Oleh :
1. Ainur Pujianti
2. Biastira Rachma
3. Fibriana Rahmawati
4. Fitriatul Zahro
S1 Kesehatan Masyarakat
METODE PENGAMBILAN
SAMPEL
A. Pengertian populasi dan sampel
B. Kegunaan sampel
C. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan
D. Prosedur pengambilan sampel
E. Teknik sampling
F. Penentuan besarnya sampel (sample size)
Pengertian populasi dan sampel
• Populasi merupakan keseluruhan gejala/satuan yang ingin
diteliti
keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti
• sampel merupakan bagian populasi yang diambil untuk
diteliti atau sebagian kecil jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.
contohnya seorang ibu yang “mencicipi” sayur yang
dimasak untuk mengetahui apakah sayur dalam panci
tersebut sudah enak atau belum.maka ibu tersebut
mengambil satu sendok untuk dicicipinya, dan kalau itu
sudah enak.tetapi kalau hasil cicipannya tersebut “hambar”
maka sayur dalam panci tersebut juga hambar.dari contoh
ini yang dimaksud populasi (kesatuan) adalah “sepanci
sayur”,sedangkan “sesendok sayur” sebagai
sampel(perwakilan).
Pengertian populasi dan sampel
• menurut Sugiyono populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2011:80).
• Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau
jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.
Kegunaan sampel
1)menghemat biaya: dalam melakukan penelitian memerlukan alat penelitian
yang digunakan untuk pengumpulan data, pengolahan data yang
memerlukan biaya yang relatif besar.jika dalam sebuah penelitian yang diteliti
yaitu seluruh obyek/populasi maka biaya yang dikeluarkan akan lebih
banyak.oleh sebab itu dengan menggunakan sampling maka biaya yang
dikeluarkan dapat dikurangi.
2)mempercepat pelaksanaan penelitian : apabila dalam melakukan penelitian
obyek yang diteliti sangat banyak (populasi) maka akan memerlukan waktu
yang lama tetapi jika obyek yang diteliti hanya sebagian saja(sampel) maka
hanya membutuhkan waktu yang sedikit sehingga penelitian akan cepat
selesai.
3)menghemat tenaga: dalam melakukan sebuah penelitian jika obyek yang
diteliti sangat banyak/seluruh populasi maka diperlukan tenaga yang lebih
banyak dibandingkan meneliti obyek yang sedikit.
4)memperluas ruang lingkup penelitian: dalam melakukan penelitian
menggunakan populasi maka cakupannya terlalu luas dan banyak sedangkan
dalam penelitian sample cakupannya sedikit dan tidak terlalu luas.
5)memperoleh hasil yang lebih akurat : dalam melakukan penelitian lebih
baik menggunakan sample daripada populasi karena apabila menggunakan
populasi cakupannya terlalu besar di khawatirkan ada yang terlewati dan
lebih merepotkan sehingga hasilnya tidak akurat.
• Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu.
Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan
1) membatasi populasi
2) mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota
populasi
3) menentukan sampel yang akan dipilih
4) menentukan teknik sampling
PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
1) Menentukan tujuan penelitian
2) Menentukan populasi penelitian
3) Menentukan jenis dara yang diperlukan
4) Menentukan teknik sampling
5) Menentukan besarnya sampel (sample
size)
6) Menentukan unit sampel yang diperlukan
7) Memilih sampel
1. Menentukan tujuan penelitian
• Tujuan penelitian adalah suatu langkah
pokok bagi suatu penelitian, karena tujuan
penelitian tersebut merupakan arah untuk
elemen-elemen yang lain dari penelitian .
• Demikian pula dalam menentukan sampel
tergantung pula pada tujuan penelitian.
• Oleh sebab itu, langkah pertama dalam
mengambil sampel dari populasi adalah
menentukan tujuan penelitian.
2. Menentukan populasi
penelitian
• Sebelum sampel diambil harus ditentukan
dengan jelas kriteria atau batasan
populasinya.
• Dengan demikian maka akan menjamin
pemngambilan sampel secara tepat,
dengan menentukan kriteria inklusif
maupun kriteria eksklusif.
3. Menentukan jenis data yang diperlukan
• Jenis data yang akan dikumpulkan dari
suatu penelitian harus dirumuskan secara
jelas.
• Apabila jenis data yang akan dikumpulkan
telah mudah diumuskan secara jelas,
maka dapat dengan mudah ditentukan
dari mana data tersebut diperoleh atau
ditentukan sumber datanya.
4. Menentukan teknik sampling
• Penentuan teknik sampling yang akan
digunakan dalam pengambilan sampel
dengan sendirinya akan tergantung dari
tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi.
5. Menentukan besarnya
sampel (sample size)
• Meskipun besar/kecilnya sampel belum
menjamin representatifnya atau tidaknya
suatu sampel , tetapi penentuan besarnya
sampel dapat merupakan langkah penting
dalam pengambilan sampel.
• Secara statistik penentuan besarnya sampel
ini akan tergantung pada jenis dan besarnya
populasi.
• Penentuan besarnya sampel ini akan
dibicarakan di dalam bagian lain.
6. Menentukan unit sampel
yang diperlukan
• Sebelum menentukan sampel yang
diperlukan, terlebih dulu akan ditentukan
unit-unit yang menjadi anggota populasi .
• Hal ini akan memudahkan dalam
menentukan unit yang mana akan
dijadikan sampel.
7. Memilih sampel
• Apabila karakteristik populasi sudah
ditentukan dengan jelas, maka kita dapat
dengan mudah memilih sampel sesuai
dengan karakteristik populasi tersebut.
• Dalam memilih sampel dari populasi ini
dengan sendirinya berdasarkan teknik-
teknik pengambilan sampel.
• Ada dua jenis sampel yaitu:
1) Teknik random (acak)
a) Pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random
sampling)
b) Pengambilan sampel secara acak sistematis (systematic
random sampling)
c) Pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified random
sampling)
d) Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster
sampling)
e) Pengambilan sample secara gugus bertahap (multistrage
sampling)
2) Teknik non random
a) Purposive sampling
b) Quota sampling
c) Accidental sampling
1. Random sampling
• Pengambilan sampel secara random atau
acak disebut random sampling, dan
sampel yang diperoleh disebut sampel
random.
• Teknik random sampling ini hanya boleh
digunakan apabila setiap unit atau
anggota populasi itu bersifat homogeny
atau diasumsikan homogen. Hal ini berarti
setiap anggota populasi itu mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel
a) Pengambilan sampel secara acak sederhana
(simple random sampling)
• setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai
sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan
itu berbeda-beda , maka besarnya kesempatan
bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun
berbeda-beda pula.
• Teknik pengembangan sampel secara acak
sederhana ini dibedakan menjadi dua cara yaitu
dengan cara mengundi anggota populasi (lottery
technique) atau teknik undian, dan dengan
menggunakan table bilangan atau angka acak
(random number).
b) Pengambilan sampel secara acak sistematis
(systematic random sampling)
• Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel
random sampling.
• Caranya adalah membagi jumlah atau anggota
populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang
diinginkan, hasilnya adalah interval sampel.
• Sampel diambil dengan membuat daftar elemen
atau anggota populasi secara acak anatara 1
sampai dengan banyaknya anggota populasi.
Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang
diinginkan, hasilnya sebagai interval adalah X,
maka yang terkena sampel adalah setiap
kelipatan dari X tersebut.
Contoh :
N (jumlah populasi) : 500 orang
(No.1,2,3,……….200)
n (sampel) : yang diinginkan50
I (interval) : 500 : 50 = 10
• Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah
setiap elemen (nama orang) yang mempunyai nomor
kelipatan 10, misalnya no 2, 12, 32, 42, dan seterusnya
sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel.
c) Pengambilan sampel secara acak
stratifikasi (stratified random sampling)
• Pengambilan sampel secara acak stratifikasi ini
adalah Jika suatu populasi yang terdiri dari unit yang
berbeda atau heterogen.
• Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
karakteristik umum dari anggota populasi , kemudian
menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik
unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dapat
didasarkan bermacam-macam. Misalnya tingkat social
ekonomi pasien,tingkat keparahan penyakit, umur
penderita, dan lain sebagainya.
• Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-
masing strata diambil sampel yang mewakili strata
tersebut secara random atau acak.
1) Menentukan populasi penelitian.
2) Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit
yang menjadi anggota populasi , misalnya tingkat
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
3) Mengelompokkan unit anggota populasi yang
mempunyai karakteristik umum yang sama dalam
suatu kelompok atau strata,misalnya berdasarkan
tingkat pendidikan(rendah, menengah, dan tinggi)
4) Mengambil dari setiap strata (tingkat pendidikan)
sebagaian unit yang menjadi anggotanya untuk
mewakili strata yang bersangkutan.
5) Teknik pengambilan sampel dari masing-masing
strata dapat dilakukan dengan cara random atau non
random.
6) Pengambilan sampel dari masing-masing strata
sebaiknya dilakukan berdasarkan
Langkah-langkah yang ditempuh
pengambilan sampel secara stratified
adalah:
Misalnya :
1. Populasi suatu penelitian adalah ibu-ibu hamil di
kelurahan beji
2. Berdasarkan pendekatan dari puskesmas, sebanyak :
250 orang ibu ( N- 250)
3. Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang
dianggap representative adlah 60 (n=60) orang ibu
hamil.
4. Cara pengambilan sampel adalah “aratified random”
berdasarkan strata pendidikan , yakni : pendidikan
rendah,menengah dan tinggi.
5. Maka sampel akan diambil dari masing-masing strata
tersebut 20 orang (pendidikan rendah 20 orang,
menengah 20 orang, dan tinggi 20 orang).
d) Pengambilan sampel secara kelompok atau
gugus (cluster sampling)
• Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit
individu, tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan.
Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai
sampel ini terdiri dari unit geografis
(desa,kecamatan,kabupaten, dan sebagainya),
unit organisasi , misalnya klinik,PKK, LKMD, dan
sebaginya.
• Pengambilan sampel secara gugus , peneliti tidak
mendaftar semua anggota atau unit yang ada di
dalam populasi , tetapi cukup mendaftar
banyaknya kelompok atau gugus yang ada di
dalam populasi itu.
Misalnya :
Penelitian tentang kesinambungan imunisasi
anak balita di kecamatan X, dan menurut
laporan puskesmas jumlah anak balitanya
1.500 orang (N-1.500)
Sampel yang akan diambil sebesar 20% (n-
300), dengan teknik gugus adalah dengan
mengambil 3 kelurahan dari 15 kelurahan
yang ada di kecamatan X tersebut secara
random. Kemudian semua anak balita yang
berdomisili di tiga kelurahan yang terkena
sampel tersebut itulah yang diteliti.
e) Pengambilan sample secara gugus bertahap
(multistage sampling)
• Pengambilan sampel dengan teknik ini
dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara
bertahap. Hal ini memungkinkan untuk
dilaksanakan bila populasi terdiri dari
bermacam-macam tingkat wilayah.
Pelaksanaanya dengan membagi wilayah
populasi ke dalam sub-sub wilayah , dan tiap
sub wilayah di bagi ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil dan seterusnya.
• Kemudian menetapkan sebagian dari
nwilayah populasi (sub wilayah) sebagai
sampel.
• Dari subwilayah yang menjadi sampel ditetapkan
pula bagian-bagian dari subwilayah sebagai
sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil
tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil
sebagai sampel.
• Misalnya pelaksanaan suatu penelitian di suatu
wilayah kabupaten.
• Mula-mula diambil beberapa kecamatan sebagai
sampel , dari kecamatan-kecamatan yang terkena
sampel ini diambil beberapa kelurahan sebagai
sampel, selanjtnya dari kelurahan-kelurahan
sampel ini diambil beberapa RW sebagai sampel,
dan dari beberapa RW sampel diambil lagi
beberapa RT sebagai sampel, dan akhirnya dari
Proses pengambilan sampel secara gugus
bertahap :
a. Tentukan area populasi berdasarkanadministrasi
pemerintahan provinsi, kabupaten, kecamatan atau
kelurahan, atau karakter lain (pedesaan-
perkotaan,pantai-pegunungan,dan sebagainnya).
b. Dari area populasi tersebut diambil sampel gugus di
bawahnya (misalnya apabila area populasinya
provinsi maka area gugus di bawahnya kabupaten).
c. Dari area gugus tersebut diambil area gugus yang
dibawahnya lagi(misalnya kalua area gugus di
atasnya kabupaten, maka area gugus yang
dibawahnya adalah kecamatan). Dan seterusnya.
d. Akhirnya semua anggota populasi dari gugus yang
paling kecil (bawah) misalnya RT, diambil sebagai
sampel.
2. NON RANDOM (NON PROBABILITY)
SAMPLING
Pengambilan sampel non random adalah
pengambilan sampel yang tidak
didasarkan atsa kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, tetapi semata-mata.
Hanya berdasarkan kepada segi-segi
kepraktisan belaka.
Teknik Metode Non Random:
a) Purposive sampling : Pengambilan sampel
secara purposive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-
sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
b) Quota sampling : Pengambilan sampel
secara quota dilakukan dengan cara
menetapkan sejumlah anggota sampel
secara quotum atau jatah.
c) Accidental sampling: pengambilan sampel
secara accidental ini dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
Penentuan Besarnya Sampel (Sample
Size)
Menetapkan besarnya atau jumlah sampel
suatu penelitian tergantung pada dua
hal,yaitu :
1. Adanya sumber-sumber yang dapat
digunakan untuk menentukan batas
maksimal dari besarnya sampel.
2. Kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya
sampel.
Penentuan Besarnya Sampel (Sample
Size)
1. Jumlah Sampel untuk Estimasi Proporsi
2. Jumlah Sampel untuk Estimasi Rata-Rata
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Jumlah Sampel untuk Estimasi
Proporsi
Sebelum menghitung jumlah sampel, terlebih dahulu perlu diketahui
tiga hal (Lameshow et al.,1990, dikutip Ariawan,1998), yakni :
a. Perkiraan proporsi untuk sifat tertentu yang terjadi dalam populasi.
Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut,maka
P(proporsi=0,50 atau 50%)
b. Presisi adalah derajat ketepatan yang diinginkan, berarti
penyimpangan terhadap populasi, biasanya 0,50 (5%) atau 0,10
(10%).
c. Derajat kepercayaan Keterangan :
n = besar sampel
= Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%
=1,96)
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi,
bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50%
(0,50)
d = derajat penyimpanan terhadap populasi yang
diiinginkan: 10% (0,10), 5%(0,05) atau 1%(0,01)
Contoh :
Tujuan : Mengetahui prevalensi gizi buruk pada Balita di
Kecamatan Sawangan.
Diketahui :
a. Perkiraan proporsi (P=0,15)
b. Presisi (d=0,05)
c. Derajat kepercayaan 95% (
Perhitungan :
Hasil : Dibutuhkan paling sedikit 196 Balita, yang dipilih secara
acak sederhana atau acak sistematis dari populasi.
Dengan efek rancangan (desain efek)2, maka akan
diperlukan jumlah sampel 392.
2. Jumlah Sampel untuk Estimasi
Rata-Rata
Untuk menghitung besar sampel, peneliti perlu mengetahui
:
a. Perkiraan varians (kuadrat dari standar deviasi)
b. Presisi
c. Derajat kepercayaan (Lameshow, 1990; Ariawan, 1998)
Rumus:
Keterangan :
σ= Perkiraan varians
d= Presisi
Z= nilai Z pada interval kepercayaan 1-x/2
n= jumlah sampel
Catatan :
a. Rumus di atas hanya untuk estimasi rat-rata
b. Rumus di atas hanya untuk sampel acak sederhana
Contoh penggunaan :
Sebuah penelitian bertujuan untuk mengetaui rata-rata
berat badan anak Balita di Kecamatan Cimanggis, dengan
ketentuan :
a. BB rata-rata anak balita 12,5 kg
b. Standar Deviasi 6 kg (Q)
c. Derajat Kepercayaan 95% (1,96)
d. Simpangan maksimum dari rata-rata 1 kg (d=1)
Sampel Untuk Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi
(Lameshow et al.,1990, dikutip
Ariawan,1998)
Keterangan :
n = Besar sampel
P1 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu
(misalnya proporsi hipertensi pada kelompok pria )
P2 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu
(misalnya kelompok hipertensi pada kelompok wanita)
P = Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2
= Nilai Z pada derajat kemakmuran 90, 95, 99% = 1,64 , 196, 2,58.
=Nilai Z pada kekuatan uji power1-….. 80,90, 95, 99% = 0,84 ,1,28, 1,64,
2,33.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan sampel antara lain:
1. Sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih
akurat, tetapi memerlukan lebih banyak waktu,tenaga,biaya,dan
fasilitas-fasilitas lain.
2. Pengambilan sampel acak memberikan data kuantitatif yang lebih
representatif dan populasi yang besar daripada pengambilan
sampel yang nonrandom. Tetapi sampel yang nonrandom dapat
digunakan untuk memaksimalkan data kualitatif dari sampel yang
relatif kecil.
3. Besar /kecilnya sampel bukan satu-satunya ukuran untuk
menentukan representatif atau tidak representatifnya terhadap
populasi. Hal ini tergantung pula pada sifat-sifat populasi yang
diwakilinya.
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi : Kriteria atau ciri-ciri yang
perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai
sampel.
Kriteria Eksklusi : Ciri-ciri anggota populasi
yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
Contoh :
Sebuah penelitian yang berjudul “
Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
Ibu terhadap Imunisasi dengan
Kelengkapan Imunisasi Anak Balita, di
Wilayah kerja Puskesmas X”. Populasi
penelitian ini jelas Ibu dan bayi yang
tinggal di wilayah Puskesmas X.
Kriteria Inklusi
1. Ibu dan Anak Balita yang tinggal di Wilayah
Puskesmas X sekurang-kurangnya 1 tahun.
2. Ibu yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun
3. Memahami Bahasa Indonesia
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Mau di wawancarai
Kriteria Eksklusi
1. Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas X kurang
dari 1 tahun
2. Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur
kurang dari 1tahun, dan lebih dari 5 tahun.
3. Tidak memahami Bahasa Indonesia
4. Ibu anak balita yang sedang sakit
5. Tidak bersedia di wawancarai.
Daftar pustaka
• Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
AFABETA, cv.
• Notoatmodjo soekidjo. 2012. Metodologi
penelitian kesehatan. jakarta : Rineka
cipta.