SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
1. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi, yaitu selektivitas ukuran dan jenis. Sub kriteria ini terdiri dari (mulai dari
paling rendah hingga yang paling tinggi):
a. Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
b. Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
c. Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama.
d. Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan
alat penangkapan. Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah hingga yang tinggi):
a. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas
b. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
c. Menyebabkan sebagian habitat pada wilayah yang sempit
d. Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan). Pembobotan resiko diterapkan berdasarkan pada tingkat bahaya dan dampak
yang mungkin dialami oleh nelayan, yaitu (dari rendah hingga tinggi):
a. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan
b. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen) pada nelayan
c. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang sifatnya sementara
d. Alat tangkap aman bagi nelayan
4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan
digunakan kondisi hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah hingga tinggi) adalah sebagai
berikut:
a. Ikan mati dan busuk
b. Ikan mati, segar, dan cacat fisik
c. Ikan mati dan segar
d. Ikan hidup
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus
menjadi pertimbangan adalah (dari rendah hingga tinggi):
a. Berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen
b. Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen
c.Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen
d. Aman bagi konsumen
6. Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
Alat yang tidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target
yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak.
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
a. Hasil tangkapan sampingan terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang tidak laku dijual di pasar
b. Hasil tangkapan sampingan terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku dijual di pasar
c. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar
d. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar.
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati
(biodiversity).
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
a. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak habitat.
b. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat
c. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat
d. Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-undang
ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:
a. Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat
b. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap alat
c. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap
d. Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap
9. Diterima secara sosial.
Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan sangat tergantung pada
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat diterima secara
sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2) menguntungkan secara
ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan
dengan peraturan yang ada. Pembobotan dilakukan dengan menilai kenyataan di
lapangan bahwa (dari yang rendah hingga yang tinggi):
a. Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas
b. Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas
c. Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas
d. Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas
 Jaring Penghalang
1. Selektivitas sedang menangkap ikan kurang dari 3 jenis dengan
ukuran relatif sama karena jaring hanya berfungsi menghalangi
pergerakan
2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang tutupan
karangnya tidak padat dengan hati-hati, stelah itu ikan akan digiring
dari terumbu karang kearah alat.
3. Aman bagi keselamatan nelayan alat tangkap dioperasikan pada
daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10-15 m
serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan
snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas timggi ikan dalam
keadaan hidup
5. Tingkat keamanan yang tinggi bagi konsumen  ikan ditangkap
tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku di pasar
ikan nontarget biasanya menjadi ikan yang akan dijual juga untuk
promosi jenis baru
7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati alat dioperasikan
dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan
yang mengoperasikannya.
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap
dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang
tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
 Push Net
1. Selektivitas sedang yaitu menangkap ikan kurang dari 3 jenis dengan
ukuran yang relatif sama dioperasikan pada ikan-ikan yang bergerak
lambat dan memiliki sarang (ikan anemon dan ikan piso-piso)
2. Tidak merusak habitat dioperasikan dengan mengiring ikan menjauhi
terumbu karang yang menjadi tempat mereke bersembunyi
3. Aman bagi keselamatan nelayan masuk kategori tingkat keamanan
tinggi, Karena alat tangkap dioperasikan pada daerah terumbu yang
dangkal dengan kedalaman maksimal 10-15 m serta dengan
menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik hasil tangkapan
dalam keadaan hidup
5. Tingkat keamanan tinggi bagi konsumen  ikan yang ditangkap
tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku di pasar
ikan nontarget biasanya menjadi ikan yang akan dijual juga untuk
promosi jenis baru
7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati dioperasikan
dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan
yang mengoperasikannya, pengoperasiannya di daerah terumbu
karang yang tidak padat/rapat,
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap
dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang
tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
 Tembakan Mandarin
1. Selektivitas tinggi  Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran
yang kurang lebih sama. hanya bisa digunakan untuk jenis ikan
mandarin & dilakukan oleh nelayan yang sudah trampil dan mengetahui
tingkah laku ikan tersebut
2. Tidak merusak habitat aman bagi habitat dioperasikan dengan
memilih ikan target yang bersembunyi di lubang-lubang karang dan
hanya dioperasikan pada pagi menjelang matahari terbit dan sore hari
menjelang matahari terbenam
3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah terumbu
yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta dengan
menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas cukup baik yaitu Alat
tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan
kesehatan yang sifatnya sementara pada ikan tangkapan yaitu luka
bekas tembakan, namun karena ikan ini memiliki sisik yang halus dan
lendir yang akan membantu penyembuhan dalam rentang waktu 3 hari.
5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap tanpa
bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Ikan nontarget tidak ada alat hanya bisa digunakan untuk jenis ikan
tertentu saja.
7. Alat yang aman bagi keanekaan sumberdaya hayati dioperasikan
dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang
mengoperasikannya.
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap
dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan dan hanya untuk ikan
mandarin.
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi
karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
 Jerat
1. Selektivitas tinggi menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang
kurang lebih sama. karena alat ini hanya bisa digunakan untuk jenis
ikan belut/moa/kerondong dan dilakukan oleh nelayan yang sudah
terampil dan mengetahui tingkah laku ikan tersebut
2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang sudah diketahui
sebagai tempat hidupnya ikan belut laut atau kerondong
3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah
terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta
dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik hasil tangkapan
dalam keadaan hidup
5. Keamanan bagi konsumen tinggi  aman bagi konsumen, karena
ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan
hidup.
6. Hasil tangkapan ikan nontarget tidak ada karena jenis alat hanya
bisa digunakan untuk jenis ikan tertentu saja.
7. Aman bagi keanekargaman sumberdaya hayati dioperasikan
dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan
yang mengoperasikannya.
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara
tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang
tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
 Perangkap (Bubu Beta)
1. Selektivitas tinggi  hanya bisa digunakan untuk jenis ikan Beta
dan dilakukan oleh nelayan yang sudah terampil dan mengetahui
tingkah laku ikan tersebut
2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang sudah
diketahui sebagai lokasi hidupnya ikan beta dengan bentuk alat
seperti tabung dengan diameter 10 cm dan tinggi 20-25 cm
3. Aman bagi keselamatan nelayan alat tangkap dioperasikan
pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman
maksimal 10 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti
(fin, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik  hasil
tangkapan dalam keadaan hidup
5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap
tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Hasil tangkapan ikan nontarget tidak ada karena jenis alat hanya
bisa digunakan untuk jenis ikan tertentu saja.
7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati kategori
tinggi, karena alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah
ditentukan dan lokasi hidup ikan sudah diketahui
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara
tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang
tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang
ada
 Lidi Pengusir
1. Selektivitas tinggi  alat ini hanya digunakan untuk mengusir ikan yang
beresmbunyi di terumbu karang yang kemudian ditangkap dengan
serokan, ikan terget utama adalah ikan roket anten merah atau ikan
biodon
2. Tidak merusak habitat karena alat tangkap ini digunakan hanya untuk
mengusir ikan-ikan yang bersembunyi dilubang atau celah karang.
3. aman bagi keselamatan nelayan alat tangkap dioperasikan pada
daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta
dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik  hasil tangkapan
dalam keadaan hidup
5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi yaitu  karena ikan yang
ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Hasil tangkapan ikan nontarget tidak ada karena jenis alat hanya bisa
digunakan untuk jenis ikan tertentu saja.
7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati karena alat ini
dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh
nelayan yang mengoperasikannya, pengoperasiannya dengan
menggiring ikan keluara dari persembunyiannya kemudian ditangkap
dengan serokan.
8. Kategori alat yang tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi
karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi
karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
 Serokan (Scoop Net)
1. Selektivitas tinggi  karena alat ini hanya digunakan untuk memilih
ikan yang sudah terperangkap dalam jaring atau untuk
menangkap ikan-ikan yang ada dalam sarang seperti ikan
kelon, giru, pelet dan roket
2. Tidak merusak habitat masuk kategori tinggi yaitu aman bagi
habitat, karena alat tangkap ini digunakan saat ikan sudah
terperangkap oleh jaring atau ikan yang hidup disarang
3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah
terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta
dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang baik  hasil tangkapan dalam
keadaan hidup
5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap
tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Hasil tangkapan nontarget termasuk kategori hasil tangkapan
sampingan kurang dari tiga jenis dan laku di pasar ikan
nontarget biasanya menjadi ikan yang akan dijual juga untuk
promosi jenis baru
7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati kategori
tinggi, karena alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah
ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya.
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara
tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang
tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang
ada
 Pancing Blodok
1. Selektivitas tinggi yaitu Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran
yang kurang lebih sama. karena alat ini hanya bisa digunakan untuk jenis
ikan blodok dan dilakukan oleh nelayan yang sudah terampil dan
mengetahui tingkah laku ikan tersebut
2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang sudah diketahui
sebagai tempat hidupnya ikan blodok
3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah terumbu
yang dangkal dengan kedalaman maksimal 2-3 m serta dengan
menggunakan alat bantu seperti (sepatu, masker dan snorkel)
4. Menghasilkan kualitas ikan yang baik  hasil tangkapan dalam keadaan
hidup
5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap tanpa
bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup.
6. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar,
ikan nonterget tertangkap karena ikan tersebut memangsa umpan yang
dieruntukkan bagi ikan blodok dan biasanya nelayan akan menarik umpan
jika ada ikan nontarget yang mencoba memangsa umpan tersebut.
7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati kategori tinggi, karena
alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih
oleh nelayan yang mengoperasikannya, pengoperasiannya di daerah
gobah yang berpasir karena ikan tersebut hidup di pasir yang mereka
lubangi.
8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan
ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan
9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi
karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya
setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
A. Semua alat tangkap yang
diperkenalkan termasuk kategori alat
tangkap yang ramah lingkungan
B. Sistem perdagangan ikan hias yang
menggunakan order memperkuat
keramahan alat tangkap
C. Nelayan yang terlatih dan handal
memberikan nilai tambah keramahan
alat tangkap tersebut
 Anonim. 2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan.
Ramah Lingkungan. COREMAP II. Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen
Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.
 Baskoro,S.B,2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah
(tidak dipublikasikan)
Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan IPB, Bogor.
 Brant A Vont,1984. Fish Catch Methods of the World,
Fishing News Book Ltd. England
 FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO
Fisheries Department.
 Tadjuddah M., Khairul Amri., Ratna Komala. Kajian
Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi
Statistik Internasional Standar FAO. Di akses 28 Februari
2012.
Terimakasih

More Related Content

What's hot

Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi I
Konservasi  dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi IKonservasi  dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi I
Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi IDidi Sadili
 
Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.raniazizah04
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananafdal muhammad
 
rumpon/payous
rumpon/payousrumpon/payous
rumpon/payousbachrisb
 
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap IkanAnalisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikannautika
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...
TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...
TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...Dr. Mauli Kasmi
 
140304 presentasi penyu
140304 presentasi penyu140304 presentasi penyu
140304 presentasi penyuVeda Santiaji
 
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...Didi Sadili
 
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Didi Sadili
 
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaTantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaDidi Sadili
 
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019Didi Sadili
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2ArVy Diansyah
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaDidi Sadili
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanDidi Sadili
 
Potensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang EksporPotensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang EksporDr. Mauli Kasmi
 

What's hot (20)

Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi I
Konservasi  dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi IKonservasi  dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi I
Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut pada Tataran Konvensi I
 
Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.Presentasi konservasi penyu hijau.
Presentasi konservasi penyu hijau.
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
 
rumpon/payous
rumpon/payousrumpon/payous
rumpon/payous
 
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap IkanAnalisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...
TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...
TEKNIK BUDIDAYA KARANG HIAS LESTARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU BARRANG LOMP...
 
140304 presentasi penyu
140304 presentasi penyu140304 presentasi penyu
140304 presentasi penyu
 
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
 
SEKTOR PERIKANAN
SEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANAN
SEKTOR PERIKANAN
 
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
 
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaTantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di Indonesia
 
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
Program Prioritas Konservasi Jenis Ikan 2015 2019
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
;B
;B;B
;B
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Potensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang EksporPotensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang Ekspor
 

Similar to Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan

Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPT. SASA
 
KRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMI
KRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMIKRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMI
KRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMIIke Wulanduri
 
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanJaya Nugraha
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaDidi Sadili
 
Sharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan serangga
Sharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan seranggaSharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan serangga
Sharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan seranggaGilang Putra
 
Teknologi kelautan lokal
Teknologi kelautan lokalTeknologi kelautan lokal
Teknologi kelautan lokalYeti Rohayati
 
merekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptx
merekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptxmerekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptx
merekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptxMansurJaya
 
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariDidi Sadili
 
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesiaJenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesiaAl Faruqie Faruqie
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Didi Sadili
 
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)MohdNapi
 
Kelapa Sawit.ppt
Kelapa Sawit.pptKelapa Sawit.ppt
Kelapa Sawit.pptLailiHijri
 
Isu Global Terkini: Hiu Terancam Punah
Isu Global Terkini: Hiu Terancam PunahIsu Global Terkini: Hiu Terancam Punah
Isu Global Terkini: Hiu Terancam Punahfitrifitriawati
 
Budidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.pptBudidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.pptcsxman
 
Budidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.pptBudidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.pptPrakosoAdi4
 

Similar to Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan (20)

Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
KRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMI
KRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMIKRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMI
KRITERIA KERAMAHAN ALAT TANGKAP MUROAMI
 
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
 
Sharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan serangga
Sharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan seranggaSharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan serangga
Sharing divisi insect metode pengamatan dan pengumpulan serangga
 
Mmpi5203 m1
Mmpi5203 m1Mmpi5203 m1
Mmpi5203 m1
 
Teknologi kelautan lokal
Teknologi kelautan lokalTeknologi kelautan lokal
Teknologi kelautan lokal
 
Dinamika Stok Ikan
Dinamika Stok IkanDinamika Stok Ikan
Dinamika Stok Ikan
 
merekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptx
merekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptxmerekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptx
merekayasa-teknik-pembesaran-ikan-ramah-lingkungan_compress.pptx
 
The Sunfish
The SunfishThe Sunfish
The Sunfish
 
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
 
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesiaJenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
Jenis ikan yang dilarang masuk ke indonesia
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
 
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
Kemahiran hidup th 5 ( ikan hiasan)
 
Kelapa Sawit.ppt
Kelapa Sawit.pptKelapa Sawit.ppt
Kelapa Sawit.ppt
 
Isu Global Terkini: Hiu Terancam Punah
Isu Global Terkini: Hiu Terancam PunahIsu Global Terkini: Hiu Terancam Punah
Isu Global Terkini: Hiu Terancam Punah
 
Budidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.pptBudidaya Rumput Laut.ppt
Budidaya Rumput Laut.ppt
 
Budidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.pptBudidaya_Rumput_Laut.ppt
Budidaya_Rumput_Laut.ppt
 

More from Yayasan TERANGI

Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...
Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...
Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...Yayasan TERANGI
 
Porites distribution modelling
Porites distribution modellingPorites distribution modelling
Porites distribution modellingYayasan TERANGI
 
Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...
Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...
Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...Yayasan TERANGI
 
Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...
Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...
Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...Yayasan TERANGI
 
Pembelajaran dari Program Belitung Mangrove Park
Pembelajaran dari Program Belitung Mangrove ParkPembelajaran dari Program Belitung Mangrove Park
Pembelajaran dari Program Belitung Mangrove ParkYayasan TERANGI
 
Vulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North Sulawesi
Vulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North SulawesiVulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North Sulawesi
Vulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North SulawesiYayasan TERANGI
 
GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...
GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...
GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...Yayasan TERANGI
 
Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...
Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...
Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...Yayasan TERANGI
 
Aplikasi dan pengembangan sipanji
Aplikasi dan pengembangan sipanjiAplikasi dan pengembangan sipanji
Aplikasi dan pengembangan sipanjiYayasan TERANGI
 
Pengenalan alat dasar selam
Pengenalan alat dasar selamPengenalan alat dasar selam
Pengenalan alat dasar selamYayasan TERANGI
 
Lembar evaluasi pelatihan
Lembar evaluasi pelatihanLembar evaluasi pelatihan
Lembar evaluasi pelatihanYayasan TERANGI
 
Skema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihanSkema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihanYayasan TERANGI
 
Kondisi ikan Hias Indonesia dan Tantangannya
Kondisi ikan Hias Indonesia dan TantangannyaKondisi ikan Hias Indonesia dan Tantangannya
Kondisi ikan Hias Indonesia dan TantangannyaYayasan TERANGI
 
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota SabangRencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota SabangYayasan TERANGI
 
Dampak sertifikasi ikan hias laut
Dampak sertifikasi ikan hias lautDampak sertifikasi ikan hias laut
Dampak sertifikasi ikan hias lautYayasan TERANGI
 
Status pemanfaatan perikanan kepulauan seribu
Status pemanfaatan perikanan kepulauan seribuStatus pemanfaatan perikanan kepulauan seribu
Status pemanfaatan perikanan kepulauan seribuYayasan TERANGI
 
Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...
Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...
Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...Yayasan TERANGI
 
Pengolahan Data JTB dengan fi sat ii
Pengolahan Data JTB dengan fi sat iiPengolahan Data JTB dengan fi sat ii
Pengolahan Data JTB dengan fi sat iiYayasan TERANGI
 
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasPemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasYayasan TERANGI
 

More from Yayasan TERANGI (20)

Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...
Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...
Assessment of coral reefs damaged due to MV Pazifik ran aground in the Sape S...
 
Porites distribution modelling
Porites distribution modellingPorites distribution modelling
Porites distribution modelling
 
Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...
Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...
Assessment of coral reefs health in Nature Recreation Park (TWA=Taman Wisata ...
 
Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...
Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...
Combining participatory mapping, cloud computing, and machine learning for ma...
 
Pembelajaran dari Program Belitung Mangrove Park
Pembelajaran dari Program Belitung Mangrove ParkPembelajaran dari Program Belitung Mangrove Park
Pembelajaran dari Program Belitung Mangrove Park
 
Vulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North Sulawesi
Vulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North SulawesiVulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North Sulawesi
Vulnerability Analysis to Climate Change in Lembeh Island, North Sulawesi
 
GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...
GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...
GENERATING BIOLOGICALLY RELEVANT ENVIRONMENTAL DATA FROM REMOTE SENSING IMAGE...
 
Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...
Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...
Fisherman Contribution on The Application of information system for the manag...
 
Aplikasi dan pengembangan sipanji
Aplikasi dan pengembangan sipanjiAplikasi dan pengembangan sipanji
Aplikasi dan pengembangan sipanji
 
Pengenalan alat dasar selam
Pengenalan alat dasar selamPengenalan alat dasar selam
Pengenalan alat dasar selam
 
Tangled on the web
Tangled on the webTangled on the web
Tangled on the web
 
Lembar evaluasi pelatihan
Lembar evaluasi pelatihanLembar evaluasi pelatihan
Lembar evaluasi pelatihan
 
Skema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihanSkema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihan
 
Kondisi ikan Hias Indonesia dan Tantangannya
Kondisi ikan Hias Indonesia dan TantangannyaKondisi ikan Hias Indonesia dan Tantangannya
Kondisi ikan Hias Indonesia dan Tantangannya
 
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota SabangRencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
Rencana pengelolaan Perikanan Kota Sabang
 
Dampak sertifikasi ikan hias laut
Dampak sertifikasi ikan hias lautDampak sertifikasi ikan hias laut
Dampak sertifikasi ikan hias laut
 
Status pemanfaatan perikanan kepulauan seribu
Status pemanfaatan perikanan kepulauan seribuStatus pemanfaatan perikanan kepulauan seribu
Status pemanfaatan perikanan kepulauan seribu
 
Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...
Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...
Economic benefit from using environmental friendly fishing gears for ornament...
 
Pengolahan Data JTB dengan fi sat ii
Pengolahan Data JTB dengan fi sat iiPengolahan Data JTB dengan fi sat ii
Pengolahan Data JTB dengan fi sat ii
 
Pemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan HiasPemantauan Populasi Ikan Hias
Pemantauan Populasi Ikan Hias
 

Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan

  • 1.
  • 2.
  • 3. 1. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi, yaitu selektivitas ukuran dan jenis. Sub kriteria ini terdiri dari (mulai dari paling rendah hingga yang paling tinggi): a. Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh b. Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh c. Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama. d. Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama. 2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya. Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat penangkapan. Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah hingga yang tinggi): a. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas b. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit c. Menyebabkan sebagian habitat pada wilayah yang sempit d. Aman bagi habitat (tidak merusak habitat) 3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan). Pembobotan resiko diterapkan berdasarkan pada tingkat bahaya dan dampak yang mungkin dialami oleh nelayan, yaitu (dari rendah hingga tinggi): a. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan b. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen) pada nelayan c. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang sifatnya sementara d. Alat tangkap aman bagi nelayan 4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik. Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisi hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah hingga tinggi) adalah sebagai berikut: a. Ikan mati dan busuk b. Ikan mati, segar, dan cacat fisik c. Ikan mati dan segar d. Ikan hidup
  • 4. 5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus menjadi pertimbangan adalah (dari rendah hingga tinggi): a. Berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen b. Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen c.Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen d. Aman bagi konsumen 6. Hasil tangkapan yang terbuang minimum. Alat yang tidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi): a. Hasil tangkapan sampingan terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang tidak laku dijual di pasar b. Hasil tangkapan sampingan terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku dijual di pasar c. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar d. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar. 7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity). Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi): a. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak habitat. b. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat c. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat d. Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
  • 5. 8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah. Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-undang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa: a. Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat b. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap alat c. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap d. Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap 9. Diterima secara sosial. Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan sangat tergantung pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pembobotan dilakukan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yang rendah hingga yang tinggi): a. Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas b. Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas c. Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas d. Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas
  • 6.  Jaring Penghalang 1. Selektivitas sedang menangkap ikan kurang dari 3 jenis dengan ukuran relatif sama karena jaring hanya berfungsi menghalangi pergerakan 2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang tutupan karangnya tidak padat dengan hati-hati, stelah itu ikan akan digiring dari terumbu karang kearah alat. 3. Aman bagi keselamatan nelayan alat tangkap dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10-15 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas timggi ikan dalam keadaan hidup 5. Tingkat keamanan yang tinggi bagi konsumen  ikan ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku di pasar ikan nontarget biasanya menjadi ikan yang akan dijual juga untuk promosi jenis baru 7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati alat dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya. 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 7.  Push Net 1. Selektivitas sedang yaitu menangkap ikan kurang dari 3 jenis dengan ukuran yang relatif sama dioperasikan pada ikan-ikan yang bergerak lambat dan memiliki sarang (ikan anemon dan ikan piso-piso) 2. Tidak merusak habitat dioperasikan dengan mengiring ikan menjauhi terumbu karang yang menjadi tempat mereke bersembunyi 3. Aman bagi keselamatan nelayan masuk kategori tingkat keamanan tinggi, Karena alat tangkap dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10-15 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik hasil tangkapan dalam keadaan hidup 5. Tingkat keamanan tinggi bagi konsumen  ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku di pasar ikan nontarget biasanya menjadi ikan yang akan dijual juga untuk promosi jenis baru 7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya, pengoperasiannya di daerah terumbu karang yang tidak padat/rapat, 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 8.  Tembakan Mandarin 1. Selektivitas tinggi  Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama. hanya bisa digunakan untuk jenis ikan mandarin & dilakukan oleh nelayan yang sudah trampil dan mengetahui tingkah laku ikan tersebut 2. Tidak merusak habitat aman bagi habitat dioperasikan dengan memilih ikan target yang bersembunyi di lubang-lubang karang dan hanya dioperasikan pada pagi menjelang matahari terbit dan sore hari menjelang matahari terbenam 3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas cukup baik yaitu Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang sifatnya sementara pada ikan tangkapan yaitu luka bekas tembakan, namun karena ikan ini memiliki sisik yang halus dan lendir yang akan membantu penyembuhan dalam rentang waktu 3 hari. 5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Ikan nontarget tidak ada alat hanya bisa digunakan untuk jenis ikan tertentu saja. 7. Alat yang aman bagi keanekaan sumberdaya hayati dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya. 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan dan hanya untuk ikan mandarin. 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 9.  Jerat 1. Selektivitas tinggi menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama. karena alat ini hanya bisa digunakan untuk jenis ikan belut/moa/kerondong dan dilakukan oleh nelayan yang sudah terampil dan mengetahui tingkah laku ikan tersebut 2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang sudah diketahui sebagai tempat hidupnya ikan belut laut atau kerondong 3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik hasil tangkapan dalam keadaan hidup 5. Keamanan bagi konsumen tinggi  aman bagi konsumen, karena ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan ikan nontarget tidak ada karena jenis alat hanya bisa digunakan untuk jenis ikan tertentu saja. 7. Aman bagi keanekargaman sumberdaya hayati dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya. 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 10.  Perangkap (Bubu Beta) 1. Selektivitas tinggi  hanya bisa digunakan untuk jenis ikan Beta dan dilakukan oleh nelayan yang sudah terampil dan mengetahui tingkah laku ikan tersebut 2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang sudah diketahui sebagai lokasi hidupnya ikan beta dengan bentuk alat seperti tabung dengan diameter 10 cm dan tinggi 20-25 cm 3. Aman bagi keselamatan nelayan alat tangkap dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik  hasil tangkapan dalam keadaan hidup 5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan ikan nontarget tidak ada karena jenis alat hanya bisa digunakan untuk jenis ikan tertentu saja. 7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati kategori tinggi, karena alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan lokasi hidup ikan sudah diketahui 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 11.  Lidi Pengusir 1. Selektivitas tinggi  alat ini hanya digunakan untuk mengusir ikan yang beresmbunyi di terumbu karang yang kemudian ditangkap dengan serokan, ikan terget utama adalah ikan roket anten merah atau ikan biodon 2. Tidak merusak habitat karena alat tangkap ini digunakan hanya untuk mengusir ikan-ikan yang bersembunyi dilubang atau celah karang. 3. aman bagi keselamatan nelayan alat tangkap dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang berkualitas baik  hasil tangkapan dalam keadaan hidup 5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi yaitu  karena ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan ikan nontarget tidak ada karena jenis alat hanya bisa digunakan untuk jenis ikan tertentu saja. 7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati karena alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya, pengoperasiannya dengan menggiring ikan keluara dari persembunyiannya kemudian ditangkap dengan serokan. 8. Kategori alat yang tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 12.  Serokan (Scoop Net) 1. Selektivitas tinggi  karena alat ini hanya digunakan untuk memilih ikan yang sudah terperangkap dalam jaring atau untuk menangkap ikan-ikan yang ada dalam sarang seperti ikan kelon, giru, pelet dan roket 2. Tidak merusak habitat masuk kategori tinggi yaitu aman bagi habitat, karena alat tangkap ini digunakan saat ikan sudah terperangkap oleh jaring atau ikan yang hidup disarang 3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 10 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (fin, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang baik  hasil tangkapan dalam keadaan hidup 5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan nontarget termasuk kategori hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku di pasar ikan nontarget biasanya menjadi ikan yang akan dijual juga untuk promosi jenis baru 7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati kategori tinggi, karena alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya. 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 13.  Pancing Blodok 1. Selektivitas tinggi yaitu Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama. karena alat ini hanya bisa digunakan untuk jenis ikan blodok dan dilakukan oleh nelayan yang sudah terampil dan mengetahui tingkah laku ikan tersebut 2. Tidak merusak habitat dipasang pada daerah yang sudah diketahui sebagai tempat hidupnya ikan blodok 3. Aman bagi keselamatan nelayan dioperasikan pada daerah terumbu yang dangkal dengan kedalaman maksimal 2-3 m serta dengan menggunakan alat bantu seperti (sepatu, masker dan snorkel) 4. Menghasilkan kualitas ikan yang baik  hasil tangkapan dalam keadaan hidup 5. Tingkat keamanan bagi konsumen tinggi  ikan yang ditangkap tanpa bahan-bahan kimia dan dalam keadaan hidup. 6. Hasil tangkapan sampingan kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar, ikan nonterget tertangkap karena ikan tersebut memangsa umpan yang dieruntukkan bagi ikan blodok dan biasanya nelayan akan menarik umpan jika ada ikan nontarget yang mencoba memangsa umpan tersebut. 7. Aman bagi keanekaragaman sumberdaya hayati kategori tinggi, karena alat ini dioperasikan dengan ikan target yang sudah ditentukan dan dipilih oleh nelayan yang mengoperasikannya, pengoperasiannya di daerah gobah yang berpasir karena ikan tersebut hidup di pasir yang mereka lubangi. 8. Tidak pernah menangkap ikan yang dilindungi karena cara tangkap dan ikan tergetnya dipilih langsung oleh nelayan 9. Alat tangkap ini masuk kedalam kategori penerimaan sosial yang tinggi karena memenuhi 4 syarat yaitu (1) biaya inevstasi murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan aturan yang ada
  • 14. A. Semua alat tangkap yang diperkenalkan termasuk kategori alat tangkap yang ramah lingkungan B. Sistem perdagangan ikan hias yang menggunakan order memperkuat keramahan alat tangkap C. Nelayan yang terlatih dan handal memberikan nilai tambah keramahan alat tangkap tersebut
  • 15.  Anonim. 2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan. Ramah Lingkungan. COREMAP II. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.  Baskoro,S.B,2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan) Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan IPB, Bogor.  Brant A Vont,1984. Fish Catch Methods of the World, Fishing News Book Ltd. England  FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries Department.  Tadjuddah M., Khairul Amri., Ratna Komala. Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO. Di akses 28 Februari 2012.