN ANAK
105. TATALAKSANA DENGUE
WHO. SEARO. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue hemorrhagic fever in
small hospitals. 1999.
106.ACQUIRED PROTHROMBINE COMPLEX DEFICIENCY (APCD)/HEMORRHAGIC
DISEASE OF THE NEWBORN (HDN)/ VITAMIN DEFICIENCY BLEEDING
• Etiologi  defisiensi vitamin K krn:
– Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan
cadangan di hati
– Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI
– Tidak mendapat injeksi vitamin K1 pada saat baru
lahir
Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
Hemorrhagic disease of newborn (HDN)
Acquired prothrombrin complex deficiency (APCD)
Stadium Characteristic
Early HDN Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Baby
born of mother who has been on certain drugs: anticonvulsant,
antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant.
Classic HDN Occurs during 2 to 7 day of life when the prothrombin complex
is low. It was found in babies who do not received VKP or
VK supplemented.
Vit K deficiency Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Definite
etiology inducing VKP is found in association with bleeding:
malabsorption of VK ie gut resection, biliary atresia, severe liver
disease-induced intrahepatic biliary obstruction.
Late HDN / APCD Acquired bleeding disorder in the 2 week to 6 month age infant
caused by reduced vitamin K dependent clotting factor (II, VII,
IX, X) with a high incidence of intracranial hemorrhage and
responds to VK.
Diagnosis APCD
• Diagnosis
– Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba
tampak pucat, malas minum, lemah. Tidak mendapat
vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal
– PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda
peningkatan tekanan intrakranial (UUB membonjol,
penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis
fokal
– Lab: Anemia dengan trombosit normal, PT memanjang,
APTT normal/memanjang. USG/CT Scan kepala :
perdarahan intrakranial
– Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB
membonjol harus dipikirkan APCD sampai terbukti bukan
Buku PPM Anak IDAI
Tatalaksana APCD
• Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut
• Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB selama 3 hari berturut-turut
• Transfusi PRC sesuai Hb
• Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial
(Manitol 0,5-1 g/kgBB/kali atau furosemid 1 mg/kgBB/kali)
• Konsultasi bedah syaraf
• Pencegahan : Injeksi Vitamin KI 1 mg IM pada semua bayi
baru lahir
Buku PPM Anak IDAI
107. Derajat dehidrasi & komplikasi diare
KOMPLIKASI DIARE
• Dehidrasi
• Asidosis Metabolik
• Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
• Gangguan elektrolit
– Hiponatremia
– Hipernatremia
– Hipokalemia
– (NB: kondisi hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal
motility menyebabkan watery diarrhea.)
• Gangguan gizi
• Gangguan sirkulasi (syok)
KELAINAN ELEKTROLIT PADA DIARE
• HIPERnatremia (> 144 mEq/L)
– Hiperrefleks, mental status changes (lethargy,
stupor, coma etc), seizures
• HIPONatremia (<136 mEq/L)
– Hiporeflexia, mental status changes, SEIZURES
• HIPOKalemia (<3.6 mEq/L)
– Muscle weakness, cramps, tetany, polyuria,
polydipsia, decreased motor strength, ileus,
orthostatic hypotension
No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Tindaklanjut H 1-2 H 3-7 H 8-14 mg
3-6 mg 7-26
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Perbaiki gangguan elektrolit
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
7. Makanan stab & trans
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
10. Siapkan tindak lanjut
108. Tatalaksana GIZI BURUK
HIPOGLIKEMIA
• Semua anak dengan gizi
buruk berisiko hipoglikemia
(< 54 mg/dl)
• Jika tidak memungkinkan
periksa GDS, maka semua
anak gizi buruk dianggap
hipoglikemia
• Segera beri F-75 pertama,
bila tidak dapat disediakan
dengan cepat, berikan 50 ml
glukosa/ gula 10% (1 sendok
teh munjung gula dalam 50
ml air) oral/NGT.
• Jika anak tidak sadar, beri
larutan glukosa 10% IV
bolus 5 ml/kg BB, atau
larutan glukosa/larutan gula
pasir 50 ml dengan NGT.
• Lanjutkan pemberian F-75
setiap 2–3 jam, siang dan
malam selama minimal dua
hari.
HIPOTERMIA (Suhu aksilar < 35.5° C)
• Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk
kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan
letakkan pemanas/ lampu di dekatnya, atau
lakukan metode kanguru.
• Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam s.d suhu
menjadi 36.5° C/lbh.
• Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap
setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu
mencapai 36.5° C
DEHIDRASI
• Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali
pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
• Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
– beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
pertama
– setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10
ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10
jam.
• Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
• Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
• Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai
fase rehabilitasi)
• Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan:
• Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit
campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan
dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
109. Tatalaksana defisiensi mikronutrien pada gizi buruk
110. Patofisiologi Sindrom Nefrotik
• Haematuria, oliguria, hypertension, pulmonary oedema to
suggest acute glomerulonephritis. Frothy urine suggests
nephrotic syndrome.
Renal Disease
• Stigmata of chronic liver disease such as jaundice, palmar
erythema, clubbing, pruritic rash, hepatosplenomegaly
with gross ascites in the absence of jaundice to exclude
portal vein thrombosis
Liver Disease
• Edema usually mild, commonly periorbital. History of
allergen exposure
Allergic Reaction
• Decreased effort tolerance, orthopnoea, paroxysmal
nocturnal dyspnoea and signs such as cardiomegaly, gallop
rhythm, lung crepitations and turgid liver
Cardiac Disease
Evaluasi
111-112.HISTOPATOLOGI PENYAKIT
GLOMERULAR D-C
NORMAL
GLOMERULUS
The glomerular basement membrane (GBM) of the kidney is the basal lamina
layer of the glomerulus.
The GBM is a fusion of the endothelial cell and podocyte basal laminas
This is a normal glomerulus by light
microscopy.
Minimal-Change Glomerulonephritis
• Also known as Nil Lesions or Nil Disease
(lipoid nephrosis)
• Minimal change nephrotic syndrome (MCNS)
is the most common cause of the nephrotic
syndrome in children, accounting for 90% of
cases under the age of 10 years and more
than 50% in older children.
Nephrology (Carlton). 2007 Dec;12 Suppl 3:S11-4.
Pathophysiology of minimal change nephrotic syndrome and focal segmental glomerulosclerosis.
Cho MH, Hong EH, Lee TH, Ko CW.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17995521
Minimal-change disease (MCD), also known as lipoid nephrosis or nil disease, is the
most common single form of nephrotic syndrome in children. It refers to a
histopathologic lesion in the glomerulus that almost always is associated with
nephrotic syndrome. It typically is a disease of childhood, but it also can occur in
adults.
Glomerulonephritis, crescentic (RPGN). Light microscopy (25x hematoxylin and eosin stain):
Compression of the glomerular tuft with a circumferential cellular crescent that occupies most of
the Bowman space. Rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN) is defined as any glomerular
disease characterized by extensive crescents (usually >50%) as the principal histologic finding and
by a rapid loss of renal function (usually a 50% decline in the glomerular filtration rate [GFR]
within 3 mo) as the clinical correlate.
Image courtesy of Madeleine Moussa, MD, FRCPC, Department of Pathology, London Health Sciences Centre, London, Ontario, Canada.
This is focal segmental glomerulosclerosis (FSGS). An area of collagenous
sclerosis runs across the middle of this glomerulus. As the name implies,
only some (focal) glomeruli are affected and just part of the affected
glomerulus is involved (segmental) with the sclerosis. In contrast to
minimal change disease, patients with FSGS are more likely to have non-
selective proteinuria, hematuria, progression to chronic renal failure,
and poor response to corticosteroid therapy
The hypercellularity of post-infectious
glomerulonephritis is due to increased
numbers of epithelial, endothelial, and
mesangial cells as well as neutrophils
in and around the glomerular capillary
loops. This disease may follow several
weeks after infection with certain
strains of group A beta hemolytic
streptococci. Patients who have had a
strep infection typically have an
elevated anti-streptolysin O (ASO) titer.
This glomerulus is hypercellular and capillary
loops are poorly defined. This is a type of
proliferative glomerulonephritis known as post-
infectious glomerulonephritis. This case followed
a group A beta hemolytic streptococcal infection
of the pharynx 3 weeks earlier, and thus it could
be termed 'post-streptococcal
gomerulonephritis'.
http://library.med.utah.edu/WebPath/RENAHTML
Here is the light microscopic appearance of membranous nephropathy in which the
capillary loops are thickened and prominent, but the cellularity is not increased.
Membranous GN is the most common cause for nephrotic syndrome in adults. In most
cases there is no underlying condition present (idiopathic). However, some cases of
membranous GN can be linked to a chronic infectious disease such as hepatitis B, a
carcinoma, or SLE.
Mesangial Proliferative GN
• Mesangioproliferative pattern of glomerular
injury is characterized by the expansion of
mesangial matrix and the mesangial
hypercellularity.
• Contoh: immune disease such as IgA
nephropathy or class II lupus nephritis or non-
immune diseases such as early diabetic
glomerulosclerosis
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI
DETEKSI DINI

More Related Content

Similar to DETEKSI DINI

Tinjauan Pustaka TBC
Tinjauan Pustaka TBCTinjauan Pustaka TBC
Tinjauan Pustaka TBCsangarudin
 
tutorial-Hepatitiss
tutorial-Hepatitisstutorial-Hepatitiss
tutorial-HepatitissEma Wahyuni
 
PENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptx
PENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptxPENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptx
PENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptxindratamulya
 
KKD etika.pptx
KKD etika.pptxKKD etika.pptx
KKD etika.pptxWilson339330
 
FARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPT
FARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPTFARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPT
FARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPTkayah910
 
hepatitis sirosis - dll
hepatitis   sirosis - dllhepatitis   sirosis - dll
hepatitis sirosis - dllKampus-Sakinah
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoidFELIXDEO
 
Inisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hiv
Inisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hivInisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hiv
Inisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hivSoroy Lardo
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxMariaSondang2
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 casehomeworkping3
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverHannaSilmiZahra
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAtin Nishi
 
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal jessika amelia
 
Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...
Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...
Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...soroylardo1
 
Typhoid dan Cholera 2020
Typhoid dan Cholera 2020Typhoid dan Cholera 2020
Typhoid dan Cholera 2020ILKKM SG BULOH
 
kolangitis ppt.pptx
kolangitis ppt.pptxkolangitis ppt.pptx
kolangitis ppt.pptxyulinayuli1
 

Similar to DETEKSI DINI (20)

PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
Tinjauan Pustaka TBC
Tinjauan Pustaka TBCTinjauan Pustaka TBC
Tinjauan Pustaka TBC
 
tutorial-Hepatitiss
tutorial-Hepatitisstutorial-Hepatitiss
tutorial-Hepatitiss
 
PENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptx
PENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptxPENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptx
PENTINGNYA KESEHATAN HEPATITIS AKUT.pptx
 
KKD etika.pptx
KKD etika.pptxKKD etika.pptx
KKD etika.pptx
 
FARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPT
FARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPTFARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPT
FARMAKOTERAPI DALAM PENYAKIT HEPATITIS PPT
 
hepatitis sirosis - dll
hepatitis   sirosis - dllhepatitis   sirosis - dll
hepatitis sirosis - dll
 
Belibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoidBelibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoid
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
Inisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hiv
Inisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hivInisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hiv
Inisiasi pemberian oat pada pasien tb dengan hiv
 
Askep demam typoid
Askep demam typoidAskep demam typoid
Askep demam typoid
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid Fever
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritis
 
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
asuhan kehamilan,persalinan dan nifas dengan penyakit ginjal
 
Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...
Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...
Laporan kasus Inisiasi Pemberian OAT pada Pasien TB dengan HIV (Reza Angga Pr...
 
Typhoid dan Cholera 2020
Typhoid dan Cholera 2020Typhoid dan Cholera 2020
Typhoid dan Cholera 2020
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
kolangitis ppt.pptx
kolangitis ppt.pptxkolangitis ppt.pptx
kolangitis ppt.pptx
 

Recently uploaded

KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 

Recently uploaded (17)

KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 

DETEKSI DINI

  • 1. PEMBAHASAN LATIHAN SOAL UKDI CLINIC I OPTIMAPREP BATCH NOVEMBER 2015 Office Address: Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan (Belakang Pasaraya Manggarai) Phone Number : 021 8317064 Pin BB 2A8E2925 WA 081380385694 Medan : Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan Phone Number : 061 8229229 Pin BB : 24BF7CD2 www.optimaprep.com dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina dr. Resthie, dr. Reza, dr. Yusuf dr. Cemara, dr. Zanetha
  • 3. 1. Demam Tifoid • Kultur darah umumnya ditemukan pada minggu pertama • Kultur feses mulai ditemukan pada minggu kedua dan ketiga • Kultur urin mulai ditemukan pada minggu kedua
  • 4. Demam Typhoid • Kuman penyebab demam tifoid adalah Salmonella enterica serotype Typhi dan hanya dapat hidup pada manusia. • Setelah kuman berhasil mengatasi penghadangan asam lambung yang mungkin melemah karena satu dan lain hal kuman S.typhi mulai melekat pada sel mukosa intestinal plak Peyerpintu gerbang mikroorganisme untuk mencapai sirkulasi darah melalui saluran limfatik yang bermuara di kelenjar getah bening mesenterium yang berhubungan dengan ductus thoracicus.
  • 5. Gejala Klinik • Gejala klasik yang karakteristik adalah demam stepladder. • Penderita bisa mengeluh mengenai sakit kepala, mual, menggigil, tidak nafsu makan dan perut tidak nyaman. • Pada pemeriksaaan penderita dapat menunjukkan keadaan bradikardi relatif, pada orang yang berkulit putih bercak merah di kulit (rose spots) dan sebagian penderita juga memperlihatkan lidah kotor dan gemetar dengan pinggir kemerahan (typhoid tongue). • Dalam minggu kedua gangguan kesadaran, tambah lemah dengan demam yang tidak mau turun. Dalam keadaan ini mungkin juga sudah dapat ditemukan pembesaran dari hati dan limpa.
  • 6. Diagnosis • Tes serologik Widal mengandalkan kenaikan titer serologik minimal empat kali dari semula atau gejala klinik yang ditunjang oleh kenaikan titer yang diatas angka rata- rata penduduk sehat setempat. Banyak kekurangan dari tes ini tetapi kemudahan dalam pelaksanaannya membuat tes ini bertahan. • Tes cepat Tubex antigen somatik O9 S.typhi ternyata lebih sensitif dari tes Widal dan pada saat ini mulai banyak digunakan hanya sayang masih terbatas untuk S.typhi dan tidak dapat merekam kelompok kuman paratifi. • Bakteriologi merupakan cara diagnostik paling ideal. Kuman dapat diisolasi dari darah, sumsum tulang, tinja, urin, maupun bercak merah di kulit. • Polymerase chain reaction (PCR) dianggap masih sulit dan mahal
  • 7. Pengobatan • Obat terpilih saat ini adalah golongan kuinolon, yang cepat dapat menurunkan demam, jarang penderitanya menjadi carrier dan efek samping obat tergolong ringan. Sejak dahulu sampai saat ini obat ini belum diijinkan secara formal untuk digunakan padaanak.. • Selain itu golongan kloramfenikol dan cephalosporin juga dapat digunakan. • Untuk kelompok umur muda ini dapat digunakan obat sefalosporin generasi tiga seperti parenteral seftriakson atau oral sefiksim
  • 8. 2. Demam rheumatik • Penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang rentan. • Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit inr ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melaiui proses autoimun sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. • Insidens tertinggi ditemukan pada anak usia 5-15 tahun. • Inflamasi berat dapat mengenai perikardium. • Valvulitis merupakan tanda utama karditis reumatik : – katup mitral (76%), – katup aorta (13%), dan – katup mitral+ aorta (97%).
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12. 3-4. Hepatitis • Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab. • Penyebab hepatitis bervariasi, dimulai dari autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol, dan lain-lain. • Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hepar. Hepatitis jenis ini paling sering disebabkan oleh virus hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
  • 13. Hepatitis A • Hepatitis A Virus (HAV) ditularkan melalui fekal oral, dengan kata lain dari konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi oleh HAV. Virus terkandung dalam tinja penderita mulai dari 2-3 minggu sebelum dan 1 minggu sesudah timbulnya ikterik.
  • 14. • Semua hepatitis virus akut, apapun virus penyebabnya dapat dibagi ke dalam 4 fase: fase inkubasi, fase simtomatik preikterik, fase simtomatik ikterik (jaundice dan sklera ikterik), dan fase konvalesen. • Fase inkubasi tidak bergejala. Infektifitas tertinggi, dimana partikel virus beredar dalam darah, terjadi mulai dari akhir fase asimtomatik pada periode inkubasi hingga fase awal gejala klinis. • Fase preikterik ditandai dengan gejala konstitusional seperti malaise, mual, dan penurunan nafsu makan. Gejala lain seperti penurunan berat badan, demam yang tidak begitu tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri sendi, muntah, dan diare merupakan gejala-gejala lainnya yang tidak selalu muncul.
  • 15. • Setelah ikterik muncul, biasanya gejala-gejala konstitusional yang dialami oleh pasien akan menghilang. Ikterik pada hepatitis lebih didominasi oleh peningkatan bilirubin direk (terkonjugasi). Oleh karena itu, pada pasien akan ditemui tanda urine yang berwarna gelap. Kerusakan hepatosit akan menyebabkan gangguan pada konjugasi bilirubin indirek, sehingga hiperbilirubinemia yang tidak terkonjugasi juga bisa meningkat. Fase ikterik pada hepatitis A biasa terjadi pada orang dewasa, tetapi tidak pada anak-anak. • Dalam beberapa minggu hingga bulan semua gejala dan tanda hepatitis seperti ikterik dan gejala sistemik lainnya akan menghilang begitu memasuki fase konvalesens.
  • 16.
  • 18. 5. HIV-TB • Pasien dengan HIV dapat merubah presentasi klinis dari penyakit TB • Menurut International Standard For Tubersulosis Care (ISTC) : – Pemeriksaan HIV diindikasikan pada semua penderita TB di daerah dengan prevalens HIV tinggi. – Pada daerah dengan prevalens HIV rendah, pemeriksaan HIV diindikasikan pada mereka dengan tanda dan gejala yang berhubungan dengan HIV atau pasien TB dengan risiko tinggi terpajan virus HIV
  • 19. HIV-TB Terdapat beberapa karakteristik TB pada pasien dengan infeksi HIV lanjut (khususnya CD4<200/mm3 ) yang perlu diperhatikan, karena perbedaan temuan dengan kasus TB pada umumnya: • Pemeriksaan sputum sering negatif • Pemeriksaan tuberkulin dapat menjadi negatif • Pada pemeriksaan foto thoraks lebih umum terlihat gambaran TB milier dan efusi pleura dibandingkan dengan pasien imunokompeten.
  • 21. 6. Hepatoma • Hepatoma merupakan keganasan hati • Berbagai penyebab hepatoma adalah – Infeksi kronik hepatitis Bsirosis hepatoma – Resistensi insulin non alcoholic liver disease (NAFLD) sirosis hepatoma – Konsumsi alkohol alcohlic liver disease sirosis hepatoma • Gejala yang akan dialami pasien dengan hepatoma adalah: ikterik, ascites, mudah memar (gangguan koagulasi), penurunan berat badan dan nyeri abdomen.
  • 22. 6. Hepatoma • Tipe hepatoma paling umum adalah hepatocellular carcinoma • Metode diagnostik yang dapat digunakan meliputi: pemeriksaan kadar Alfa fetoprotein (AFP). AFP merupakan penanda tumor yang akan meningkat pada beberapa kasus seperti: hepatocelluler carcinoma, germ cell tumor dan kanker metasatasis hati. Selain itu pemeriksaan CT-scan dengan kontras juga pilihan metode diagnostik.
  • 23. 7. Target Lipid • Pada pasien dengan hipertensi dan memiliki penyakit jantung koroner, maka target utama dari pengobatan adalah kolesterol LDL. • Trigliserida memberikan tambahan informasi untuk pertimbangan diagnosis dan pilihan terapi ESC/EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias 2011
  • 24. ESC/EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias 2011
  • 25. 8. Ulkus peptikum • Ulkus peptikum adalah suatu penyakit dimana terjadinya kerusakan integritas mukosa lambung atau duodenum yang menyebabkan luka karena inflamasi aktif.
  • 26. Etiologi • Infeksi H. pylori • Penggunaan Obat: Penggunaan NSAIDs adalah penyebab paling umum dari ulkus peptikum. Penggunaan NSAID serta kortikosteroid dapt mengganggu mekanisme pertahanan lambung. • Faktor gaya hidup: Merokok dapat meningkatkan pengosongan lambung serta mengganggu produksi bikarbonat pancreas. Selain itu konsumsi alcohol meningkatkan erosi lambung • Stres Fisiologis: Trauma mayor, luka bakar hebat • Faktor fisiologis • Genetik • Status hipersekresi: Gastrinoma, cystic fibrosis, dll.
  • 27. Gejala • Berdasarkan anamnesis bisa didapatkan: • Nyeri epigastrium (pada ulkus duodenum 90 menit-3 jam setelah makan, nyeri yang diperbaiki oleh antacid atau makanan, nyeri muncul pada tengah malam). Pada ulkus gaster, nyeri diinisiasi oleh makanan • Mual/muntah • Dyspepsia menetap • Perut kembung • Riwayat pemakaian NSAIDs • Disfagia • Hematemesis/melena
  • 29. Terapi H Pylori • Triple therapy: • Bismuth + metronidazole + tetrasiklin • Ranitidine + tetracycline + clarithomycin/metronidazole • Omeprazole + Clarythromycin + Metronidazole/amoxicillin
  • 31. Efek Ssamping OAT MAYOR Kemungkinan Penyebab HENTIKAN OBAT Gatal & kemerahan Semua jenis OAT Antihistamin & evaluasi ketat Tuli Streptomisin Stop streptomisin Vertigo & nistagmus (n.VIII) Streptomisin Stop streptomisin Ikterus Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT s.d. ikterik menghilang, hepatoprotektor Muntah & confusion Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT & uji fungsi hati Gangguan penglihatan Etambutol Stop etambutol Kelainan sistemik, syok & purpura Rifampisin Stop rifampisin
  • 32. Minor Kemungkinan Penyebab Tata Laksana Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin OAT diminum malam sebelum tidur Nyeri sendi Pyrazinamid Aspirin/allopurinol Kesemutan s.d. rasa terbakar di kaki INH Vit B6 1 x 100 mg/hari Urine kemerahan Rifampisin Beri penjelasan
  • 33. 11. Marker Jantung • Cardiac troponins berperan petning dalam mengakkan diagnosis dan stratifikasi risiko. Khususnya marker berguna dalam membedakan NSTEMI dan ubstable angina • Troponins merupakan pemeriksaan yang lebih spesifik dan sensiti dibandingkan marker lain seperti: creatine kinase (CK), isoenzyme MB (CK- MB), dan myoglobin. • Setelah cedera jantung, troponin dapat meningkat dalam 2-4 jam dan bertahan selama 7 hari Daftar Pustaka: ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation
  • 34.
  • 35. 12. Kolelitiasis • Kolelitiasis adalah adanya batu pada saluran kantung empedu • Gejala: – Mual – Nyeri regio perut kanan atas – Nyeri khususnya dipicu makanan berlemak – Jika disertai infeksi sekunder,d apat menyebabkan gejala demam, dan menggigil. • 4F: female, fat, forty dan fertile
  • 36. Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Terapi Nyeri epigastrik Kembung Membaik dgn makan (ulkus duodenum), Memburuk dgn makan (ulkus gastrikum) Tidak spesifik Urea breath test (+): H. pylori Endoskopi: eritema (gastritis akut) atropi (gastritis kronik) luka sd submukosa (ulkus) Dispepsia PPI: ome/lansoprazol H. pylori: klaritromisin+amoksi lin+PPI Nyeri epigastrik menjalar ke punggung Gejala: mual & muntah, Demam Penyebab: alkohol (30%), batu empedu (35%) Nyeri tekan & defans, perdarahan retroperitoneal (Cullen: periumbilikal, Gray Turner: pinggang), Hipotensi Peningkatan enzim amylase & lipase di darah Pankreatitis Resusitasi cairan Nutrisi enteral Analgesik Nyeri kanan atas/ epigastrium Prodromal (demam, malaise, mual) → kuning. Ikterus, Hepatomegali Transaminase, Serologi HAV, HBSAg, Anti HBS Hepatitis Akut Suportif Nyeri kanan atas/ epigastrium Risk: Female, Fat, Fourty, Hamil Prepitasi makanan berlemak, Mual, TIDAK Demam Nyeri tekan abdomen Berlangsung 30-180 menit USG: hiperekoik dgn acoustic window Kolelitiasis Kolesistektomi Asam ursodeoksikolat Nyeri epigastrik/ kanan atas menjalar ke bahu/ punggung Mual/muntah, Demam Murphy Sign USG: penebalan dinding kandung empedu (double rims) Kolesistitis Resusitasi cairan AB: sefalosporin gen. 3 + metronidazol Kolesistektomi
  • 37. 13. Osteoporosis Primer • Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut menjadi: – Tipe I (pasca menopause) Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. – Tipe II (Senile) Terjadi pada pria dan wanita usia. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita.
  • 38. • Vitamin D berperan penting dalam absorbsi kalsium yang akhirnya berhubungan dengan metabolisme kalsium tulang. • Pada kondisi kekurangan aktivasi vitamin D seperti pada orang tua dan penyakit ginjal kronik, maka akan terjadi pengeroposan tulang sebagai akibat dari resorbsi tulang untuk mengkompensasi kadar kalsium tulang.
  • 39. • 7-dehydrocholesterol merupakan prekursor vitamin D3 pada lapisan epidermis kulit. Setelah mengalami reaksi elektrocyclic akibat paparan terhadap UVB akan membentuk cholecalciferol. Cholecalciferol akan dihodroksilasi di hati untuk membentuk calcifediol langkah terakhir adalah hidroksilasi oleh ginjal menjadi calcitriol (bentuk aktif dari vitamin D3)
  • 40. 14. Graves Disease Tirotoksikosis: manifestasi peningkatan hormon tiroid dalam sirkulasi. Hipertiroidisme: tirotoksikosis yang disebabkan oleh kelenjar tiroid hiperaktif. Trias: • Hipertirioidsme: pembesaran tiroid hiperfungsional difus. • Optalmopati infiltratif menghasilkan exophthalmos. • Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut mixedema pretibial.
  • 41. Indeks Wayne utk pasien dengan hipertiroidisme • Skor>19 hipertiroid • Skor<11 eutiroid • Antara 11- 19equivocal
  • 42. Faktor Risiko & Etiologi • Kerentanan Genetis • Infeksi • Gender • Stress • Kehamilan • Iodin dan obat-obatan • Iradiasi
  • 43. Patofisiologi • Autoimunitas sel limfosit B & T ke antigen: – Tiroglobulin – Peroksidase tiroid – Na+I- simporter – Reseptro tirotropin
  • 45. Tes Fungsi Tiroid ↑TSH, ↓T4 Hipotiroid ↑TSH, T4 normal Hipotiroid subklinis, hipotiroid dalam perawatan. ↑TSH, ↑ T4 TSH secreting tumor, resistensi hormon tiroid ↓TSH, ↑T4 atau ↑T3 Hipertiroid ↓TSH, T4 & T3 normal Hipertiroid subklinis ↓TSH, ↓T4 dan ↓T3 Sick euthyriodism, gangguan pituitari TSH normal, T4 abnormal Perubahan TBG, gangguan laboratorium, amiodaron,tumor TSH pituitari. Preferensi tes dengan fT4 dan fT3 dibanding T4 dan T3 total karena tidak dipengaruhi level TBG
  • 46. Tata Laksana • Terapi Obat Antitiroid – Titrasi – Blok dan subtitusi (atau blok – suplemen) • Tiroidektomi – Dikerjakan dalam kondisi eutiroid klinis maupun biokimiawi. • RAI – radioactive iodium
  • 47. 15. Abses Paru • Abses paru merupakan nekrosis jaringan paru dengan pembentukan kavitas dengan ukuran umumnya diatas 2 cm. • Kavitas mengandung debris nekrotik dan cairan akibat infeksi bakteri. • Berbagai penyebab abses paru adalah pneumonia, emboli sptik, vasculitis. • Gejala: batuk, demam, keringat malam.
  • 48. • Diagnosis dari abses paru: – Gejala klinis – Pemeriksaan lab (peningkatan LED, sputum, aspirasi transbronkial) – Pemeriksaan radiologis (xray: abses terlihat pada sisi unilateral melibatkan lobus atas dan segmen apikal dari lobus bawah)
  • 49. 16. Leptospira • Penyakit infeksi zoonotik yang disebabkan oleh Leptospira patogen • Faktor risiko: – Pekerjaan; berkontak secara langsung & tidak langsung dengan urin atau jaringan binatang yang infeksius – Bidang pertanian, konstruksi, pembersih selokan, laboratorium, dokter hewan, pekerja tambang, dan tentara – Aktivitas berenang, memancing,di dalam air terkontaminasi & bencana alam (banjir)
  • 51. Gejala • Keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya • Ruam kulit • Sakit kepala terutama bagian frontal • Nyeri otot • Mata merah • Batuk, nyeri dada • Mual dan muntah • Kadang ikterik • Penggalian riwayat aktivitas atau pekerjaan
  • 52. Tata laksana • Tata laksana suportif  pemantauan ketat tanda-tanda vital, tanda-tanda dehidrasi, perdarahan, keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa • Indikasi rawat inap  ikterus, gagal ginjal, atau trombositopeni Antibiotik: • Leptospirosis ringan – Doxycycline 100 mg PO atau – Amoxicillin 500 mg PO atau – Ampicillin 500 mg PO • Leptospirosis sedang/berat – Penicillin 1,5 juta unit IV/IM per 6 jam atau – Ceftriaxone 1 gram/hari IV atau – Cefotaxime 1 gram IV per 6 jam
  • 53. 17-18. Demam Berdarah • Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes terutama Ae. aegypti. • Virus dengue (DEN-V) terdiri atas 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Semua serotipe tersebut terdapat di Indonesia • Gejala klinis infeksi dengue bervariasi mulai dari yang paling ringan berupa flu-like syndrome hingga sindrom renjatan dengue (SRD) dan kematian. Angka kesakitan dan kematian akibat DBD di Indonesia masih tinggi. Kematian terutama disebabkan renjatan hipovolemik akibat kebocoran plasma dari intravaskular ke ruang ekstravaskular akibat disfungsi endotel.
  • 54. Demam Dengue A. Demam Dengue (DF) Probable demam akut dengan 2 atau lebih tanda berikut : • Nyeri kepala • Nyeri retroorbital • Arthralgia • Rash • Manifestasi perdarahan • Leukopenia, DAN • IgM ELISA (+) • Confirmed kasus yang telah terkonfirm dengan kriteria lab.
  • 55. B. Demam Berdarah Dengue (DHF) Empat tanda berikut di bawah ini harus ada : • Demam, atau riwayat demam, biasanya bifasik. • Kecenderungan perdarahan yang ditandai dengan tes tornikuet (+), peteki/purpura/ekimosis, perdarahan mukosa/GIT, hemateemesis/melena. • Trombositopenia ( < 100.000 sel/cc) • Bukti adanya kebocoran plasma yang bermanifestasi sebagai berikut: – Peningkatan hematokrit > 20% – Penurunan hematokrit > 20% setelah pemberian cairan – Adanya efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
  • 56. Derajat keparahan DHF • DHF grade 1 : demam + gejala nonspesifik konstitusional (anorexia, muntah, dll) + tes tornikuet (+) • DHF grade 2 : sama seperti grade 1, ditambah gejala perdarahan spontan mukokutan atau GIT (melena, perdarahan gusi, petekie, dll) • DHF grade 3 (DSS) : ditandai oleh gejala kegagalan hemodinanik seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ), hipotensi (<120 mmHg), dan akral dingin. • DHF grade 4 (DSS) : adanya shock dengan tekanan darah dan nadi yang tidak terukur.
  • 57. 19-20. Diagnosis Diabetes • Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan kearah diabetes mellitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini: • Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. • Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
  • 58. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan melalui tiga cara: • Keluhan klasik + pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL. Glukosa plasma sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. • Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik. Glukosa darah puasa artinya pasien tidak mendapatkan tambahan kalori sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan. • Pemeriksaan glukosa 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram glukosa ≥ 200 mg/dL . Pemeriksaan ini lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan karena sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
  • 59.
  • 60. 21-22. Gagal Jantung dan Murmur
  • 61.
  • 62.
  • 63. 23. Pemeriksaan Fungsi Ginjal • Kreatinin merupakan marker penanda fungsi ginjal yang telah umum digunakan. Kreatinin merupakan hasil produksi hepar dari metilasi glycoyamine. • Kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi glomerolus Ginjal, karena itu merupakan penanda yang baik untuk penurunan fungsi filtrasi glomerolus. • Jika terjadi penurunan filtrasi, maka akan terjadi peningkatan creatinin darah
  • 64. 24. Disentri Basiler • Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja. Gejala: • Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik. • Muntah-muntah. • Anoreksia. • Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. • Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
  • 65. 25. Infeksi saluran kencing • Sistitis: disuria, frekuensi, urgensi, nyeri suprapubik, urin bau & kelabu. • Pyelonefritis: demam, menggigil, mual, muntah, nyeri abdomen, diare, silinder leukosit. • Uretritis: disuria, frekuensi, pyuria. Urinalisis sebaiknya menggunakan urin pagi hari karena urin terakumulasi sepanjang malam sehingga lebih banyak kelainan, seperti silinder atau nitrit, yang dapat ditemukan untuk diagnostik.
  • 66. • Pielonefritis merupakan infeksi pada ginjal, umumnya disebabkan karena penjalaran infeksi ascending dari UTI dibawah. • Gejala yang dialami apsiena dalah demam, nyeri pinggang, dan mual. • Pada pemeriksaan lab dapat dijumpai: leukositosis, Pemeriksaan urin: bakteriuria, hematuria, silinder, pyuria. • Terapi: Ciprofloksasin selama 7 hari atau TMP- SMX selama 14 hari
  • 67.
  • 69. Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, Fagard R, Germano F et al. 2007 Giudelines for the management of arterial hypertension. The task force for the management of arterial hypertension of european society of hypertension (ESH) and of the european society of cardiology (ESC). European heart Journal 2007; 28: 1462-1536. • Pasien tanpa keadaan komorbid tertentu dapat menggunakan diuretik golongan thiazide. • Diuretik thiazide dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada sebagian besar kasus hipertensi. • ACE Inhibitor merupakan pengobatan yang rasional untuk pasien dengan angina, risiko tinggi penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronis dan diabetes. • ARB dengan indikasi yang sama seperti ACE-Inhibitor merupakan pilihan yang populer dikarenakan minimnya efek samping seperti batuk (ditemukan pada 10% penyandang hipertensi yang mengkonsumsi ACE-I). ARB juga terbukti mengurangi kejadian kardiovaskular pada individu risiko tinggi.
  • 70. 1. ACE-I (kaptopril, lisinopril): Bradikinin & substansi P  batuk 2. ARB (valsartan, losartan): Tidak menyebabkan batuk
  • 71. 27. Kelenjar Paratiroid • Terdapat 4 kelenjar paratiorid yang terletak pada bagian psoterior kelenjar tiroid • Kelenjar parathyorid bertanggungjawab pada menjada keseimbangan kalsium: – Tulang: menstimulasi pelepasan kalsium, resoorpsi kalsium oleh osteoklas – Ginjal: menstimulasi absorpsi kalsium, meningkatkan absorbsi kalsium di usus
  • 72. • Hyperparathyroid dibagi menjadi dua: – Hyperparathyroid primer: Hasil dari hiperfungsi kelenjar parathyroid akibat adenoma, hyperplasia atau kadang carcinoma kelenjar parathyroid – Hyperparathyroid sekunder merupaka kelainan fisiologis akibat berbagai keadaan yang menyebabkan hypocalcemia. Penyebabnya adalah defisiensi vitamin D (akibat kurangnya paparan sinar matahari) atau penyakit ginjal kronik.
  • 74.
  • 75.
  • 76. 29. Pankreatitis akut • Pankreatitis akut merupakan peradangan pada pankreas, umumnya disebabkan oleh batu empedu , konsumsi alkohol atau hypertrygliseridemia. • Gejala: – Nyeri abdomen bagian atas – Mual, muntah – demam • Pemeriksaan penunjang: – serum amilase dan lipase, enzim hati, kolesterol dan TG. – USG: dapat mengidentifikasi penyebab dari pankreatitis seperti batu empedu
  • 77. 30. Koma Miksedema • Koma miksedema merupakan keadaan dekompensasi dari hipotiroid. • Gejala koma miksedema meliputi: penurunan kesadaran, hypothermia,hipotensi, bradikardia. • Miksedema adalah deposit jaringan konektif (glycosaminoglycan, asam hyaluronic) pada kulit. Tidak harus dijumpai pada keadaan koma hypothyroid namun merupakan sebuah fenomena yang dapat ditemui. • Terapi: salah satu terapi berupa pemberian levothyroxine IV.
  • 78. ILMU BEDAH DAN ANASTESIOLOGI
  • 79. Treatment • Udara yang terkumpul di rongga pleura tidak dapat keluar lagi • Tekanan pada mediastinum,paru dan pembuluh darah besar meningkat • Menyebabkan paru pada bagian yang terkena kolaps • ABC’s dengan c-spine control sesuai indikasi • Needle Decompression pada bagian yang terkena • Oksigen aliran tinggibag valve mask • Atasi syok karena kehilangan darah • Memberitahukan RS dan unit trauma secepatnya Pemasangan WSD http://www.trauma.org/index.php/main/article/199/ 31. Tension Pneumothoraks
  • 80. 32. Supracondylar Fracture • Fraktur siku tersering pada anak-anak – Usia < 8 tahun • Mekanisme – Extension (95%) vs flexion – Posisi menahan dengan tangan ekstensi – Posisi menahan dengan siku fleksi Mechanism
  • 81. Clinically • Mild swelling to gross deformity • Arm held to side, immobile, extension • S-shaped configuration  angulasi lengan atas • Gartland – I - nondisplaced – II - displaced with intact posterior cortex – III - displaced fracture, no intact cortex • A: posteromedial rotation of distal fragment • B: posterolateral rotation
  • 82. Gartland type I Gartland type II Gartland type III
  • 83. Management • If NeuroVascular compromise - urgent ortho consult • If no response from ortho in 60 min may attempt 1 reduction • Watch brachial artery and median nerve • Gartland I – splint+ sling and ortho f/u 24h • Gartland II - controversy but most get pinned • Gartland III - closed reduction and pin
  • 86. • Conservative treatments take longer time, risk of malunion, need more radiographic examination • Surgery is the treatment of choice • Temporary immobilization with arm-sling, surgery as soon as possible Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 3rd Edition Lippincott Williams & Wilkins 2006
  • 88. Kolangitis • Infeksi pada traktus biliaris • Trias Charcoat – Demam – Nyeri perut kuadran kanan atas – Kuning/ikterik • Pemeriksaan: • USG Abdomen • Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) • Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) • Percutaneous transhepatic cholangiogram (PTCA) • Pemeriksaan lab: • Kadar Bilirubin • Kadar enzim hati/tes fungsi hati • Leukosit/White blood count (WBC)
  • 89. Disorder Clinical Feature Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic enzyme levels, malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC) sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine position,Profuse vomiting, fever(ACUTE) Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice, Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over 30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP Choledocholithiasis  at least one gallstone in the common bile duct Pancreatic Tumor >50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay- colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder (ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting, Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9 http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
  • 90. 34. Blunt Abdominal Trauma • Signs of intraperitoneal injury – Nyeri Abdominal, iritasi peritoneum – Distensi  karena pneumoperitoneum, Pembesaran gaster, atau terjadi ileus – Ekimosis daerah pinggang (gray-turner sign) atau umbilikus(cullen's sign) retroperitoneal hemorrhage – Kontusio Abdominal – seat belts sign – Bising usus ↓mengarahkan pada trauma intraperitoneal – RT: Darah atau emfisema subkutan http://regionstraumapro.com/post/663723636
  • 91. The type of injury will depend on whether the organ injured is solid or hollow. Hollow and Solid Organs • hollow organs include: – stomach – intestines – gallbladder – bladder  solid organs include:  liver  spleen  kidneys
  • 92. Abdominal Injuries Ruptur organ berongga • Akan mengeluarkan udara dan cairan/sekret GIT yang infeksius • Sangat mengiritasi peritoneumperitonitis Ruptur Organ Solid • Menyebabkan perdarahan internal yang berat • Darah pada rongga peritoneum peritonitis • Terlihat gejala syok akibat perdarahan hebat – Gejala peritonitis dapat tidak terlalu terlihat
  • 93. 35. Urolithiasis • Batu pada saluran kemih • Tanda: – Nyeri pinggang – Irritative voiding symptom – mual – Hematuria mikroskopik • Kristal urin dapat ditemukan pada urinalisis: kalsium oksalat, asam urat, sistein • Diagnosis: IVP optimized by optima
  • 94. 36. Trauma Uretra • Curiga adanya trauma pada traktus urinarius bag.bawah, bila: – Terdapat trauma disekitar traktus urinarius terutama fraktur pelvis – Retensi urin setelah kecelakaan – Darah pada muara OUE – Ekimosis dan hematom perineal http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
  • 95. • Don't pass a diagnostic catheter up the patient's urethra because: – The information it will give will be unreliable. – May contaminate the haematoma round the injury. – May damage the slender bridge of tissue that joins the two halves of his injured urethra • Retrograde urethrography – Modalitas pencitraan yang utama untuk mengevaluasi uretra pada kasus trauma dan inflamasi pada uretra http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary Posterior urethral rupture above the intact urogenital diaphragm following blunt trauma
  • 96.
  • 97. Retrograde Urethrogram (RUG) • Evaluasi uretra anterior dan posterior striktur, trauma • Teknik: – Kateter dimasukkan ke fossa navicularis, kontras dimasukkan dan di foto – Terdapat resistensi pada uretra membranosa dan sphincter Normal RUG
  • 98. Static Cystourethrography • Mengevaluasi lesi pada vesikaruptur, kebocoran, terutama karena trauma • Vesika diisi dengn kontras menggunakan lateter – Foto AP dan oblique (melihat ekstravasasi pada vesika posterior – Foto post voiding Voiding Cystourethrogram (VCUG) • Evaluasi anatomi dan fungsonal vesikar • Biasanya untuk anak- anak dengan ISK berulang Normal Male Cystogram
  • 99. VCUG
  • 100. 37. Total Body Surface Area To estimate scattered burns: patient's palm surface = 1% total body surface area http://www.traumaburn.org/referring/fluid.shtml Parkland formula = baxter formula • Kebutuhan Cairan: 4 x 30 x 70 = 8400 ml • 8 jam pertama 8400 ml / 2 = 4200ml
  • 103. 39. Hemoroid Hemoroid eksterna Hemoroid Interna Diluar anal canal, sekitar sphincter Didalam anal canal Gejala terjadi karena thrombosis Gejala timbul karena perdarahan atau iritasi mukosa Tidak dapat dimasukkan ke dalam anal canal dapat dimasukkan ke dalam anal canal sampai grade III
  • 104. 40.Kriptorkismus • Kriptorkismus: testis tidak ada dalam skrotum dan tidak dapat dimasukkan ke skrotum • Ectopic: tidak melewati jalur turunnya testis • Retraktil: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam skrotum dan dapat menetap tanpa tarikan • Gliding: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam skrotum namun bila dilepas akan tertarik kembali • Ascended: sebelumnya telah ada dalam skrotum lalu tertarik ke atas secara spontan
  • 105. • Testis yang tidak teraba muncul sekitar 20-30% pada pasien kriptorkismus • Hanya 20-40% dari testis yang tidak teraba, saat dioperasi benar- benar tidak ada
  • 106. 41. Complications of Fracture Healing • Delayed Union – Poor blood supply or infection. • Non-Union – Bone loss or wound contamination. • Malunion – Bone healed in a nonanatomic position – Can be angulated, rotated, or shortened • Affect function? • Likely to affect function? • Consequences with or without treatment • Fibrous Union – Improper immobilization • Avascular necrosis (AVN) – the death of bone cells through lack of blood supply  its internal blood supply is compromised http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/trauma/trauma_x-ray_page8.html
  • 107. Avascular Necrosis • Definisi Hilangnya aliran darah ke tulang sehingga menyebabkan matinya sel- sel tulang • Kaput Femoris – tersering • Bahu – Caput humeri • Odontoid (Neck) • Scaphoid (Wrist) • Lunate (Wrist) • Talus (Ankle)
  • 108. Etiologies • Trauma • Alcohol • Steroids • Diving (Caisson’s Disease) • Sickle Cell • Idiopathic (up to 30% of cases) Risk Factor • Alcoholism • Pancreatitis • Diabetes • Gout • Elderly
  • 109. 43. Gambaran Histologis • Hemoroid  structur vaskular dalam anal canal • Gambaran Histologis – Epitel skuomosa kolumnar simplex dan eptel skuomosa bertingkat dengan pelebaran vena pada lapisan lamina proria dan submukosa
  • 111. • Berat luka bakar: • Ringan: derajat 1 luas < 15% a/ derajat II < 2% • Sedang: derajat II 10- 15% a/ derajat III 5- 10% • Berat: derajat II > 20% atau derajat III > 10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, kelamin, persendian, pernapasan
  • 112. 45. Management of Trauma Patient
  • 113. Assessment of a Spinal Injury Patient  Considerspinalprecautions • CederaKepala • Intoksikasi • Trauma/jejasdiatasbahu • Multipletrauma  Maintainmanualstabilization • Vest style versus rapid extrication • Maintain neutral alignment • Increase of pain or resistance, restrict movement in position found  Signs and Symptoms of a Spinal Cord Injury  ParalisisExtremitas  Nyeri dengan atau tanpa pergerakan  Tenderness along spine  Kesulitan bernapas  Spinal deformity  Priapism  Posturing  Loss of bowel or bladder control  Nerve impairment to extremities
  • 114. Airway Management • Simple management maneuvers – Suction – Chin lift – Jaw thrust • “Definitive airway:” Cuffed tube in tracheaendotracheal tube Pasien tidak sadar: •GCS <9 •Obstruksi karena – Lidah – Aspirasi – Benda asing – Trauma Maksilofasial – Trauma leher •Management: – Careful endoscopic exam – Careful and gentle intubation, or – Surgical airway?
  • 115. • Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medula spinalis: 1. Tongue/jaw lift 2. Modified jaw thrust
  • 116. 46. The Breast Lump Tumors Onset Feature Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu), Peau d’orange , hard, Painful, not clear border, infiltrative, discharge/blood, Retraction of the nipple,Axillary mass Fibroadenoma mammae < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in the breast when pushed upon and are usually painless. Fibrocystic mammae 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally have nipple discharge Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be lactating and may have recently missed feedings.fever. Philloides Tumors 30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm, smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the tumor may become reddish and warm to the touch. Grow fast. Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or bloody nipple discharge
  • 117. • Treatment: – Watchfull waiting – Traditional open excisional biopsy • Biopsy – Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk diperiksa – Untuk menentukan adanya suatu penyakit
  • 118. Types of Biopsy Definitions Excisional biopsy Bila seluruh massa atau area yang dicurigai dapat diangkat Incisional biopsy or core biopsy Bila hanya sebagian jarinngan sebagai sampel, yang dapat diangkat, dengan tetap mempertahankan gambaran histologis jaringan dan sel yang diambil Needle aspiration biopsy Bila sampel jaringan atau cairan diambil dengan jarum tanpa mempertahankan gambaran histologisnya Terminology Definitions Enucleation Pengangkatan massa tanpa memotong atau mengiris massa tersebuteye enucleation Debulking Operasi pengangkatan bagian dari tumor ganas yang tidak dapat diangkat semuanya, untuk meningkatkan efektivitas dari radiasi atau kemoterapi Extirpation Pengangkatan massa dari suatu organ atau jaringan
  • 120.
  • 121. Histologic Findings • Makroskopic – Kongesti dan udem. – Dilatasi lumen yang mengandung pus,fecalith atau keduanya. – Serosa dilapisi dengan fibrin, eksudat fibrinopurulen atau pus. • Mikroskopik – Ulserasi mukosa dan infiltrasi PMN, eosinofil, sel plasma, dan limfosit, diseluruh lapisan dan seringkali sampai lapisan serosa – Pada stadium lanjut, proses inflamasi melibatkan seluruh ketebalan dinding apendiks dengan nekrosis dinding sebagian (perforasi)
  • 122. Robbins Pathologic Basis of Disease, 6th ed. P.839-840.
  • 123. Gejala • Nyeri lutus • Nyeri pada sendi panggul bag. belakang • Sulit menggerakkan ekstremitas bawah • Kaki terlihat memendek dan dalam posisi fleksi, endorotasi dan adduksi Risk Factor • Kecelakaan • Improper seating adjustment • sudden break in the car 48. Posterior Hip Dislocation netterimages.com soundnet.cs.princeton.edu
  • 124. 49. Intracranial Hemorrhage • Epidural hematoma: – Interval lucid  decreased of consciousness – Etiology: trauma  rupture of a. meningeal media • Subdural hematoma – Hemiparesis, decrease of consciousness, cephalgia – Etiology: trauma  rupture of bridging vein in elderly or infant • Subarachnoid hemorrhage (stroke) – Thunderclap headache, meningeal signs, decreased of consciousness – Etiology: aneurysma rupture e.c. heavy exertion/sexual intercourse • Intracerebral hemorrhage – Paresis, hypesthesia, ataxia, decreased of consciousness – Etiology: Hypertension,trauma Misulis KE, Head TC. Netter’s concise neurology. 1st ed. Saunders; 2007
  • 125. Tipe Perdarahan Lokasi Gejala/Tanda Perdarahan intraserebral Perdarahan di dalam jaringan otak Nyeri kepala hebat, penurunan tingkat kesadaran dalam 24-48jam, hemiparesis/hemiplegia, hemisensorik, pin point pupil (bila di pons) Perdarahan subdural Perdarahan antara duramater dan arakhnoid Sakit kepala, mual, muntah, vertigo, papil edema, diplopia, hingga penurunan kesadaran Perdarahan epidural Perdarahan antara tengkorak dan duramater, biasanya akibat robekan pada a.meningens Lucid interval (pada 20-50%), hemiparesis, penurunan kesadaran progresif, pupil anisokor Edema otak merupakan keadaan-gejala patologis, radiologis, maupun tampilan ntra-operatif dimana keadaan ini mempunyai peranan yang sangat bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain shift) dan peningkatan tekanan intrakranial Perdarahan intraventrikuler Perdarahan ke dalam ventrikel otak. Gejala : nyeri kepala hebat, kaku kuduk, muntah, letargi, penurunan kesadaran
  • 126. 50. Colles’ Fracture • Fraktur tersering pada tulang yang mengalami osteoporosis • Extra-Articular : 1 inch of distal Radius • Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan tangan pada posisi dorsofleksi • Typical deformity : Dinner Fork • Deformity is : Impaction, dorsal displacement and angulation, radial displacement and angulation and avulsion of ulnar styloid process http://www.learningradiology.com
  • 129. Smith Fracture • Hampir berlawanan dengan Colles’ fracture • Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan colles’ • Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan tangan pada posisi palmar fleksi • Typical deformity : Garden Spade • Management is conservative : MUA and Above Elbow POP http://www.learningradiology.com
  • 131. Galleazzi Fracture • Fraktur distal radius dan dislokasi sendi radio-ulna ke arah inferior • Like Monteggia fracture if treated conservatively it will redisplace • This fracture appeared in acceptable position after reduction and POP http://www.learningradiology.com
  • 132. 51. Hipoksia 1) FULMINANT hypoxia (Arterial Po2<20mmHg) (eg.aircraft loses cabin pressure above 30,000 feet and no supplemental O2 available) Occurs in seconds Unconsciousness in 15-20 sec Brain death in 4-5 min 2) ACUTE hypoxia (25mmHg<Arterial Po2<40mmHg) (eg.altitudesof 18,000-25,000 feet) Symptoms similar to those of ethyl alcohol(lack of coordination,slowed reflexes,overconfidence) Unconsciousness Coma and death(in minutes to hours) • if the regulatory mechanisms of the body are inadequate eventually
  • 133. 3) CHRONIC hypoxia (40mmHg<Arterial Po2<60mmHg) (eg.at altitudes of 10,000-18,000 feet for extended periods of time) • FOR EXTENDED PERIODS OF TIME!!! • Most clinical causes of hypoxia are in these category • Symptoms similar to those of severe fatigue DYSPNEA SHORTNESS OF BREATH + RESPIRATORY ARRHYTHMIAS
  • 134.  Keluarnya caput humerus dari cavum gleinodalis  Etio : 99% trauma  Pembahagian 1. Dis. Anterior (98 %) 2. Dis.Posterior (2 %) 3. Dis. Inferior  Mekanisme Trauma 1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba 2. Tarikan sendi bahu tiba-tiba 3. Tarikan & puntiran tiba-tiba 52. Dis.Bahu (D. Glenohumeralis)
  • 135. Dislokasi Anterior  Lengkung (contour) bahu berobah,  Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna  Teraba caput humeri di bag anterior  Back anestesi  ggn n axilaris  Radiologis  memperjelas D  Rontgen Foto  CT Scan
  • 136. Dislokasi Posterior: Klinis • Lengan dipegang di depan dada • Adduksi • Rotasi interna • Bahu tampak lebih datar (flat and squared off)
  • 137. 53. Traktus Bilier Disorder Clinical Feature Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic enzyme levels, malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC) sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine position,Profuse vomiting, fever(ACUTE) Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice, Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over 30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP Choledocholithiasis  at least one gallstone in the common bile duct Pancreatic Tumor >50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay- colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder (ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting, Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9 http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
  • 139. 55. Trauma Uretra • Curiga adanya trauma pada traktus urinarius bag.bawah, bila: – Terdapat trauma disekitar traktus urinarius terutama fraktur pelvis – Retensi urin setelah kecelakaan – Darah pada muara OUE – Ekimosis dan hematom perineal http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
  • 140. Uretra Anterior: • Anatomy: – Bulbous urethra – Pendulous urethra – Fossa navicularis • Etiologi: – Straddle type injuries – Intrumentasi – Fractur penis • Gejala Klinis: – Disuria, hematuria – Hematom skrotal – Hematom perineal akan timbul bila terjadi robekan pada fasia Buck’s sampai ke dalam fasia Colles‘‘butterfly’’ hematoma in the perineum – will be present if the injury has disrupted Buck’s fascia and tracks deep to Colles’ fascia, creating a characteristic ‘‘butterfly’’ hematoma in the perineum • Therapy: – Cystostomi – Immediate Repair Uretra Posterior : • Anatomy – Prostatic urethra – Membranous urethra • Etiologi: – Fraktur tulang Pelvis • Gejala klinis: – Darah pada muara OUE – Nyeri Pelvis/suprapubis – Perineal/scrotal hematom – RT Prostat letak tinggi atau melayang • Radiologi: – Pelvic photo – Urethrogram • Therapy: – Cystostomi – Delayed Repair
  • 141. 56. Foreign Body Obstruction Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus menjadi 4 tingkat 1. Sumbatan sebagian (bypass valve obstruction=katup bebas) • terdengar wheezing 2. Sumbatan seperti pentil, ekspirasi terhambat, atau katup satu arah (expiratory check valve obstruction) • Stridor inspirasi 3. Seperti pentil namun hambatan inspirasi (Inspiratory check valve) • stridor ekspirasi 4. Sumbatan total (stop valve obstruction) • tidak terdengar stridor Iskandar N. Sumbatan Traktus Trakeo- bronkial. Buku ajar THT edisi 6 FKUI 2007
  • 143. 57. Funduskopi • Merupakan pemeriksaan untuk menilai fundus okuli terutama retina dan papil saraf optik – Papil • Batas tegas, bulat lonjong, kabur • Warna pucat atau merah jambu, ekskavasi – Pembuluh darah retina • Bentuk, jumlah, lurus atau berkelok, warna, titik persilangan, spasme, rasio arteri dan vena – Retina • Eksudat, perdarahan, sikatrik koroid atau ablasi • Makula lutea Sidarta ilyas, Ilmu penyakit mata
  • 144.
  • 145. 58. Konjungtivitis Alergika • Swelling (inflamation) or infection of the membrane lining the eyelids
  • 146.
  • 147. 59. Glaukoma • Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan tekanan bola mata (TIO Normal : 10-24mmHg) • Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang • Jenis Glaukoma :  Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral dan diturunkan.  Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya) biasanya Unilateral • Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem drainase sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (sudut tertutup) • Pemeriksaan :  Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)  Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan diskus  Lapang pandang  Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior → sudut terbuka atau sudut tertutup • Pengobatan : menurunkan TIO → obat-obatan, terapi bedah atau laser Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14
  • 148. Types of Glaucoma Causes Etiology Clinical Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg), conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no history of glaucoma Open-angle (chronic) glaucoma Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache, IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber angles, Progressive visual field loss Congenital glaucoma abnormal eye development, congenital infection present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm, buphtalmus (>12 mm) Secondary glaucoma Drugs (corticosteroids) Eye diseases (uveitis, cataract) Systemic diseases Trauma Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision Absolute glaucoma end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance. Severe eye pain. The treatment → destructive procedure like cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100% alcohol http://emedicine.medscape.com/article/1206147 www.wikipedia.org
  • 149. 60. Buta Warna • Buta warna merah dan hijau  laki-laki • Buta warna diturunkan melalui kromosom X
  • 150. 61. Ablasio retina • Adalah lepasnya lapisan dalam dari retina dari lapisan epitelium pigment (choroid) • Gejala dan tanda – Photopsia  sensasi meliat kilat – Gangguan lapang pandang – Adanya sensasi seperti tirai menutup pandangan
  • 152. 63.Tatalaksana Glaukoma Akut • Penurunan TIO  beta blocker, alpha 2-adrenergik agonis, carbonic anhydrase • Tekanan IO diturunkan dengan : – Pilokarpin 2 % tiap menit selama 5 menit  tiap 1 jam selama satu hari – Asetazolamid 500 mg IV  tablet 250 mg/4 jam • Nyeri dikurangi dengan  xilokain 2% retrobulbar • Pembedahan hanya untuk glaukoma sudut sempit  iridektomi
  • 153. 64. Hifema • Blood in the front (anterior) chamber of the eye a reddish tinge, or a small pool of blood at the bottom of the iris or in the cornea. • May partially or completely block vision. • The most common causes of hyphema are intraocular surgery, blunt trauma, and lacerating trauma • The main goals of treatment are to decrease the risk of rebleeding within the eye, corneal blood staining, and atrophy of the optic nerve. • Treatment :elevating the head at night, wearing an patch and shield, and controlling any increase in intraocular pressure. Surgery if non-resolving hyphema or high IOP • Complication: rebleeding, peripheral anterior synechiea, atrophy optic nerve, glaucoma (months or years after due to angle closure)
  • 154. 65. TRAUMA KIMIA MATA • Merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut • Keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan • Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang bersifat asam (pH < 7) dan yang bersifat basa (pH > 7,6) • Pemeriksaan Penunjang :  Kertas Lakmus : cek pH berkala  Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan lokasi luka  Tonometri  Funduskopi direk dan indirek • Klasifikasi :  Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)  Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)  Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat 1/2 iskemik limbus (prognosis kurang)  Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus (prognosis sangat buruk) http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
  • 155. Trauma Kimia Tatalaksana Emergensi :  Irigasi : utk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan menormalkan pH mata; dgn larutan normal saline (atau setara)  Double eversi kelopak mata : utk memindahkan material  Debridemen : pada epitel kornea yang nekrotik Tatalaksana Medikamentosa :  Steroid : mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil  Siklopegik : mengistirahatkan iris, mencegah iritis (atropine atau scopolamin)  dilatasi pupil  Antibiotik : mencegah infeksi oleh kuman oportunis http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf; Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas
  • 156. • Removing the offending agent – Immediate copious irrigation • With a sterile balanced buffered solution normal saline solution or ringer's lactate solution • Until the ph (acidity) of the eye returns to normal – Pain relief Topical anesthetic • Promoting ocular surface(epithelial)healing – artificial tears – Ascorbate collagen remodeling – Placement of a therapeutic bandage contact lens until the epithelium has regenerated • Controlling inflammation – Inflammatory inhibits reepithelialization and increases the risk of corneal ulceration and perforation – Topical steroids – Ascorbate (500 mg PO qid) • Preventing infection – Prophylactic topical antibiotics • Controlling IOP – In initial therapy and during the later recovery phase, if IOP is high (>30 mm Hg) • Control pain – Cycloplegic agentsciliary spasm – Oral pain medication The Goals Of Management :
  • 157. 66. Konjungtivitis Klamidia EPIDEMIOLOGY • Adult chlamydial conjunctivitis is a sexually transmitted disease (STD) • All ages but particularly young adults • More women than men affected C. trachomatis serotypes D-K Histopathology: basophilic intracytoplasmic epithelial inclusion bodies (on Giemsa staining) SIGNS • Preauricular lymphadenopathy • Mucopurulent discharge • Conjunctival injection • Chemosis • Follicular reaction (especially bulbar or plica semilunaris follicles) • Superior micropannus • Fine or coarse epithelial or subepithelial corneal infiltrates SYMPTOMS • Unilateral or bilateral involvement • Purulent discharge, crusting of lashes, swollen lids, or lids "glued together" • Patient may also complain of: ◦ red eyes ◦ irritation ◦ tearing ◦ photophobia ◦ blurred vision TREATMENT Options include one of the following: • Azithromycin 1000mg single dose • Doxycycline 100mg BID for 7 days • Tetracycline 100mg QID x 7 days (avoid in pregnant women and in children) • Erythromycin 500 mg QID x 7 days Patient and sexual contacts should be evaluated and treated for other STDs. http://www.aao.org/theeyeshaveit/red-eye/chlamydial-conjunctivitis.cfm
  • 158. 67. Konjungtivitis Akut • Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata • Gejala khusus pada konjungtivitis adalah sekret  hasil produksi sel goblet
  • 159. 68.Endophtalmitis • Uveitis – acute, sterile anterior segment inflammation – develop symptoms within 12 to 24 hours of the surgery – Red eye and painfull – Slit lamp → increased cell and flare, hypopyon formation, diffuse corneal edema • Swelling of the macula (cystoid macular edema) – between 2 and 12 weeks after cataract surgery – vision becomes blurry after a period of clear vision – Risk Factor:age-related macular degeneration, diabetic retinopathy • Retinal detachment – Fluid seeps through a tear in the retina – shadow in field of vision, floaters or flashing lights • Endophthalmitis – Painful eyeball, Lid oedema, chemosis, conjunctival injection – very poor vision – sensitivity to light – Purulent discharge → hypopyon, corneal infiltrates
  • 161. 69. CT Scan • CT scan merupakan pemeriksaan “gold standar” untuk penegakkan diagnosis stroke - Stroke hemorargik Ct- scan merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis perdarahan akut (terutama dalam seminggu pertama serangan stroke) - Stroke iskemik dalam satu jam pertama serangan stroke iskemik, hanya <50% infark yang dapat terlihat  perlu diffusion weighted MRI
  • 162. CT – Scan pada Stroke Iskemik • Stadium Hiperakut (<12 jam serangan) – Normal 50-60% – Arteri hiperdense (dense MCA sign) – Obstruksi pada nukleus lentiformis – Insular ribbon sign • Acute : 12 – 24 jam serangan – Low density basal ganglia – Sulcal effacement • 1 – 3 hari setelah serangan – Peningkatan massa – Transformasi hemorargik
  • 164. DIAGNOSIS ME TB • ME TB bersifat subakut • Gejala prodormal : – Demam sub akut, malaise, nyeri kepala, pusing, muntah dan perubahan personaliti (muncul beberapa minggu sebelumnya) • Setelah prodormal selesai, pasien akan menderita nyeri kepala hebat, perubahan kesadaran, stroke, hidrosefalus, dan neuropati kranial • Kejang jarang terjadi pada orang dewasa  bila ada kemungkinan meningitis bakterial atau virus atau tuberkuloma serebri • Kejang sering muncul pada pasien anak (hampir 50% kasus) • Penegakkan diagnosis berdasar pada manifestasi klinis dan pemeriksaan CSF • Pada pemeriksaan CSF didapatkan : – Pleositosis dengan predominan limfosit – Total WBC 100 and 500 cells/ÎźL. – Pada fase awal, sel darah putih dapat rendah dengan predominan neutrofil – Protein meningkat antara 100 dan 500 mg/dL, – Glukosa rendah kurang dari 45mg/dL atau rasio CSF: plasma <0.5 Marx GE, Chan ED. Tuberculous Meningitis : Diagnosis and Treatment Review. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis Research and Treatment Volume 2011, Article ID 798764, 9 pages
  • 166. 71. Nyeri Pinggang Bawah Neurologic exam A. Deep tendon reflexes (knee jerk – L4, ankle jerk – S1) B. Straight-leg raise C. Dorsiflexion of ankle during straight-leg raise test increases sciatic tension and pain D. Plantar flexion at ankle during straight-leg raise relieves sciatic tension and pain E. Ankle clonus F. Consider rectal exam (for tone) and check for perianal sensation (cauda equina syndrome
  • 167. 72. Afasia Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami bahasa Tujuh komponen Wernicke-Geshwind Model • Stimulus auditif  sistem audiktif  area auditif primer di girus Hiscl (di kedua lobus temporalis)  area auditif primer di hemisfer yg dominan  area asosiasi auditif (Wernicke area)  informasi diteruskan ke daerah enkoding motorik (area Broca)
  • 168. Afasia Global Melibatkan seluruh daerah bahasa di fisura Sylvii, pasien sama sekali tidak berbicara, atau sepatah kata atau frasa yang diulang ulang, artikulasi buruk, tidak bermakna Afasia Broca (Lesi Frontal) Pasien tidak bicara atau sedikit bicara, memerlukan banyak usaha untuk berbicara, miskin gramtik, menyisipkan, mengimbuh huruf atau bunyi yg salah Afasia Wenicke (Sensorik) – Lesi Temporoparietal Bicara terlalu banyak, kalimat yang diucapkan tidak mempunyai arti Afasia Transkortikal
  • 169.
  • 171.
  • 172. 74. Stroke Stroke (WHO MONICA 1986) Gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma ataupun infeksi.
  • 173. Tanda dan Gejala Stroke (De Freitas et al 2009)  Hemidefisit motorik  Hemidefisit sensorik  Penurunan kesadaran  Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus (XII) sentral  Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual (demensia)  Buta separuh lapang pandang (hemianopsia)  Defisit batang otak Siriraj Stroke skor
  • 174. 75. Parkinson • Jarang muncul sebelum usia 40 tahun, resiko meningkat dengan bertambahnya usia dan mengenai 1-% pasien berumur di atas 65 tahun •Faktor resiko parkinson : • genetik • terpapar pestisida • kopi dan rokok menurunkan resiko terjadinya parkinson Kerusakan pada neuron penghasil dopamine di Substansia Nigra Jalur nigrostriatal : Dopamine ↓ di korpus striatum Produksi Dopamine ↓ Rigiditas, Bradykinesia, Tremor, Gangguan berjalan Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005
  • 175.
  • 176. 76. Sindrom Guillian Barre Guillain-BarrĂŠ syndrome (GBS) is a group of autoimmune syndromes consisting of demyelinating and acute axonal degenerating forms of the disease
  • 177. 77. Bells Palsy • Paresis nervus VII perifer idiopatik  ditemukan pertama kali oleh Sir Charles Bell ( 1774-1842) • Etiologi – Inflamasi pada nervus fascialis di ganglion geniculatum  menyebabkan kompresi dan akhirnya terjadi iskemia dan demyelinisasi – Penyebab inflamasi belum dapat diidentifikasi, dicurigai disebabkan oleh infeksi HSV-1 Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
  • 178. Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
  • 179. 78. Hernia Nukleus Pulposus • Penonjolan diskus intervertabralis dengan protusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina.
  • 180. Tanda dan gejala : 1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas. 2.Nyeri tulang belakang 3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas 4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap. 5. nyeri diperberat akibat peningkatan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
  • 181. 79. Fungsi Otak Korteks serebri -Lobus oksipital -Lobus temporal -Lobus parietal -Lobus frontal -Menerima dan memproses informasi visual - Penghidu, pendegaran, keseimbangan, emosi dan motivasi , bahasa - area asosiasi sensorik dan kemampuan visuospasial -Konsentrasi, kontrol emosi, area motorik, tempat koordinasi semua sinyal dari bagian otak, proses pemecahan masalah yang kompleks, kepribadian Sistem limbik Hipokampus Amygdala Pembentukan memori baru Mengatur emosi yang terkait dengan self perservation Central core -Medulla oblongata (medulla) -Pons -Cerebellum -Hipotalamus -Mengatur respirasi, nadi dan tekanan darah -Mengatur siklus bangun dan tidur -Mengatur refleks, keseimbangan dan mengkoordinasikan gerakan -Emosi dan motivasi, reaksi terhadap stres
  • 182. 80. Motion Sickness • Perasaan mual dan pusing yang terjadi akibat gerakan saat menaiki mobil, roller coaster atau menaiki perahu • Terkait dengan sistem keseimbangan yaitu : – Telinga dalam – Mata – Reseptor di kulit – Reseptor di sendi dan otot – SSP
  • 184. 81. Pemeriksaan status mental • Adalah kesimpulan menyeluruh yang mendeskripsikan hasil observasi dan kesan dari pasien selama wawancara • Status mental pasien dapat berubah dengan waktu • Status mental = deskripsi: penampilan } pembicaraan } perilaku } pikiran } pasien selama wawancara
  • 185. Pemeriksaan status mental I. Deskripsi umum 1. Penampilan 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor 3. Sikap terhadap pemeriksa II. Mood dan afek 1. Mood 2. Afek 3. Keserasian afek III. Ciri pembicaraan IV. Persepsi V. Isi pikiran dan arah pikiran ( mental trends ) 1. Proses / bentuk pikiran 2. Isi pikiran VI. Kesadaran dan kognisi VII. Pengendalian impuls VIII. Daya nilai dan tilikan IX. Taraf dapat dipercaya
  • 186. Perasaan ( mood & afek ) • Mood = suasana perasaan • emosi yang meresap dan terus menerus yang mewarnai persepsi seseorang akan dunia. • Deskripsi mood Euthym : normal Hypothym : murung-putus asa-depresif Hyperthym : elasi-ekspansif-euforik-manik Empty : kosong-hambar Irritable : mudah tersinggung Alexithymia : sulit mengungkapkan perasaan
  • 187. • Afek : Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari ekspresi wajah, gerak tubuh, irama suara. • Deskripsi Afek : serasi / tidak serasi luas  terbatas  tumpul  datar labil/tegang/cemas
  • 188. Pembicaraan & Penampilan • Bicara dapat digambarkan didalam kualitasnya, kecepatan produksi suara dan kualitasnya. • Penampilan: secara fisik, pakaian, cara berjalan, rapi/ tidak, terurus/tidak
  • 189. Tilikan • Dalam arti sempit adalah pemahaman pasien terhadap penyakitnya • Derajat tilikan: 1. Penyangkalan penyakit sama sekali 2. Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya. 3. Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal atau faktor organik 4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya 5. Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala disebabkan gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tetapi TIDAK menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa depan 6. Tilikan emosional sesungguhnya: Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motifasi untuk mencapai perbaikan
  • 190. 82. Kompulsif Kompulsif desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Jika dilakukan  tindakan kompulsif Isi pikir Isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya dipikirkan seseorang: gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi. arus pikir: cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan asosiasi, yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses pikiran mungkin logis dan koheren atau sama sekali tidak logis dan bahkan tidak dapat dimengerti (termasuk neologisme, asosiasi longgar, flight of ideas, tangensial, sirkumtansial) Flight of ideas gagasan yang bertubi-tubi melompat dari satu topik ke topik lain Obsesif gagasan, bayangan pikiran atau impuls yang timbul dalam pikiran individu secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
  • 191. 83. Efek samping obat antipsikotik tipikal Akatisis syndrome characterized by unpleasant sensations of inner restlessness that manifests itself with an inability to sit still or remain motionless. (a subjective disorder characterized by a desire to be in constant motion resulting in an inability to sit still and a compulsion to move.) Rigiditas Stiffness or inflexibility. Bradikinesia extreme slowness of movements and reflexes Distonia akut sustained muscle contractions cause twisting and repetitive movements or abnormal postures (characterized by intermittent spasmodic or sustained involuntary contractions of muscles in the face, neck, trunk, pelvis). Frequently a result of antiemetics metoclopramide, typical antipsychotic eg. Chlorpromazine Tardive dyskinesia an involuntary movement disorder characterized by repetitive purposeless movements which typically involve the buccolingual masticatory areas but which can include choreoathetoid limb movement.
  • 192. 84-85. Sleep Disorder • DSM-IV-TR divides primary sleep disorders into: – Dyssomnias: disorders of quantity or timing of sleep • Insomnia • Hypersomnia – Parasomnias: abnormal behaviors during sleep or the transition between sleep and wakefulness. • Sleep walking , night terror, nightmare Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
  • 193. Sleep Disorder • Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep. It is the most common sleep complaint and may be transient or persistent. • Primary insomnia is commonly treated with benzodiazepines. Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
  • 194. Insomnia • According to severity: – Mild: almost every night, minimum impairment of quality of life (QoL) – Moderate: every night, moderate impairment QoL with symptoms (irritability, anxiety, fatigue) – Severe: every night, moderate impairment QoL with more severe symptoms of irritability, anxiety, fatigue • According to form of presentation: – Sleep onset/early insomnia (difficulty falling asleep) – Sleep maintenance/middle insomnia (waking frequently) – End of sleep/late insomnia (waking too early)
  • 195. 86. Raptus • Abulia: global underactivity (lack of motivation or desire to perform a task) (eg: In stroke, abulia results most often from damage to the frontal lobes) • Raptus: a pathological paroxysm of activity giving vent to impulse or tension (as in an act of violence) • Halusinasi: Penginderaan/persepsi sensoris tanpa adanya stimulus eksternal
  • 196. • Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut. • Merupakan sumber penderitaan atau mengganggu aktivitas penderita • Glutamatergic abnormalities in corticostriatal brain circuits are thought to underlie obsessive-compulsive disorder (OCD) • Low GABA function is a consistent finding in mood disorders. Highest concentrations of GABA are found in the basal ganglia of the brain, followed by the hypothalamus, hippocampus and amygdala 87.Obsesif-kompulsif
  • 197. • Gejala-gejala obsesif : 1. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri; 2. Sedikitnya ada 1 pikiran/tindakan yang tidak berhasil dilawan; 3. Pikiran untuk melakukan tindakan tsb bukan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan 4. Gagasan, pikiran, atau impuls tsb harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan Gangguan Neurotik
  • 198. Predominan Tindakan Kompulsif (Obsessional Rituals) • Tindakan kompulsif umumnya berkaitan dengan : kebersihan (mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapian & keteraturan. • Dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya Gangguan Neurotik
  • 199. Diagnosis Karakteristik Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai perasaan akan datangnya kejadian menakutkan. Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya stimulus. Gangguan cemas menyeluruh Ansietas berlebih terus menerus disertai ketegangan motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita). Gangguan konversi Merupakan gangguan disosiatif Depresi afek depresif, hilang minat & kegembiraan, mudah lelah & menurunnya aktivitas.
  • 200. 88-89. Kubler-Ross’ stages of griefing 1. Denial  deny the reality of the situation. It is a defense mechanism that buffers the immediate shock. block out the words and hide from the facts. 2. Anger  The anger may be aimed at God, complete strangers, friends or family. Anger may be directed at our dying or deceased loved one. 3. Bargaining The third stage involves the hope that the individual can somehow postpone or delay death. Usually, the negotiation for an extended life is made with a higher power in exchange for a reformed lifestyle (eg: God)
  • 201. 4. Depression During the fourth stage, the grieving person begins to understand the certainty of death. Because of this, the individual may become silent, refuse visitors and spend much of the time crying and grieving. This process allows the dying person to disconnect from things of love and affection. Eg: "I'm so sad, why bother with anything?"; "I'm going to die soon so what's the point?"; "I miss my loved one, why go on?" 5. Acceptance  In this last stage, individuals begin to come to terms with their mortality, or that of a loved one, or other tragic event Eg."It's going to be okay."; "I can't fight it, I may as well prepare for it."
  • 202. 90.Depresi • Gejala lainnya: 1. konsentrasi menurun, 2. harga diri & kepercayaan diri berkurang, 3. rasa bersalah & tidak berguna yang tidak beralasan, 4. merasa masa depan suram & pesimistis, 5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, 6. tidur terganggu, 7. perubahan nafsu makan (naik atau turun). • Gejala utama: 1. afek depresif, 2. hilang minat & kegembiraan, 3. mudah lelah & menurunnya aktivitas. PPDGJ
  • 203. Depresi • Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2 minggu • Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2 minggu. • Episode depresif berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain > 2 minggu. Jika gejala amat berat & awitannya cepat, diagnosis boleh ditegakkan meski kurang dari 2 minggu. • Episode depresif berat dengan gejala psikotik: episode depresif berat + waham, halusinasi, atau stupor depresif. PPDGJ
  • 204. Depresi • Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling efektif. • The different antidepressant class adverse effect profiles make the SSRIs more tolerable than the TCAs  SSRI is commonly used as first line drug for major depression. • Contoh: – Sertraline dosis awal 1x50 mg – Fluoxetine dosis awal 1x20 mg
  • 205. 91.Eksebisionisme Istilah Keterangan Sado-masokisme Preferensi terhadap aktifitas seksual yang menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Pelaku disebut Sadism, Resipien disebut masokism Fetihisme Mengandalkan benda mati sebagai rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan kepuasan seksual. Contoh : pakaian dalam atau sepatu Voyeurisme Kecenderungan berulang atau menetap untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang menanggalkan pakaian Ekshibisionisme Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis) atau pada orang banyak ditempat umum Nekrofilia Perilaku seksual terhadap mayat Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving touching and rubbing against a nonconsenting person.
  • 206. 92. Sexual Dysfunction • Sexual desire disorders – Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD); • Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual fantasies and desire for sexual activity – Sexual Aversion Disorder (SAD) • Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of, all (or almost all) genital sexual contact with a sexual partner. • Sexual arousal disorders – Female Sexual Arousal Disorder (FSAD) • Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until completion of the sexual activity, an adequate lubrication- swelling response of sexual excitement. – Male Erectile Disorder • Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until completion of the sexual activity, an adequate erection. Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
  • 207. Sexual Dysfunction • Orgasmic disorders – Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm) – Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm): sometimes called inhibited orgasm or retarded ejaculation, a man achieves ejaculation during coitus with great difficulty – Premature Ejaculation • Sexual pain disorders – Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated with sexual intercourse. – Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the vagina that interferes with penile insertion and intercourse. • Sexual dysfunction due to general medical condition • Substance-Induced Sexual Dysfunction – With impaired desire/With impaired arousal/With impaired orgasm/With sexual pain/With onset during intoxication Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
  • 208. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
  • 209. 93. Urinary Tract Infection (UTI) Pathophysiology 1. Infection spreads from renal pelvis to renal cortex 2. Kidney grossly edematous; localized abscesses in cortex surface 3. E. Coli responsible organism for 85% of acute pyelonephritis; also Proteus, Klebsiella Manifestations 1. Demam dan menggigil yang tiba-tiba 2. Malaise 3. muntah 4. Nyeri pinggang 5. Nyeri dan nyeri ketok Costovertebral 6. Urinary frequency, dysuria
  • 210. E. coli • Ada di GIT • Patofisiologi: – Infeksi endogen setelah menembus barier imun – Sepsis dengan fokus infeksi pada traktus urinarius atau GIT, merupakan bakteri gram negatif tersering penyebab sepsis – Urinary tract infectionSebagian besar menginfeksi pasien dalam komunitas, ditransmisikan dari GIT secara asenden, beberapa serotipe menempel pada traktus urinarius – Forms complex of numerous o-somatic, H- flagellar and K - capsular antigens • Kultur  Media Mc Conkey – Koloni merah mudamemfermentasi laktosa
  • 211. Tes indentifikasi (IMViCIndol, metil, Voges,citrat) Identifikasi bakteri enterobactericeae • Tes indoluntuk membedakan bakteri batang gram negatif dalam famili Enterobacteriaceaemerubah triptofan menjadi indole – tes indol + • Escherichia coli • Haemophilus influenzae • Proteus sp. (not P. mirabilis and P. penneri) • Vibrio sp – Tes indol – • most Bacillus sp. • Enterobacter sp. • most Klebsiella sp. • Proteus mirabilis, • Pseudomonas sp.
  • 212. • Tes Methyl Red identifikasi bakteri melalui jalur fermentasi glukosa yang digunakan – Jalur fermentasi • Menghasilkan produk asam yang cepat diubah menjadi produk netral – Butylene glycol pathway • Produk netralacetoin and 2,3-butanediol – Mixed acid pathway • Produk asamlactic, acetic, and formic acid – Indikator pH • Merah: pH < 4.4 • Kuning: pH > 6.2 • Orange : diantaranya
  • 213. • Tes Voges-Proskauer – Mendeteksi bakteri yang menggunakan butylene glycol pathway dan memproduksi acetoin – Hasil: • Positif: merah • Negatif: warna tembaga (copper color) http://www.microbelibrary.org/library/laboratory- test/3204-methyl-red-and-voges-proskauer-test-protocols
  • 214. • Tes biokimia E.coli – Tes indol + – Tes Methyl menghasilkan warna merah – Tes Voges-Proskauer -
  • 215. 94. Ektima • Ektima adalah ulkus superficial dengan krusta yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus B hemoliticus. • Pada pemeriksaan fisik akan terlihat krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang banyak mendapat trauma. • Streptococcus adalah bakteri golongan gram positif pada pewarnaan gram (berwarna ungu). Hal ini disebabkan karena lapisan peptidoglikan. • Pengobatan dari ektima adalah pengangkatan krusta dan pemberian salep antibiotik seperti basitrasin, mupirocin dan neomisin.
  • 216. 95. Varisela • Varisela adalah infeksi akut primer oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. • Gejala klinis berupa demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala, erupsi kulit berupa papul eritmatosa yang dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Vesikel yang khas berbentuk tetesan embun (tear drop) • Pengobatan: antipiretik, analgesik, bedak untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah pecahnya vesikel. • Asan salisilat dosis rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, menunjang pembentukan keratin baru. Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan dipakaiuntuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik.
  • 217. 96. Ptiriasis Versikolor • Penyakit jamur superficial yang kronik • Etiologi: Malassezia furfur • Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat kehitaman pada badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas. Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
  • 218. • Diagnosis: – Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%: hifa pendek dan spora bulat berkelompok. • PENTING dibedakan. – Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat, spora bercabang (artospora) – KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
  • 219. 97. Miasis • Miasis adalah kontaminasi tubuh oleh larva. • Biasanya pada luka terbuka yang tidak bersih dan menyebabkan larva bisa sampai ke luka tersebut. • Lalat merupakan salah satu vektor penyebar larva. • Penanganan larva adalah dengan menjaga kebersihan diri dan luka. Larva harus dibersihkan dan luka juga dibesihkan. Apabila dicurigai terdapat infeksi bakteri dapat diberikan antiobiotik.
  • 220. 98. Trichuris Trichiura • Cacing ini berbentuk seperti cambuk di ujungnya. Berwarna abu merah muda. Cacing betina lebih kecil dari jantan. • Telur dari cacing ini berukuran 50 x 20Îźm. Berwarna kecoklatan dengan kedua ujung/kutub yang transparan • Pengobatan: Mebendazole, albendazole
  • 221. Cacing dewasa T. Trichiura Telur T. Trichiura
  • 222. Telur cacing • Ascaris lumbricoides telur berbentuk bulat berlapis dengan bagian luar bergerigi • Ancylostoma duodenale dan necator americanus telur oval dengan segmented ovum • Trichuris trichiuratelur seperti tempayan
  • 223.
  • 224. 99. Lepra • Penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae • Lesi kulit: terdapat ebrbagai jenis lesikulit pada leprae: makula, papul dengan pewarnaan hipopigmentasi atau eritematosa • Deformitas terjdi akibat langsung dari granuloma yang merusak jaringan sekitarnya. Gangguan anestesia dapat menyebabkan deformitas
  • 225. • Pemeriksaan penunjang – Pemeriksaan bakterioskopik dengan pewarnaan Ziehl Neelsen dapat menghitung jumlah bakteri – Pemeriksaan histopatologisBerasal dari jaringan lesi lepra ditemukan sel vrichow (histiosit dengan M leprae di dalamnya) – Pemeriksaan serologik: pemeriksaan antibodi terhadap M. leprae
  • 226. • Pengobatan leprae: – DDS, Rifampisin, klofazimin. • Yang tidak kalah penting adalah pencegahan cacat. Pasien kusta meiliki risiko yang lebih tinggi utk menderita kecacatan karena gangguan sensorik dan kelemahan otot. Edukasi cara penggunaan sepatu, sarung tangan, memeriksa jika ada luka dan perawatan kulit.
  • 228. 100. Miliaria Kelainan kulit akibat retensi keringat • Miliaria kristalina: – Vesikel berukuran 1-2 mm pada bedan setelah banyak berkeringat, tanpa tanda radang, pada bagian yang tertutup pakaian, keluhan tidak • ada. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat • Miliaria rubra: – Papul merah yang gatal, pada badan dan tempat-tempat tekanan/gesekan pakaian. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, bedak salisil 2% + menthol 0,25-2%, losio calamin • Miliaria profunda – Timbul setelah miliaria rubra, papul putih, keras di badan dan ekstremitas, tidak gatal, tidak eritema. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, losio calamin, resorsin 3%
  • 229. 101. Ptiriasis Versikolor • Penyakit jamur superficial yang kronik • Etiologi: Malassezia furfur • Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat kehitaman pada badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas. Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
  • 230. • Diagnosis: – Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%: hifa pendek dan spora bulat berkelompok. • PENTING dibedakan. – Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat, spora bercabang (artospora) – KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
  • 231. 102-103. Urtikaria • Reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam- macam sebab. • Edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan • Etiologi: obat, makanan, gigitan serangga, inhalan Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
  • 232. • Patogenesis urtikaria: – Faktor fisik (panas. Dingin), inhalan, makanan) sel mast/basofil histamin, serotonin vasodilatasi dan permeabilitas meningkat urtikaria.
  • 233. • Pengobatan urtikaria: – Hindari penyebab – Antihistamin (chlortrimethon, cimetidine) – Kortikosteroidurtikaria akut – Desensitisasi (pada urtikaria dingin, melakukan sensitisasi air pada suhu 10C, 2xsehari selama 2- 3minggu)
  • 234. 104. Skabies • Penyakit kulit akibat imfestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabei • Cara penularan: Kontak langsung (kulit dengan kulit), kontak tak langsung (melalui benda) • Kelainan kulit terjadi tidak hanya disebabkan oleh tungau, namun juga karena garukan. Ditemukan papul, vesikel, urtika. Dengan garukan akan timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
  • 235. • Gejala klinis, 4 tanda kardinal: – Pruritus nokturna: gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yg lembab dan panas – Menyerang secara kelompok: pada satu keluarga. Karena penyakit ini dapat menualr melalui kontak – Kanikulus: terowongan putih keabuan berbentuk garis lurus atau berkelok. Pada ujung terowongan dapat ditemukan papul atau vesikel. – Menemukan tungau: dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
  • 236. • Pegobatan: (Pasien dan seluruh keluarga arus diobati untuk mencegah infeksi kembali karena kontak langsung) – Belerang endap 4-20% tidak efektif terhadap stadium telur. – Emulsi benzil-benzoas 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari – Gameksan 1% efektif terhadap semua stadium, tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil – Permetrin 5% dihapus setelah pemberian selama 10 jam. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
  • 239. WHO. SEARO. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue hemorrhagic fever in small hospitals. 1999.
  • 240.
  • 241.
  • 242. 106.ACQUIRED PROTHROMBINE COMPLEX DEFICIENCY (APCD)/HEMORRHAGIC DISEASE OF THE NEWBORN (HDN)/ VITAMIN DEFICIENCY BLEEDING • Etiologi  defisiensi vitamin K krn: – Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan cadangan di hati – Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI – Tidak mendapat injeksi vitamin K1 pada saat baru lahir Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
  • 243. Hemorrhagic disease of newborn (HDN) Acquired prothrombrin complex deficiency (APCD) Stadium Characteristic Early HDN Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Baby born of mother who has been on certain drugs: anticonvulsant, antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant. Classic HDN Occurs during 2 to 7 day of life when the prothrombin complex is low. It was found in babies who do not received VKP or VK supplemented. Vit K deficiency Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Definite etiology inducing VKP is found in association with bleeding: malabsorption of VK ie gut resection, biliary atresia, severe liver disease-induced intrahepatic biliary obstruction. Late HDN / APCD Acquired bleeding disorder in the 2 week to 6 month age infant caused by reduced vitamin K dependent clotting factor (II, VII, IX, X) with a high incidence of intracranial hemorrhage and responds to VK.
  • 244.
  • 245. Diagnosis APCD • Diagnosis – Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba tampak pucat, malas minum, lemah. Tidak mendapat vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal – PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda peningkatan tekanan intrakranial (UUB membonjol, penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis fokal – Lab: Anemia dengan trombosit normal, PT memanjang, APTT normal/memanjang. USG/CT Scan kepala : perdarahan intrakranial – Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB membonjol harus dipikirkan APCD sampai terbukti bukan Buku PPM Anak IDAI
  • 246. Tatalaksana APCD • Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut • Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB selama 3 hari berturut-turut • Transfusi PRC sesuai Hb • Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial (Manitol 0,5-1 g/kgBB/kali atau furosemid 1 mg/kgBB/kali) • Konsultasi bedah syaraf • Pencegahan : Injeksi Vitamin KI 1 mg IM pada semua bayi baru lahir Buku PPM Anak IDAI
  • 247. 107. Derajat dehidrasi & komplikasi diare
  • 248. KOMPLIKASI DIARE • Dehidrasi • Asidosis Metabolik • Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi undernutrition • Gangguan elektrolit – Hiponatremia – Hipernatremia – Hipokalemia – (NB: kondisi hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal motility menyebabkan watery diarrhea.) • Gangguan gizi • Gangguan sirkulasi (syok)
  • 249. KELAINAN ELEKTROLIT PADA DIARE • HIPERnatremia (> 144 mEq/L) – Hiperrefleks, mental status changes (lethargy, stupor, coma etc), seizures • HIPONatremia (<136 mEq/L) – Hiporeflexia, mental status changes, SEIZURES • HIPOKalemia (<3.6 mEq/L) – Muscle weakness, cramps, tetany, polyuria, polydipsia, decreased motor strength, ileus, orthostatic hypotension
  • 250. No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindaklanjut H 1-2 H 3-7 H 8-14 mg 3-6 mg 7-26 1. Atasi/cegah hipoglikemia 2. Atasi/cegah hipotermia 3. Atasi/cegah dehidrasi 4. Perbaiki gangguan elektrolit 5. Obati infeksi 6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe 7. Makanan stab & trans 8. Makanan Tumb.kejar 9. Stimulasi 10. Siapkan tindak lanjut 108. Tatalaksana GIZI BURUK
  • 251. HIPOGLIKEMIA • Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (< 54 mg/dl) • Jika tidak memungkinkan periksa GDS, maka semua anak gizi buruk dianggap hipoglikemia • Segera beri F-75 pertama, bila tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml glukosa/ gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) oral/NGT. • Jika anak tidak sadar, beri larutan glukosa 10% IV bolus 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT. • Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.
  • 252. HIPOTERMIA (Suhu aksilar < 35.5° C) • Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas/ lampu di dekatnya, atau lakukan metode kanguru. • Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam s.d suhu menjadi 36.5° C/lbh. • Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C
  • 253. DEHIDRASI • Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok. • Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT – beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama – setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
  • 254. • Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari) • Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari) • Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari) • Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi) • Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan: • Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15. 109. Tatalaksana defisiensi mikronutrien pada gizi buruk
  • 255. 110. Patofisiologi Sindrom Nefrotik • Haematuria, oliguria, hypertension, pulmonary oedema to suggest acute glomerulonephritis. Frothy urine suggests nephrotic syndrome. Renal Disease • Stigmata of chronic liver disease such as jaundice, palmar erythema, clubbing, pruritic rash, hepatosplenomegaly with gross ascites in the absence of jaundice to exclude portal vein thrombosis Liver Disease • Edema usually mild, commonly periorbital. History of allergen exposure Allergic Reaction • Decreased effort tolerance, orthopnoea, paroxysmal nocturnal dyspnoea and signs such as cardiomegaly, gallop rhythm, lung crepitations and turgid liver Cardiac Disease
  • 256.
  • 257.
  • 260. NORMAL GLOMERULUS The glomerular basement membrane (GBM) of the kidney is the basal lamina layer of the glomerulus. The GBM is a fusion of the endothelial cell and podocyte basal laminas
  • 261.
  • 262. This is a normal glomerulus by light microscopy.
  • 263. Minimal-Change Glomerulonephritis • Also known as Nil Lesions or Nil Disease (lipoid nephrosis) • Minimal change nephrotic syndrome (MCNS) is the most common cause of the nephrotic syndrome in children, accounting for 90% of cases under the age of 10 years and more than 50% in older children. Nephrology (Carlton). 2007 Dec;12 Suppl 3:S11-4. Pathophysiology of minimal change nephrotic syndrome and focal segmental glomerulosclerosis. Cho MH, Hong EH, Lee TH, Ko CW.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17995521
  • 264. Minimal-change disease (MCD), also known as lipoid nephrosis or nil disease, is the most common single form of nephrotic syndrome in children. It refers to a histopathologic lesion in the glomerulus that almost always is associated with nephrotic syndrome. It typically is a disease of childhood, but it also can occur in adults.
  • 265. Glomerulonephritis, crescentic (RPGN). Light microscopy (25x hematoxylin and eosin stain): Compression of the glomerular tuft with a circumferential cellular crescent that occupies most of the Bowman space. Rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN) is defined as any glomerular disease characterized by extensive crescents (usually >50%) as the principal histologic finding and by a rapid loss of renal function (usually a 50% decline in the glomerular filtration rate [GFR] within 3 mo) as the clinical correlate. Image courtesy of Madeleine Moussa, MD, FRCPC, Department of Pathology, London Health Sciences Centre, London, Ontario, Canada.
  • 266. This is focal segmental glomerulosclerosis (FSGS). An area of collagenous sclerosis runs across the middle of this glomerulus. As the name implies, only some (focal) glomeruli are affected and just part of the affected glomerulus is involved (segmental) with the sclerosis. In contrast to minimal change disease, patients with FSGS are more likely to have non- selective proteinuria, hematuria, progression to chronic renal failure, and poor response to corticosteroid therapy
  • 267. The hypercellularity of post-infectious glomerulonephritis is due to increased numbers of epithelial, endothelial, and mesangial cells as well as neutrophils in and around the glomerular capillary loops. This disease may follow several weeks after infection with certain strains of group A beta hemolytic streptococci. Patients who have had a strep infection typically have an elevated anti-streptolysin O (ASO) titer. This glomerulus is hypercellular and capillary loops are poorly defined. This is a type of proliferative glomerulonephritis known as post- infectious glomerulonephritis. This case followed a group A beta hemolytic streptococcal infection of the pharynx 3 weeks earlier, and thus it could be termed 'post-streptococcal gomerulonephritis'. http://library.med.utah.edu/WebPath/RENAHTML
  • 268. Here is the light microscopic appearance of membranous nephropathy in which the capillary loops are thickened and prominent, but the cellularity is not increased. Membranous GN is the most common cause for nephrotic syndrome in adults. In most cases there is no underlying condition present (idiopathic). However, some cases of membranous GN can be linked to a chronic infectious disease such as hepatitis B, a carcinoma, or SLE.
  • 269. Mesangial Proliferative GN • Mesangioproliferative pattern of glomerular injury is characterized by the expansion of mesangial matrix and the mesangial hypercellularity. • Contoh: immune disease such as IgA nephropathy or class II lupus nephritis or non- immune diseases such as early diabetic glomerulosclerosis