2. Pendekatan tematik mulai
direkomendasikan penggunaannya
pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) tahun 2004.
Kilas Balik Pembelajaran Tematik
Pada kurikulum tersebut pendekatan
tematik direkomendasikan
penggunaannya untuk kelas 1 - 2.
3. KBK tidak jadi ditandangani,
tapi terbit kurikulum definitif melalui
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 22 tahun 2006
Pada bagian struktur kurikulum SD/MI dinyatakan
“ Pembelajaran pada Kelas I s.d. III
dilaksanakan melalui pendekatan tematik”
Dalam Peraturan Menteri tersebut tidak diatur
tentang tema, durasi tema, maupun silabus
Kurikulum ini lebih populer dengan sebutan KTSP
4. Pada 3 tahun pertama sejak disosialisasikan Permen
no. 22 tahun 2006 sekolah gencar menyelenggarakan
pelatihan.
Materi utama pelatihan adalah merancang
pembelajaran tematik
Kegiatan paling dominan dalam pelatihan adalah
membuat Jaringan Tema.
Kesan umum dari peserta setelah mengikuti
pelatihan adalah “tematik rumit”.
Konsep tematik banyak dipengaruhi oleh pelaksanaan
tematik di TK, yang telah lebih 10 tahun bertematik.
Padahal dalam rangka KTSP juga menerbitkan pedoman
Merancang Pembekajaran Tematik.
5. Pada tiga tahun kedua, sekitar tahun 2010,
semangat guru melaksanakan pembelajaran
tematik semakin surut
“tidak tematik juga tidak apa-apa”.
“dulu juga tidak tematik”
“tidak ada sanksi sekolah yang tidak
menggunakan pendekatan tematik”
6. Pertengahan tahun 2013 terbit Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pada kurikulum 2013 tersebut pelaksanaan pendekatan
tematik dipertegas dan diperluas, yaitu semua jenjang SD
kelas I sampai kelas VI.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 67 TAHUN 2013
TENTANG
KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH
7. Matapelajaran Kelompok A adalah kelompok matapelajaran
yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran
Kelompok B yang terdiri atas matapelajaran Seni Budaya dan
Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan
oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Silabus dan buku disiapkan oleh pemerintah
8. Kelas Jumlah
Tema
I 8 tema
II 8 tema
III 9 tema
IV 9 tema
V 5 tema
VI 6 tema
Pada pertengahan tahun 2014
saya bersama tim melakukan
bedah buku kelas I, II, IV dan V.
Tujuan utama bedah buku adalah
untuk mengetahui sebaran KD
sesuai permen 67 tahun 2013
Hasil bedah buku menjadi bahan
diskusi beberapakelompok. Hasil
bedah buku juga dikirim kepada
kementerian.
Pada tahun berikutnya (2014) Permen no. 67 tahun 2013
diganti.
9. Pasal 1
(1) Kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah
dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
(2) Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Kerangka Dasar Kurikulum;
b. Struktur Kurikulum;
c. Silabus; dan
d. Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu.
10. Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
• Silabus tematik terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal
oleh pemerintah daerah.
• Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh pendidik
sebagai acuan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
• Silabus Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
11. Lampiran 1.
Kelas Jumlah
Tema
I 8 tema
II 8 tema
III 8 tema
IV 9 tema
V 9 tema
VI 9 tema
Jumlah tema berbeda antara kls 1-III dengan kls IV-VI
Pada umumnya tema dikembangkan ke dalam
subtema. Satu subtema biasanya untuk 1 minggu.
Bila ada 9 tema: Semester berapa yang 4 tema ?
Semester lainnya berarti 5 tema.
Berapa subtema pada setiap tema? Jika 3 sub
berarti ada 27 minggu ( kurang) jika 4 sub berarti ada
36 minggu (lebih)
12. BAB IV
DESAIN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
A. Perencanaan Pembelajaran
1. Mengkaji Silabus
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu,
pendidik perlu melakukan pengkajian terhadap silabus yang
telah disiapkan sebelum mengembangkannya menjadi RPP
yang akan digunakan dalam kegiatan di sekolah.
13. Lampiran III Halaman 236
Pendidik perlu melakukan persebaran seluruh Kompetensi Dasar dari
setiap mata pelajaran pada tema yang tersedia, sehingga tidak ada
kompetensi dasar yang tertinggal. Jika dari hasil pemetaan terdapat
KD yang belum masuk dalam silabus, guru dapat menambahkannya.
a. Pengembangan Tema dan sub tema
b. Persebaran kompetensi dasar pada tema (pemetaan)
14. Format Pemetaan Kompetensi Dasar dalam Tema
Mata pelajaran Kompetensi Dasar
TEMA
1 2 3 4 5 6 7 8
Kami telah melakukan ketentuan yang diatur pada lampiran
Permendikbud no. 57 tahun 2014, yaitu mengkaji sebaran KD.
Namun, kami mengkaji sebaran KD pada buku, bukan silabus. Sebab,
guru mengajar bukan menggunakan silabus, melainkan buku.
Format yang digunakan sama, yaitu format Pemetaan Kompetensi
Dasar yang tercantum pada lampiran Permendikbud no. 57 tahun
2014
16. Kelebihan
Kelas Kompetensi Dasar Frekuensi
1 3.2 Mengenal bangun datar dan bangun ruang menggunakan
benda-benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau
tempat bermain
17
2 4.5 Memecahkan masalah nyatasecara efektif yang berkaitan
dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
waktu, panjang, berat benda dan uang,selanjutnya
memeriksa kebenaran jawabnya
15
5 3.3 Memilih prosedur pemecahan masalah dengan
menganalisis hubungan antar simbol, informasi yang
relevan, dan mengamati pola.
10
17. Kurang
Kelas Kompetensi Dasar Frekuensi
I 4.11 Menggunakan benda konkrit untuk menelusuri pecahan dan
jumlah uang
0
2 4.8 Merepresentasikan, mengembangkan, dan membuat pola yang
berulang, serta menemukan pola dasar
0
4 3.6 Menentukan faktor persekutuan dua buah bilangan dan faktor
persekutuan terbesar (FPB)
4.11Mengurai dan menyusun kembali jaring-jaring bangun ruang
sederhana
0
5 4.4 Menentukan nilai simbol yang tidak diketahui dalam suatu
persamaan.
0
18. Kelebihan
Kelas Kompetensi Dasar Frekuensi
4 3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat
4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan
pemanfaatannya oleh masyarakat
15
5 3.4 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam, hubungannya
dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan
manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar
8
4.7 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan akibat
terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia,
serta memprediksi apa yang akan terjadi jika permasalahan
tersebut tidak diatasi
8
19. Kurang
Kelas Kompetensi Dasar Frekuensi
4 3.1 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsinya
3.2 Mendeskripsikan daur hidup beberapa jenis mahluk hidup
3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan,
serta mendeskripsikan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menuliskan hasil pengamatan tentang bentuk luar (morfologi) tubuh hewan
dan tumbuhan serta fungsinya
4.2 Menyajikan secara tertulis hasil pengamatan daur hidup beberapa jenis
mahluk hidup.
1
5 4.4 Membuat kompas sederhana untuk mendeteksi medan magnet bumi 0
3.3 Mengenal organ tubuh manusia dan hewan serta mendeskripsikan
fungsinya
1
20. SBP kls 1. 3.1 Mengenal cara dan hasil gambar ekspresi (23 x)
SBP kls 4 tidak dilaksanakan: 4.6 – 4.8 – 4.9 – 4.11 – 4.12 – 4.13 –
4.15 – 4.16
Kls 4 KD 3.4 Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan
media karya kreatif (16 x)
21. 5A. Benda-benda di Sekitar.
Berdasarkan analisa indikator buku diketahui beberapa hal antara lain:
1. Buku kelas V tema Benda-benda di sekitar berisi 7 mata pelajaran, terdiri dari
50 kompetensi dasar, yang diuraikan ke dalam 149 indikator.
2. Dari 149 indikator ada 95 indikator tidak sesuai dengan kompetensi dasar.
3. Dari 149 indikator ada 62 indikator tidak operasional karena sebagian besar
menggunakan kata kerja “mengenal”.
4. Materi IPA pada buku tersebut adalah tentang jenis, sifat dan perubahan
benda. Padahal di kelas 5 tidak ada KD tentang jenis, sifat dan perubahan
benda. Materi tersebut adanya di kelas 3.
22. • Bukankah pembuatan silabus didahului dengan
pemetaan Kompetensi Dasar?
Pendidik perlu melakukan persebaran seluruh Kompetensi
Dasar dari setiap mata pelajaran pada tema yang tersedia,
sehingga tidak ada kompetensi dasar yang tertinggal
• Ataukah pembuatan silabus tidak didahului dengan
pemetaan Kompetensi Dasar?
Berdasarkan hasil kajian sebaran KD, kami justru mempertanyakan
ketentukan pada Permendikbud 57 tahun 2014.
23. • Keharusan bagi pendidik untuk mengkaji silabus, khususnya
tentang sebaran Kompetensi dasar, apalagi ditambah alasan
agar tidak ada Kompetensi Dasar yang tertinggal
Beberapa fakta:
• Berdasarkan kajian buku tematik ditemukan beberapa hal:
ada KD yang berlebihan, kurang, dan ada pula yang tidak
dilaksanakan
Kesimpulan:
Langkah pertama dalam merancang pembelajaran tematik
adalah membuat jaringan tema lalu menyusun silabus.
24. Langkah pertama: Membuat Jaringan Tema
Temanya: Indahnya Negeriku
Apa IPA-nya?
Apa IPS-nya?
Apa PKn-nya?
Apa Bahasanya?
Yang penting sesuai dengan
tema, lalu diberi kode.
Sudah selesai Jaringan Temanya!
Apakah semua KD sudah dilaksanakan?
Apakah ada KD yang berulang-ulang?
Saya juga tidak tahu!!!
Biar saja nanti guru sendiri yang
menemukan jawabannya!
Ya. . Inilah konsekuensi kalau langkah
pertamanya membuat Jaringan Tema.
Ada kemungkinan mengabaikan struktur
konsep dan mungkin juga kurang
proporsional. Ada yang berlebihan, tapi
ada juga yang kelewatan!
25. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 160 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN 2006 DAN KURIKULUM 2013
Inti dari permen tersebut yaitu menghentikan pelaksanaan
Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu
semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015 dan tetap
menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga
semester ini menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jakarta, 5 Desember 2014
Sejak Permen no. 160 tahun 2014 tersebut ada kevacuman.
Baru pada pertengahan Desember 2016 masyarakat dapat
mengakses Permendikbud no. 24 Tahun 2016, walaupun sudah
ditandangani pertengahan 2016.
26. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2016
TENTANG
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN
PADA KURIKULUM 2013
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan yang
mengatur tentang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan
Pembelajaran dalam Struktur Kurikulum, Silabus, Pedoman Mata
Pelajaran, dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
27. Perbandingan Kompetensi Dasar
Versi Permen no. 67 Tahun 2013
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak,
energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
3.2 Menguraikan teks instruksi tentang pemeliharaan panca indera serta
penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku
Versi Permen no. 24 Tahun 2016
3.1 Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari
teks lisan, tulis, atau visual
3.2 Mencermati keterhubungan antargagasan yang didapat dari teks lisan,
tulis, atau visual
Bahasa Indonesia kelas IV
28. Perbandingan Kompetensi Dasar
Versi Permen no. 67 Tahun 2013
3.1 Mengenal manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan
keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan
3.2 Memahami manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa
praaksara, Hindu Budha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan
pendidikan
Versi Permen no. 24 Tahun 2016
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam
untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai
tingkat provinsi.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber
daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten
IPS kelas IV
29. Dalam Permen no. 24 Tahun 2016 tidak diatur a.l tentang:
• Silabus tematik
• Tema
Persepsi tentang pembelajaran tematik yang paling sesuai adalah persepsi tematik
menurut permen no. 22 tahun 2006 yang tampak pada panduan merancang
pembelajaran tematik.
Tahapan pokok merancang pembelajaran tematik adalah:
1. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dalam Tema
2. Penetapan Jaringan Tema
3. Penyusunan Silabus
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
30. Rangkuman Kilas Balik
Implementasi Pembelajaran Tematik
Permen 22
Th. 2006
Permen 67
Th. 2013
Permen 57
Th. 2014
Permen 160
Th. 2014
Permen 24
Th. 2016
± 7 thn ± 1,5 thn
± 2 thn
±6bulan
Tema, silabus, dan
buku ditentukan
oleh pusat
Pendidik harus
mengkaji silabus
Sekolah yang baru satu
semester kembali ke KTSP,
yang sudah 1,5 tahun lanjut
ke K-13.
Model Permen mirip Permen
22 tahun 2006. Yang berubah
adalah KI dan KD.
Siklus10tahunan
gantikurikulum?
31. Dari kilas balik pembelajaran tematik dapat
disimpulkan
konsep pembelajaran tematik tidak jauh beda dengan
konsep tematik menurut
Permen Nomor 22 Tahun 2006.
Tahapan pokok merancang pembelajaran tematik menurut
Permen Nomor 22 Tahun 2006 adalah:
1. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator dalam Tema
2. Penetapan Jaringan Tema
3. Penyusunan Silabus
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
32. Saya buat dulu
Pemetaan Kompetensi
Dasar, baru dibuatkan
jaringan temanya,
Langkah pertama: Membuat Pemetaan Kompetensi Dasar
33. Saya sudah mempunyai
Jaringan tema berdasarkan
Pemetaan KD. Sekarang
sudah ketahuan KD semua
mata pelajaran pada tema
KELUARGAKU
Saya akan mulai dulu
dengan KD Bahasa
Indonesia, karena bahasa
Indonesia menjadi
PENGHELA semua mata
pelajaran! Asyiik
Dengan langkah-langkah ini, maka struktur
konsep Kompetensi Dasar menjadi prioritas.
Saya juga tidak perlu ragu lagi ada KD yang
ketinggalan. Selain itu pelaksanaan KD juga
proporsional, sesuai dengan keluasan dan
kedalaman setiap KD. Saya senang, anak
gampang, orangtua tenang.
34. 1. Langkah pertama merancang pembelajaran tematik adalah memetakan
kompetensi dasar. Kegiatannya meliputi: merumuskan indikator, menen-
tukan tema, dan menyebarkan semua indikator ke dalam tema-tema.
2. Dalam penyebaran KD dan indikatornya hendaknya memperhatikan dua
hal, yaitu struktur konsep dan keluasan Kompetensi Dasar
3. Dengan pemetaan KD sebagai langkah awal maka dapat dihindari KD
tidak terlaksana dan pelaksanaan yang kurang proporsional
4. Kerumitan penilaian pembelajaran tematik Kurikulum 2013 tidak
disebabkan oleh perubahan kurikulum, melainkan disebabkan oleh
konsep tematik. Kurikulumnya sama-sama berbasis kompetensi.
5. Kelengkapan administrasi pembelajaran tematik, baik berupa Jaringan
Tema, Silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa, atau Buku Teks patut
dipertanyakan kesesuainnya dengan Kurikulum 2013 jika tidak disertai
dengan PEMETAAN KOMPETENSI DASAR.
35. Lagu Naik ke puncak Gunung
1. Pemetaan - jaringan tema – Lalu Program Mingguan
Kini tinggal susun R-P-P - lengkap alat praganya. Reff
2. Coba-coba sampai kubisa – Tak pernah putus asa
Takkan bosan kuberusaha – supaya aku bisa. Reff
Reff. Ku mendengar nanti kulupa
Ku melihat nanti ku tahu
Ku mencoba nanti ku bisa
Kamu ku beri tahu
Notes de l'éditeur
Ketertarikan pada tematik diawali ketika anak kedua saat di rumah bertanya, “Pa! Mana yang disebut putik bunga?” pada tahun 2004.
Mana mungkin anak TK sudah dibebani dengan kosa kata putik bunga. Saya pun mempertanyakan kepada gurunya. Jawaban ibu guru tidak terduga, “Saat ini temanya Dunia Tanaman, sedang subtemanya adalah Tanaman Hias. Karena itulah kepada anak diajarkan tentang bagian-bagian bunga” Kurikulum TK 1994 memang menggunakan tematik.
Saya hanya garuk-garuk kepala, “Beginikah pembelajaran tematik?” Mulai saat itu saya tertarik untuk memahami tematik. Di mulai dengan menjadi koordinator Tim Tematik dari Yayasan tempat penulis bekerja.
Tahun 2004 terjadi perubahan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu berlakunya Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang sering dipertentangkan dengan Kurikulum Berbasis Materi. Pada saat itu Kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum 1994, lalu terbit suplemen 1999.
Pada KBK 2004 dinyatakan bahwa kelas 1 dan 2 menggunakan pendekatan tematik. Pada 2 tahun tersebut istilah yang naik daun adalah PORTOFOLIO. Peniliaian kompetensi siswa didasarkan pada portofolio. Pada perkembangannya banyak yang memahami porotofolio adalah kumpulan hasil ulangan. Sekolah pun banyak yang mengumpulkan hasil ulangan lalu diserahkan kepada orangtua bersama dengan pembagian raport.
KBK 2004 yang beredar di masyarakat sesungguhnya masih draf, karena belum (tidak) ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahkan sampai 2 tahun. Walaupun belum ditandatangi namun konsep berbasis kompetensi telah diterima oleh masyarakat pendidikan. Banyak sekolah telah melaksanakan kurikulum yang belum ditandatangani tersebut
KBK tidak jadi ditandangani, tetapi terbit Permen no. 22 tahun 2006. pada permen tsb dinyatakan bahwa kelas 1 – 3 menggunakan pendekatan tematik. Untuk kepentingan tersebut pemerintah menerbitkan Pedoman Pengembangan Pembelejaran Tematik.
Perbedaan utama antara KBK dengan Kurikulum 2006 adalah terletak pada indikator. Pada KBK 2004 pemerintah telah merumuskan indikator setiap Kompetensi Dasar. Istilah yang digunakan adalah Hasil Belajar. Sedangkan pada Kurikulum 2006 pemerintah hanya menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Penentuan indikator diserhakan kepada sekolah. Oleh karena itu berkembang istilah KTSP, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pemerintah hanya menetapkan standar Pendidikan saja. Penyelenggaran pendidikan harus mengacu kepada standar-standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah Standar Isi. Sesungguhnya Permendikbud nomor 22 Tahun 2006 berisi tentang Standar Isi, yaitu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Sejak disosialisasikan permendikbud nomor 22. tahun 2006 banyak pelatihan tentang tematik. Sayangnya, pelatihan tematiknya bukan mengacau kepada pedoman tematik yang diterbitkan oleh kementerian Pendidikan dan kebudayaan, tetapi didasarkan pada pengalaman TK yang telah lebih dahulu (sejak 1994). Padahal terdapat perbedaan siginifikan antara pelaksanaan tematik TK, yaitu pada langkah awal merancang pembelajaran tematik. Di TK langkah awal merancang pembelajaran tematik dimulai dengan membuat JARING LABA-LABA, sedangkan menurut Pedoman Merancang Pembelajaran Tematik langkah awalnya membuat PEMETAAN KOMPETENSI DASAR. Perbedaan langkah awal tersebut berkonsekuensi panjang.
Pada saat itu, pelatihan tematik selalu ada kegiatan membuat JARING LABA-LABA, lalu ditutup dengan demonstrasi pembelajaran tematik. Pada acara inilah peserta tertawa lepas. Melepas semua kepenatan membuat JARING LABA-LABA.
Menurut Pedoman Merancang Pembelajaran Tematik masih banyak yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik. Namun pelatihan yang diperoleh masih sebatas MEMBUAT JARING LABA-LABA. Dengan JARING LABA-LABA guru belum dapat melaksanakan pembelajaran tematik.
Guru masih harus membuat Program Mingguan dan RPP. Alhasil . . . Tematik ditinggalkan. “Tidak tematik juga tidak apa-apa. Dulu juga tidak. Dst” demikian ungkapan sebagian guru.
Menjelang akhir 2012 tersebar isu tentang pergantian kurikulum. Yang aneh adalah draf yang beredar di masyarakat bukan berupa rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar, tetapi Silabus. Draf silabuspun berubah-ubah. Ada draf Oktober, November, Maret dll.
Saya juga memperoleh informasi bahwa silabus tersebut akan menjadi acuan bagi penyusunan buku tematik. Informasi lain adalah bahwa semua sekolah akan memperoleh Buku Tematik dari pemerintah. Tanggapan penulis waktu itu, “Mungkin salah penyebabnya adalah kegagalan tematik pada KTSP 2006. Awalnya konsep tematik diterima oleh guru kelas 1 – 3, namun pada akhirnya sebagian besar guru meninggalkan tematik. Alasannya: tematik rumit”.
Agar tematik tetap dapat dilaksanakan oleh sekolah, maka pemerintah menyediakan buku siap pakai, yaitu buku Tematik. Tidak ada lagi alasan sekolah untuk tidak melaksanakan tematik.
Maka dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 dinyatakan bahwa “matapelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat”. Bagian ini yang memayungi penerbitan buku tematik oleh pemerintah. Padahal dalam KTSP 2006 indikator suatu KD diserahkan kepada sekolah untuk merumuskan, tetapi dalam Kurikulum 2013 bukan hanya indikatornya, tetapi juga isi pelajaran dikembangkan oleh pusat.
Keingintahuan penulis mendorong penulis untuk melakukan bedah buku, baik buku guru maupun buku, kelas I, II, IV dan V. Karena buku yang tersedia waktu itu belum sampai kelas III dan VI.
Cara penulis bedah buku sebagai berikut:
Membuat format semacam format Pemetaan Kompetensi Dasar. Isinya adalah Kompetensi dasar per mata pelajaran dan tema-tema
Membuka buku yang memberikan informasi tentang Kompetensi Dasar suatu buku. Pada buku-buku tersebut tidak disediakan pemetaan secara utuh. Yang ada adalah pemetaan per buku.
Memberi tanda ceklist sesuai dengan KD dan temanya.
Hasilnya sungguh mencengangkan bagi penulis. Pelaksanaan KD lompat-lompat, berulang-ulang, namun ada KD yang tidak dilaksanakan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut, maka penulis bersama dengan tokoh-tokoh pendididikan terkemuka, antara lain Darmaningtyas, Doni Kusuma, dan Retno Listyarti (Sekjen FSGI) mengadakan jumpa pers di rumah Martha Tilaar. (15 Oktober 2014)
Selanjutnya, penulis menyampaikan semua data tersebut kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, baik via email maupun surat pos.
Tak genap setahun terbit Pemendikbud nomor 57 tahun 2014. Permen tersebut mencabut permen sebelumnya. Bagi pelaksanaan pembelajaran tematik yang baru dari Permen nomor 57 tahun 2014 adalah tentang Pedoman Mata pelajaran Tematik Terpadu.
Dalam permen tersebut dipertegas bahwa penyelenggaran tematik harus mengacu kepada silabus yang disiapkan oleh pemerintah.
Ada perubahan mengenai jumlah tema.
Contoh kasus: Kelas IV. Pada tahun 2013 tema ke 5 dilaksanakan pada semester 2, lalu pada tahun 2014 tema 5 “Menghargai Jasa Pahlawan” pindah ke semester 1.
Konsekuensi perpindahan adalah:
Agar dalam 1 semester ada 16 minggu effektif, maka perlu mengurangi jumlah subtema pada tema 1, 2, 3, dan 4
Pengurangan subtema tidak hanya sekedar mencopot subtema 4, tetapi juga mendistribusikan subtema 4 ke sub lainnya.
“Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu, pendidik perlu melakukan pengkajian terhadap silabus yang telah disiapkan sebelum mengembangkannya menjadi RPP yang akan digunakan dalam kegiatan di sekolah”. Sekilas pernyataan ini positif, di mana pihak penyusun silabus terbuka untuk suatu penyempurnaan silabus yang dibuat. Tapi . . . Kalu melihat pernyataan di bagian lain justru menimbulkan tanda tanya.
Berikut ini pernyataan berikutnya, “Pendidik perlu melakukan persebaran seluruh Kompetensi Dasar dari setiap mata pelajaran pada tema yang tersedia, sehingga tidak ada kompetensi dasar yang tertinggal. Jika dari hasil pemetaan terdapat KD yang belum masuk dalam silabus, guru dapat menambahkannya.”
Pendidik perlu melakukan persebaran seluruh Kompetensi Dasar dari setiap mata pelajaran pada tema yang tersedia, sehingga tidak ada kompetensi dasar yang tertinggal. Jika dari hasil pemetaan terdapat KD yang belum masuk dalam silabus, guru dapat menambahkannya.
Di sinilah pertanyaannya: Apakah pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak tahu isi silabus? Tidak tahu apakan ada KD yang tertinggal atau tidak?
Inilah format untuk mengadakan kajian silabus yang juga terdapat pada lampiran permen.
Model format tersebut juga yang penulis lakukan untuk bedah buku!
Contoh hasil bedah buku tentang Kompetensi dasar Matematika.
Ada dua masalah:
Frekuensi: berlebihan, kurang dan tidak dilaksanakan
Struktur konsep: permasalahan struktur konsep diketahui bukan dari rekapitulasi, tari dari kertas kerja atau portofolio.
Contoh KD yang bermasalah
Contoh KD yang bermasalah
Contoh KD yang bermasalah
Contoh KD yang bermasalah
Contoh KD yang bermasalah
Contoh KD dan indikator yang bermasalah dalam suatu buku
Di sini letak masalahnya
Penulis menduga bahwa pemahaman tematik yang digunakan untuk menyusun silabus dan buku adalah pemahaman tematik yang telah berkembang di TK sejak tahun 1994.
Langkah pertama merancang pembelajaran tematik adalah membuat JARING LABA-LABA atau Jaringan Tema.
Pada langkah ini perancang tematik memasukkan Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Jaringan Tema. Unsur utama dalam Jaringan Tema adalah Tema dan Matapelajaran.
Perancang tematik mengisi kotak mata pelajaran dengan KD/indikator yang sesuai dengan tema.
Jika temanya Keluarga, maka pertanyaannya adalah “KD/indikator apa yang cocok dengan tema Keluarga?”
Perancang tematik memang mengacu kepada Kurikulum yang berlaku.
Pertanyaannya: Apa yang menjadi dasar perancang memasukan suatu KD ke dalam suatu Tema? Kata kuncinya adalah “YANG COCOK”.
YANG COCOK jelas acuan bersifat subyektif. Cocok bagi perancang tersebut. Cocok juga dipengaruhi oleh minat dan kompetensi perancang.
Contoh sederhana: jika si perancang punya hobi dan kepedulian terhadap menggambar, maka kompetensi tentang menggambar akan selalu ada pada banyak tema, karena menggambar memang dapat dilakukan pada semua tema.
KD yang termasuk gampang adalah interaksi anak dengan lingkungan sekitar. Maka KD tersebut dapat berulang-ulang pelaksanaannya.
Penyusunan Jaringan Tema dengan cara ini akan berakibat pada beberapa hal berikut:
Pemilihan KD kurang memperhatikan struktur konsep KD. Padahal dalam Kurikulum jelas menunjukkan susunan/urutan KD didasarkan pada struktur konsep. Matematika SD kls 1 mau tidak mau harus dari membilang – lalu – menghitung banyak benda – membandingkan banyak benda – mengurutkan – menjumlahkan – mengurangkan – mengalikan – membagi. Apapun temanya urutan KD SD kelas 1 harus seperti itu. Tidak boleh loncat-loncat. Demikian juga halnya dengan IPA, IPS dan semua mata pelajaran. Akibatnya, anak melakukan banyak kegiatan, seperti kegiatan sehari-hari. Anak sedang bermain, tetapi bukan seraya belajar.
Pelaksanaan KD kurang proporsional. Ada yang kelebihan (terlalu sering), kurang, bahkan ada KD yang ketinggalan. Seperti yang dikhawatirkan pada permen no. 57 tahun 2014.
Umur Permen 57 tahun 2014 tidak genap 1 tahun. Karena pada akhir tahun 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru dilantik mengeluarkan Permen no. 160 tahun 2014 tentang pemberlakukan kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Permen tersebut harus dibaca sebagai tindakan dalam keadaan darurat. Belum pernah terjadi dalam sejarah pendidikan di Indonesia pergantian kurikulum dilakukan pada pertengahan tahun ajaran. Yang pernah terjadi pada tahun 1975-an tentang perpanjangan masa belajar menjadi 1,5 tahun.
Apalagi ada perbedaan yang signifikan antara KD Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013.
Sejak itu penyelenggara pendidikan menunggu kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan berikutnya terkait kurikulum.
Sampai Menteri terkait digantipun belum ada kepastian tentang Kurikulum. Informasi yang penulis terima selalu sama: masih digodok! Wacana yang berkembang adalah Kurikulum 2013 diganti menjadi Kurikulum Nasional.
Baru pada pertengahan bulan Desember 2016 penulis, mungkin juga pemerhati dan penyelenggara pendidikan lainnya, dapat mengakses pengganti Kurikulum 2013, yaitu Permendikbud no. 24 tahun 2016. Ternyata Permen tersebut telah ditandatangani pada bulan Juni 2016.
Permen tersebut termasuk singkat. Pada permen tersebut tegas dinyatakan “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”
Permen tersebut diikuti dengan permen lainnya, antara lain Permen yang berisi tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran.
Ada juga permen tentang penilaian.
Walaupun singkat, namun Permen tersebut diikuti dengan perangkat kurikulum lengkap.
Perhatian penulis fokus kepada beberapa hal berikut:
Permendikbud 24 tahun 2016 tidak lagi mengatur tentang tema dan silabus
SD kelas I sampai VI tetap menggunakan pendekatan tematik.
Ada perubahan signifikan KD Bahasa Indonesia.
Perubahan KD tersebut tidak memungkin buku yang telah ada hanya sekedar direvisi. Tapi harus diganti, karena bahasa Indonesia merupakan penghela semua mata pelajaran.
Pergantian total juga terjadi pada Mata pelajaran IPS
Memperhatikan Permen 24 tahun 2016 penulis teringat pada Permen nomor 22 tahun 2006 yang menjadi dasar KTSP. Modelnya sama! Permen tidak lagi mengatur tentang silabus dan tema.
Oleh karena itu penulis yakin bahwa model pembelajaran tematik tidak jauh beda dengan model pembelajaran tematik yang dikembangkan pada Kurikulum 2006 KTSP.
Tahapan merancang pembelajaran tematik sebagai berikut:
Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dalam Tema
2. Penetapan Jaringan Tema
3. Penyusunan Silabus
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perbedaan merancang pembelajaran tematik pada Kurikulum 2006 KTSP dengan kurikulum lainnya ada pada langkah pertama.
Langkah pertamanya adalah Membuat pemetaan Kompeten Dasar.,
Langkah ini diawali dengan merumuskan indikator setiap KD lalu menentukan tema.
Lalu membuat metrik hubungan antara indikator atau KD dengan tema.
Dari pengalaman penulis dalam menyebarkan/memetakan KD ini ada beberapa catatan sebagai berikut:
Tematik adalah pendekatan. Tema bukan semacam pokok bahasan. Pertanyaannya bukan “Apa yang akan dipelajari anak pada keluarga, lalu memasukkan KD yang cocok”, tetapi “Apa yang dapat digunakan dari KELUARGA (sebagai sumber belajar) untuk belajar berbagai Kompertensi Dasar?”
Penyebaran KD Pkn, Matematika, IPA dan IPS tidak perlu memperhatikan tema, sebab susunan KD dalam kurikulum telah menunjukkan struktur konsep.
Penyebaran KD Bahasa Indonesia memperhatikan Tema dan KD lainnya yang telah lebih dahulu ditentukan.
Pemetaan Kompetensi Dasar dinyatakan selesai apabila seluruh Kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum telah tersebar/didistribusikan secara proporsional, yaitu mempertimbangkan keluasan dan kedalam suatu KD.
Langkah selanjutnya, LANGKAH KEDUA, adalah Membuat Jaringan Tema.
Jaringan tema merupakan pengelompokkan indikator menurut mata pelajaran yang dibuat berdasarkan pemetaan kompetensi dasar. Kelompok indikator tersebut terhubung dengan tema. Pembuatan jaringan tema tidak perlu berpikir, karena hanya mengumpulkan cek list dalam satu kelompok saja.
Oleh karena itu membuat jaringan tema dapat dilakukan oleh siapa saja. Yang penting sudah ada Pemetaan Kompetensi Dasar.
Jaringan Tema dapat dipersempit menjadi jaringan subtema.
Buku tematik HARUS selalu disertai dengan bukti administrasi, minimal Pemetaan Kompetensi Dasar dan Jaringan Tema.
Tujuan utama buku dilengkapi dengan administrasi adalah sebagai bukti pertanggungjawaban isi buku tematik.
Buku Tematik yang tidak disertai dengan PEMETAAN KOMPETENSI DASAR maka isi buku tersebut patut untuk dipertanyakan.
Catatan penting: Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2016 hanya menetapkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dan pendekatan yang digunakan pada jenjang SD, yaitu pendekatan TEMATIK.
Yang paling penting: semua KI dan KD terlaksana dengan pendekatan tematik.
Selamat bertematik.
Salam
Cosmas Supriyadi