1. Demam tifoid dan hepatitis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis virus dan bakteri, yang menyerang hati dan sistem pencernaan dan menimbulkan berbagai gejala klinis.
2. HIV dan TB merupakan infeksi yang saling berhubungan di mana infeksi satu penyakit dapat mempengaruhi presentasi klinis penyakit yang lain.
3. Penyakit jantung dan lipid memiliki hubungan erat di mana target utama pen
1. PEMBAHASAN
LATIHAN SOAL UKDI CLINIC I
OPTIMAPREP
BATCH NOVEMBER 2015
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
dr. Resthie, dr. Reza, dr. Yusuf
dr. Cemara, dr. Zanetha
3. 1. Demam Tifoid
⢠Kultur darah umumnya ditemukan pada minggu pertama
⢠Kultur feses mulai ditemukan pada minggu kedua dan ketiga
⢠Kultur urin mulai ditemukan pada minggu kedua
4. Demam Typhoid
⢠Kuman penyebab demam tifoid adalah
Salmonella enterica serotype Typhi dan hanya
dapat hidup pada manusia.
⢠Setelah kuman berhasil mengatasi penghadangan
asam lambung yang mungkin melemah karena
satu dan lain hal kuman S.typhi mulai melekat
pada sel mukosa intestinalď plak Peyerď pintu
gerbang mikroorganisme untuk mencapai
sirkulasi darah melalui saluran limfatik yang
bermuara di kelenjar getah bening mesenterium
yang berhubungan dengan ductus thoracicus.
5. Gejala Klinik
⢠Gejala klasik yang karakteristik adalah demam
stepladder.
⢠Penderita bisa mengeluh mengenai sakit kepala, mual,
menggigil, tidak nafsu makan dan perut tidak nyaman.
⢠Pada pemeriksaaan penderita dapat menunjukkan
keadaan bradikardi relatif, pada orang yang berkulit
putih bercak merah di kulit (rose spots) dan sebagian
penderita juga memperlihatkan lidah kotor dan
gemetar dengan pinggir kemerahan (typhoid tongue).
⢠Dalam minggu kedua ď gangguan kesadaran, tambah
lemah dengan demam yang tidak mau turun. Dalam
keadaan ini mungkin juga sudah dapat ditemukan
pembesaran dari hati dan limpa.
6. Diagnosis
⢠Tes serologik Widal ď mengandalkan kenaikan titer
serologik minimal empat kali dari semula atau gejala klinik
yang ditunjang oleh kenaikan titer yang diatas angka rata-
rata penduduk sehat setempat. Banyak kekurangan dari
tes ini tetapi kemudahan dalam pelaksanaannya membuat
tes ini bertahan.
⢠Tes cepat Tubex ď antigen somatik O9 S.typhi ternyata
lebih sensitif dari tes Widal dan pada saat ini mulai banyak
digunakan hanya sayang masih terbatas untuk S.typhi dan
tidak dapat merekam kelompok kuman paratifi.
⢠Bakteriologi merupakan cara diagnostik paling ideal.
Kuman dapat diisolasi dari darah, sumsum tulang, tinja,
urin, maupun bercak merah di kulit.
⢠Polymerase chain reaction (PCR) dianggap masih sulit dan
mahal
7. Pengobatan
⢠Obat terpilih saat ini adalah golongan kuinolon,
yang cepat dapat menurunkan demam, jarang
penderitanya menjadi carrier dan efek samping
obat tergolong ringan. Sejak dahulu sampai saat
ini obat ini belum diijinkan secara formal untuk
digunakan padaanak..
⢠Selain itu golongan kloramfenikol dan
cephalosporin juga dapat digunakan.
⢠Untuk kelompok umur muda ini dapat digunakan
obat sefalosporin generasi tiga seperti
parenteral seftriakson atau oral sefiksim
8. 2. Demam rheumatik
⢠Penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang rentan.
⢠Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit inr ditandai oleh
inflamasi endokardium dan miokardium melaiui proses
autoimun sehingga menyebabkan kerusakan jaringan.
⢠Insidens tertinggi ditemukan pada anak usia 5-15 tahun.
⢠Inflamasi berat dapat mengenai perikardium.
⢠Valvulitis merupakan tanda utama karditis reumatik :
â katup mitral (76%),
â katup aorta (13%), dan
â katup mitral+ aorta (97%).
9.
10.
11.
12. 3-4. Hepatitis
⢠Hepatitis adalah inflamasi hepar yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
⢠Penyebab hepatitis bervariasi, dimulai dari
autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol,
dan lain-lain.
⢠Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik
yang dominan menyerang hepar. Hepatitis
jenis ini paling sering disebabkan oleh virus
hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
13. Hepatitis A
⢠Hepatitis A Virus (HAV) ditularkan melalui
fekal oral, dengan kata lain dari konsumsi air
dan makanan yang terkontaminasi oleh HAV.
Virus terkandung dalam tinja penderita mulai
dari 2-3 minggu sebelum dan 1 minggu
sesudah timbulnya ikterik.
14. ⢠Semua hepatitis virus akut, apapun virus penyebabnya
dapat dibagi ke dalam 4 fase: fase inkubasi, fase
simtomatik preikterik, fase simtomatik ikterik
(jaundice dan sklera ikterik), dan fase konvalesen.
⢠Fase inkubasi ď tidak bergejala. Infektifitas tertinggi,
dimana partikel virus beredar dalam darah, terjadi
mulai dari akhir fase asimtomatik pada periode
inkubasi hingga fase awal gejala klinis.
⢠Fase preikterik ditandai dengan gejala konstitusional
seperti malaise, mual, dan penurunan nafsu makan.
Gejala lain seperti penurunan berat badan, demam
yang tidak begitu tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri
sendi, muntah, dan diare merupakan gejala-gejala
lainnya yang tidak selalu muncul.
15. ⢠Setelah ikterik muncul, biasanya gejala-gejala
konstitusional yang dialami oleh pasien akan
menghilang. Ikterik pada hepatitis lebih didominasi
oleh peningkatan bilirubin direk (terkonjugasi). Oleh
karena itu, pada pasien akan ditemui tanda urine yang
berwarna gelap. Kerusakan hepatosit akan
menyebabkan gangguan pada konjugasi bilirubin
indirek, sehingga hiperbilirubinemia yang tidak
terkonjugasi juga bisa meningkat. Fase ikterik pada
hepatitis A biasa terjadi pada orang dewasa, tetapi
tidak pada anak-anak.
⢠Dalam beberapa minggu hingga bulan semua gejala
dan tanda hepatitis seperti ikterik dan gejala sistemik
lainnya akan menghilang begitu memasuki fase
konvalesens.
18. 5. HIV-TB
⢠Pasien dengan HIV dapat merubah presentasi
klinis dari penyakit TB
⢠Menurut International Standard For Tubersulosis
Care (ISTC) :
â Pemeriksaan HIV diindikasikan pada semua penderita
TB di daerah dengan prevalens HIV tinggi.
â Pada daerah dengan prevalens HIV rendah,
pemeriksaan HIV diindikasikan pada mereka dengan
tanda dan gejala yang berhubungan dengan HIV atau
pasien TB dengan risiko tinggi terpajan virus HIV
19. HIV-TB
Terdapat beberapa karakteristik TB pada pasien
dengan infeksi HIV lanjut (khususnya CD4<200/mm3 )
yang perlu diperhatikan, karena perbedaan temuan
dengan kasus TB pada umumnya:
⢠Pemeriksaan sputum sering negatif
⢠Pemeriksaan tuberkulin dapat menjadi negatif
⢠Pada pemeriksaan foto thoraks lebih umum terlihat
gambaran TB milier dan efusi pleura dibandingkan
dengan pasien imunokompeten.
21. 6. Hepatoma
⢠Hepatoma merupakan keganasan hati
⢠Berbagai penyebab hepatoma adalah
â Infeksi kronik hepatitis Bď sirosisď hepatoma
â Resistensi insulinď non alcoholic liver disease
(NAFLD)ď sirosisď hepatoma
â Konsumsi alkoholď alcohlic liver diseaseď sirosisď
hepatoma
⢠Gejala yang akan dialami pasien dengan
hepatoma adalah: ikterik, ascites, mudah memar
(gangguan koagulasi), penurunan berat badan
dan nyeri abdomen.
22. 6. Hepatoma
⢠Tipe hepatoma paling umum adalah
hepatocellular carcinoma
⢠Metode diagnostik yang dapat digunakan
meliputi: pemeriksaan kadar Alfa fetoprotein
(AFP). AFP merupakan penanda tumor yang akan
meningkat pada beberapa kasus seperti:
hepatocelluler carcinoma, germ cell tumor dan
kanker metasatasis hati. Selain itu pemeriksaan
CT-scan dengan kontras juga pilihan metode
diagnostik.
23. 7. Target Lipid
⢠Pada pasien dengan
hipertensi dan memiliki
penyakit jantung
koroner, maka target
utama dari pengobatan
adalah kolesterol LDL.
⢠Trigliserida memberikan
tambahan informasi
untuk pertimbangan
diagnosis dan pilihan
terapi
ESC/EAS Guidelines for the management
of dyslipidaemias 2011
25. 8. Ulkus peptikum
⢠Ulkus peptikum adalah suatu penyakit dimana
terjadinya kerusakan integritas mukosa
lambung atau duodenum yang menyebabkan
luka karena inflamasi aktif.
26. Etiologi
⢠Infeksi H. pylori
⢠Penggunaan Obat: Penggunaan NSAIDs adalah penyebab
paling umum dari ulkus peptikum. Penggunaan NSAID serta
kortikosteroid dapt mengganggu mekanisme pertahanan
lambung.
⢠Faktor gaya hidup: Merokok dapat meningkatkan
pengosongan lambung serta mengganggu produksi
bikarbonat pancreas. Selain itu konsumsi alcohol
meningkatkan erosi lambung
⢠Stres Fisiologis: Trauma mayor, luka bakar hebat
⢠Faktor fisiologis
⢠Genetik
⢠Status hipersekresi: Gastrinoma, cystic fibrosis, dll.
27. Gejala
⢠Berdasarkan anamnesis bisa didapatkan:
⢠Nyeri epigastrium (pada ulkus duodenum 90 menit-3
jam setelah makan, nyeri yang diperbaiki oleh antacid
atau makanan, nyeri muncul pada tengah malam).
Pada ulkus gaster, nyeri diinisiasi oleh makanan
⢠Mual/muntah
⢠Dyspepsia menetap
⢠Perut kembung
⢠Riwayat pemakaian NSAIDs
⢠Disfagia
⢠Hematemesis/melena
31. Efek Ssamping OAT
MAYOR Kemungkinan Penyebab HENTIKAN OBAT
Gatal & kemerahan Semua jenis OAT Antihistamin & evaluasi
ketat
Tuli Streptomisin Stop streptomisin
Vertigo & nistagmus (n.VIII) Streptomisin Stop streptomisin
Ikterus Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT s.d.
ikterik menghilang,
hepatoprotektor
Muntah & confusion Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT & uji
fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Stop etambutol
Kelainan sistemik, syok &
purpura
Rifampisin Stop rifampisin
32. Minor Kemungkinan Penyebab Tata Laksana
Tidak nafsu makan, mual,
sakit perut
Rifampisin OAT diminum malam
sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Aspirin/allopurinol
Kesemutan s.d. rasa
terbakar di kaki
INH Vit B6 1 x 100 mg/hari
Urine kemerahan Rifampisin Beri penjelasan
33. 11. Marker Jantung
⢠Cardiac troponins berperan petning dalam
mengakkan diagnosis dan stratifikasi risiko.
Khususnya marker berguna dalam membedakan
NSTEMI dan ubstable angina
⢠Troponins merupakan pemeriksaan yang lebih
spesifik dan sensiti dibandingkan marker lain
seperti: creatine kinase (CK), isoenzyme MB (CK-
MB), dan myoglobin.
⢠Setelah cedera jantung, troponin dapat
meningkat dalam 2-4 jam dan bertahan selama 7
hari
Daftar Pustaka: ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes
in patients presenting without persistent ST-segment elevation
34.
35. 12. Kolelitiasis
⢠Kolelitiasis adalah adanya
batu pada saluran
kantung empedu
⢠Gejala:
â Mual
â Nyeri regio perut kanan
atas
â Nyeri khususnya dipicu
makanan berlemak
â Jika disertai infeksi
sekunder,d apat
menyebabkan gejala
demam, dan menggigil.
⢠4F: female, fat, forty dan
fertile
36. Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan
Fisis
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis Terapi
Nyeri epigastrik
Kembung
Membaik dgn makan
(ulkus duodenum),
Memburuk dgn
makan (ulkus
gastrikum)
Tidak spesifik Urea breath test (+):
H. pylori
Endoskopi:
eritema (gastritis
akut)
atropi (gastritis
kronik)
luka sd submukosa
(ulkus)
Dispepsia PPI:
ome/lansoprazol
H. pylori:
klaritromisin+amoksi
lin+PPI
Nyeri epigastrik
menjalar ke
punggung
Gejala: mual &
muntah, Demam
Penyebab: alkohol
(30%), batu empedu
(35%)
Nyeri tekan &
defans, perdarahan
retroperitoneal
(Cullen:
periumbilikal, Gray
Turner: pinggang),
Hipotensi
Peningkatan enzim
amylase & lipase di
darah
Pankreatitis Resusitasi cairan
Nutrisi enteral
Analgesik
Nyeri kanan atas/
epigastrium
Prodromal (demam,
malaise, mual) â
kuning.
Ikterus,
Hepatomegali
Transaminase,
Serologi HAV, HBSAg,
Anti HBS
Hepatitis Akut Suportif
Nyeri kanan atas/
epigastrium
Risk: Female, Fat,
Fourty, Hamil
Prepitasi makanan
berlemak, Mual,
TIDAK Demam
Nyeri tekan
abdomen
Berlangsung 30-180
menit
USG: hiperekoik dgn
acoustic window
Kolelitiasis Kolesistektomi
Asam
ursodeoksikolat
Nyeri epigastrik/
kanan atas menjalar
ke bahu/ punggung
Mual/muntah,
Demam
Murphy Sign USG: penebalan
dinding kandung
empedu (double
rims)
Kolesistitis Resusitasi cairan
AB: sefalosporin gen.
3 + metronidazol
Kolesistektomi
37. 13. Osteoporosis Primer
⢠Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut menjadi:
â Tipe I (pasca menopause)
Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan begitu,
dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena
kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam
tulang pada wanita.
â Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia. Hilangnya massa tulang
kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan
oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya
tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali
lebih sering menyerang wanita.
38. ⢠Vitamin D berperan penting dalam absorbsi
kalsium yang akhirnya berhubungan dengan
metabolisme kalsium tulang.
⢠Pada kondisi kekurangan aktivasi vitamin D
seperti pada orang tua dan penyakit ginjal
kronik, maka akan terjadi pengeroposan
tulang sebagai akibat dari resorbsi tulang
untuk mengkompensasi kadar kalsium tulang.
39. ⢠7-dehydrocholesterol merupakan prekursor
vitamin D3 pada lapisan epidermis kulit.
Setelah mengalami reaksi elektrocyclic akibat
paparan terhadap UVB akan membentuk
cholecalciferol. Cholecalciferol akan
dihodroksilasi di hati untuk membentuk
calcifediolď langkah terakhir adalah
hidroksilasi oleh ginjal menjadi calcitriol
(bentuk aktif dari vitamin D3)
40. 14. Graves Disease
Tirotoksikosis: manifestasi peningkatan hormon
tiroid dalam sirkulasi. Hipertiroidisme:
tirotoksikosis yang disebabkan oleh kelenjar
tiroid hiperaktif.
Trias:
⢠Hipertirioidsme: pembesaran tiroid hiperfungsional difus.
⢠Optalmopati infiltratif menghasilkan exophthalmos.
⢠Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut mixedema
pretibial.
41. Indeks Wayne utk pasien dengan hipertiroidisme
⢠Skor>19ď
hipertiroid
⢠Skor<11ď
eutiroid
⢠Antara 11-
19ď equivocal
45. Tes Fungsi Tiroid
âTSH, âT4 Hipotiroid
âTSH, T4 normal Hipotiroid subklinis,
hipotiroid dalam
perawatan.
âTSH, â T4 TSH secreting tumor,
resistensi hormon tiroid
âTSH, âT4 atau âT3 Hipertiroid
âTSH, T4 & T3 normal Hipertiroid subklinis
âTSH, âT4 dan âT3 Sick euthyriodism,
gangguan pituitari
TSH normal, T4 abnormal Perubahan TBG, gangguan
laboratorium,
amiodaron,tumor TSH
pituitari.
Preferensi tes dengan fT4
dan fT3 dibanding T4 dan
T3 total karena tidak
dipengaruhi level TBG
46. Tata Laksana
⢠Terapi Obat Antitiroid
â Titrasi
â Blok dan subtitusi (atau blok â suplemen)
⢠Tiroidektomi
â Dikerjakan dalam kondisi eutiroid klinis maupun
biokimiawi.
⢠RAI â radioactive iodium
47. 15. Abses Paru
⢠Abses paru merupakan nekrosis jaringan paru
dengan pembentukan kavitas dengan ukuran
umumnya diatas 2 cm.
⢠Kavitas mengandung debris nekrotik dan
cairan akibat infeksi bakteri.
⢠Berbagai penyebab abses paru adalah
pneumonia, emboli sptik, vasculitis.
⢠Gejala: batuk, demam, keringat malam.
48. ⢠Diagnosis dari abses paru:
â Gejala klinis
â Pemeriksaan lab (peningkatan LED, sputum,
aspirasi transbronkial)
â Pemeriksaan radiologis (xray: abses terlihat pada
sisi unilateral melibatkan lobus atas dan segmen
apikal dari lobus bawah)
49. 16. Leptospira
⢠Penyakit infeksi zoonotik yang disebabkan oleh
Leptospira patogen
⢠Faktor risiko:
â Pekerjaan; berkontak secara langsung & tidak
langsung dengan urin atau jaringan binatang yang
infeksius
â Bidang pertanian, konstruksi, pembersih selokan,
laboratorium, dokter hewan, pekerja tambang, dan
tentara
â Aktivitas berenang, memancing,di dalam air
terkontaminasi & bencana alam (banjir)
51. Gejala
⢠Keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya
⢠Ruam kulit
⢠Sakit kepala terutama bagian frontal
⢠Nyeri otot
⢠Mata merah
⢠Batuk, nyeri dada
⢠Mual dan muntah
⢠Kadang ikterik
⢠Penggalian riwayat aktivitas atau pekerjaan
52. Tata laksana
⢠Tata laksana suportif ď pemantauan ketat tanda-tanda vital,
tanda-tanda dehidrasi, perdarahan, keseimbangan cairan,
elektrolit, asam basa
⢠Indikasi rawat inap ď ikterus, gagal ginjal, atau
trombositopeni
Antibiotik:
⢠Leptospirosis ringan
â Doxycycline 100 mg PO atau
â Amoxicillin 500 mg PO atau
â Ampicillin 500 mg PO
⢠Leptospirosis sedang/berat
â Penicillin 1,5 juta unit IV/IM per 6 jam atau
â Ceftriaxone 1 gram/hari IV atau
â Cefotaxime 1 gram IV per 6 jam
53. 17-18. Demam Berdarah
⢠Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes terutama Ae. aegypti.
⢠Virus dengue (DEN-V) terdiri atas 4 serotipe yaitu DEN
1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Semua serotipe tersebut
terdapat di Indonesia
⢠Gejala klinis infeksi dengue bervariasi mulai dari yang
paling ringan berupa flu-like syndrome hingga sindrom
renjatan dengue (SRD) dan kematian. Angka kesakitan
dan kematian akibat DBD di Indonesia masih tinggi.
Kematian terutama disebabkan renjatan hipovolemik
akibat kebocoran plasma dari intravaskular ke ruang
ekstravaskular akibat disfungsi endotel.
54. Demam Dengue
A. Demam Dengue (DF)
Probableď demam akut dengan 2 atau lebih tanda
berikut :
⢠Nyeri kepala
⢠Nyeri retroorbital
⢠Arthralgia
⢠Rash
⢠Manifestasi perdarahan
⢠Leukopenia, DAN
⢠IgM ELISA (+)
⢠Confirmedď kasus yang telah terkonfirm dengan
kriteria lab.
55. B. Demam Berdarah Dengue (DHF)
Empat tanda berikut di bawah ini harus ada :
⢠Demam, atau riwayat demam, biasanya bifasik.
⢠Kecenderungan perdarahan yang ditandai dengan
tes tornikuet (+), peteki/purpura/ekimosis,
perdarahan mukosa/GIT, hemateemesis/melena.
⢠Trombositopenia ( < 100.000 sel/cc)
⢠Bukti adanya kebocoran plasma yang
bermanifestasi sebagai berikut:
â Peningkatan hematokrit > 20%
â Penurunan hematokrit > 20% setelah pemberian
cairan
â Adanya efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
56. Derajat keparahan DHF
⢠DHF grade 1 : demam + gejala nonspesifik
konstitusional (anorexia, muntah, dll) + tes tornikuet
(+)
⢠DHF grade 2 : sama seperti grade 1, ditambah gejala
perdarahan spontan mukokutan atau GIT (melena,
perdarahan gusi, petekie, dll)
⢠DHF grade 3 (DSS) : ditandai oleh gejala kegagalan
hemodinanik seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt
), hipotensi (<120 mmHg), dan akral dingin.
⢠DHF grade 4 (DSS) : adanya shock dengan tekanan
darah dan nadi yang tidak terukur.
57. 19-20. Diagnosis Diabetes
⢠Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
penyandang diabetes. Kecurigaan kearah
diabetes mellitus perlu dipikirkan apabila
terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
⢠Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
⢠Keluhan lain dapat berupa: lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita
58. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui tiga cara:
⢠Keluhan klasik + pemeriksaan glukosa plasma sewaktu âĽ
200 mg/dL. Glukosa plasma sewaktu adalah hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir.
⢠Pemeriksaan glukosa plasma puasa ⼠126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik. Glukosa darah puasa artinya pasien
tidak mendapatkan tambahan kalori sedikitnya 8 jam
sebelum pemeriksaan.
⢠Pemeriksaan glukosa 2 jam pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban 75 gram glukosa ⼠200 mg/dL .
Pemeriksaan ini lebih sensitif dan spesifik dibanding
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan karena sulit untuk
dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang
dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
63. 23. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
⢠Kreatinin merupakan marker penanda fungsi
ginjal yang telah umum digunakan. Kreatinin
merupakan hasil produksi hepar dari metilasi
glycoyamine.
⢠Kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi
glomerolus Ginjal, karena itu merupakan
penanda yang baik untuk penurunan fungsi
filtrasi glomerolus.
⢠Jika terjadi penurunan filtrasi, maka akan terjadi
peningkatan creatinin darah
64. 24. Disentri Basiler
⢠Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja.
Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa
terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama,
dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Gejala:
⢠Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
⢠Muntah-muntah.
⢠Anoreksia.
⢠Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
⢠Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai
ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku
kuduk, halusinasi).
65. 25. Infeksi saluran kencing
⢠Sistitis: disuria, frekuensi, urgensi, nyeri
suprapubik, urin bau & kelabu.
⢠Pyelonefritis: demam, menggigil, mual, muntah,
nyeri abdomen, diare, silinder leukosit.
⢠Uretritis: disuria, frekuensi, pyuria.
Urinalisis sebaiknya menggunakan urin pagi hari
karena urin terakumulasi sepanjang malam
sehingga lebih banyak kelainan, seperti silinder
atau nitrit, yang dapat ditemukan untuk
diagnostik.
66. ⢠Pielonefritis merupakan infeksi pada ginjal,
umumnya disebabkan karena penjalaran infeksi
ascending dari UTI dibawah.
⢠Gejala yang dialami apsiena dalah demam, nyeri
pinggang, dan mual.
⢠Pada pemeriksaan lab dapat dijumpai:
leukositosis, Pemeriksaan urin: bakteriuria,
hematuria, silinder, pyuria.
⢠Terapi: Ciprofloksasin selama 7 hari atau TMP-
SMX selama 14 hari
69. Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, Fagard R, Germano F et al. 2007 Giudelines for the
management of arterial hypertension. The task force for the management of arterial hypertension of european
society of hypertension (ESH) and of the european society of cardiology (ESC). European heart Journal 2007;
28: 1462-1536.
⢠Pasien tanpa keadaan komorbid tertentu dapat
menggunakan diuretik golongan thiazide.
⢠Diuretik thiazide dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini
pertama pada sebagian besar kasus hipertensi.
⢠ACE Inhibitor merupakan pengobatan yang rasional untuk
pasien dengan angina, risiko tinggi penyakit jantung
koroner, penyakit ginjal kronis dan diabetes.
⢠ARB dengan indikasi yang sama seperti ACE-Inhibitor
merupakan pilihan yang populer dikarenakan minimnya
efek samping seperti batuk (ditemukan pada 10%
penyandang hipertensi yang mengkonsumsi ACE-I). ARB
juga terbukti mengurangi kejadian kardiovaskular pada
individu risiko tinggi.
70. 1. ACE-I (kaptopril, lisinopril): Bradikinin & substansi P ď batuk
2. ARB (valsartan, losartan): Tidak menyebabkan batuk
71. 27. Kelenjar Paratiroid
⢠Terdapat 4 kelenjar paratiorid
yang terletak pada bagian
psoterior kelenjar tiroid
⢠Kelenjar parathyorid
bertanggungjawab pada
menjada keseimbangan
kalsium:
â Tulang: menstimulasi
pelepasan kalsium, resoorpsi
kalsium oleh osteoklas
â Ginjal: menstimulasi absorpsi
kalsium, meningkatkan
absorbsi kalsium di usus
72. ⢠Hyperparathyroid dibagi menjadi dua:
â Hyperparathyroid primer: Hasil dari hiperfungsi
kelenjar parathyroid akibat adenoma, hyperplasia
atau kadang carcinoma kelenjar parathyroid
â Hyperparathyroid sekunder merupaka kelainan
fisiologis akibat berbagai keadaan yang
menyebabkan hypocalcemia. Penyebabnya adalah
defisiensi vitamin D (akibat kurangnya paparan
sinar matahari) atau penyakit ginjal kronik.
76. 29. Pankreatitis akut
⢠Pankreatitis akut merupakan peradangan pada
pankreas, umumnya disebabkan oleh batu empedu ,
konsumsi alkohol atau hypertrygliseridemia.
⢠Gejala:
â Nyeri abdomen bagian atas
â Mual, muntah
â demam
⢠Pemeriksaan penunjang:
â serum amilase dan lipase, enzim hati, kolesterol dan TG.
â USG: dapat mengidentifikasi penyebab dari pankreatitis
seperti batu empedu
77. 30. Koma Miksedema
⢠Koma miksedema merupakan keadaan
dekompensasi dari hipotiroid.
⢠Gejala koma miksedema meliputi: penurunan
kesadaran, hypothermia,hipotensi, bradikardia.
⢠Miksedema adalah deposit jaringan konektif
(glycosaminoglycan, asam hyaluronic) pada kulit.
Tidak harus dijumpai pada keadaan koma
hypothyroid namun merupakan sebuah
fenomena yang dapat ditemui.
⢠Terapi: salah satu terapi berupa pemberian
levothyroxine IV.
79. Treatment
⢠Udara yang terkumpul
di rongga pleura tidak
dapat keluar lagi
⢠Tekanan pada
mediastinum,paru dan
pembuluh darah besar
meningkat
⢠Menyebabkan paru
pada bagian yang
terkena kolaps
⢠ABCâs dengan c-spine
control sesuai indikasi
⢠Needle Decompression
pada bagian yang
terkena
⢠Oksigen aliran
tinggiď bag valve mask
⢠Atasi syok karena
kehilangan darah
⢠Memberitahukan RS dan
unit trauma secepatnya
ď Pemasangan WSD
http://www.trauma.org/index.php/main/article/199/
31. Tension Pneumothoraks
80. 32. Supracondylar Fracture
⢠Fraktur siku tersering
pada anak-anak
â Usia < 8 tahun
⢠Mekanisme
â Extension (95%) vs
flexion
â Posisi menahan dengan
tangan ekstensi
â Posisi menahan dengan
siku fleksi
Mechanism
81. Clinically
⢠Mild swelling to gross deformity
⢠Arm held to side, immobile,
extension
⢠S-shaped configuration
ď angulasi lengan atas
⢠Gartland
â I - nondisplaced
â II - displaced with intact posterior cortex
â III - displaced fracture, no intact cortex
⢠A: posteromedial rotation of distal fragment
⢠B: posterolateral rotation
83. Management
⢠If NeuroVascular compromise - urgent ortho
consult
⢠If no response from ortho in 60 min may
attempt 1 reduction
⢠Watch brachial artery and median nerve
⢠Gartland I â splint+ sling and ortho f/u 24h
⢠Gartland II - controversy but most get pinned
⢠Gartland III - closed reduction and pin
86. ⢠Conservative treatments take longer time,
risk of malunion, need more radiographic
examination
⢠Surgery is the treatment of choice
⢠Temporary immobilization with arm-sling,
surgery as soon as possible
Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 3rd Edition
Lippincott Williams & Wilkins 2006
88. Kolangitis
⢠Infeksi pada traktus
biliaris
⢠Trias Charcoat
â Demam
â Nyeri perut
ď kuadran kanan
atas
â Kuning/ikterik
⢠Pemeriksaan:
⢠USG Abdomen
⢠Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography
(ERCP)
⢠Magnetic resonance
cholangiopancreatography
(MRCP)
⢠Percutaneous transhepatic
cholangiogram (PTCA)
⢠Pemeriksaan lab:
⢠Kadar Bilirubin
⢠Kadar enzim hati/tes fungsi hati
⢠Leukosit/White blood count
(WBC)
89. Disorder Clinical Feature
Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic enzyme levels,
malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC)
sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine
position,Profuse vomiting, fever(ACUTE)
Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below
the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice,
Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over
30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper
quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones
on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis ď at least one gallstone in the common bile duct
Pancreatic
Tumor
>50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay-
colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder
(ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting,
Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood
vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere
on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
90. 34. Blunt Abdominal Trauma
⢠Signs of intraperitoneal injury
â Nyeri Abdominal, iritasi peritoneum
â Distensi ď karena pneumoperitoneum,
Pembesaran gaster, atau terjadi ileus
â Ekimosis daerah pinggang (gray-turner
sign) atau umbilikus(cullen's sign)ď
retroperitoneal hemorrhage
â Kontusio Abdominal â seat belts sign
â Bising usus âď mengarahkan pada
trauma intraperitoneal
â RT: Darah atau emfisema subkutan
http://regionstraumapro.com/post/663723636
91. The type of injury will depend on whether the organ injured is
solid or hollow.
Hollow and Solid Organs
⢠hollow organs include:
â stomach
â intestines
â gallbladder
â bladder
ďŽ solid organs
include:
ďŽ liver
ďŽ spleen
ďŽ kidneys
92. Abdominal Injuries
Ruptur organ berongga
⢠Akan mengeluarkan udara
dan cairan/sekret GIT yang
infeksius
⢠Sangat mengiritasi
peritoneumď peritonitis
Ruptur Organ Solid
⢠Menyebabkan perdarahan
internal yang berat
⢠Darah pada rongga
peritoneumď peritonitis
⢠Terlihat gejala syok akibat
perdarahan hebat
â Gejala peritonitis dapat tidak
terlalu terlihat
93. 35. Urolithiasis
⢠Batu pada saluran kemih
⢠Tanda:
â Nyeri pinggang
â Irritative voiding symptom
â mual
â Hematuria mikroskopik
⢠Kristal urin dapat ditemukan
pada urinalisis: kalsium oksalat,
asam urat, sistein
⢠Diagnosis: IVP
optimized by optima
94. 36. Trauma Uretra
⢠Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
â Terdapat trauma
disekitar traktus
urinariusď terutama
fraktur pelvis
â Retensi urin setelah
kecelakaan
â Darah pada muara OUE
â Ekimosis dan hematom
perineal
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
95. ⢠Don't pass a diagnostic
catheter up the patient's
urethra because:
â The information it will give
will be unreliable.
â May contaminate the
haematoma round the
injury.
â May damage the slender
bridge of tissue that joins
the two halves of his
injured urethra
⢠Retrograde
urethrography
â Modalitas pencitraan yang
utama untuk mengevaluasi
uretra pada kasus trauma
dan inflamasi pada uretra
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
Posterior urethral rupture above the
intact urogenital diaphragm
following blunt trauma
96.
97. Retrograde Urethrogram (RUG)
⢠Evaluasi uretra
anterior dan posterior
ď striktur, trauma
⢠Teknik:
â Kateter dimasukkan ke
fossa navicularis,
kontras dimasukkan
dan di foto
â Terdapat resistensi
pada uretra
membranosa dan
sphincter
Normal RUG
98. Static Cystourethrography
⢠Mengevaluasi lesi pada
vesikaď ruptur,
kebocoran, terutama
karena trauma
⢠Vesika diisi dengn
kontras menggunakan
lateter
â Foto AP dan oblique
(melihat ekstravasasi
pada vesika posterior
â Foto post voiding
Voiding Cystourethrogram
(VCUG)
⢠Evaluasi anatomi dan
fungsonal vesikar
⢠Biasanya untuk anak-
anak dengan ISK
berulang
Normal Male Cystogram
100. 37. Total Body Surface
Area
To estimate scattered burns: patient's palm
surface = 1% total body surface area
http://www.traumaburn.org/referring/fluid.shtml
Parkland formula = baxter formula
⢠Kebutuhan Cairan:
4 x 30 x 70 = 8400 ml
⢠8 jam pertama
8400 ml / 2 = 4200ml
103. 39. Hemoroid
Hemoroid eksterna Hemoroid Interna
Diluar anal canal, sekitar sphincter Didalam anal canal
Gejala terjadi karena thrombosis Gejala timbul karena perdarahan atau
iritasi mukosa
Tidak dapat dimasukkan ke dalam anal
canal
dapat dimasukkan ke dalam anal canal
sampai grade III
104. 40.Kriptorkismus
⢠Kriptorkismus: testis tidak ada dalam skrotum dan
tidak dapat dimasukkan ke skrotum
⢠Ectopic: tidak melewati jalur turunnya testis
⢠Retraktil: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum dan dapat menetap tanpa tarikan
⢠Gliding: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum namun bila dilepas akan tertarik kembali
⢠Ascended: sebelumnya telah ada dalam skrotum lalu
tertarik ke atas secara spontan
105. ⢠Testis yang tidak teraba
muncul sekitar 20-30%
pada pasien
kriptorkismus
⢠Hanya 20-40% dari
testis yang tidak teraba,
saat dioperasi benar-
benar tidak ada
106. 41. Complications of Fracture Healing
⢠Delayed Union
â Poor blood supply or infection.
⢠Non-Union
â Bone loss or wound contamination.
⢠Malunion
â Bone healed in a nonanatomic position
â Can be angulated, rotated, or shortened
⢠Affect function?
⢠Likely to affect function?
⢠Consequences with or without treatment
⢠Fibrous Union
â Improper immobilization
⢠Avascular necrosis (AVN)
â the death of bone cells through lack of blood supply
ď its internal blood supply is compromised
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/trauma/trauma_x-ray_page8.html
107. Avascular Necrosis
⢠Definisi
Hilangnya aliran darah ke
tulang sehingga
menyebabkan matinya sel-
sel tulang
⢠Kaput Femoris â
tersering
⢠Bahu â Caput humeri
⢠Odontoid (Neck)
⢠Scaphoid (Wrist)
⢠Lunate (Wrist)
⢠Talus (Ankle)
111. ⢠Berat luka bakar:
⢠Ringan: derajat 1 luas <
15% a/ derajat II < 2%
⢠Sedang: derajat II 10-
15% a/ derajat III 5-
10%
⢠Berat: derajat II > 20%
atau derajat III > 10%
atau mengenai wajah,
tangan-kaki, kelamin,
persendian,
pernapasan
113. Assessment of a Spinal Injury Patient
ď Considerspinalprecautions
⢠CederaKepala
⢠Intoksikasi
⢠Trauma/jejasdiatasbahu
⢠Multipletrauma
ď Maintainmanualstabilization
⢠Vest style versus rapid
extrication
⢠Maintain neutral alignment
⢠Increase of pain or resistance,
restrict movement in position
found
ď Signs and Symptoms of a
Spinal Cord Injury
ď ParalisisExtremitas
ď Nyeri dengan atau tanpa
pergerakan
ď Tenderness along spine
ď Kesulitan bernapas
ď Spinal deformity
ď Priapism
ď Posturing
ď Loss of bowel or bladder control
ď Nerve impairment to extremities
115. ⢠Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medula
spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
116. 46. The Breast Lump
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Pagetâs disease (Ca Insitu),
Peau dâorange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma
mammae
< 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides
Tumors
30-55 years intralobular stroma . âleaf-likeâconfiguration.Firm,
smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
117. ⢠Treatment:
â Watchfull waiting
â Traditional open excisional biopsy
⢠Biopsy
â Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
â Untuk menentukan adanya suatu penyakit
118. Types of Biopsy Definitions
Excisional biopsy Bila seluruh massa atau area yang dicurigai dapat diangkat
Incisional biopsy
or core biopsy
Bila hanya sebagian jarinngan sebagai sampel, yang dapat
diangkat, dengan tetap mempertahankan gambaran
histologis jaringan dan sel yang diambil
Needle aspiration
biopsy
Bila sampel jaringan atau cairan diambil dengan jarum tanpa
mempertahankan gambaran histologisnya
Terminology Definitions
Enucleation Pengangkatan massa tanpa memotong atau mengiris massa
tersebutď eye enucleation
Debulking Operasi pengangkatan bagian dari tumor ganas yang tidak
dapat diangkat semuanya, untuk meningkatkan efektivitas
dari radiasi atau kemoterapi
Extirpation Pengangkatan massa dari suatu organ atau jaringan
121. Histologic Findings
⢠Makroskopic
â Kongesti dan udem.
â Dilatasi lumen yang mengandung pus,fecalith atau
keduanya.
â Serosa dilapisi dengan fibrin, eksudat fibrinopurulen atau
pus.
⢠Mikroskopik
â Ulserasi mukosa dan infiltrasi PMN, eosinofil, sel plasma,
dan limfosit, diseluruh lapisan dan seringkali sampai
lapisan serosa
â Pada stadium lanjut, proses inflamasi melibatkan seluruh
ketebalan dinding apendiks dengan nekrosis dinding
sebagian (perforasi)
123. Gejala
⢠Nyeri lutus
⢠Nyeri pada sendi
panggul bag.
belakang
⢠Sulit
menggerakkan
ekstremitas
bawah
⢠Kaki terlihat
memendek dan
dalam posisi
fleksi, endorotasi
dan adduksi
Risk Factor
⢠Kecelakaan
⢠Improper seating
adjustment
⢠sudden break in
the car
48. Posterior Hip Dislocation
netterimages.com
soundnet.cs.princeton.edu
124. 49. Intracranial Hemorrhage
⢠Epidural hematoma:
â Interval lucid ď decreased of
consciousness
â Etiology: trauma ď rupture of a.
meningeal media
⢠Subdural hematoma
â Hemiparesis, decrease of
consciousness, cephalgia
â Etiology: trauma ď rupture of bridging
vein in elderly or infant
⢠Subarachnoid hemorrhage (stroke)
â Thunderclap headache, meningeal
signs, decreased of consciousness
â Etiology: aneurysma rupture e.c. heavy
exertion/sexual intercourse
⢠Intracerebral hemorrhage
â Paresis, hypesthesia, ataxia, decreased
of consciousness
â Etiology: Hypertension,trauma
Misulis KE, Head TC. Netterâs concise neurology. 1st ed. Saunders; 2007
125. Tipe Perdarahan Lokasi Gejala/Tanda
Perdarahan
intraserebral
Perdarahan di dalam jaringan
otak
Nyeri kepala hebat, penurunan
tingkat kesadaran dalam 24-48jam,
hemiparesis/hemiplegia,
hemisensorik, pin point pupil (bila di
pons)
Perdarahan subdural Perdarahan antara duramater
dan arakhnoid
Sakit kepala, mual, muntah, vertigo,
papil edema, diplopia, hingga
penurunan kesadaran
Perdarahan epidural Perdarahan antara tengkorak
dan duramater, biasanya akibat
robekan pada a.meningens
Lucid interval (pada 20-50%),
hemiparesis, penurunan kesadaran
progresif, pupil anisokor
Edema otak merupakan keadaan-gejala patologis, radiologis, maupun tampilan
ntra-operatif dimana keadaan ini mempunyai peranan yang sangat
bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain shift) dan
peningkatan tekanan intrakranial
Perdarahan
intraventrikuler
Perdarahan ke dalam ventrikel otak. Gejala : nyeri kepala hebat, kaku
kuduk, muntah, letargi, penurunan kesadaran
126. 50. Collesâ Fracture
⢠Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
⢠Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
⢠Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
⢠Typical deformity : Dinner Fork
⢠Deformity is : Impaction, dorsal
displacement and angulation, radial
displacement and angulation and avulsion of
ulnar styloid process
http://www.learningradiology.com
129. Smith Fracture
⢠Hampir berlawanan dengan Collesâ fracture
⢠Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
collesâ
⢠Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
⢠Typical deformity : Garden Spade
⢠Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP
http://www.learningradiology.com
131. Galleazzi Fracture
⢠Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
⢠Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
⢠This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
132. 51. Hipoksia
1) FULMINANT hypoxia (Arterial Po2<20mmHg)
(eg.aircraft loses cabin pressure above 30,000 feet and no supplemental O2 available)
Occurs in seconds Unconsciousness in 15-20 sec
Brain death in 4-5 min
2) ACUTE hypoxia (25mmHg<Arterial Po2<40mmHg)
(eg.altitudesof 18,000-25,000 feet)
Symptoms similar to those of ethyl alcohol(lack of coordination,slowed
reflexes,overconfidence)
Unconsciousness
Coma and death(in minutes to hours)
⢠if the regulatory mechanisms of the body are
inadequate
eventually
133. 3) CHRONIC hypoxia (40mmHg<Arterial Po2<60mmHg)
(eg.at altitudes of 10,000-18,000 feet for extended periods of time)
⢠FOR EXTENDED PERIODS OF TIME!!!
⢠Most clinical causes of hypoxia are in these category
⢠Symptoms similar to those of severe fatigue
DYSPNEA
SHORTNESS OF BREATH + RESPIRATORY ARRHYTHMIAS
135. Dislokasi Anterior
ďŽ Lengkung (contour) bahu berobah,
ďŽ Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna
ďŽ Teraba caput humeri di bag anterior
ďŽ Back anestesi ď ggn n axilaris
ďŽ Radiologis ď memperjelas D
ďľ Rontgen Foto
ďľ CT Scan
136. Dislokasi Posterior: Klinis
⢠Lengan dipegang di depan dada
⢠Adduksi
⢠Rotasi interna
⢠Bahu tampak lebih datar (flat and squared off)
137. 53. Traktus Bilier
Disorder Clinical Feature
Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic enzyme levels,
malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC)
sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine
position,Profuse vomiting, fever(ACUTE)
Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below
the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice,
Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over
30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper
quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones
on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis ď at least one gallstone in the common bile duct
Pancreatic
Tumor
>50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay-
colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder
(ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting,
Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood
vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere
on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
139. 55. Trauma Uretra
⢠Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
â Terdapat trauma
disekitar traktus
urinariusď terutama
fraktur pelvis
â Retensi urin setelah
kecelakaan
â Darah pada muara OUE
â Ekimosis dan hematom
perineal
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
140. Uretra Anterior:
⢠Anatomy:
â Bulbous urethra
â Pendulous urethra
â Fossa navicularis
⢠Etiologi:
â Straddle type injuries
â Intrumentasi
â Fractur penis
⢠Gejala Klinis:
â Disuria, hematuria
â Hematom skrotal
â Hematom perineal akan timbul bila terjadi
robekan pada fasia Buckâs sampai ke dalam fasia
Collesď ââbutterflyââ hematoma in the perineum
â will be present if the injury has disrupted Buckâs
fascia and tracks deep to Collesâ fascia, creating a
characteristic ââbutterflyââ hematoma in the
perineum
⢠Therapy:
â Cystostomi
â Immediate Repair
Uretra Posterior :
⢠Anatomy
â Prostatic urethra
â Membranous urethra
⢠Etiologi:
â Fraktur tulang Pelvis
⢠Gejala klinis:
â Darah pada muara OUE
â Nyeri Pelvis/suprapubis
â Perineal/scrotal hematom
â RTď Prostat letak tinggi atau
melayang
⢠Radiologi:
â Pelvic photo
â Urethrogram
⢠Therapy:
â Cystostomi
â Delayed Repair
141. 56. Foreign Body Obstruction
Jackson (1936) membagi sumbatan
bronkus menjadi 4 tingkat
1. Sumbatan sebagian (bypass valve
obstruction=katup bebas)
⢠terdengar wheezing
2. Sumbatan seperti pentil, ekspirasi
terhambat, atau katup satu arah
(expiratory check valve obstruction)
⢠Stridor inspirasi
3. Seperti pentil namun hambatan
inspirasi (Inspiratory check valve)
⢠stridor ekspirasi
4. Sumbatan total (stop valve
obstruction)
⢠tidak terdengar stridor
Iskandar N. Sumbatan Traktus Trakeo-
bronkial. Buku ajar THT edisi 6 FKUI 2007
143. 57. Funduskopi
⢠Merupakan pemeriksaan untuk menilai fundus
okuli terutama retina dan papil saraf optik
â Papil
⢠Batas tegas, bulat lonjong, kabur
⢠Warna pucat atau merah jambu, ekskavasi
â Pembuluh darah retina
⢠Bentuk, jumlah, lurus atau berkelok, warna, titik persilangan,
spasme, rasio arteri dan vena
â Retina
⢠Eksudat, perdarahan, sikatrik koroid atau ablasi
⢠Makula lutea
Sidarta ilyas, Ilmu penyakit mata
147. 59. Glaukoma
⢠Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan bola mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
⢠Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang
⢠Jenis Glaukoma :
ď Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral
dan diturunkan.
ď Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya)
biasanya Unilateral
⢠Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem
drainase sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor
akueus ke sistem drainase (sudut tertutup)
⢠Pemeriksaan :
ď Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)
ď Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan
diskus
ď Lapang pandang
ď Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior â sudut terbuka atau sudut tertutup
⢠Pengobatan : menurunkan TIO â obat-obatan, terapi bedah atau laser
Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14
148. Types of Glaucoma
Causes Etiology Clinical
Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred
vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg),
conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated
nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no
history of glaucoma
Open-angle
(chronic)
glaucoma
Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache,
IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber
angles, Progressive visual field loss
Congenital
glaucoma
abnormal eye
development,
congenital infection
present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm,
buphtalmus (>12 mm)
Secondary
glaucoma
Drugs
(corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
Absolute
glaucoma
end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of
pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance.
Severe eye pain. The treatment â destructive procedure like
cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100%
alcohol
http://emedicine.medscape.com/article/1206147 www.wikipedia.org
149. 60. Buta Warna
⢠Buta warna merah dan hijau ď¨ laki-laki
⢠Buta warna diturunkan melalui kromosom X
150. 61. Ablasio retina
⢠Adalah lepasnya lapisan
dalam dari retina dari
lapisan epitelium pigment
(choroid)
⢠Gejala dan tanda
â Photopsia ď¨ sensasi
meliat kilat
â Gangguan lapang pandang
â Adanya sensasi seperti tirai
menutup pandangan
152. 63.Tatalaksana Glaukoma Akut
⢠Penurunan TIO ď¨ beta blocker, alpha 2-adrenergik
agonis, carbonic anhydrase
⢠Tekanan IO diturunkan dengan :
â Pilokarpin 2 % tiap menit selama 5 menit ď tiap 1 jam
selama satu hari
â Asetazolamid 500 mg IV ď tablet 250 mg/4 jam
⢠Nyeri dikurangi dengan ď xilokain 2%
retrobulbar
⢠Pembedahan hanya untuk glaukoma sudut
sempit ď iridektomi
153. 64. Hifema
⢠Blood in the front (anterior) chamber of the eyeď a reddish tinge,
or a small pool of blood at the bottom of the iris or in the cornea.
⢠May partially or completely block vision.
⢠The most common causes of hyphema are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
⢠The main goals of treatment are to decrease the risk of rebleeding
within the eye, corneal blood staining, and atrophy of the optic
nerve.
⢠Treatment :elevating the head at night, wearing an patch and
shield, and controlling any increase in intraocular pressure. Surgery
if non-resolving hyphema or high IOP
⢠Complication: rebleeding, peripheral anterior synechiea, atrophy
optic nerve, glaucoma (months or years after due to angle closure)
154. 65. TRAUMA KIMIA MATA
⢠Merupakan trauma yang mengenai bola
mata akibat terpaparnya bahan kimia baik
yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut
⢠Keadaan kedaruratan oftalmologi karena
dapat menyebabkan cedera pada mata,
baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan penglihatan
⢠Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang
bersifat asam (pH < 7) dan yang bersifat
basa (pH > 7,6)
⢠Pemeriksaan Penunjang :
ď Kertas Lakmus : cek pH berkala
ď Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan lokasi luka
ď Tonometri
ď Funduskopi direk dan indirek
⢠Klasifikasi :
ď Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada
iskemik limbus (prognosis sangat baik)
ď Derajat 2: kornea berkabut dengan
gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus
(prognosis baik)
ď Derajat 3: epitel kornea hilang total,
stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat 1/2
iskemik limbus (prognosis kurang)
ď Derajat 4: kornea opak dan sudah
terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus
(prognosis sangat buruk)
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
155. Trauma Kimia
Tatalaksana Emergensi :
ď Irigasi : utk meminimalkan
durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan
menormalkan pH mata; dgn
larutan normal saline (atau
setara)
ď Double eversi kelopak mata :
utk memindahkan material
ď Debridemen : pada epitel
kornea yang nekrotik
Tatalaksana Medikamentosa :
ď Steroid : mengurangi
inflamasi dan infiltrasi
neutrofil
ď Siklopegik : mengistirahatkan
iris, mencegah iritis (atropine
atau scopolamin) ď dilatasi
pupil
ď Antibiotik : mencegah infeksi
oleh kuman oportunis
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf; Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas
156. ⢠Removing the offending agent
â Immediate copious irrigation
⢠With a sterile balanced buffered solutionď
normal saline solution or ringer's lactate
solution
⢠Until the ph (acidity) of the eye returns to
normal
â Pain relief ď Topical anesthetic
⢠Promoting ocular surface(epithelial)healing
â artificial tears
â Ascorbate ď collagen remodeling
â Placement of a therapeutic bandage contact
lens until the epithelium has regenerated
⢠Controlling inflammation
â Inflammatory ď inhibits reepithelialization
and increases the risk of corneal ulceration
and perforation
â Topical steroids
â Ascorbate (500 mg PO qid)
⢠Preventing infection
â Prophylactic topical antibiotics
⢠Controlling IOP
â In initial therapy and during the later
recovery phase, if IOP is high (>30 mm Hg)
⢠Control pain
â Cycloplegic agentsď ciliary spasm
â Oral pain medication
The Goals Of
Management :
157. 66. Konjungtivitis Klamidia
EPIDEMIOLOGY
⢠Adult chlamydial conjunctivitis is a
sexually transmitted disease (STD)
⢠All ages but particularly young adults
⢠More women than men affected C.
trachomatis serotypes D-K
Histopathology: basophilic intracytoplasmic
epithelial inclusion bodies (on Giemsa
staining)
SIGNS
⢠Preauricular lymphadenopathy
⢠Mucopurulent discharge
⢠Conjunctival injection
⢠Chemosis
⢠Follicular reaction (especially bulbar or
plica semilunaris follicles)
⢠Superior micropannus
⢠Fine or coarse epithelial or subepithelial
corneal infiltrates
SYMPTOMS
⢠Unilateral or bilateral involvement
⢠Purulent discharge, crusting of lashes,
swollen lids, or lids "glued together"
⢠Patient may also complain of:
⌠red eyes
⌠irritation
⌠tearing
⌠photophobia
⌠blurred vision
TREATMENT
Options include one of the following:
⢠Azithromycin 1000mg single dose
⢠Doxycycline 100mg BID for 7 days
⢠Tetracycline 100mg QID x 7 days (avoid in
pregnant women and in children)
⢠Erythromycin 500 mg QID x 7 days
Patient and sexual contacts should be
evaluated and treated for other STDs.
http://www.aao.org/theeyeshaveit/red-eye/chlamydial-conjunctivitis.cfm
158. 67. Konjungtivitis Akut
⢠Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva
atau selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata
⢠Gejala khusus pada konjungtivitis adalah
sekret ď hasil produksi sel goblet
159. 68.Endophtalmitis
⢠Uveitis
â acute, sterile anterior segment inflammation
â develop symptoms within 12 to 24 hours of the surgery
â Red eye and painfull
â Slit lamp â increased cell and flare, hypopyon formation, diffuse corneal
edema
⢠Swelling of the macula (cystoid macular edema)
â between 2 and 12 weeks after cataract surgery
â vision becomes blurry after a period of clear vision
â Risk Factor:age-related macular degeneration, diabetic retinopathy
⢠Retinal detachment
â Fluid seeps through a tear in the retina
â shadow in field of vision, floaters or flashing lights
⢠Endophthalmitis
â Painful eyeball, Lid oedema, chemosis, conjunctival injection
â very poor vision
â sensitivity to light
â Purulent discharge â hypopyon, corneal infiltrates
161. 69. CT Scan
⢠CT scan merupakan pemeriksaan âgold standarâ untuk
penegakkan diagnosis stroke
- Stroke hemorargik
Ct- scan merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya
untuk menegakkan diagnosis perdarahan akut
(terutama dalam seminggu pertama serangan stroke)
- Stroke iskemik
dalam satu jam pertama serangan stroke iskemik,
hanya <50% infark yang dapat terlihat ď perlu
diffusion weighted MRI
162. CT â Scan pada Stroke Iskemik
⢠Stadium Hiperakut (<12
jam serangan)
â Normal 50-60%
â Arteri hiperdense (dense
MCA sign)
â Obstruksi pada nukleus
lentiformis
â Insular ribbon sign
⢠Acute : 12 â 24 jam
serangan
â Low density basal
ganglia
â Sulcal effacement
⢠1 â 3 hari setelah
serangan
â Peningkatan massa
â Transformasi hemorargik
164. DIAGNOSIS ME TB
⢠ME TB bersifat subakut
⢠Gejala prodormal :
â Demam sub akut, malaise, nyeri
kepala, pusing, muntah dan
perubahan personaliti (muncul
beberapa minggu sebelumnya)
⢠Setelah prodormal selesai, pasien
akan menderita nyeri kepala
hebat, perubahan kesadaran,
stroke, hidrosefalus, dan
neuropati kranial
⢠Kejang jarang terjadi pada orang
dewasa ď bila ada kemungkinan
meningitis bakterial atau virus
atau tuberkuloma serebri
⢠Kejang sering muncul pada pasien
anak (hampir 50% kasus)
⢠Penegakkan diagnosis berdasar
pada manifestasi klinis dan
pemeriksaan CSF
⢠Pada pemeriksaan CSF
didapatkan :
â Pleositosis dengan predominan
limfosit
â Total WBC 100 and 500 cells/ÎźL.
â Pada fase awal, sel darah putih
dapat rendah dengan predominan
neutrofil
â Protein meningkat antara 100 dan
500 mg/dL,
â Glukosa rendah kurang dari
45mg/dL atau rasio CSF: plasma
<0.5
Marx GE, Chan ED. Tuberculous Meningitis : Diagnosis and Treatment Review. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis Research and
Treatment Volume 2011, Article ID 798764, 9 pages
166. 71. Nyeri Pinggang Bawah
Neurologic exam
A. Deep tendon reflexes (knee
jerk â L4, ankle jerk â S1)
B. Straight-leg raise
C. Dorsiflexion of ankle during
straight-leg raise test increases
sciatic tension and pain
D. Plantar flexion at ankle during
straight-leg raise relieves
sciatic tension and pain
E. Ankle clonus
F. Consider rectal exam (for tone)
and check for perianal
sensation (cauda equina
syndrome
167. 72. Afasia
Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami
bahasa
Tujuh komponen Wernicke-Geshwind Model ⢠Stimulus auditif ď sistem
audiktif ď area auditif primer
di girus Hiscl (di kedua lobus
temporalis) ď area auditif
primer di hemisfer yg dominan
ď area asosiasi auditif
(Wernicke area) ď informasi
diteruskan ke daerah enkoding
motorik (area Broca)
168. Afasia Global
Melibatkan seluruh daerah bahasa di fisura
Sylvii, pasien sama sekali tidak berbicara, atau
sepatah kata atau frasa yang diulang ulang,
artikulasi buruk, tidak bermakna
Afasia Broca (Lesi Frontal)
Pasien tidak bicara atau sedikit bicara,
memerlukan banyak usaha untuk
berbicara, miskin gramtik, menyisipkan,
mengimbuh huruf atau bunyi yg salah
Afasia Wenicke (Sensorik) â Lesi
Temporoparietal
Bicara terlalu banyak, kalimat yang
diucapkan tidak mempunyai arti
Afasia Transkortikal
172. 74. Stroke
Stroke (WHO MONICA 1986)
Gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari
gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma ataupun infeksi.
173. Tanda dan Gejala Stroke (De Freitas et al 2009)
ď§ Hemidefisit motorik
ď§ Hemidefisit sensorik
ď§ Penurunan kesadaran
ď§ Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus
(XII) sentral
ď§ Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan
berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual
(demensia)
ď§ Buta separuh lapang pandang (hemianopsia)
ď§ Defisit batang otak
Siriraj Stroke skor
174. 75. Parkinson
⢠Jarang muncul sebelum usia 40 tahun, resiko meningkat dengan bertambahnya usia dan
mengenai 1-% pasien berumur di atas 65 tahun
â˘Faktor resiko parkinson :
⢠genetik
⢠terpapar pestisida
⢠kopi dan rokok menurunkan resiko terjadinya parkinson
Kerusakan pada
neuron penghasil
dopamine di
Substansia Nigra
Jalur nigrostriatal :
Dopamine â di korpus
striatum
Produksi Dopamine â
Rigiditas, Bradykinesia,
Tremor, Gangguan berjalan
Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005
175.
176. 76. Sindrom Guillian Barre
Guillain-BarrĂŠ syndrome (GBS) is a group of autoimmune syndromes consisting of
demyelinating and acute axonal degenerating forms of the disease
177. 77. Bells Palsy
⢠Paresis nervus VII perifer
idiopatik ď ditemukan
pertama kali oleh Sir
Charles Bell ( 1774-1842)
⢠Etiologi
â Inflamasi pada nervus
fascialis di ganglion
geniculatum ď
menyebabkan kompresi
dan akhirnya terjadi
iskemia dan demyelinisasi
â Penyebab inflamasi belum
dapat diidentifikasi,
dicurigai disebabkan oleh
infeksi HSV-1
Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
178. Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
179. 78. Hernia Nukleus Pulposus
⢠Penonjolan diskus intervertabralis dengan protusi dan
nukleus kedalam kanalis spinalis mengakibatkan penekanan
pada radiks atau cauda equina.
180. Tanda dan gejala :
1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu
atau dua ekstremitas.
2.Nyeri tulang belakang
3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung
kemih sebagian atau lengkap.
5. nyeri diperberat akibat peningkatan tekanan
cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat,
mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau
spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
181. 79. Fungsi Otak
Korteks
serebri
-Lobus
oksipital
-Lobus
temporal
-Lobus
parietal
-Lobus
frontal
-Menerima dan memproses
informasi visual
- Penghidu, pendegaran,
keseimbangan, emosi dan motivasi ,
bahasa
- area asosiasi sensorik dan
kemampuan visuospasial
-Konsentrasi, kontrol emosi, area
motorik, tempat koordinasi semua
sinyal dari bagian otak, proses
pemecahan masalah yang kompleks,
kepribadian
Sistem
limbik
Hipokampus
Amygdala
Pembentukan memori baru
Mengatur emosi yang terkait
dengan self perservation
Central
core
-Medulla
oblongata
(medulla)
-Pons
-Cerebellum
-Hipotalamus
-Mengatur respirasi, nadi dan
tekanan darah
-Mengatur siklus bangun dan tidur
-Mengatur refleks, keseimbangan
dan mengkoordinasikan gerakan
-Emosi dan motivasi, reaksi
terhadap stres
182. 80. Motion Sickness
⢠Perasaan mual dan pusing yang terjadi akibat
gerakan saat menaiki mobil, roller coaster
atau menaiki perahu
⢠Terkait dengan sistem keseimbangan yaitu :
â Telinga dalam
â Mata
â Reseptor di kulit
â Reseptor di sendi dan otot
â SSP
184. 81. Pemeriksaan status mental
⢠Adalah kesimpulan menyeluruh yang
mendeskripsikan hasil observasi dan kesan dari
pasien selama wawancara
⢠Status mental pasien dapat berubah dengan
waktu
⢠Status mental =
deskripsi: penampilan }
pembicaraan }
perilaku }
pikiran } pasien selama
wawancara
185. Pemeriksaan status mental
I. Deskripsi umum
1. Penampilan
2. Perilaku dan aktivitas
psikomotor
3. Sikap terhadap
pemeriksa
II. Mood dan afek
1. Mood
2. Afek
3. Keserasian afek
III. Ciri pembicaraan
IV. Persepsi
V. Isi pikiran dan arah
pikiran ( mental trends )
1. Proses / bentuk pikiran
2. Isi pikiran
VI. Kesadaran dan kognisi
VII. Pengendalian impuls
VIII. Daya nilai dan tilikan
IX. Taraf dapat dipercaya
186. Perasaan
( mood & afek )
⢠Mood = suasana perasaan
⢠emosi yang meresap dan terus menerus yang
mewarnai persepsi seseorang akan dunia.
⢠Deskripsi mood
Euthym : normal
Hypothym : murung-putus asa-depresif
Hyperthym : elasi-ekspansif-euforik-manik
Empty : kosong-hambar
Irritable : mudah tersinggung
Alexithymia : sulit mengungkapkan perasaan
187. ⢠Afek :
Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari
ekspresi wajah, gerak tubuh, irama suara.
⢠Deskripsi Afek :
serasi / tidak serasi
luas ď terbatas ď tumpul ď datar
labil/tegang/cemas
188. Pembicaraan & Penampilan
⢠Bicara dapat digambarkan didalam
kualitasnya, kecepatan produksi suara dan
kualitasnya.
⢠Penampilan: secara fisik, pakaian, cara
berjalan, rapi/ tidak, terurus/tidak
189. Tilikan
⢠Dalam arti sempit adalah pemahaman pasien terhadap penyakitnya
⢠Derajat tilikan:
1. Penyangkalan penyakit sama sekali
2. Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal
penyakitnya.
3. Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada
orang lain, pada faktor eksternal atau faktor organik
4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya
5. Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala
disebabkan gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tetapi TIDAK
menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa depan
6. Tilikan emosional sesungguhnya: Tilikan yang sehat, yakni sadar
sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motifasi untuk mencapai
perbaikan
190. 82. Kompulsif
Kompulsif desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan
meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Jika dilakukan ď
tindakan kompulsif
Isi pikir Isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya dipikirkan
seseorang: gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi.
arus pikir: cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan
asosiasi, yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses pikiran
mungkin logis dan koheren atau sama sekali tidak logis dan bahkan
tidak dapat dimengerti (termasuk neologisme, asosiasi longgar,
flight of ideas, tangensial, sirkumtansial)
Flight of ideas gagasan yang bertubi-tubi melompat dari satu topik ke topik lain
Obsesif gagasan, bayangan pikiran atau impuls yang timbul dalam pikiran
individu secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
191. 83. Efek samping obat antipsikotik tipikal
Akatisis syndrome characterized by unpleasant sensations of inner
restlessness that manifests itself with an inability to sit still or
remain motionless. (a subjective disorder characterized by a desire
to be in constant motion resulting in an inability to sit still and a
compulsion to move.)
Rigiditas Stiffness or inflexibility.
Bradikinesia extreme slowness of movements and reflexes
Distonia akut sustained muscle contractions cause twisting and repetitive
movements or abnormal postures (characterized by intermittent
spasmodic or sustained involuntary contractions of muscles in the
face, neck, trunk, pelvis). Frequently a result of antiemetics
metoclopramide, typical antipsychotic eg. Chlorpromazine
Tardive
dyskinesia
an involuntary movement disorder characterized by repetitive
purposeless movements which typically involve the buccolingual
masticatory areas but which can include choreoathetoid limb
movement.
192. 84-85. Sleep Disorder
⢠DSM-IV-TR divides primary sleep disorders
into:
â Dyssomnias: disorders of quantity or timing of
sleep
⢠Insomnia
⢠Hypersomnia
â Parasomnias: abnormal behaviors during sleep or
the transition between sleep and wakefulness.
⢠Sleep walking , night terror, nightmare
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
193. Sleep Disorder
⢠Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep. It is the
most common sleep complaint and may be transient or
persistent.
⢠Primary insomnia is commonly treated with benzodiazepines.
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
194. Insomnia
⢠According to severity:
â Mild: almost every night,
minimum impairment of
quality of life (QoL)
â Moderate: every night,
moderate impairment
QoL with symptoms
(irritability, anxiety,
fatigue)
â Severe: every night,
moderate impairment
QoL with more severe
symptoms of irritability,
anxiety, fatigue
⢠According to form of
presentation:
â Sleep onset/early
insomnia (difficulty
falling asleep)
â Sleep
maintenance/middle
insomnia (waking
frequently)
â End of sleep/late
insomnia (waking too
early)
195. 86. Raptus
⢠Abulia: global underactivity (lack of motivation
or desire to perform a task) (eg: In stroke,
abulia results most often from damage to the
frontal lobes)
⢠Raptus: a pathological paroxysm of activity
giving vent to impulse or tension (as in an act
of violence)
⢠Halusinasi: Penginderaan/persepsi sensoris
tanpa adanya stimulus eksternal
196. ⢠Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau
tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir
setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
⢠Merupakan sumber penderitaan atau mengganggu aktivitas
penderita
⢠Glutamatergic abnormalities in corticostriatal brain circuits
are thought to underlie obsessive-compulsive disorder
(OCD)
⢠Low GABA function is a consistent finding in mood
disorders. Highest concentrations of GABA are found in the
basal ganglia of the brain, followed by the hypothalamus,
hippocampus and amygdala
87.Obsesif-kompulsif
197. ⢠Gejala-gejala obsesif :
1. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri
sendiri;
2. Sedikitnya ada 1 pikiran/tindakan yang tidak
berhasil dilawan;
3. Pikiran untuk melakukan tindakan tsb bukan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan
4. Gagasan, pikiran, atau impuls tsb harus
merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
Gangguan Neurotik
198. Predominan Tindakan Kompulsif (Obsessional Rituals)
⢠Tindakan kompulsif umumnya berkaitan dengan :
kebersihan (mencuci tangan), memeriksa berulang untuk
meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi
bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapian & keteraturan.
⢠Dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya
Gangguan Neurotik
199. Diagnosis Karakteristik
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan. Tanda utama: serangan
panik yang tidak diduga tanpa adanya stimulus.
Gangguan cemas
menyeluruh
Ansietas berlebih terus menerus disertai ketegangan motorik
(gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Gangguan konversi Merupakan gangguan disosiatif
Depresi afek depresif, hilang minat & kegembiraan, mudah lelah &
menurunnya aktivitas.
200. 88-89. Kubler-Rossâ stages of griefing
1. Denial ď deny the reality of the situation. It is a
defense mechanism that buffers the immediate
shock. block out the words and hide from the facts.
2. Anger ď The anger may be aimed at God, complete
strangers, friends or family. Anger may be directed at
our dying or deceased loved one.
3. Bargaining
The third stage involves the hope that the individual
can somehow postpone or delay death. Usually, the
negotiation for an extended life is made with a higher
power in exchange for a reformed lifestyle (eg: God)
201. 4. Depression
During the fourth stage, the grieving person begins to understand
the certainty of death. Because of this, the individual may become
silent, refuse visitors and spend much of the time crying and
grieving. This process allows the dying person to disconnect from
things of love and affection.
Eg: "I'm so sad, why bother with anything?"; "I'm going to die
soon so what's the point?"; "I miss my loved one, why go on?"
5. Acceptance ď In this last stage, individuals begin to come to terms
with their mortality, or that of a loved one, or other tragic event
Eg."It's going to be okay."; "I can't fight it, I may as well prepare
for it."
202. 90.Depresi
⢠Gejala lainnya:
1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
3. rasa bersalah & tidak berguna
yang tidak beralasan,
4. merasa masa depan suram &
pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
⢠Gejala utama:
1. afek depresif,
2. hilang minat &
kegembiraan,
3. mudah lelah &
menurunnya
aktivitas.
PPDGJ
203. Depresi
⢠Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu
⢠Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2
minggu.
⢠Episode depresif berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain > 2
minggu. Jika gejala amat berat & awitannya cepat,
diagnosis boleh ditegakkan meski kurang dari 2 minggu.
⢠Episode depresif berat dengan gejala psikotik: episode
depresif berat + waham, halusinasi, atau stupor depresif.
PPDGJ
204. Depresi
⢠Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling efektif.
⢠The different antidepressant class adverse effect profiles make the
SSRIs more tolerable than the TCAs ď SSRI is commonly used as
first line drug for major depression.
⢠Contoh:
â Sertraline dosis awal 1x50 mg
â Fluoxetine dosis awal 1x20 mg
205. 91.Eksebisionisme
Istilah Keterangan
Sado-masokisme Preferensi terhadap aktifitas seksual yang menimbulkan rasa sakit
atau penghinaan. Pelaku disebut Sadism, Resipien disebut
masokism
Fetihisme Mengandalkan benda mati sebagai rangsangan untuk
membangkitkan keinginan seksual dan kepuasan seksual. Contoh :
pakaian dalam atau sepatu
Voyeurisme Kecenderungan berulang atau menetap untuk melihat orang yang
sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti
sedang menanggalkan pakaian
Ekshibisionisme Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan
alat kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis) atau pada orang
banyak ditempat umum
Nekrofilia Perilaku seksual terhadap mayat
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving
touching and rubbing against a nonconsenting person.
206. 92. Sexual Dysfunction
⢠Sexual desire disorders
â Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
⢠Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual
fantasies and desire for sexual activity
â Sexual Aversion Disorder (SAD)
⢠Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of,
all (or almost all) genital sexual contact with a sexual partner.
⢠Sexual arousal disorders
â Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
⢠Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate lubrication-
swelling response of sexual excitement.
â Male Erectile Disorder
⢠Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate erection.
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
207. Sexual Dysfunction
⢠Orgasmic disorders
â Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
â Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm): sometimes called
inhibited orgasm or retarded ejaculation, a man achieves ejaculation
during coitus with great difficulty
â Premature Ejaculation
⢠Sexual pain disorders
â Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated with sexual
intercourse.
â Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the
vagina that interferes with penile insertion and intercourse.
⢠Sexual dysfunction due to general medical condition
⢠Substance-Induced Sexual Dysfunction
â With impaired desire/With impaired arousal/With impaired orgasm/With
sexual pain/With onset during intoxication
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry
209. 93. Urinary Tract Infection (UTI)
Pathophysiology
1. Infection spreads from renal pelvis to renal cortex
2. Kidney grossly edematous; localized abscesses in cortex
surface
3. E. Coli responsible organism for 85% of acute pyelonephritis;
also Proteus, Klebsiella
Manifestations
1. Demam dan menggigil yang tiba-tiba
2. Malaise
3. muntah
4. Nyeri pinggang
5. Nyeri dan nyeri ketok Costovertebral
6. Urinary frequency, dysuria
210. E. coli
⢠Ada di GIT
⢠Patofisiologi:
â Infeksi endogen setelah menembus barier imun
â Sepsis dengan fokus infeksi pada traktus urinarius atau GIT,
merupakan bakteri gram negatif tersering penyebab sepsis
â Urinary tract infectionď Sebagian besar menginfeksi pasien
dalam komunitas, ditransmisikan dari GIT secara asenden,
beberapa serotipe menempel pada traktus urinarius
â Forms complex of numerous o-somatic, H- flagellar and K -
capsular antigens
⢠Kultur ď Media Mc Conkey
â Koloni merah mudaď memfermentasi laktosa
211. Tes indentifikasi (IMViCď Indol, metil, Voges,citrat)
Identifikasi bakteri enterobactericeae
⢠Tes indolď untuk membedakan bakteri batang gram
negatif dalam famili Enterobacteriaceaeď merubah
triptofan menjadi indole
â tes indol +
⢠Escherichia coli
⢠Haemophilus influenzae
⢠Proteus sp. (not P. mirabilis and P. penneri)
⢠Vibrio sp
â Tes indol â
⢠most Bacillus sp.
⢠Enterobacter sp.
⢠most Klebsiella sp.
⢠Proteus mirabilis,
⢠Pseudomonas sp.
212. ⢠Tes Methyl Redď identifikasi bakteri melalui jalur
fermentasi glukosa yang digunakan
â Jalur fermentasi
⢠Menghasilkan produk asam yang cepat diubah menjadi produk
netral
â Butylene glycol pathway
⢠Produk netralď acetoin and 2,3-butanediol
â Mixed acid pathway
⢠Produk asamď lactic, acetic, and formic acid
â Indikator pH
⢠Merah: pH < 4.4
⢠Kuning: pH > 6.2
⢠Orange : diantaranya
213. ⢠Tes Voges-Proskauer
â Mendeteksi bakteri yang menggunakan butylene
glycol pathway dan memproduksi acetoin
â Hasil:
⢠Positif: merah
⢠Negatif: warna tembaga (copper color)
http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-
test/3204-methyl-red-and-voges-proskauer-test-protocols
214. ⢠Tes biokimia E.coli
â Tes indol +
â Tes Methyl menghasilkan warna merah
â Tes Voges-Proskauer -
215. 94. Ektima
⢠Ektima adalah ulkus superficial dengan krusta yang
disebabkan oleh infeksi Streptococcus B hemoliticus.
⢠Pada pemeriksaan fisik akan terlihat krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu
tempat yang banyak mendapat trauma.
⢠Streptococcus adalah bakteri golongan gram positif
pada pewarnaan gram (berwarna ungu). Hal ini
disebabkan karena lapisan peptidoglikan.
⢠Pengobatan dari ektima adalah pengangkatan krusta
dan pemberian salep antibiotik seperti basitrasin,
mupirocin dan neomisin.
216. 95. Varisela
⢠Varisela adalah infeksi akut primer oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
⢠Gejala klinis berupa demam yang tidak terlalu tinggi,
nyeri kepala, erupsi kulit berupa papul eritmatosa yang
dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Vesikel
yang khas berbentuk tetesan embun (tear drop)
⢠Pengobatan: antipiretik, analgesik, bedak untuk
mengurangi rasa gatal dan mencegah pecahnya vesikel.
⢠Asan salisilat dosis rendah (1-2%) mempunyai efek
keratoplastik, menunjang pembentukan keratin baru.
Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan
dipakaiuntuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik.
217. 96. Ptiriasis Versikolor
⢠Penyakit jamur superficial yang kronik
⢠Etiologi: Malassezia furfur
⢠Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat
kehitaman pada badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
218. ⢠Diagnosis:
â Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%:
hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
⢠PENTING dibedakan.
â Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
â KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
219. 97. Miasis
⢠Miasis adalah kontaminasi tubuh
oleh larva.
⢠Biasanya pada luka terbuka yang
tidak bersih dan menyebabkan larva
bisa sampai ke luka tersebut.
⢠Lalat merupakan salah satu vektor
penyebar larva.
⢠Penanganan larva adalah dengan
menjaga kebersihan diri dan luka.
Larva harus dibersihkan dan luka
juga dibesihkan. Apabila dicurigai
terdapat infeksi bakteri dapat
diberikan antiobiotik.
220. 98. Trichuris Trichiura
⢠Cacing ini berbentuk seperti cambuk di
ujungnya. Berwarna abu merah muda. Cacing
betina lebih kecil dari jantan.
⢠Telur dari cacing ini berukuran 50 x 20Οm.
Berwarna kecoklatan dengan kedua
ujung/kutub yang transparan
⢠Pengobatan: Mebendazole, albendazole
222. Telur cacing
⢠Ascaris lumbricoidesď telur
berbentuk bulat berlapis
dengan bagian luar bergerigi
⢠Ancylostoma duodenale dan
necator americanusď telur
oval dengan segmented
ovum
⢠Trichuris trichiuraď telur
seperti tempayan
223.
224. 99. Lepra
⢠Penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae
⢠Lesi kulit: terdapat ebrbagai jenis lesikulit
pada leprae: makula, papul dengan
pewarnaan hipopigmentasi atau eritematosa
⢠Deformitas terjdi akibat langsung dari
granuloma yang merusak jaringan sekitarnya.
Gangguan anestesiaď dapat menyebabkan
deformitas
225. ⢠Pemeriksaan penunjang
â Pemeriksaan bakterioskopik dengan pewarnaan
Ziehl Neelsenď dapat menghitung jumlah
bakteri
â Pemeriksaan histopatologisď Berasal dari jaringan
lesi lepraď ditemukan sel vrichow (histiosit
dengan M leprae di dalamnya)
â Pemeriksaan serologik: pemeriksaan antibodi
terhadap M. leprae
226. ⢠Pengobatan leprae:
â DDS, Rifampisin, klofazimin.
⢠Yang tidak kalah penting adalah pencegahan
cacat. Pasien kusta meiliki risiko yang lebih
tinggi utk menderita kecacatan karena
gangguan sensorik dan kelemahan otot.
Edukasi cara penggunaan sepatu, sarung
tangan, memeriksa jika ada luka dan
perawatan kulit.
228. 100. Miliaria
Kelainan kulit akibat retensi keringat
⢠Miliaria kristalina:
â Vesikel berukuran 1-2 mm pada bedan setelah banyak berkeringat, tanpa
tanda radang, pada bagian yang tertutup pakaian, keluhan tidak
⢠ada. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat
⢠Miliaria rubra:
â Papul merah yang gatal, pada badan dan tempat-tempat tekanan/gesekan
pakaian. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, bedak
salisil 2% + menthol 0,25-2%, losio calamin
⢠Miliaria profunda
â Timbul setelah miliaria rubra, papul putih, keras di badan dan ekstremitas,
tidak gatal, tidak eritema. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis &
menyerap keringat, losio calamin, resorsin 3%
229. 101. Ptiriasis Versikolor
⢠Penyakit jamur superficial yang kronik
⢠Etiologi: Malassezia furfur
⢠Gejala klinis: gatal ringan, bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat
kehitaman pada badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
230. ⢠Diagnosis:
â Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%:
hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
⢠PENTING dibedakan.
â Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
â KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
231. 102-103. Urtikaria
⢠Reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-
macam sebab.
⢠Edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
dan kemerahan
⢠Etiologi: obat, makanan, gigitan serangga,
inhalan
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
232. ⢠Patogenesis urtikaria:
â Faktor fisik (panas. Dingin), inhalan, makanan)ď
sel mast/basofilď histamin, serotoninď
vasodilatasi dan permeabilitas meningkatď
urtikaria.
233. ⢠Pengobatan urtikaria:
â Hindari penyebab
â Antihistamin (chlortrimethon, cimetidine)
â Kortikosteroidď urtikaria akut
â Desensitisasi (pada urtikaria dingin, melakukan
sensitisasi air pada suhu 10C, 2xsehari selama 2-
3minggu)
234. 104. Skabies
⢠Penyakit kulit akibat imfestasi dan sensitisasi
Sarcoptes scabei
⢠Cara penularan: Kontak langsung (kulit dengan
kulit), kontak tak langsung (melalui benda)
⢠Kelainan kulit terjadi tidak hanya disebabkan oleh
tungau, namun juga karena garukan. Ditemukan
papul, vesikel, urtika. Dengan garukan akan
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI
edisi kelima
235. ⢠Gejala klinis, 4 tanda kardinal:
â Pruritus nokturna: gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yg lembab dan panas
â Menyerang secara kelompok: pada satu keluarga.
Karena penyakit ini dapat menualr melalui kontak
â Kanikulus: terowongan putih keabuan berbentuk garis
lurus atau berkelok. Pada ujung terowongan dapat
ditemukan papul atau vesikel.
â Menemukan tungau: dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
236. ⢠Pegobatan: (Pasien dan seluruh keluarga arus
diobatiď untuk mencegah infeksi kembali karena
kontak langsung)
â Belerang endap 4-20%ď tidak efektif terhadap stadium
telur.
â Emulsi benzil-benzoas 20-25%ď efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari
â Gameksan 1%ď efektif terhadap semua stadium, tidak
dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil
â Permetrin 5%ď dihapus setelah pemberian selama 10
jam. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
239. WHO. SEARO. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue hemorrhagic fever in
small hospitals. 1999.
240.
241.
242. 106.ACQUIRED PROTHROMBINE COMPLEX DEFICIENCY (APCD)/HEMORRHAGIC
DISEASE OF THE NEWBORN (HDN)/ VITAMIN DEFICIENCY BLEEDING
⢠Etiologi ď defisiensi vitamin K krn:
â Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan
cadangan di hati
â Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI
â Tidak mendapat injeksi vitamin K1 pada saat baru
lahir
Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
243. Hemorrhagic disease of newborn (HDN)
Acquired prothrombrin complex deficiency (APCD)
Stadium Characteristic
Early HDN Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Baby
born of mother who has been on certain drugs: anticonvulsant,
antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant.
Classic HDN Occurs during 2 to 7 day of life when the prothrombin complex
is low. It was found in babies who do not received VKP or
VK supplemented.
Vit K deficiency Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Definite
etiology inducing VKP is found in association with bleeding:
malabsorption of VK ie gut resection, biliary atresia, severe liver
disease-induced intrahepatic biliary obstruction.
Late HDN / APCD Acquired bleeding disorder in the 2 week to 6 month age infant
caused by reduced vitamin K dependent clotting factor (II, VII,
IX, X) with a high incidence of intracranial hemorrhage and
responds to VK.
244.
245. Diagnosis APCD
⢠Diagnosis
â Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba
tampak pucat, malas minum, lemah. Tidak mendapat
vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal
â PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda
peningkatan tekanan intrakranial (UUB membonjol,
penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis
fokal
â Lab: Anemia dengan trombosit normal, PT memanjang,
APTT normal/memanjang. USG/CT Scan kepala :
perdarahan intrakranial
â Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB
membonjol harus dipikirkan APCD sampai terbukti bukan
Buku PPM Anak IDAI
246. Tatalaksana APCD
⢠Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut
⢠Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB selama 3 hari berturut-turut
⢠Transfusi PRC sesuai Hb
⢠Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial
(Manitol 0,5-1 g/kgBB/kali atau furosemid 1 mg/kgBB/kali)
⢠Konsultasi bedah syaraf
⢠Pencegahan : Injeksi Vitamin KI 1 mg IM pada semua bayi
baru lahir
Buku PPM Anak IDAI
248. KOMPLIKASI DIARE
⢠Dehidrasi
⢠Asidosis Metabolik
⢠Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
⢠Gangguan elektrolit
â Hiponatremia
â Hipernatremia
â Hipokalemia
â (NB: kondisi hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal
motility menyebabkan watery diarrhea.)
⢠Gangguan gizi
⢠Gangguan sirkulasi (syok)
249. KELAINAN ELEKTROLIT PADA DIARE
⢠HIPERnatremia (> 144 mEq/L)
â Hiperrefleks, mental status changes (lethargy,
stupor, coma etc), seizures
⢠HIPONatremia (<136 mEq/L)
â Hiporeflexia, mental status changes, SEIZURES
⢠HIPOKalemia (<3.6 mEq/L)
â Muscle weakness, cramps, tetany, polyuria,
polydipsia, decreased motor strength, ileus,
orthostatic hypotension
250. No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Tindaklanjut H 1-2 H 3-7 H 8-14 mg
3-6 mg 7-26
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Perbaiki gangguan elektrolit
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
7. Makanan stab & trans
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
10. Siapkan tindak lanjut
108. Tatalaksana GIZI BURUK
251. HIPOGLIKEMIA
⢠Semua anak dengan gizi
buruk berisiko hipoglikemia
(< 54 mg/dl)
⢠Jika tidak memungkinkan
periksa GDS, maka semua
anak gizi buruk dianggap
hipoglikemia
⢠Segera beri F-75 pertama,
bila tidak dapat disediakan
dengan cepat, berikan 50 ml
glukosa/ gula 10% (1 sendok
teh munjung gula dalam 50
ml air) oral/NGT.
⢠Jika anak tidak sadar, beri
larutan glukosa 10% IV
bolus 5 ml/kg BB, atau
larutan glukosa/larutan gula
pasir 50 ml dengan NGT.
⢠Lanjutkan pemberian F-75
setiap 2â3 jam, siang dan
malam selama minimal dua
hari.
252. HIPOTERMIA (Suhu aksilar < 35.5° C)
⢠Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk
kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan
letakkan pemanas/ lampu di dekatnya, atau
lakukan metode kanguru.
⢠Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam s.d suhu
menjadi 36.5° C/lbh.
⢠Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap
setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu
mencapai 36.5° C
253. DEHIDRASI
⢠Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali
pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
⢠Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
â beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
pertama
â setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5â10
ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10
jam.
254. ⢠Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
⢠Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
⢠Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
⢠Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai
fase rehabilitasi)
⢠Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan:
⢠Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit
campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan
dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
109. Tatalaksana defisiensi mikronutrien pada gizi buruk
255. 110. Patofisiologi Sindrom Nefrotik
⢠Haematuria, oliguria, hypertension, pulmonary oedema to
suggest acute glomerulonephritis. Frothy urine suggests
nephrotic syndrome.
Renal Disease
⢠Stigmata of chronic liver disease such as jaundice, palmar
erythema, clubbing, pruritic rash, hepatosplenomegaly
with gross ascites in the absence of jaundice to exclude
portal vein thrombosis
Liver Disease
⢠Edema usually mild, commonly periorbital. History of
allergen exposure
Allergic Reaction
⢠Decreased effort tolerance, orthopnoea, paroxysmal
nocturnal dyspnoea and signs such as cardiomegaly, gallop
rhythm, lung crepitations and turgid liver
Cardiac Disease
260. NORMAL
GLOMERULUS
The glomerular basement membrane (GBM) of the kidney is the basal lamina
layer of the glomerulus.
The GBM is a fusion of the endothelial cell and podocyte basal laminas
261.
262. This is a normal glomerulus by light
microscopy.
263. Minimal-Change Glomerulonephritis
⢠Also known as Nil Lesions or Nil Disease
(lipoid nephrosis)
⢠Minimal change nephrotic syndrome (MCNS)
is the most common cause of the nephrotic
syndrome in children, accounting for 90% of
cases under the age of 10 years and more
than 50% in older children.
Nephrology (Carlton). 2007 Dec;12 Suppl 3:S11-4.
Pathophysiology of minimal change nephrotic syndrome and focal segmental glomerulosclerosis.
Cho MH, Hong EH, Lee TH, Ko CW.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17995521
264. Minimal-change disease (MCD), also known as lipoid nephrosis or nil disease, is the
most common single form of nephrotic syndrome in children. It refers to a
histopathologic lesion in the glomerulus that almost always is associated with
nephrotic syndrome. It typically is a disease of childhood, but it also can occur in
adults.
265. Glomerulonephritis, crescentic (RPGN). Light microscopy (25x hematoxylin and eosin stain):
Compression of the glomerular tuft with a circumferential cellular crescent that occupies most of
the Bowman space. Rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN) is defined as any glomerular
disease characterized by extensive crescents (usually >50%) as the principal histologic finding and
by a rapid loss of renal function (usually a 50% decline in the glomerular filtration rate [GFR]
within 3 mo) as the clinical correlate.
Image courtesy of Madeleine Moussa, MD, FRCPC, Department of Pathology, London Health Sciences Centre, London, Ontario, Canada.
266. This is focal segmental glomerulosclerosis (FSGS). An area of collagenous
sclerosis runs across the middle of this glomerulus. As the name implies,
only some (focal) glomeruli are affected and just part of the affected
glomerulus is involved (segmental) with the sclerosis. In contrast to
minimal change disease, patients with FSGS are more likely to have non-
selective proteinuria, hematuria, progression to chronic renal failure,
and poor response to corticosteroid therapy
267. The hypercellularity of post-infectious
glomerulonephritis is due to increased
numbers of epithelial, endothelial, and
mesangial cells as well as neutrophils
in and around the glomerular capillary
loops. This disease may follow several
weeks after infection with certain
strains of group A beta hemolytic
streptococci. Patients who have had a
strep infection typically have an
elevated anti-streptolysin O (ASO) titer.
This glomerulus is hypercellular and capillary
loops are poorly defined. This is a type of
proliferative glomerulonephritis known as post-
infectious glomerulonephritis. This case followed
a group A beta hemolytic streptococcal infection
of the pharynx 3 weeks earlier, and thus it could
be termed 'post-streptococcal
gomerulonephritis'.
http://library.med.utah.edu/WebPath/RENAHTML
268. Here is the light microscopic appearance of membranous nephropathy in which the
capillary loops are thickened and prominent, but the cellularity is not increased.
Membranous GN is the most common cause for nephrotic syndrome in adults. In most
cases there is no underlying condition present (idiopathic). However, some cases of
membranous GN can be linked to a chronic infectious disease such as hepatitis B, a
carcinoma, or SLE.
269. Mesangial Proliferative GN
⢠Mesangioproliferative pattern of glomerular
injury is characterized by the expansion of
mesangial matrix and the mesangial
hypercellularity.
⢠Contoh: immune disease such as IgA
nephropathy or class II lupus nephritis or non-
immune diseases such as early diabetic
glomerulosclerosis