1. 2. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali
dengan penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi yang
dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan berbagi macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan,2000). Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam kaitannya dengan matematika adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang diawali dengan menghadapkan siswa dalam masalah matematika. Dengan segenap
pengetahuan dan kemampuannya, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang kaya
dengan konsep-konsep matematika.
PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya
tentang fenomena itu.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2000: 1) mengemukakan bahwa langkah-langkah
(sintaks) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut.
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah Menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
3 Membimbing pengalaman
individual/ kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
5 Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
2. proses pemecahan masalah evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
yang mereka gunakan
Menurut Fogarty (1997: 3) PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur sesuatu
yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan
penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Lagkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa
dalam sebuah proses PBM adalah : (1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3)
mengumpulkan fakta; (4) merumuskan hipotesis; (5) penelitian; (6) memahami kembali suatu
masalah; (7) menyuguhkan alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.
a. Permasalahan menjadi strating point dalam belajar;
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak
terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi
yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar;dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar
Dari karakteristik di atas, maka kelebihan diterapkannya model Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah siswa dapat berlatih berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang ada,
mampu merumuskan masalah, dan mampu menemukan solusinya. Adapun kekurangan dalam
model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagian siswa belum tentu memiliki pengalaman
yang nyata dalam menghadapi permasalahan tersebut sehingga siswa kesulitan dalam
3. memecahkan masalah itu. Jadi, kurangnya siswa dalam berlatih memecahkan soal-soal dapat
menyebabkan soal-soal itu sulit diidentifikasi dan pada akhirnya sulit untuk diselesaikan.
Alur proses pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada flowchart berikut ini.
PBM digunakan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan: (1)
penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner; (2) penguasaan keterampilan proses
dan disiplin heuristic; (3) belajar keterampilan pemecahan masalah; (4) belajar keterampilan
kolaboratif; dan (5) belajar keterampilan kehidupan yang lebih luas. Ketika tujuan PBM lebih
luas, maka permasalahan pun menjadi lebih kompleks dan proses PBM membutuhkan siklus
yang lebih panjang.
Jenis PBM yang akan dimasukkan dalam kurikulum tergantung pada profil dan kematangan
siswa, pengalaman masa lalu siswa, fleksibelitas kurikulum yang ada, tuntutan evaluasi, waktu,
dan sumber yang ada.
Tujuan dari penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa mampu berpikir
kritis terhadap suatu masalah, mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri, dan mampu
menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Siswa juga diharapkan mampu menemukan
berbagai pemecahan dalam masalah yang dihadapi agar siswa itu benar-benar paham akan
masalah yang dihadapi.
4. 4. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated
curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha
mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan perkembangannya (
Beans, 1993 ; udin sa’ud dkk, 2006 ). Jacob (1993) memandang pembelajaran tematik sebagai
suatu pendekatan kurikulum interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran
tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran pembelajaran suatu proses untuk
mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran
dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan social
keluarga.
Definisi lain tentang pendekatan tematik adalah pendekatan holistic, yang mengkombinasikan
aspek epistemology, social, psikologi, dan pendekatan pedagogic untuk mendidik anak, yaitu
menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas,
dan antara domain-domain pengetahuan ( Udin Sa’ud dkk, 2006 )
Wolfinger ( 1994:133 ) mengemukakan dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang
sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum tematik) dan intregated learning
(pembelajaran tematik). Kurikulum tematik adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah
disiplin ilmu melalui pemaduan isi, ketrampilan, dan sikap.
Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum tematik dan pembelajaran tematik
terletak pada perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran tematikseharusnya
bertolak pada kurikulum tematik, tetapi kenyataan menunjukan bahwa banyak kurikulum
yangmemisahkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya (separated subject curriculum)
menuntut pembelajran yang sifatnya tamatik (integrated learning).
Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaranuntuk memberikanpangalaman yang
bermakna bagi siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
5. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangakat
dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/ hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori belajarini dimotori oleh para tokoh psikologi
Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna
dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak.
B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK
Beberapa karakteristik yang perlu anda pahami dari pembelajaran tematik, coba perhatikan
uraian dibawah ini:
1. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa ( student centered ). Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberika kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitasbelajar.
2. Pembelajaran tematik dapatmemberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yangnyata
(konkrit) sebagai dasar untuk mamahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Bahkan dalam pewlaksanaan di keles-kelas awal madrasah ibtidaiyah (MI), focus
pembelajaran diarahkan kepada pambahsan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
4. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembelajaran tematik bersikap luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan
demikian, siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
6. C. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran pada hakekatnya menempati posisi / kedudukan yang sangat strategis
dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi penentu terhadap
keberhasilan pendidikan. Dengan posisi yang pentingitu, msks proses pembelajaran tidak bias
dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan atau dasar yang kokoh dan kuat.
Landasan-landasan tersebut pada hakekatnya adalah factor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses
dan hasil pembelajaran.
Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran tematik
meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis.
a. Landasan filosofis
Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek
lainnya. Perumusan tujuan / kompetensi dan isi / materi pembelajaran tematik pada dasarnya
bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis.secara filosofis, kemunculan
pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat sebagai berikut :
1. Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada umumnya perlu sekali
ditekankan pada :
a. Pembentukan kreatifitas
b. Pemberian sejumlah kegiatan
c. Suasana yang alamiah(natural)
d. Memperhatiakn pengalaman siswa
Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis(Ellis 1993). Aliran ini juga
memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering dihadapkan pada persoalan-persoalan
yang harus mendapatkan pemecahan atau bersifat “problem solving”.
2. Aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (directexperiences) sebagai kunci
dalam pembelajaran. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Siswa harus mengkontruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Pengetahuan tidak lepas dari subyek
7. yang sedang belajar, penegtahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (kontruksi) yang
terus menerus, terus berkembang dan berubah.
3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi:
a. Keunikan / kekhasanya
b. Potensinya
c. Motivasi yang dimilikinya
Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu :
Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual.
Pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan siswa yang cepat.
Penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut factor personal / individual
maupun yang menyangkut factor lingkungan social / kemasyarakatan.
b. Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam
melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam
menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa adalahindividu yang
berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik / jasmani, intelektual, social,
emosional, dan moral. Tugas utama guru adalah mengoptimalkan perkembangan siswa tersebut.
Pandangan-pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran tematik dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitas sendiei. Dengan kata lain,
pengalaman langsung siswa adalah kunci dari pembelajaran yang berarti bukan
pengalaman oaring lain atau guru yang di transfer melalui berbagai bentuk media.
2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan
hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa
untuk menemukan pola dan hubungan tersebut dari berbagai disiplain ilmu.
3. Pada dasarnya seoarang siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang
dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk berkembang. Dengan demikian, peran
guru bukanlah satu-satunyapihak yang paling menentukan, tetapi lebih bertindak sebagaii
“tut wuri handayani”.
8. 4. Kesseluruhan perkembangan anak adalah tematik dan anak melihat sekitar dirinya dan
sekitarnya secara utuh (holistic).
c. Landasan praktis
Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan pembelajran
tematik secara aplikatif dalam kelas. Sehubungan dengan hal ini maka dalam pelaksanaanya
pembelajaran tematik juga dilandasi landasan praktis sebagai berikut :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak informasi yang
dimuat dalam kurikulum.
2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal
seharusnya saling terkait.
3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat
lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan usaha kolaboratif antara
berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.
4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik dapat dipersempit dengan pembelajaran
yang dirancang secara tematik sehingga siswa akan mampu berpikirteoritis dan pada saat
yang sama msmpu berpikir praktis.
D. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN TEMATIK
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik diantaranya :
Dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan mata pelajaran.
b. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih intuk dikaji harus memberikan
bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c. Tema harus disesuaikan dengan perkembangan siswa.
d. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukan sebgian minat siswa.
9. e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
didalam rentang waktu belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan
masyarakat.
g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. Guru hendaknya bersikap otoriter “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam
proses pembelajaran.
b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok.
c. Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran.
3. Dalam proses penilaian pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self evaluation)
disamping bentuk penilaian lain.
b. Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan yang telah dicapai berdasarkan
criteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati.
E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHANPEMBELAJARAN TEMATIK
Pembeljaran tematik memiliki keunggulan antara lain :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dan tingkat perkembangan siswa.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai dengan
dan berolak dari minat dan kebutuhan anak.
3. Seluruh kegiatan lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih
lama.
10. 4. Pembelajaran tematik dapat menumbuhkembangkan ketrampilan berpikirsiswa.
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui siswa dalam lingkunganya.
6. Menumbuhkembangkan ketrampilan social siswa seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.
Kelemahan pembelajaran tematik menurut udin Sa’ud dkk (2006) kelemahan-kelemahannya
sebagai berikut :
1. Dilihat dari aspek guru, pembelajaran tematik menuntut tersedianya peran guru yang
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,ketrampilan metodologik
yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk
mengemas dan mengembangkan materi. Tanpa adanya kemampuan diatas, pelaksanaan
pembelajaran tematik sulit diwujudkan.
2. Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk
mengembangkan kreatifitas akademik yang menuntut kemampuan belajar siswa yang
relative “baik” baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut karena
model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan kemampuan
analitik(memjiwai), kemampuan asosiatif(menghubung-hubungkan) dan kamampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi diatas tidak dimiliki
siswa, maka maka pelaksanaan model tersebut sulit diterapkan
3. Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna seperti yang dapat
menunjang dan memperkaya serta mempermudah pengembangan wawasan dan
pengetahuan yang diperlukan.misalnya perpustakaan, bila hal ini tidak dipenuhi maka
akan sulit menerapkan model pembelajaran tersebut.
4. Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang
terbuka untuk pengembangannya.
5. Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan
system penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur)yang terpadu.
6. Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung
mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran.
11. F. MANFAAT PEMBELAJARAN TEMATIK
1. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena
tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan
2. Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran
lebih berperan sebagai sarana atau alat dari pada tujuan akhir itu sendiri.
3. Pembelajaran tematik dapat meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa.
4. kemungkinan pembelajaran yang terpisah-pisah sedikit sekali terjadi, karena siswa
dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih tematik.
5. pembelajran tematik memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat
mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).
6. Dengan pemanduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasan matri
pembelajaran akan semakin meningkat.
7. pengalaman belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan
menyeluruh pembelajaran terhadap ilmu pengetahuan.
8. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dan diperbaiki.
9. Pembelajaran tematik membantu menciptakan struktur kognitif.
10. melalui pembelajaran tematik terjadi kerjasama yang lebuh meningakatantara para guru,
para siswa, guru-siswa dan siswa-orang/nara sumber lain;belajar menjadi lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi lebih nyata dan dalam konteks yang bermakna.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TEMATI
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap
kebermaknaan belajar bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan keterkaitan unsure-unsur
konseptual menjadikan pembelajaran lebih efektif.
Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan nyata
hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran tematik(terpadu) (William dalam Udin Sa’ud,
2006).
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topic dan unit tematisnya, Forgaty(1991)
mengemukakan bahwa ada sepuluh cara atau modeldalam merencanakan pembelajaran tematik :
12. 1. Model penggalan ( fragmented ) memisah-misahkan disiplin ilmu atas mata pelajaran-mata
pelajaran, seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan sebagainya.
2. Model keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir
pembelaaajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
3. Model sarang (Nested) merupakan pemaduan bentuk penguasaan konsep ketrampilan
melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
4. Model urutan / rangkaian (Sequenced) merupakan model pemaduan topic-topik antar
mata pelajaran yang berbeda secara pararel.
5. Model bagian (Shared) merupakan pemaduan pembelajaran akibat
adanya”overlapping”konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
6. Model jarring laba-laba (Webbed) model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai
pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.
7. Model galur (Thereaded) merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan.
8. Model ketematikan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran
yang berbeda, tetapi esensinyasama dalam sebuah topic tertentu.
9. Model celupan (Immerrsed) model ini dirancang untuk membantu siswa dalam
menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan
pemakaiannya.
10. Model jaringan (Networked) merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandalkan kemungkinan, pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun
tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakanstudy lapangandalam situasi,
kondisi maupun konteks yang berbeda-beda.
KESIMPULAN
Model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menunjukan kaitan
unsure-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang
bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna
bagi anak.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas
berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topic
13. maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh
dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari
berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.