SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
Télécharger pour lire hors ligne
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah mengalami perubahan yang sangat pesat.
Berbagai cara pembelajaran atau model pembelajaran juga telah banyak digunakan dalam
proses pembelajaran.
Supaya terwujud pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, maka tugas guru adalah mengusahakan suasana kelas selama pembelajaran
berlangsung berada pada kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Hal ini
dikarenakan belajar akan efektif apabila dilakukan dalam keadaan yang menyenangkan.
Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin
ilmu pengetahuan dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika diberikan
kepada peserta didik dari SD sampai dengan SMA supaya membekali peserta didik untuk
berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan untuk bekerjasama.
Banyak masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika, oleh karena itu guru
seharusnya memberikan motivasi dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran hendaknya
juga menyesuaikan karakter peserta didik. Matematika membutuhkan model pembelajaran
dengan pendekatan yang nyata.
Model pembelajaran efektif dalam proses pembelajaran matematika antara lain adalah yang
dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik. Peserta didik SD dan SMP senang dalam
bentuk permainan dan pertandingan, sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran
yang mempunyai unsur permainan dan pertandingan. Model pembelajaran Teams GamesTournament (TGT) salah satu alternatif yang dapat digunakan guru SD dan SMP, karena
model pembelajaran ini sesuai dengan karakter peserta didik SD dan SMP yang senang
dengan permainan dan pertandingan. Model pembelajaran TGT juga memiliki dinamika
motivasi yang tingga sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

1.2.Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana pengertian model pembelajaran Kooperatif?
Bagaimana pengertian model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT)?
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Teams Games-Tournament(TGT)?
Bagaimana penerapan model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT) dalam
proses pembelajaran?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Teams GamesTurnament(TGT) dalam proses pembelajaran?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Kooperatif?
2. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT)?
3. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Teams GamesTournament(TGT)?
4. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT)
dalam proses pembelajaran?
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Teams GamesTurnament(TGT) dalam proses pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah
satupembelajarandengancarapesertadidikbelajardanbekerjadalamkelompokkelompokkecilsertakolaboratif yang anggotanyaterdiridariempatsampaienam orang
denganstrukturkelompok yang bersifatheterogen.
Dalampembelajarankooperatifakanterciptasebuahinteraksi yang lebihluas,
yaituinteraksidankomunikasi yang dilakukanantara guru denganpesertadidik,
pesertadidikdenganpesertadidik,danpesertadidikdengan guru.
Pembelajarankooperatiftidaksamadengansekedarbelajardalamkelompok. Ada
unsurdasarpembelajarankooperatif yang membedakandenganpembelajarankelompok yang
dilakukanasal-asalan.Pelaksanaanprinsipdasarpokok sistem
pembelajarankooperatifdenganbenarakanmemungkinkan guru mengelolakelasdengan
lebihefektif. Dalam proses pembelajarantidakharusbelajardari guru kepadapesertadidik.
Pesrtadidikdapatsalingmembelajarkansesamapesertadidiklainnya.Pembelajaranolehrekanseba
yalebihefektifdaripadapembelajaranoleh guru.
Strategipembelajarankooperatifmerupakanserangkaiankegiatanpembelajaran yang
dilakukanolehpesertadidik di dalamkelompok,
untukmencapaitujuanpembelajarantelahditetapkan.Terdapatempathalpentingdalamstrategipe
mbelajarankooperatif, yaitu: (1) adanyapesertadidikdalamkelompok, (2) adanyaaturan main
dalamkelompok, (3) adanyaupayabelajardalamkelompok, (4) adanyakompetensi yang
harusdicapaiolehkelompok.
Pembelajarankooperatifmewadahibagaimanapesertadidikdapatbekerjasamadalamkelompok,
tujuankelompokadalahtujuanbersama.
Situasikooperatifmerupakanbagiandaripesertadidikuntukmencapaitujuankelompok,
pesertadidikharusmerasakanbahwamerekaakanmencapaitujuan, makapesertadidik lain
dalamkelompoknyamemilikikebersamaan,
artinyatiapanggotakelompokbersikapkooperatifdengansesamaanggotakelompoknya.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode atau pendekatan, diantaranya:STAD
(Student Team Achievement Division), Jigshaw, InvestigasiKelompok (Group Investigation),
Model Make a Tach(MembuatPasangan), TPS (Think Pair And Share), TGT (Teams Games
and Tournament), NHT (Numbered Heads Together).

2.2.Pengertian Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT)
Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode ini
merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama
antarpersonal. Dalam pembelajaran TGT pesertadidikmemainkanpermainandengananggotaanggotatim lain untukmemperolehskorbagitimmerekamasing-masing. Permainandapatdisusun
guru dalambentukkuisberupapertanyaan-pertanyaan yang
berkaitandenganmateripelajaran.Kadang-kadangdapatjugadiselingidenganpertanyaan yang
berkaitandengankelompok.
Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode STAD
dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecualisatuhal, TGT
menggunakanturnamenakademikdanmenggunakankuis-kuisdan sistem
skorkemajuanindividu, dimanaparapesertadidikberlombasebagaiwakiltimmerekadengantim
lain yang kinerjaakademiksebelumnyasetaramereka. Teman satu tim atau kelompok akan
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar
kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta didik
sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu, dan
guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Dalam pembelajarankooperatiftipe TGT ini pesertadidiksebelumnya telah belajarsecara
individual, untukselanjutnyabelajar kembali dalamkelompokmasing-masing. Dan kemudian
mengadakanturnamenataulombadengananggotakelompoklainnyasesuaidengantingkatkemamp
uannya.
TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikanmateridanpesertadidikbekerjadalamkelompokmerekamasing-masing.
Dalamkerjakelompok guru memberikan LKPDkepadasetiapkelompok. Tugas yang
diberikandikerjakanbersamadengananggotakelompoknya.Apabilaadadarianggotakelompok
yang tidakmengertidengantugas yang diberikan, makaanggotakelompok yang lain
bertanggungjawabuntukmemberikanjawabanataumenjelaskannya,
sebelummengajukanpertanyaantersebutkepada guru.
Kemudahanpenerapan TGT inidisebabkandalampelaksanaanyatidakadanyafasilitaspendukung
yang
harustersediasepertiperalatanatauruangankhusus.Selainmudahditerapkandalampenerapannya
TGT jugamelibatkanaktivitasseluruhpesertadidikuntukmemperolehkonsep yang diinginkan.
2.3.Langkah-langkah Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT)
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
1. Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga
disebut dengan presentasi kelas (class presentations).
Gurumenyampaikantujuanpembelajaran, pokokmateridanpenjelasansingkattentang LKS yang
dibagikankepadakelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan
akan menentukan skor kelompok.
1. Belajar dalam Kelompok (Teams)
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan
(prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnikdanras.
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar)
bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik
adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan
kesalahan.
1. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba
oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta
didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
1. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya
turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik
(LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja
turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I,
tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

1. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan
“Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 5040 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para
peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

2.4.Penggunaan Model Pembelajaran dalam Proses PembelajaranTeams Games
Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat diterapkan dalam berbagai
macam mata pelajaran. Terutama bagi peserta didik tingkat SD dan SMP yang masih suka
bermain. Model pembelajaran ini pernah dipraktekkan pada kelas IV SD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan sesuai pembelajaran TGT dengan bernuansa CTL yang diantanranya
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan model pembelajaran kooperatif serta pemecahan
masalah dengan memperhatikan fase-fase yang ada di dalamnya dan karakteris materi yang
akan disampaikan. Pembelajaran dilakukan di laboratorium bahasa yang ada di sekolah,
untuk melaksanakan pembelajaran dengan berbantuan CD pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dari proses pembelajaran TGT pada peserta didik kelas IV SD berbantuan media
animasi grafis berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas
sebesar 80% serta berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas
dengan bantuan alat peraga.
Model pembelajaran TGT juga pernah dilakukan dalam pembelajaran toksikologi, khususnya
kelas yang tingkatnya sudah lebih tinggi. Hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan
salah satu metode pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
pembelajaran sebelumnya yang hanya menggunakan metode ceramah dan resitasi.
Mahasiswa lebih antusias dan bersemangat untuk mengeluarkan pendapatnya, yang berarti
mahasiswa lebih banyak belajar untuk dapat beragumentasi. Mahasiswa yang kurang mampu
akan dapat memperoleh bagian dari kelompoknya dan akan berusaha belajar dengan baik,
karena semua anggota kelompok harus aktif.

2.5.KelebihandanKekurangan Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT)
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah
penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam
model ini.

Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran
yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya
membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan
akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah pembelajaran dengan cara
peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode atau pendekatan, diantaranya:STAD
(Student Team Achievement Division), Jigshaw, Investigasi Kelompok (Group
Investigation), Model Make a Tach (Membuat Pasangan), TPS (Think Pair And Share), TGT
(Teams Games and Tournament), NHT (Numbered Heads Together).
TGT merupakan model pembelajaran dengan memainkan permainan dengan
anggota-amggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Setiap
kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan peserta didik
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.
Model pembelajaran TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian
kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permaianan (games),
pertandingan dan turnamen (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
Dalam pelaksanaannya model pembelajaran TGT berjalan dengan baik dan
memberikan hasil yang positif terhadap hasil pembelajara. Model pembelajaran TGT
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain dapat menumbuhkan
kerjasama antaranggota kelompok, lebih bersemangat dan senang mengikuti pembelajaran.
Sedangkan kekurangannya antara lain membutuhkan waktu yang lama dan guru dituntut
memilih materi yang cocok.

3.2.Saran
1. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru sebaiknya mempersiapkan
materi, LKS, dan kartu soal sehari sebelum dimulainya proses pembelajaran.
2. Guru diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran dan
menggunakan media pembelajaran sehingga keaktifan siswa dapat lebih ditingkatkan.
3. Pengontrolan waktu harus diperhatikan sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif
dan lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan maksimal.

DaftarPustaka

Rusman.2011.Model-Model PembelajaranMengembangkanProfesionalGuru.Jakarta:
RajawaliPers
Sinambela, Masdiana.2009.Model Belajar Teams Games Tournament (TGT)
untukMengefektifkanPerkuliahanToksikologi.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41094144
.pdf. (14 September 2012).
Purwat, Heni. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Penerapan TGT Berbantuan
Animasi Grafis pada Materi Pecahan Kelas IV. ejurnal.ikippgrismg.ac.id/indeks.php/aksioma/issue/archive (14 September 2012)

Micheal M van Wyk dkk. The Effects Of Teams-Games-TournamentsOn Achievement,
Retention, And Attitudes Of Economics Education Students. springer.com. ( 18 September
2012)
Dr.B.Padmaja Rani dkk. Architecting Secure Web Services using Model Driven Agile
Modeling. Springer.com (18 September 2012)
http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-tgt-teamsgames-tournament/

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihatdari prestasi
akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.3) GameGame terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan yangdidapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencobamenjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen
mingguan.4) TurnamenBiasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
gurumelakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama
guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
Contoh aturan Permainan:

Pemain pertama mengambil kartu bernomor dan menemukan pertanyaan
yang sesuaidengan lembar permainan.

Membaca pertanyaan tersebut dengan keras.

Memberi Jawaban.

Penantang Pertama: Setuju dengan pembaca atau menantang dan

memberi jawaban, demikian juga penantang kedua.

Mencocokkan jawaban.

Pemain yang menjawab benar akan menyimpan kartu tersebut. Apabila

ada penantang yang menjawab salah ia akan mengembalikan kartu yang

dimenangkan sebelumnya (bila ada) ke tumpukan kartu. Apabila tidak ada

satupun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikkan ke tumpukan.

Langkah ini dilakukan sampai akhir pelajaran, atau tumpukan kartu telah
habis.
Pada akhir turnamen hitunglah banyaknya kartu yang diperoleh tiap siswa,siswa yang memperoleh
skor tertinggi mendapat poin 60, tingkatan berikutnyamasing-masing 50, 40 dan 20.5) Team
recognize (penghargaan kelompok)Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masingmasing team akanmendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan.Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great
Team”apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
4 . I mp l e me n t a s i Pe mb e l aj a r a n T GT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.1 ) P e mb e l aj a r a n t er p u sat
p a d a si s w a 2)Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi 3)Pembelajaran bersifat aktif
( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)4)Pembelajaran diterapkan dengan
mengelompokkan siswa menjadi tim-tim5 ) D a l a m ko mp e t i si d i t e r a p ka n s ys t e m
p o i nt 6)Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal
kesetaraandalam kinerja akademik 7)Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui
jurnal kelas yangditerbitkan secara mingguan8)Dalam pemberian bimbingan guru mengacu
pada jurnal9)Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak
5.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT
Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyaikelebihan dan
kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yangmerupakan kelebihan dari
pembelajaran TGT antara lain:1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas2)
Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu3) Dengan waktu yang sedikit dapat
menguasai materi secara mendalam4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
siswa5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain6) Motivasi belajar lebih
tinggi7) Hasil belajar lebih baik 8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransiSedangkan
kelemahan TGT adalah:1) Bagi guruSulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen
dari
segiK r i t e r i a
( R e r a t a
K e l o m p o k ) P r e d i k a t 3
0
s
a
m
p
a
i
3
9
G
o
o
d
t
e
a
m
4
0
s
a
m
p
a
i
4
4
G
r
e
a
t
t
e
a
m
4
5
s
a
m
p
a
i
4
9
S
u
p
e
r
t
e
a
m
5
0
k
e
a
t
a
s
T
i
m
i
s
t
i
m
e
w
a

akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegangkendali teliti
dalam menentukan pembagian kelompok Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup
banyak sehingga melewati waktuyang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secaramenyeluruh2) Bagi siswaMasih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang
terbiasa dan sulit memberikan penjelasankepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas
guru adalah membimbingdengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat
dan mampumenularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain
[Makalah] Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT
8:53 PM
Tri mawarningsih
Nhingz, BLOG--Akhir-akhir ini sepertinya akan banyak share makalah tentang model
pembelajaran kooperatif, karena sedang proses presentasi untuk mata kulyah Evaluasi. Oh
yah kemarin aku sudah posting makalah model pembelajaran kooperatif STAD yah. Nah
sekarang, aku share makalah model pembelajaran koopratif TGT yah, semoga bermanfaat
yah!
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut
mereka memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras,
keragaman budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting, pembelajaran
kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
yang berkaitan dengan kelompok
Menurut Davied Devrie dan keith Edward (1995) ,merupakan pembelajaran pertama
dari John Hopkins.dalam model ini kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yng
beranggotakan 3 sampain dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis
kelamin,dan latar belakang etniknya.kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecilnya,pembelajaran ini hamper sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali
satu.
Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam
berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran
yang dirumuskanndengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan
penerapan berarti matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan 3-5 siswa yang memiliki kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforment.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi,
dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Pada makalah iniyaitu sebagai beriku :
1.

Bagaimana

Deskripsi

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe Teams

Games

Kooperatif

Tipe Teams

Games

Kooperatif

Tipe Teams

Games

Tournament (TGT) ?
2.

Jelaskan

Analisis

dari

Model

Pembelajaran

Tournament (TGT) ?

C. Tujuan
1.

Mengetahui

Deskripsi

Model

Pembelajaran

Tournament (TGT).
2.

Mengetahui

Analisis

dari

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe Teams

Games

Tournament (TGT) .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009) menyatakan bahwa Model Pembelajaran
Kooperatif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang
heterogen.
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya yaitu
modelpembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).Model ini pada
mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran TGT
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Penerapan Model TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung
khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam
penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang
diinginkan. Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah
masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling
mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk memotivasi belajar siswa
dalam TGT terdapat unsur reinforcement.
Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak
manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam
kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar
siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”.
Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT
yaitu sebagai berikut.
1.

Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan

TGT pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT
ada unsur tutor sebaya.
2.

Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh

individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk
memahami perasaan orang lain.
3.

Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas

atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh
siswa, karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat
pertanyaan dan menjelaskan kepada siswa lain.
4.

Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah

menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam
merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan
kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat
yang berbeda.
5.

Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi

terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa
karena dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari
guru, sehingga siswa merasa senang dan santai.
6.

Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi
pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan Model Pembelajaran TGT yaitu:
a)

dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial

siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa,
b)

lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,

c)

mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu,

d)

dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam,

e)

proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,

f)

mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,

g)

motivasi belajar lebih tinggi, dan

h)

meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangkan kelemahan TGT yaitu sebagai berikut.
a.

Bagi guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti
dalam menentukan pembagian kelompok.
Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara
menyeluruh.
b.

Bagi siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
B.

Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament terdapat unsurunsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut.

1.

Syarat-Syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Syarat-syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari sintaks,
sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.
a.

Sintaks (Syntax)
Menurut Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang

secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah,
diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang sedang
disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini
guru harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi
yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase
berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.
Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang
siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini
adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan
oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga
mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim akan
mampu meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan
keakraban antar siswa.
Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan.Materinya terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase
sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh informasi
secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi meja
turnamen diatur sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).
Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan tingkat
kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan
akademik tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata,
sedangkan pada meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah.
Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain
tergantung dari kemampuan mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang
pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang
kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan
bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara
ini maka penempatan siswa pada saat awal akan dapat bergeser naik atau turun sampai
menempati posisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
Peraturan permainan
Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa.Setelah
itu dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci
ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).Permainan pada tiap
meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam Kurniawan,
2008).
1.

Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang

berbeda/heterogen.
2.

Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain

pertama dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang
berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan
soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
3.

Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain
akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
4.

Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain

yang menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua
jawaban pemain salah, maka kartu dibiarkan saja.
5.

Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis

dibacakan, dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja
turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
6.

Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka

kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang
lain.
7.

Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung

jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel
yang telah disediakan.
8.

Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh

kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan
yang diterima oleh kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok,
kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh
gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan
penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut.
Kriteria Penghargaan untuk Kelompok
No

Kriteria (Rata-rata Kelompok)

Predikat

1

X<15

2

15≤X<20

Kelompok Cukup

3

20≤X<25

Kelompok Baik

4

25≤X

-

Kelompok Sangat Baik

Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat
untuk memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya.
Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari
guru, akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri
bersama anggota kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme.
Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang baik
untuk pembelajaran.

b.

Prinsip Reaksi (Principles of Reactions)
Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memberikan respon terhadap siswa.Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peran
guru adalah sebagai berikut.
a)

Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang

kondusif dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
b)

Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan

menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.
c)

Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon

siswa.
d)

Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-

masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan
kooperatif siswa.
e)

Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan

tersebut dapat berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.
c.

Sistem Sosial (The Social System)

Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru
dan siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam model
TGT lebih berpusat pada siswa (student centered approach) karena siswa tidak dianggap
sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa
ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa
sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru. Dengan pembelajaran seperti itu,
maka akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

d.

Sistem Pendukung (Support System)

Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat yang
dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah
lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus
seperti peralatan khusus atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan
dipakai pada saat gametournament, buku-buku yang menyangkut materi yang dipelajari,
Lembar Percobaan, LKS dan buku penunjang yang relevan.
e.

Dampak Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant

Effect)
1.

Dampak Instruksional (Instruksional Effect)

Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, yaitu sebagai berikut.
a)

Kemampuan konstruksi pengetahuan

Dalam TGT siswa melakukan aktivitas dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi
dalam sebuah permainan yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. Dengan aktivitas
semacam ini dan dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi
pengetahuan secara mandiri akan meningkat.
b)

Penguasaan bahan ajar

Dalam model TGT, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui
aktivitas belajar yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri
dapat bertahan lama dalam memori siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
c)

Kemampuan berpikir kritis

Dalam model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang pikiran siswa sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang
dengan optimal.
d)

Keterampilan kooperatif

Pembelajaran dengan TGT memberikan kesempatan kepada siswa dengan berbagai latar
belakang kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda untuk bekerja
sama, saling tergantung dan belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini
memungkinkan berkembangnya keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAMPAK PENGIRING (NURTURANT EFFECT)
Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
yaitu sebagai berikut.
a)

Minat (interest)

Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.Adanya turnamen
dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
b)

Kemandirian atau otonomi dalam belajar

Dalam pembelajaran yang menggunakan TGT, siswa tidak menerima pengetahuan secara
pasif dari gurunya, tetapi siswa berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau
otonomi siswa dalam belajar.
c)

Nilai (value)

Pada TGT terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu,
keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat
ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.
d)

Sikap Positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu

Adanya suasana persaingan yang kompetitif antar kelompok akan membuat siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran, baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun pengetahuan
sendiri. Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka akan dapat menumbuhkan
sikap positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

2.

Pendekatan Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut.
a.

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student

centered approach)
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara
berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya.
b.

Pendekatan Liberal (Liberal approaches)

Pendekatan ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan
keterampilan belajarnya sendiri.
c.

Pendekatan bervariasi

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan
yang dihadapi anak didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006).Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi yang
disesuaikan dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin
keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
3.

Strategi Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) strategi yang digunakan
adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok yang mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan
sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga
diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah
serta mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006).

4.

Metode Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Metode yang dapat digunakan pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut.
a.

Metode Ceramah

Menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2005), metode ceramah adalah sebuah cara
melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu
arah, yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran TGT, metode ceramah dapat
digunakan pada menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan
mengkonfimasi bila ada jawaban siswa yang perlu diperbaiki.
b.

Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik
dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam
kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121).Pada model pembelajaran TGT, siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan permasalahan
tertentu.

c.

Metode Diskusi

Pada model pembelajaran TGT, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok masingmasing untuk memecahkan suatu permasalahan.
d.

Metode demostrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat
diterapkan pada saat guru mnyajikan informasi.
f.

Metode problem solving
Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada
suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model
pembelajaran TGT, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau
permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-masing.
h.

Metode Pemberian tugas

Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar
yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut
dapat diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya
(Sriyono, 1992).Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada kelompok
masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan
4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras
yang berbeda. Model ini dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.

2. Analisis model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) , sebagai berikut.
a.

Syarat-syarat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

a)

Sintaks, yaitu presentasi klasikal, pembentukan tim dan pengorganisasian siswa, permainan
(Games Tournament) dan pemberian penghargaan

b)

Prinsip reaksi, yaitu membangun ikatan emosional, berperan bukan sebagai sumber utama
dan menekankan pembelajaran kooperatif.

c)

Sistem sosial, yaitu intekasi dua arah dan berpusat pada siswa.

d)

Sistem pendukung, yaitu meja untuk turnamen, LKS, Lembar Percobaan dan buku penunjang
yang relevan.

e)

Memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring.

b.

Pendekatan yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT yaitu pendekatan berorientasi
pada siswa, pendekatan liberal dan pendekatan bervariasi.

c.

Strategi yang digunakan pada Model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran
kooperatif.
d.

Metode yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT ada berbagai macam beberapa
diantaranya yaitu metode ceramah, kerja kelompok, diskusi, demosntrasi,problem solving,
pemberian tugas, dan eksperimen.

B. Saran
1. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
memperhatikan keterampilan serta kecerdasan siswa secara Detail.
2. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
mempersiapkan Tingkatan soal yang berbeda pada saat langkah Tournament dilakukan.
3. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
memperhatikankelengkapan Alat yang Ada.
4. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
memperhatikanWaktu yang tersedia.
5. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
mempersiapkan soal-soal quis dalam bentuk kartu bernomor.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperaatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasiantar peserta Didik.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Trianto. 2009. Mendesai Model Pembelajaran Inovativ Progresif Konsep, Landasan dan
Implementasinya pada KTSP. Kencana : 2009
Sanjana, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana
http://tarynugrohotappuy.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html

Model Pembelajaran
Selasa, 14 Agustus 2012
CIRC

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING
COMPOTITON (CIRC)

AND
A. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compotition ( CIRC )
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu
model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif
terpadu membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program
komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas
tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa
tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.
Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif
yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting.
Jadi CIRC merupakan program yang komprehensif untuk mengajari pembelajaran membaca,
menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar.
B. Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4) memiliki delapan komponen.
Kedelapan komponen tersebut antara lain:
1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.
2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan
nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
4)

Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru
memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya.

5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan
memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas
kelompok.
7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran
dengan strategi pemecahan masalah.
C. Kegiatan Pokok Model Pembelajaran CIRC
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian
kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:
a) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal.
b) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah.
c) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah.
d) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan
e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4)
Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu menurut pertama kali dikembangkan oleh
(Steven and Slavin, 1981), dengan langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.
3.

Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan
terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru memberikan penguatan
6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
7. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
1.

Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau
istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari
keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.

2.

Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap
pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang
mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada
diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil
observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi
dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring
siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
3.

Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,
membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai
sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan
pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa
siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan peringkat siswa
Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai
raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik
tinggi sampai terendah.
2.

Menentukan jumlah kelompok
Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan
jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

3.

Penyusunan anggota kelompok
Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap
kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga
mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.
Roger
bahwa

dan
tidak

David
semua

Johnson
kerja

dalam

kelompok

Anita

Lie

dianggap

(2008

cooperative

:31)

menyatakan

learning.

Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan. Kelima
model tersebut yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
Untuk
menyusun

menciptakan
tugas

menyelesaikan

kelompok

sedemikian

tugasnya

rupa

sendiri

kerja

yang

sehingga
agar

yang

efektif,

setiap
lain

anggota
bisa

pengajar

perlu

kelompok

harus

mencapai

tujuan
mereka.

Dengan

bertanggung

cara

jawab

ini,

untuk

mau

tidak

menyelesaikan

mau

setiap

tugasnya

agar

anggota
yang

merasa
lain

bisa

berhasil.
2. Tanggung jawab perseorangan
Unsur
Jika

ini

merupakan

tugas

dan

Pembelajaran
untuk

akibat

pola

kooperatif

melakukan

langsung

penilaian
setiap

yang

dibuat

siswa

terbaik.

dari
menurut

akan

Kunci

merasa

yang

pertama.

prosedur

Model

bertanggung

keberhasilan

model

jawab

pembelajaran

kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
3. Tatap muka
Setiap

kelompok

muka

dan

berdiskusi.

pembelajar
anggota.

untuk
Hasil

pemikiran

saling

satu

Kegiatan

mengenal

dan

Inti
dan

kelompok
satu

sama

lebih

sinergi

mengisi

perlu

memberikan

kaya
ini

para

dalam

semua

daripada

adalah

kekurangan

diberi
lain

bertemu

menguntungkan

akan
dari

untuk

akan

yang

kepala

saja.

menerima

ini

sinergi

kelebihan,

anggota

kesempatan

interaksi

beberapa

kepala

memanfaatkan

para

diberiakan

membentuk

pemikiran

dari

perbedaan,
Jadi,

harus

hasil

menghargai
masingmasing.

kesempatan
kegiatan

untuk

tatap

muka

dan interaksi pribadi.
4.

Komunikasi antar anggota
Keterampilan
merupakan
menjadi

berkomunikasi
proses

panjang.

komunikator

bermanfaat

dan

yang
perlu

dalam
Pembelajaran

andal

dalam

ditempuh

untuk

kelompok
tidak
waktu

bisa
sekejap.

memperkaya

ini

juga

diharapkan
Proses

langsung
ini

sangat

pengalaman

belajar

kelompok

untuk

dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok
Guru

perlu

mengevaluasi

menjadwalkan
proses

kerja

waktu

kelompok

khusus
dan

bagi

hasil

kerja

sama

mereka

agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali
ada

kerja

kelompok,

tetapi

bisa

beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif

diadakan

selang
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC
sebagai berikut:
a)

CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah.

b) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
c)

Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.

d) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.
e)

Membantu siswa yang lemah.
Kekurangan model CIRC adalah:

a) Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil.
b) Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti.
E. Penerapan Model Pembelajaran CIRC
Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dapat ditempuh dengan:
1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan
LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan.
2. Guru memberikan latihan soal.
3.

Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC.

4.

Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen.

5.

Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya
kepada setiap kelompok.

6.

Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang
spesifik.

7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok.
8.
9.

Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya.
Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat
mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan.

10. Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya.
11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator.
12. Guru memberikan tugas/PR secara individual.
13. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya.
14. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah.
15. Guru memberikan kuis.

DAFTAR PUSTAKA

Suriansyah, A. Dkk. 2009. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran. Banjarmasin

Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa
Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional F.MIPA UNNES.

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS
GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
Posted by ekocin on Juni 17, 2011
MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
1. A.

Gambaran Mengenai Team Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan
Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam
model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai
dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya.
Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam
setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT
menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding
mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang
lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah
digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk
mengajar tujuan pembelajaranyang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar,
seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.
1. B.

Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament

Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara
kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran.
Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri
dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (b)
mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan
kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d)
mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan
Mundjiono, 2006).
2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran
diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai
anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina
hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan
suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c)
perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.
1. C.
Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam
Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi
yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan
itu akan mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang
mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar
ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta
dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2.
Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama.
Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger
1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh
reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger
3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1,
chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan
kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah
jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi
chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1
menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5.

Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria ( Rerata
Kelompok )
≥ 45
40 – 45
30 – 40
1. D.

Predikat
Super Team
Great Team
Good Team

Implementasi Model Pembelajaran TGT

Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1) Pembelajaran terpusat pada siswa
2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3) Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5) Dalam kompetisi diterapkan system point
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam
kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan
secara mingguan
8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

1. E.

Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan
oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat
dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif
yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan
pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah
teori motivasi dan teori kognitif.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana
satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok
mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan
apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha
maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara
para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka
terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang
kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif.
Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam
memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang
belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi.
Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang
lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi,
situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan
dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.
Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh
siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik
TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal
pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan
dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang
secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada
dalam kelas tradisional.
Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung
dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri
akademik mereka.
TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan
nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu
yang lebih banyak.
TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan
emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa
nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus
merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara
individual.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games
Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10)
dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti
dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa
cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi
jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
1. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Kesimpulan
Dari pembahasan materi model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tersebut,
maka dapat disimpulkan
1. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih
rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
2. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat menambah
wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi
guru.

Pengertian
Model
Pembelajaran
CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –
kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu
Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah
wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan
pembelajaran
terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat
dikelompokkan
menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model
nested
(terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan),
model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3)
model
dalam
lintas
siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu
konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman
belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi
sosial
dengan
lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam
kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup
dalam
kebersamaan
(Learning
to
live
together),
(Depdiknas,
2002).
B.
Langkah
Langkah
Pembelajaran
CIRC
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2.
Guru
memberikan
wacana/kliping
sesuai
dengan
topik
pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap
wacana/kliping
dan
ditulis
pada
lembar
kertas.
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil
kelompok.
5.
Guru
dan
siswa
membuat
kesimpulan
bersama.
6.
Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau
istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari
keterangan
guru,
buku
paket,
atau
media
lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap
pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang
mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada
diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil
observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi
dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring
siswa
merancang
eksperimen,
demonstrasi
untuk
diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,
membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai
sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan
pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa
siap
menerima kritikan,
saran
atau
sebaliknya
saling
memperkuat
argumen.
C.
Kelebihan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kelebihan
dari
model
pembelajaran
terpadu
atau
(CIRC)
antara
lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan
dapat
bertahan
lebih
lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan
permasalahan
yang
sering
ditemuai
dalam
lingkungan
anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis,
optimal
dan
tepat
guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek
terhadap
gagasan
orang
lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh,
2003).
D.
Kekurangan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kerurangan
dari
model
pembelajaran
CIRC
tersebut
antara
lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan
bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata
pelajaran
lain
yang
menggunakan
prinsip
menghitung.

E.
Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat
memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang
dijelaskan.

Makalah Model Pembelajaran CIRC (COOPERATIVEINTEGRATED READING
AND COMPOSITION )
Posted on January 2, 2013 by desykartikaputri
BAB I
PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus manusia untuk
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat karena itu siswa harus
benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara mandiri. Metematika merupakan
pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan adanya pendidikan matematika di
sekolah dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional
dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan lain.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan
pada
pendidikan dasar atau pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan kurikulum
matematika pada pendidikan dasar, antara lain agar siswa memahami konsep matematika
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat serta sikap menghargai kegunaan maematika dalam
kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri alam pemecahan masalah.
Adapun untuk pelajaran matematika, penilaiaan diarahkan untuk mengukur kemampuan,
diantaranya:
1. Pemahaman konsep, siswa mampu mendifinsikan konsep, mengidentifikasi dan member
contoh atau bukan contoh dari sikap.
2. Prosedur, siswa mampu mengenali prosedur atau proses penghitungan yang benar dan tidak
benar.
3. Komunikasi, siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan,
tertulis dan mampu mendemontrasikan.
4. Penalaran, siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif.
5. Pemecahan masalah, siswa mampu memahmi masalah, memilih stategi penyelesaian.
Indikasi masalah dalam matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang
dihadapai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari matematika siswa selalu
dihadapkan pada maslah matematika yang tersetruktur, sistematis dan logis, yang
membiasakan siswa untuk mangatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam
kehidupannya tanpa harus meminta bantuan kepada orang lain.

Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal
yang berbentuk uraian, karena soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah
yang dilakukansiswa dalam menyelesaiakan permasalahan, sehingga pemahaman siswa akan
memecahkan masalah dapat diukur. Bentuk lain alam pemecahan masalah dalam
pembelajaran ini adalah soal cerita. Berdasarkan buku-buku penunjang pembelajaran
matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal cerita hampir pada
setiap materi pokok. Karena soal cerita merupakan soal yag dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari dan lebih ditekankan pada ketajaman intelektual anak sesuai dengan kenyataan
yang mereka hadapai. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami setiap
kalimat dalam soal cerita, misal apa yang diketahui dan yang ditanyakan, kurangbisa
menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui utuk menyelesaikan masalah,
serta memisalkan unsur sesuai dengan aturan yang berlaku.

1.
2.
3.
4.
5.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa yang di maksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ?
Bagaimana langkah-langkah metode model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ?
Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ?
Apa materi yang cocok untuk di terapkan dengan metode model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC ?

1. C. TUJUAN PEMBELAJARAN
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC.
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan metode pembelajaran
koperatif tipe CIRC.
4. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan metode pembelajaran koperatif tipe
CIRC.
5. Untuk mengetahui materi yang cocok menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe
CIRC.

BAB II
PEMBAHASAN

1. A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVEINTEGRATED READING AND
COMPOSITION

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok
itu sendiri.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Serta
berfungsi sebagai pedoman bagi para perencana pembelajaran dan bagi para pendidik dalam
merencanakan dan melaksanankan aktifitas belajar mengajar.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus ditetapkan. Kelima unsur tersebut antara lain :
1. Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka, dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa
bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
1. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran koparatif setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan
model pembelajaran kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya.
1. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota.
1. Komunikasi antar anggota

Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar
tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Proses
ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
1. Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dan lebih efektif.
Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan
selang beberapa kali siswa terlibat dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim
untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan
bersama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran
yang penting yaitu:
1. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tudas-tugas
akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep yang sulit.
1. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting ini adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
1. Pengembangan ketrampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan
kerjasama dan kolaborasi.
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis
kelamin, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang
pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain.
Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran
kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Sebelum di bentuk kelompok, siswa dijarkan bagaimana bekerjasama dengan suatu
kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada
teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama menghargai
pendapat orang lain dan sebagainya. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah
kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Siswa yang
pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah
akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

1. B. KOMPONEN – KOMPONEN DALAM PEMBELAJARAN CIRC

Model pembelajaran CIRC menurut slavin dalam suyitno memiliki delapan komponen,
delapan komponen tersebut anyara lain:
1)

Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa,

2) Plcement tes misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau
berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa pada bidang
tertentu,
3) Student creative melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya,
4) Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya,
5) Team scorer and team recognition yaitu memberikan skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang di pandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas,
6) Teaching group memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian
tugas kelompok,
7)

Facts test pelaksanaan test ulangn berdasarkan fakta yang diperoleh siswa

8) Whole-class units yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru diakhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
1. C. KEGIATAN POKOK PEMBELAJARAN CIRC

Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi
rangkain kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:
1. Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal,
2. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk penulisan apa
yang diketahui, apa yang ditanyakan,
3. Saling membuat rencana penyelesaian soal pemecahan masalah,
4. Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut,
5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaannya.

1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC

Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dapat ditempuh dengan:
1) Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa yang berisi materi
yang akan diajarkan pada setiap pertemuan
2) Guru memberikan latihan soal
3) Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan siswanya dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC
4) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen
5) Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan
membagikannya pada setiap kelompok
6) Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC, guru mengawasinya
7) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya
8) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahawa setiap anggota telah memahami, dan
dapat mengerjakan soal pemecahan masalah
9) Guru bertindak sebagai fasilitator
10) Guru memberikan tugas/PR secara individual
11) Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
12) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah
13) Guru memberikan kuis
Kelebihan model pembelajaran CIRC:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas.
Dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain.
Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang
Para siswa dapat memahami soal dan mengecek pekerjaannya
Membantu siswa yang lemah
Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk
pemecahan masalah.

Kekurangan model pembelajaran CIRC:
1. Pada saat presentasi hanya siswa aktif yang tampil
2. Persiapan yang perlu dilakukan yang akan menggunakan model pembelajaran koperatif
cukup rumit
3. Pengelolaan kelas dan pengorganisasian peserta didik lebih sulit.

1. E. EVALUASI MATERI YANG COCOK UNTUK SMP/SMA DENGAN METODE CIRC

Beberapa materi matematika yang cocok di gunakan model CIRC adalah pemfaktoran bentuk
aljabar,menyelesaikan bilangan (bulat, pecahan, dll). Segi empat (persegi panjang, jajar
genjang, persegi, belah ketupat, dan layang-layang).
Dalam metode ini, siswa yang mendapat peringkat dalam kelas bukan berarti dianggap
sebagai tombak paling utama, namun semua anggota berpengaruh. Akan tetapi dalam CIRC
ini, seseorang yang mempunyai bobot lebih di bagi secaramerata dalam setiap kelompok.
Agar keseimbangan dalam pengertian materinya dapat diterima dengan sama.
BAB III
PENUTUP

1. A. SIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1) Melalui Cooperative learning tipe CIRC dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal cerita.
2) Melalui Cooperative learning tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal-soal cerita.
1. B. SARAN
Beberapa saran yang diberikan oleh seorang guru adalah:
1) Guru matematika harus dapat mengemas proses pembelajaran yang menyenangkan
namun tetap menantang.
2)

Guru harus kreatif, inovatif, dan selalu meningkatkan profesionalisnya.

3) Salah satu proses pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar matematika
dan meningkatkan ketrampilan siswa yaitu dengan menerapkan tipe CIRC dalam
pembelajaran.

Contenu connexe

Tendances

makalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAWmakalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAWCharis Al Asad
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifSaleha Salleh
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCHPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCHInterest_Matematika_2011
 
belajar dan pembelajaran
belajar dan pembelajaranbelajar dan pembelajaran
belajar dan pembelajaranoyoowk
 
5 tipe pembelajaran kooperatif
5 tipe pembelajaran kooperatif5 tipe pembelajaran kooperatif
5 tipe pembelajaran kooperatifRizal Sunanda
 
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatifJenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatifZuha Farhana
 
makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...
makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...
makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...zulfatul karomah
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtsintaroyani
 
Team Game Tournament
Team Game TournamentTeam Game Tournament
Team Game TournamentUfiet Starry
 
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsawMakalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsawZein Fikri Rohmah
 
Team Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament (TGT)Team Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament (TGT)Anis Arzhia
 
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN Youssii Ajaahh
 

Tendances (18)

Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
makalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAWmakalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAW
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCHPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
 
belajar dan pembelajaran
belajar dan pembelajaranbelajar dan pembelajaran
belajar dan pembelajaran
 
5 tipe pembelajaran kooperatif
5 tipe pembelajaran kooperatif5 tipe pembelajaran kooperatif
5 tipe pembelajaran kooperatif
 
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatifJenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...
makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...
makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika mate...
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nht
 
Team Game Tournament
Team Game TournamentTeam Game Tournament
Team Game Tournament
 
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsawMakalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
 
Team Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament (TGT)Team Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament (TGT)
 
Team Games Tournament
Team Games TournamentTeam Games Tournament
Team Games Tournament
 
Jigsaw
JigsawJigsaw
Jigsaw
 
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
 
Ppt model pembelajaran
Ppt model pembelajaranPpt model pembelajaran
Ppt model pembelajaran
 

Similaire à Tgt circ

anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)
anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)
anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)anhy93
 
Modul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran gamesModul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran gamesnurfadilah99
 
Jenis cooperative learning
Jenis cooperative learningJenis cooperative learning
Jenis cooperative learningNaela Afwah
 
Kelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis Game
Kelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis GameKelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis Game
Kelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis GameSitiNovriani
 
Model pembelajaran penjas
Model pembelajaran penjasModel pembelajaran penjas
Model pembelajaran penjasdhimasbd
 
Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi Pembelajaran KooperatifStrategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi Pembelajaran Kooperatiftaufik ikhsan
 
Team Games Turnament dan Think Pair Share
Team Games Turnament dan Think Pair ShareTeam Games Turnament dan Think Pair Share
Team Games Turnament dan Think Pair ShareRita Eka Zahara
 
Model pembelajaran kelompok tgt
Model pembelajaran kelompok tgtModel pembelajaran kelompok tgt
Model pembelajaran kelompok tgtEniphh Abah Muniph
 
Modul kelompok 7
Modul kelompok 7Modul kelompok 7
Modul kelompok 7Nurfana3
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1sintaroyani
 
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptxPertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptxZamanSakti1
 
karya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsaw
karya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsawkarya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsaw
karya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsawKhaerul Imam Herman
 
Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)
Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)
Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)Interest_Matematika_2011
 

Similaire à Tgt circ (20)

anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)
anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)
anhy93 Tugas media pembelajaran (ani)
 
Modul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran gamesModul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran games
 
Model Pembelajaran Kooperatif
Model  Pembelajaran KooperatifModel  Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif
 
Jenis cooperative learning
Jenis cooperative learningJenis cooperative learning
Jenis cooperative learning
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Model pembelajaran games
Model pembelajaran gamesModel pembelajaran games
Model pembelajaran games
 
Kelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis Game
Kelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis GameKelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis Game
Kelompok 7 Media Pembelajaran Berbasis Game
 
Model pembelajaran penjas
Model pembelajaran penjasModel pembelajaran penjas
Model pembelajaran penjas
 
Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi Pembelajaran KooperatifStrategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi Pembelajaran Kooperatif
 
Team Games Turnament dan Think Pair Share
Team Games Turnament dan Think Pair ShareTeam Games Turnament dan Think Pair Share
Team Games Turnament dan Think Pair Share
 
Model pembelajaran kelompok tgt
Model pembelajaran kelompok tgtModel pembelajaran kelompok tgt
Model pembelajaran kelompok tgt
 
Modul kelompok 7
Modul kelompok 7Modul kelompok 7
Modul kelompok 7
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1
 
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 teboLaporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
 
Cerita helmi
Cerita helmiCerita helmi
Cerita helmi
 
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptxPertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
karya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsaw
karya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsawkarya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsaw
karya tulis ilmliah metode pembelajaran kooperative jigsaw
 
Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)
Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)
Team Game Tournament (Fitri Astuti, 0903558)
 
Paper
PaperPaper
Paper
 

Tgt circ

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah mengalami perubahan yang sangat pesat. Berbagai cara pembelajaran atau model pembelajaran juga telah banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Supaya terwujud pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka tugas guru adalah mengusahakan suasana kelas selama pembelajaran berlangsung berada pada kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan belajar akan efektif apabila dilakukan dalam keadaan yang menyenangkan. Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika diberikan kepada peserta didik dari SD sampai dengan SMA supaya membekali peserta didik untuk berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan untuk bekerjasama. Banyak masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika, oleh karena itu guru seharusnya memberikan motivasi dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran hendaknya juga menyesuaikan karakter peserta didik. Matematika membutuhkan model pembelajaran dengan pendekatan yang nyata. Model pembelajaran efektif dalam proses pembelajaran matematika antara lain adalah yang dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik. Peserta didik SD dan SMP senang dalam bentuk permainan dan pertandingan, sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang mempunyai unsur permainan dan pertandingan. Model pembelajaran Teams GamesTournament (TGT) salah satu alternatif yang dapat digunakan guru SD dan SMP, karena model pembelajaran ini sesuai dengan karakter peserta didik SD dan SMP yang senang dengan permainan dan pertandingan. Model pembelajaran TGT juga memiliki dinamika motivasi yang tingga sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 1.2.Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana pengertian model pembelajaran Kooperatif? Bagaimana pengertian model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT)? Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Teams Games-Tournament(TGT)? Bagaimana penerapan model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT) dalam proses pembelajaran? 5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Teams GamesTurnament(TGT) dalam proses pembelajaran?
  • 2. 1.3.Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Kooperatif? 2. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT)? 3. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Teams GamesTournament(TGT)? 4. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Teams Games-Turnament(TGT) dalam proses pembelajaran? 5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Teams GamesTurnament(TGT) dalam proses pembelajaran? BAB II PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satupembelajarandengancarapesertadidikbelajardanbekerjadalamkelompokkelompokkecilsertakolaboratif yang anggotanyaterdiridariempatsampaienam orang denganstrukturkelompok yang bersifatheterogen. Dalampembelajarankooperatifakanterciptasebuahinteraksi yang lebihluas, yaituinteraksidankomunikasi yang dilakukanantara guru denganpesertadidik, pesertadidikdenganpesertadidik,danpesertadidikdengan guru. Pembelajarankooperatiftidaksamadengansekedarbelajardalamkelompok. Ada unsurdasarpembelajarankooperatif yang membedakandenganpembelajarankelompok yang dilakukanasal-asalan.Pelaksanaanprinsipdasarpokok sistem pembelajarankooperatifdenganbenarakanmemungkinkan guru mengelolakelasdengan lebihefektif. Dalam proses pembelajarantidakharusbelajardari guru kepadapesertadidik. Pesrtadidikdapatsalingmembelajarkansesamapesertadidiklainnya.Pembelajaranolehrekanseba yalebihefektifdaripadapembelajaranoleh guru. Strategipembelajarankooperatifmerupakanserangkaiankegiatanpembelajaran yang dilakukanolehpesertadidik di dalamkelompok, untukmencapaitujuanpembelajarantelahditetapkan.Terdapatempathalpentingdalamstrategipe mbelajarankooperatif, yaitu: (1) adanyapesertadidikdalamkelompok, (2) adanyaaturan main dalamkelompok, (3) adanyaupayabelajardalamkelompok, (4) adanyakompetensi yang harusdicapaiolehkelompok. Pembelajarankooperatifmewadahibagaimanapesertadidikdapatbekerjasamadalamkelompok, tujuankelompokadalahtujuanbersama. Situasikooperatifmerupakanbagiandaripesertadidikuntukmencapaitujuankelompok, pesertadidikharusmerasakanbahwamerekaakanmencapaitujuan, makapesertadidik lain
  • 3. dalamkelompoknyamemilikikebersamaan, artinyatiapanggotakelompokbersikapkooperatifdengansesamaanggotakelompoknya. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode atau pendekatan, diantaranya:STAD (Student Team Achievement Division), Jigshaw, InvestigasiKelompok (Group Investigation), Model Make a Tach(MembuatPasangan), TPS (Think Pair And Share), TGT (Teams Games and Tournament), NHT (Numbered Heads Together). 2.2.Pengertian Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT) Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran TGT pesertadidikmemainkanpermainandengananggotaanggotatim lain untukmemperolehskorbagitimmerekamasing-masing. Permainandapatdisusun guru dalambentukkuisberupapertanyaan-pertanyaan yang berkaitandenganmateripelajaran.Kadang-kadangdapatjugadiselingidenganpertanyaan yang berkaitandengankelompok. Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecualisatuhal, TGT menggunakanturnamenakademikdanmenggunakankuis-kuisdan sistem skorkemajuanindividu, dimanaparapesertadidikberlombasebagaiwakiltimmerekadengantim lain yang kinerjaakademiksebelumnyasetaramereka. Teman satu tim atau kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta didik sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu, dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Dalam pembelajarankooperatiftipe TGT ini pesertadidiksebelumnya telah belajarsecara individual, untukselanjutnyabelajar kembali dalamkelompokmasing-masing. Dan kemudian mengadakanturnamenataulombadengananggotakelompoklainnyasesuaidengantingkatkemamp uannya. TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikanmateridanpesertadidikbekerjadalamkelompokmerekamasing-masing. Dalamkerjakelompok guru memberikan LKPDkepadasetiapkelompok. Tugas yang diberikandikerjakanbersamadengananggotakelompoknya.Apabilaadadarianggotakelompok yang tidakmengertidengantugas yang diberikan, makaanggotakelompok yang lain bertanggungjawabuntukmemberikanjawabanataumenjelaskannya, sebelummengajukanpertanyaantersebutkepada guru. Kemudahanpenerapan TGT inidisebabkandalampelaksanaanyatidakadanyafasilitaspendukung yang harustersediasepertiperalatanatauruangankhusus.Selainmudahditerapkandalampenerapannya TGT jugamelibatkanaktivitasseluruhpesertadidikuntukmemperolehkonsep yang diinginkan.
  • 4. 2.3.Langkah-langkah Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT) Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu: 1. Penyajian Kelas (Class Presentations) Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Gurumenyampaikantujuanpembelajaran, pokokmateridanpenjelasansingkattentang LKS yang dibagikankepadakelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok. 1. Belajar dalam Kelompok (Teams) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnikdanras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan. 1. Permainan (Games) Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan. 1. Pertandingan atau Lomba (Tournament) Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja
  • 5. turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya. 1. Penghargaan Kelompok (Team Recognition) Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 5040 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat. 2.4.Penggunaan Model Pembelajaran dalam Proses PembelajaranTeams Games Tournament (TGT) Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat diterapkan dalam berbagai macam mata pelajaran. Terutama bagi peserta didik tingkat SD dan SMP yang masih suka bermain. Model pembelajaran ini pernah dipraktekkan pada kelas IV SD. Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai pembelajaran TGT dengan bernuansa CTL yang diantanranya menggunakan metode ceramah, diskusi, dan model pembelajaran kooperatif serta pemecahan masalah dengan memperhatikan fase-fase yang ada di dalamnya dan karakteris materi yang akan disampaikan. Pembelajaran dilakukan di laboratorium bahasa yang ada di sekolah, untuk melaksanakan pembelajaran dengan berbantuan CD pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran TGT pada peserta didik kelas IV SD berbantuan media animasi grafis berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas sebesar 80% serta berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas dengan bantuan alat peraga. Model pembelajaran TGT juga pernah dilakukan dalam pembelajaran toksikologi, khususnya kelas yang tingkatnya sudah lebih tinggi. Hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan salah satu metode pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan pembelajaran sebelumnya yang hanya menggunakan metode ceramah dan resitasi. Mahasiswa lebih antusias dan bersemangat untuk mengeluarkan pendapatnya, yang berarti mahasiswa lebih banyak belajar untuk dapat beragumentasi. Mahasiswa yang kurang mampu akan dapat memperoleh bagian dari kelompoknya dan akan berusaha belajar dengan baik, karena semua anggota kelompok harus aktif. 2.5.KelebihandanKekurangan Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut: 1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
  • 6. berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya. 2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya. 3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik. 4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini. Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut: 1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama. 2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini. 3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah. BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode atau pendekatan, diantaranya:STAD (Student Team Achievement Division), Jigshaw, Investigasi Kelompok (Group Investigation), Model Make a Tach (Membuat Pasangan), TPS (Think Pair And Share), TGT (Teams Games and Tournament), NHT (Numbered Heads Together). TGT merupakan model pembelajaran dengan memainkan permainan dengan anggota-amggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Setiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan peserta didik bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.
  • 7. Model pembelajaran TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permaianan (games), pertandingan dan turnamen (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Dalam pelaksanaannya model pembelajaran TGT berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang positif terhadap hasil pembelajara. Model pembelajaran TGT memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain dapat menumbuhkan kerjasama antaranggota kelompok, lebih bersemangat dan senang mengikuti pembelajaran. Sedangkan kekurangannya antara lain membutuhkan waktu yang lama dan guru dituntut memilih materi yang cocok. 3.2.Saran 1. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru sebaiknya mempersiapkan materi, LKS, dan kartu soal sehari sebelum dimulainya proses pembelajaran. 2. Guru diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran sehingga keaktifan siswa dapat lebih ditingkatkan. 3. Pengontrolan waktu harus diperhatikan sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan maksimal. DaftarPustaka Rusman.2011.Model-Model PembelajaranMengembangkanProfesionalGuru.Jakarta: RajawaliPers Sinambela, Masdiana.2009.Model Belajar Teams Games Tournament (TGT) untukMengefektifkanPerkuliahanToksikologi.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41094144 .pdf. (14 September 2012). Purwat, Heni. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Penerapan TGT Berbantuan Animasi Grafis pada Materi Pecahan Kelas IV. ejurnal.ikippgrismg.ac.id/indeks.php/aksioma/issue/archive (14 September 2012) Micheal M van Wyk dkk. The Effects Of Teams-Games-TournamentsOn Achievement, Retention, And Attitudes Of Economics Education Students. springer.com. ( 18 September 2012) Dr.B.Padmaja Rani dkk. Architecting Secure Web Services using Model Driven Agile Modeling. Springer.com (18 September 2012)
  • 8. http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-tgt-teamsgames-tournament/ Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihatdari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.3) GameGame terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yangdidapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencobamenjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.4) TurnamenBiasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah gurumelakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. Contoh aturan Permainan:  Pemain pertama mengambil kartu bernomor dan menemukan pertanyaan yang sesuaidengan lembar permainan.  Membaca pertanyaan tersebut dengan keras.  Memberi Jawaban.  Penantang Pertama: Setuju dengan pembaca atau menantang dan  memberi jawaban, demikian juga penantang kedua.  Mencocokkan jawaban.  Pemain yang menjawab benar akan menyimpan kartu tersebut. Apabila  ada penantang yang menjawab salah ia akan mengembalikan kartu yang  dimenangkan sebelumnya (bila ada) ke tumpukan kartu. Apabila tidak ada  satupun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikkan ke tumpukan.  Langkah ini dilakukan sampai akhir pelajaran, atau tumpukan kartu telah habis. Pada akhir turnamen hitunglah banyaknya kartu yang diperoleh tiap siswa,siswa yang memperoleh skor tertinggi mendapat poin 60, tingkatan berikutnyamasing-masing 50, 40 dan 20.5) Team recognize (penghargaan kelompok)Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masingmasing team akanmendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team”apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
  • 9. 4 . I mp l e me n t a s i Pe mb e l aj a r a n T GT Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.1 ) P e mb e l aj a r a n t er p u sat p a d a si s w a 2)Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi 3)Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)4)Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim5 ) D a l a m ko mp e t i si d i t e r a p ka n s ys t e m p o i nt 6)Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraandalam kinerja akademik 7)Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yangditerbitkan secara mingguan8)Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal9)Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak 5.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyaikelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yangmerupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain6) Motivasi belajar lebih tinggi7) Hasil belajar lebih baik 8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransiSedangkan kelemahan TGT adalah:1) Bagi guruSulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segiK r i t e r i a ( R e r a t a K e l o m p o k ) P r e d i k a t 3 0 s a m p a i 3 9 G o o d t e a m 4 0 s a m p a i 4 4 G r e a t t e a m 4 5 s a m p a i 4 9 S u p e r t e a m 5 0 k e a t a s T i m i s t i m e w a akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegangkendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktuyang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secaramenyeluruh2) Bagi siswaMasih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasankepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbingdengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampumenularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain
  • 10. [Makalah] Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 8:53 PM Tri mawarningsih Nhingz, BLOG--Akhir-akhir ini sepertinya akan banyak share makalah tentang model pembelajaran kooperatif, karena sedang proses presentasi untuk mata kulyah Evaluasi. Oh yah kemarin aku sudah posting makalah model pembelajaran kooperatif STAD yah. Nah sekarang, aku share makalah model pembelajaran koopratif TGT yah, semoga bermanfaat yah! BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat. Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok Menurut Davied Devrie dan keith Edward (1995) ,merupakan pembelajaran pertama dari John Hopkins.dalam model ini kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yng beranggotakan 3 sampain dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis kelamin,dan latar belakang etniknya.kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecilnya,pembelajaran ini hamper sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu. Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran
  • 11. yang dirumuskanndengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA. Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa yang memiliki kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforment. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah Pada makalah iniyaitu sebagai beriku : 1. Bagaimana Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Kooperatif Tipe Teams Games Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ? 2. Jelaskan Analisis dari Model Pembelajaran Tournament (TGT) ? C. Tujuan 1. Mengetahui Deskripsi Model Pembelajaran Tournament (TGT). 2. Mengetahui Analisis dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) . BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
  • 12. Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya yaitu modelpembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).Model ini pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Penerapan Model TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk memotivasi belajar siswa dalam TGT terdapat unsur reinforcement. Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”. Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT yaitu sebagai berikut. 1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan TGT pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor sebaya. 2. Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk memahami perasaan orang lain. 3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh siswa, karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan dan menjelaskan kepada siswa lain. 4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan
  • 13. kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda. 5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa karena dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru, sehingga siswa merasa senang dan santai. 6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. Kelebihan Model Pembelajaran TGT yaitu: a) dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa, b) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, c) mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, d) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, e) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, f) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, g) motivasi belajar lebih tinggi, dan h) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan kelemahan TGT yaitu sebagai berikut. a. Bagi guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. b. Bagi siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing
  • 14. dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. B. Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament terdapat unsurunsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut. 1. Syarat-Syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Syarat-syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring. a. Sintaks (Syntax) Menurut Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal) Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah, diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang sedang disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini guru harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka. Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok) Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim akan mampu meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa. Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament) Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan.Materinya terdiri dari sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).
  • 15. Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki. Peraturan permainan Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa.Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam Kurniawan, 2008). 1. Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda/heterogen. 2. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain pertama dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. 3. Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. 4. Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua jawaban pemain salah, maka kartu dibiarkan saja. 5. Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
  • 16. 6. Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang lain. 7. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. 8. Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya. Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok, kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut. Kriteria Penghargaan untuk Kelompok No Kriteria (Rata-rata Kelompok) Predikat 1 X<15 2 15≤X<20 Kelompok Cukup 3 20≤X<25 Kelompok Baik 4 25≤X - Kelompok Sangat Baik Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat untuk memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya. Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru, akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme. Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang baik untuk pembelajaran. b. Prinsip Reaksi (Principles of Reactions)
  • 17. Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa.Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peran guru adalah sebagai berikut. a) Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. b) Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa. c) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa. d) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing- masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif siswa. e) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa. c. Sistem Sosial (The Social System) Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru dan siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam model TGT lebih berpusat pada siswa (student centered approach) karena siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru. Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. d. Sistem Pendukung (Support System) Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus
  • 18. seperti peralatan khusus atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai pada saat gametournament, buku-buku yang menyangkut materi yang dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan buku penunjang yang relevan. e. Dampak Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effect) 1. Dampak Instruksional (Instruksional Effect) Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut. a) Kemampuan konstruksi pengetahuan Dalam TGT siswa melakukan aktivitas dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi dalam sebuah permainan yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. Dengan aktivitas semacam ini dan dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi pengetahuan secara mandiri akan meningkat. b) Penguasaan bahan ajar Dalam model TGT, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui aktivitas belajar yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri dapat bertahan lama dalam memori siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. c) Kemampuan berpikir kritis Dalam model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pikiran siswa sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan optimal. d) Keterampilan kooperatif Pembelajaran dengan TGT memberikan kesempatan kepada siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda untuk bekerja sama, saling tergantung dan belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini memungkinkan berkembangnya keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. DAMPAK PENGIRING (NURTURANT EFFECT) Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut. a) Minat (interest) Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
  • 19. b) Kemandirian atau otonomi dalam belajar Dalam pembelajaran yang menggunakan TGT, siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif dari gurunya, tetapi siswa berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi siswa dalam belajar. c) Nilai (value) Pada TGT terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda. d) Sikap Positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu Adanya suasana persaingan yang kompetitif antar kelompok akan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun pengetahuan sendiri. Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka akan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu. 2. Pendekatan Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut. a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. b. Pendekatan Liberal (Liberal approaches) Pendekatan ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri. c. Pendekatan bervariasi Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi anak didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006).Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
  • 20. 3. Strategi Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah serta mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006). 4. Metode Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Metode yang dapat digunakan pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut. a. Metode Ceramah Menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2005), metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran TGT, metode ceramah dapat digunakan pada menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan mengkonfimasi bila ada jawaban siswa yang perlu diperbaiki. b. Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121).Pada model pembelajaran TGT, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan permasalahan tertentu. c. Metode Diskusi Pada model pembelajaran TGT, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok masingmasing untuk memecahkan suatu permasalahan. d. Metode demostrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat diterapkan pada saat guru mnyajikan informasi. f. Metode problem solving
  • 21. Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-masing. h. Metode Pemberian tugas Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut dapat diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya (Sriyono, 1992).Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada kelompok masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Model ini dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. 2. Analisis model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) , sebagai berikut. a. Syarat-syarat model pembelajaran kooperatif tipe TGT. a) Sintaks, yaitu presentasi klasikal, pembentukan tim dan pengorganisasian siswa, permainan (Games Tournament) dan pemberian penghargaan b) Prinsip reaksi, yaitu membangun ikatan emosional, berperan bukan sebagai sumber utama dan menekankan pembelajaran kooperatif. c) Sistem sosial, yaitu intekasi dua arah dan berpusat pada siswa. d) Sistem pendukung, yaitu meja untuk turnamen, LKS, Lembar Percobaan dan buku penunjang yang relevan. e) Memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring. b. Pendekatan yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT yaitu pendekatan berorientasi pada siswa, pendekatan liberal dan pendekatan bervariasi. c. Strategi yang digunakan pada Model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran kooperatif.
  • 22. d. Metode yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT ada berbagai macam beberapa diantaranya yaitu metode ceramah, kerja kelompok, diskusi, demosntrasi,problem solving, pemberian tugas, dan eksperimen. B. Saran 1. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti memperhatikan keterampilan serta kecerdasan siswa secara Detail. 2. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti mempersiapkan Tingkatan soal yang berbeda pada saat langkah Tournament dilakukan. 3. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti memperhatikankelengkapan Alat yang Ada. 4. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti memperhatikanWaktu yang tersedia. 5. Sebaiknya ketika guru akan melakukan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti mempersiapkan soal-soal quis dalam bentuk kartu bernomor. DAFTAR PUSTAKA Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperaatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasiantar peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Trianto. 2009. Mendesai Model Pembelajaran Inovativ Progresif Konsep, Landasan dan Implementasinya pada KTSP. Kencana : 2009 Sanjana, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana http://tarynugrohotappuy.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html Model Pembelajaran Selasa, 14 Agustus 2012 CIRC MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOTITON (CIRC) AND
  • 23. A. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compotition ( CIRC ) CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Jadi CIRC merupakan program yang komprehensif untuk mengajari pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. B. Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaran CIRC Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: 1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
  • 24. 8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. C. Kegiatan Pokok Model Pembelajaran CIRC Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: a) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal. b) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah. c) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah. d) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4) Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu menurut pertama kali dikembangkan oleh (Steven and Slavin, 1981), dengan langkah-langkah: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen. 2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas. 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. 5. Guru memberikan penguatan 6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan 7. Penutup. Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut: 1. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya. 2. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
  • 25. menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya. 3. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen. Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan peringkat siswa Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah. 2. Menentukan jumlah kelompok Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. 3. Penyusunan anggota kelompok Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang. Roger bahwa dan tidak David semua Johnson kerja dalam kelompok Anita Lie dianggap (2008 cooperative :31) menyatakan learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan. Kelima model tersebut yaitu: 1. Saling ketergantungan positif Untuk menyusun menciptakan tugas menyelesaikan kelompok sedemikian tugasnya rupa sendiri kerja yang sehingga agar yang efektif, setiap lain anggota bisa pengajar perlu kelompok harus mencapai tujuan
  • 26. mereka. Dengan bertanggung cara jawab ini, untuk mau tidak menyelesaikan mau setiap tugasnya agar anggota yang merasa lain bisa berhasil. 2. Tanggung jawab perseorangan Unsur Jika ini merupakan tugas dan Pembelajaran untuk akibat pola kooperatif melakukan langsung penilaian setiap yang dibuat siswa terbaik. dari menurut akan Kunci merasa yang pertama. prosedur Model bertanggung keberhasilan model jawab pembelajaran kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. 3. Tatap muka Setiap kelompok muka dan berdiskusi. pembelajar anggota. untuk Hasil pemikiran saling satu Kegiatan mengenal dan Inti dan kelompok satu sama lebih sinergi mengisi perlu memberikan kaya ini para dalam semua daripada adalah kekurangan diberi lain bertemu menguntungkan akan dari untuk akan yang kepala saja. menerima ini sinergi kelebihan, anggota kesempatan interaksi beberapa kepala memanfaatkan para diberiakan membentuk pemikiran dari perbedaan, Jadi, harus hasil menghargai masingmasing. kesempatan kegiatan untuk tatap muka dan interaksi pribadi. 4. Komunikasi antar anggota Keterampilan merupakan menjadi berkomunikasi proses panjang. komunikator bermanfaat dan yang perlu dalam Pembelajaran andal dalam ditempuh untuk kelompok tidak waktu bisa sekejap. memperkaya ini juga diharapkan Proses langsung ini sangat pengalaman belajar kelompok untuk dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Guru perlu mengevaluasi menjadwalkan proses kerja waktu kelompok khusus dan bagi hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif diadakan selang
  • 27. D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut: a) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. b) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. c) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. d) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. e) Membantu siswa yang lemah. Kekurangan model CIRC adalah: a) Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil. b) Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti. E. Penerapan Model Pembelajaran CIRC Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan: 1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. 2. Guru memberikan latihan soal. 3. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC. 4. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen. 5. Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok. 6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik. 7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok.
  • 28. 8. 9. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan. 10. Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya. 11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. 12. Guru memberikan tugas/PR secara individual. 13. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya. 14. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah. 15. Guru memberikan kuis. DAFTAR PUSTAKA Suriansyah, A. Dkk. 2009. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran. Banjarmasin Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional F.MIPA UNNES. MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT ) Posted by ekocin on Juni 17, 2011 MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
  • 29. 1. A. Gambaran Mengenai Team Games Tournament (TGT) Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaranyang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA. 1. B. Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi. 1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006). 2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006). 3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
  • 30. Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok. 1. C. Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: 1. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2. Kelompok ( team ) Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3. Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor. 4. Turnamen Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru. 5. Penghargaan kelompok (team recognise)
  • 31. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kriteria ( Rerata Kelompok ) ≥ 45 40 – 45 30 – 40 1. D. Predikat Super Team Great Team Good Team Implementasi Model Pembelajaran TGT Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu. 1) Pembelajaran terpusat pada siswa 2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi 3) Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan) 4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim 5) Dalam kompetisi diterapkan system point 6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik 7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan 8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal 9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak 1. E. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif. Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
  • 32. Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa. Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut: Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain. Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain: 1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
  • 33. 3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam 4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain 6) Motivasi belajar lebih tinggi 7) Hasil belajar lebih baik 8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Sedangkan kelemahan TGT adalah: 1. Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. 1. Bagi Siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. Kesimpulan Dari pembahasan materi model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tersebut, maka dapat disimpulkan 1. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 2. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru. Pengertian Model Pembelajaran CIRC Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif – kelompok. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah
  • 34. wacana/kliping. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi: 1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai); 2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu); 3) model dalam lintas siswa. Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan. Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002). B. Langkah Langkah Pembelajaran CIRC Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen. 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas. 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. 5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama. 6. Penutup. Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut: a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya. b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring
  • 35. siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya. c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen. C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; 2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak; 3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama; 4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak; 5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak; 6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna; 7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain; 8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003). D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain: Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung. E. Kesimpulan Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan. Makalah Model Pembelajaran CIRC (COOPERATIVEINTEGRATED READING AND COMPOSITION ) Posted on January 2, 2013 by desykartikaputri
  • 36. BAB I PENDAHULUAN 1. A. LATAR BELAKANG Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara mandiri. Metematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan adanya pendidikan matematika di sekolah dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan lain. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan pada pendidikan dasar atau pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan kurikulum matematika pada pendidikan dasar, antara lain agar siswa memahami konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat serta sikap menghargai kegunaan maematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri alam pemecahan masalah. Adapun untuk pelajaran matematika, penilaiaan diarahkan untuk mengukur kemampuan, diantaranya: 1. Pemahaman konsep, siswa mampu mendifinsikan konsep, mengidentifikasi dan member contoh atau bukan contoh dari sikap. 2. Prosedur, siswa mampu mengenali prosedur atau proses penghitungan yang benar dan tidak benar. 3. Komunikasi, siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis dan mampu mendemontrasikan. 4. Penalaran, siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif. 5. Pemecahan masalah, siswa mampu memahmi masalah, memilih stategi penyelesaian. Indikasi masalah dalam matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari matematika siswa selalu dihadapkan pada maslah matematika yang tersetruktur, sistematis dan logis, yang membiasakan siswa untuk mangatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam kehidupannya tanpa harus meminta bantuan kepada orang lain. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukansiswa dalam menyelesaiakan permasalahan, sehingga pemahaman siswa akan memecahkan masalah dapat diukur. Bentuk lain alam pemecahan masalah dalam pembelajaran ini adalah soal cerita. Berdasarkan buku-buku penunjang pembelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal cerita hampir pada setiap materi pokok. Karena soal cerita merupakan soal yag dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan lebih ditekankan pada ketajaman intelektual anak sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapai. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami setiap kalimat dalam soal cerita, misal apa yang diketahui dan yang ditanyakan, kurangbisa
  • 37. menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui utuk menyelesaikan masalah, serta memisalkan unsur sesuai dengan aturan yang berlaku. 1. 2. 3. 4. 5. B. RUMUSAN MASALAH Apa yang di maksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ? Bagaimana langkah-langkah metode model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ? Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ? Apa materi yang cocok untuk di terapkan dengan metode model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ? 1. C. TUJUAN PEMBELAJARAN 2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. 3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC. 4. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC. 5. Untuk mengetahui materi yang cocok menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC. BAB II PEMBAHASAN 1. A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVEINTEGRATED READING AND COMPOSITION Menurut Etin Solihatin dan Raharjo Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perencana pembelajaran dan bagi para pendidik dalam merencanakan dan melaksanankan aktifitas belajar mengajar. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan. Kelima unsur tersebut antara lain : 1. Saling ketergantungan positif
  • 38. Untuk menciptakan kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka, dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. 1. Tanggung jawab perseorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran koparatif setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model pembelajaran kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya. 1. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. 1. Komunikasi antar anggota Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 1. Evaluasi proses kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa kali siswa terlibat dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan bersama lainnya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu: 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tudas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. 1. Penerimaan terhadap perbedaan individu Efek penting ini adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. 1. Pengembangan ketrampilan sosial
  • 39. Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum di bentuk kelompok, siswa dijarkan bagaimana bekerjasama dengan suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama menghargai pendapat orang lain dan sebagainya. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. 1. B. KOMPONEN – KOMPONEN DALAM PEMBELAJARAN CIRC Model pembelajaran CIRC menurut slavin dalam suyitno memiliki delapan komponen, delapan komponen tersebut anyara lain: 1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa, 2) Plcement tes misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa pada bidang tertentu, 3) Student creative melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, 4) Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya, 5) Team scorer and team recognition yaitu memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang di pandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas, 6) Teaching group memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, 7) Facts test pelaksanaan test ulangn berdasarkan fakta yang diperoleh siswa 8) Whole-class units yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
  • 40. 1. C. KEGIATAN POKOK PEMBELAJARAN CIRC Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkain kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: 1. Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, 2. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk penulisan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, 3. Saling membuat rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, 4. Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, 5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaannya. 1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan: 1) Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan 2) Guru memberikan latihan soal 3) Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC 4) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen 5) Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya pada setiap kelompok 6) Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC, guru mengawasinya 7) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya 8) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahawa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah 9) Guru bertindak sebagai fasilitator 10) Guru memberikan tugas/PR secara individual 11) Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya 12) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah 13) Guru memberikan kuis
  • 41. Kelebihan model pembelajaran CIRC: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas. Dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang Para siswa dapat memahami soal dan mengecek pekerjaannya Membantu siswa yang lemah Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Kekurangan model pembelajaran CIRC: 1. Pada saat presentasi hanya siswa aktif yang tampil 2. Persiapan yang perlu dilakukan yang akan menggunakan model pembelajaran koperatif cukup rumit 3. Pengelolaan kelas dan pengorganisasian peserta didik lebih sulit. 1. E. EVALUASI MATERI YANG COCOK UNTUK SMP/SMA DENGAN METODE CIRC Beberapa materi matematika yang cocok di gunakan model CIRC adalah pemfaktoran bentuk aljabar,menyelesaikan bilangan (bulat, pecahan, dll). Segi empat (persegi panjang, jajar genjang, persegi, belah ketupat, dan layang-layang). Dalam metode ini, siswa yang mendapat peringkat dalam kelas bukan berarti dianggap sebagai tombak paling utama, namun semua anggota berpengaruh. Akan tetapi dalam CIRC ini, seseorang yang mempunyai bobot lebih di bagi secaramerata dalam setiap kelompok. Agar keseimbangan dalam pengertian materinya dapat diterima dengan sama. BAB III PENUTUP 1. A. SIMPULAN Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa: 1) Melalui Cooperative learning tipe CIRC dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita. 2) Melalui Cooperative learning tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita. 1. B. SARAN
  • 42. Beberapa saran yang diberikan oleh seorang guru adalah: 1) Guru matematika harus dapat mengemas proses pembelajaran yang menyenangkan namun tetap menantang. 2) Guru harus kreatif, inovatif, dan selalu meningkatkan profesionalisnya. 3) Salah satu proses pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar matematika dan meningkatkan ketrampilan siswa yaitu dengan menerapkan tipe CIRC dalam pembelajaran.