1. RESPIRASI
(Sistem Angkutan Elektron,
Jalur Pentosa Fosfat,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Respirasi)
Nama: Syahraini Ritonga
NIM : 8126173030
2. Sistem Angkutan Elektron
Merupakan tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob.
Berlangsung pada krista (membran dalam) dalam
mitokondria.
Molekul yang berperan penting : NADH dan
FADH2, yang dihasilkan reaksi glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, dan siklus Krebs.
Molekul yang juga berperan: molekul oksigen, koenzim
Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
4. 1. NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan
elektron berenergi tinggi yang berasal dari
reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q.
2. Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2
melepaskan elektronnya cukup besar untuk
menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi
ATP.
3. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom
b: melepaskan elektron, koenzim Q juga
melepaskan 2 ion H+.
4. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom
c: menghasilkan cukup energi untuk
menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi
ATP.
5. 5. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan
akhir dari rantai transpor elektron.
6. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom
oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam
rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron.
7. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian
bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q
oleh sitokrom b membentuk air (H2O).
8. Oksidasi yang terakhir ini menghasilkan energi yang cukup besar
untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi
ATP.
9. Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH
sebanyak 10 dan FADH2 2 molekul.
6. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul
NADH dan kedua molekul FADH2 tersebut
mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3
ATP
Dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2.
Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira
34 ATP.
7. Jalur Pentosa Fosfat
Jalur ini menghasilkan NADPH dan
ribosa di luar mitokondria.
NADPH diperlukan untuk biosintesis;
asam lemak, kolesterol, dan steroid
lain.
Ribosa untuk biosintesis asam
nukleat.
9. Jalur Pentosa Fosfat
Jalur Pentosa Fosfat terdiri dari fase:
1.Fase Oksidatif Menghasilkan NADPH
Reaktan Produk Enzim Keterangan
Glukosa 6-
6- Dehidrogenase,
phosphate + Glukosa 6-
phosphoglukon dimana terjadi
NADP+ phosphate
o- δ-lakton + pembuangan H+ dan
dehydrogenase
NADPH kemudian direaksikan
dengan NADP+
membentuk NADPH
10. 6- 6- 6-
phosphoglukono - phosphoglukonat phosphoglukolact Hidrolisis
δ-lactone + H2O + H+ onase
6- Dekarboksilase
phosphoglukonat oksidatif. NADP+
+ NADP+ sebagai akseptor
Ribulosa 5- 6- electron,
phosphate + phosphoglukonat membentuk
NADPH + CO2 dehidrogenase molekul NADPH
yang lain serta
CO2 dan ribulosa
5-phosphate
Ribulosa 5 - Ribulosa 5- Phosphopentosa
isomerasi
phosphate phosphate isomerase
12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Respirasi
1. Substrat
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah
akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah
pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia
cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
13. 2. Suhu
• Di dalam batas-batas tertentu laju reaksi enzim kira-kira meningkat dua kali untuk
setiap kenaikan 10°C.
Secara kuantitatif ini ditunjukkan oleh nilai Q10 sebagai berikut:
Q10 =
laju pada (t 10 ) C
laju pada t C
• Nilai Q10 untuk respirasi sebagian besar spesies tumbuhan kira-kira antara 2 dan 2,5
pada suhu 5°C dan 25°C. Di atas suhu ini (30°C hingga 35°C) sering terjadi
penurunan Q10 yang disebabkan terbatasnya oksigen karena kelarutannya
berkurang dan rendahnya difusi gas tersebut. Bila suhu naik di atas 35°C terjadi
penurunan respirasi karena enzim-enzim yang diperlukan mulai mengalami
denaturasi.
14. 3. Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-
masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di
udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi
jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
15. 4. Umur dan Tipe Jaringan
• Respirasi jaringan muda lebih tinggi daripada
jaringan tua,
• Jaringan yang berkembang melakukan respirasi
lebih tinggi daripada jaringan dewasa.
16. 5. Karbondioksida
Sebagai hasil akhir reaksi, konsentrasi yang tinggi
dari karbondioksida diperkirakan akan menghambat
respirasi. Memang respirasi agak dihambat tetapi
hanya pada konsentrasi yang sangat melampaui
konsentrasi yang biasa terdapat dalam udara
17. 6. Garam-Garam
Jika akar menyerap garam, laju respirasi meningkat.
Hal ini dikaitkan dengan energi yang dikeluarkan
saat garam atau ion diserap. Keperluan energi itu
dipenuhi dengan menaikkan respirasi
18. 7. Luka dan Stimulus Mekanis
• Stimulus mekanis pada jaringan daun
menyebabkan respirasi naik untuk
sementara, biasanya beberapa menit hingga satu
jam.
• Penekanan mempunyai efek yang
rendah, pelengkungan lebih besar dan cekaman
(stress), penyobekan memacu respirasi