SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
Senyawa organik pada umumnya dihasilkan oleh organisme hidup. Dalam tubuh 
makhluk hidup, senyawa organik disintesis melalui proses biosintesis dan dikatalisis oleh 
biokatalis yg disebut enzim. Enzim ini tentu saja sangat spesifik. Biosintesis atau lebih 
dikenal dengan istilah metabolisme (dengan proses in vivo tentunya) sehingga produk 
sintesisnya dikenal dengan nama metabolit. Ada dua jenis produk metabolisme yaitu 
metabolit primer dan sekunder. 
Kandungan senyawa organik dalam metabolit sekunder pada makhluk hidup relatif 
rendah, padahal kebutuhan akan senyawa-senyawa organik terus meningkat, sehingga ahli 
kimia organik berusaha mensintesis senyawa yang sama, mirip atau berfungsi mirip di 
laboratorium (in vitro). Meniru proses in vivo di laboratorium tentu sangat sulit sehingga 
prosesnya lebih tepat bila disebut sebagai proses semisintetik (Sitorus : 2008). Proses 
semisintetik mencakup transformasi metabolit primer dan sekunder menjadi senyawa lain 
yang lebih bermanfaat. 
Di laboratorium kimia organik tentu saja ahli kimia organik sintetik sangat intens 
melakukan penelitian semisintetik. Demikian juga halnya ahli kimia industri telah banyak 
menghasilkan produk sintetik seperti : bahan-bahan farmasi, berbagai surfaktan, pupuk kimia, 
polimer, zat warna, pewangi dan masih banyak yang lainnya. Berbagai cara telah dilakukan 
oleh para ahli agar sintesis senyawa organik semakin maksimal dan semakin banyak jenis 
senyawa organik melalui proses sintetik. Dewasa ini telah berkembang suatu metode sintesis 
organik melalui pendekatan pemutusan (diskoneksi) atau pendekatan sinton atau retrosintesis.
2 
BAB II 
PENDEKATAN RETROSINTESIS 
2.1.Pengertian Retrosintesis 
Retrosintesis adalah proses pembelahan molekul target sintesis menuju ke material 
start yang tersedia melalui serangkaian pemutusan ikatan (diskoneksi) dan perubahan gugus 
fungsi atau interkonversi gugus fungsional (IGF) 
Retrosintesis merupakan teknik pemecahan masalah untuk mengubah struktur dari 
molekul target sintesis menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana melalui jalur yang 
berakhir pada suatu material start yang sesuai dan mudah didapatkan untuk keperluan 
sintesis. 
Dengan cara ini, struktur molekul yang akan disintesis ditentukan terlebih dahulu 
yang dikenal sebagai molekul target (MT). Selanjutnya MT dipecah/dipotong/diputus dengan 
seri diskoneksi. 
Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang 
dibayangkan dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material start yang mungkin. 
Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi ikatan yang diputuskan haruslah 
berhubungan dengan reaksi-reaksi yang dipercaya serta metodenya dapat dikerjakan di 
laboratorium. Dari hasil diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Starting Material) atau 
sinton yang tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi Gugus Fungsi (IGF). 
2.2.Pedoman pendekatan diskoneksi 
Pedoman yang sangat penting untuk menciptakan suatu sintesis dengan pendekatan 
diskoneksi adalah sebagai berikut : 
1. Analisis : 
a. Mengenal gugus fungsional dan molekul target (MT) 
b. Melakukan diskoneksi dengan metode yang berhubungan dengan reaksi-reaksi yang 
mungkin. 
c. Memastikan bahwa reagen pereaksi hasil pemutusan (sinton) tersedia sebagai 
starting Material. 
2. Sintesis : 
a. Membuat rencana berdasarkan analisis Starting Material dan kondisi sintesis. 
b. Bila tidak berhasil dalam sintesis dilakukan pengkajian ulang analisis.
3 
Dengan demikian hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan 
sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa organik 
maupun jenis-jenisnya serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu melakukan analisis 
terhadap bahan awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus diperoleh dari suatu hasil 
sintetik yang dikenal dengan IGF tadi, karena reaksi senyawa organik tidak lain dan tidak 
bukan adalah transformasi gugus fungsional. 
2.3.Contoh pendekatan diskoneksi 
Pada kesempatan ini kita akan menggunakan analisis retrosintetik untuk menguraikan 
senyawa alkohol (1) dibawah ini sebagai molekul target : 
Gambar 1. 1,5-difenil-1-pentanol(1) 
Sering kali terdapat lebih dari satu analisis yang “benar” untuk sintesis suatu senyawa. 
Begitu pula pada senyawa (1) diatas, terdapat sedikitnya 6 cara berbeda untuk menguraikan 
molekul tersebut. Melalui keenam metode ini, akan dijelaskan prinsip-prinsip analisis 
retrosintesis serta keunggulan masing-masing jalur. 
1. Analisis retrosintetik I 
Dalam analisis retrosintesis, hal pertama yang dilakukan ialah melakukan pemutusan 
(diskoneksi) ikatan, kemudian memberi muatan positif pada salah satu ujung ikatan yang 
diputuskan dan muatan negatif pada fragmen yang lain.
4 
Gambar 2. Analisis Retrosintetik 1 untuk alkohol (1) 
Diskoneksi dinyatakan dengan garis bergelombang melintasi ikatan yang akan 
diputus. Panah retrosintetik menyatakan alur mundur dari molekul target ke sepasang 
fragmen bermuatan. Fragmen bermuatan tersebut disebut dengan sinton. Pereaksi ekuivalen 
sinton dinyatakan dengan tanda garis datar tiga. 
Secara teoritis diskoneksi ini dapat menghasilkan dua pasang fragmen bayangan. Jika 
belum yakin dalam meletakkan muatan positif dan negative pada kedua fragmen, maka 
sebaiknya tuliskan kedua pasang fragmen dengan muatan yang berbeda. 
Pada kasus ini, karena oksigen lebih bersifat elektronegatif daripada karbon, maka 
tidaklah mudah mendapatkan pereaksi sederhana dari sinton pada jalur A. sebaliknya pada 
jalur B, tersedia pereaksi Grignard. Oleh karena itu, dari analisis ini tampak bahwa senyawa 
(1) dapat disintesis secara langsung melalui reaksi sebagai berikut : 
Gambar 3. Sintesis I untuk senyawa (1) 
2. Analisis retrosintetik II 
Analisis retrosintetik lain juga mungkin untuk senyawa (1) melibatkan diskoneksi 
ikatan karbon-karbon :
5 
Gambar 3. Analisis Retrosintesis II untuk alkohol (1) 
Pada proses ini juga terdapat dua pasang fragmen terionkan yang mungkin, namun 
hanya jalur D yang terdapat pereaksi ekuivalen yang sederhana, yaitu pereaksi Grignard dan 
aldehida. Jalur sintesisnya ditunjukkan sebagai berikut : 
Gambar 4. Sintesis 2 untuk alkohol (1) 
3. Analisis Retrosintetik III 
Pada retrosintetik kali ini dan berikutnya, tidak lagi dimunculkan dua pasang sinton, 
namun tetap dipertimbangkan ketika memilih jalur yang tepat untuk sintesis molekul target. 
Retrosintetik senyawa (1) dapat dinyatakan seperti gambar di bawah ini, dengan pereaksi 
epoksida dan pereaksi Grignard. 
Analisis Retrosintetik: 
Gambar 5. Analisis Retrosintetik III
6 
Sintesis 
Gambar 6. Sintesis III senyawa (1) 
4. Analisis Retrosintetik IV 
Pendekatan berbeda untuk sintesis (1) dapat didasarkan pada pengetahuan bahwa 
keton dapat dengan mudah direduksi menjadi alkohol sekunder dengan pereaksi seperti 
natrium borohidrida atau litium aluminium hidrida. Interkonversi gugus fungsi (IGF) adalah 
istilah yang digunakan dalam analisis retrosintetik untuk menggambarkan proses mengubah 
(mengonversi) satu gugus fungsi ke gugus fungsi lain, misalnya dengan oksidasi atau reduksi. 
Proses ini dinyatakan menggunakan tanda dengan ‘IGF’ diatasnya. Oleh karena itu bila 
alkohol (1) diubah menjadi keton terlebih dahulu, maka pasangan sintonnya dapat ekuivalen 
dengan adisi enolat dari asetofenon pada halida. Perlu diingat bahwa proton α dari gugus 
karbonil bersifat asam dapat ditarik oleh basa sehingga menghasilkan suatu enolat. 
Analisis retrosintetik 
Gambar 7. Analisis Retrosintetik IV 
Sintesis 
Gambar 8. Sintesis IV senyawa (1)
7 
5. Analisis Retrosintetik V 
Analisis lebih lanjut untuk alkohol (1) melibatkan lagi interkonversi gugus fungsi dari 
alkohol ke keton sebelum pemutusan ikatan karbon-karbon. Analisis ini menghasilkan sinton 
yang bermuatan positif pada posisi β terhadap karbonil dan sinton nukleofil karbon. 
Analisis Retrosintetik 
Gambar 9. Analisis Retrosintetik V 
Sintesis 
Gambar 10. Sintesis V senyawa (1) 
6. Analisis Retrosintetik VI 
Analisis retrosintetik ini juga memerlukan interkonversi gugus fungsi dari alkohol ke 
keton diikuti IGF kedua untuk membentuk keton tak jenuh-α,β. Adisi litium difenilkuprat 
pada dienon menghasilkan kerangka karbon yang diperlukan. 
Analisis retrosintetik 
Gambar 11. Analisis Retrosintetik VI 
Sintesis 
Gambar 12. Sintesis VI senyawa (1)
8 
Keunggulan keenam jalur sintesis senyawa (1) 
Ringkasan retrosintetik 
Penentuan metode sintesis yang terbaik 
Diskoneksi yang lebih dekat dengan pusat molekul biasanya menghasilkan 
penyederhanaan terbaik, karena itu metode 1, 2 dan 4 lebih disukai. Jumlah tahap sintesis 
harus dibuat sesedikit mungkin kecuali terdapat keuntungan bila digunakan IGF, yakni dapat 
membantu pembentukan ikatan karbon-karbon dengan rendemen yang tinggi. 
Ekivalen sintetik untuk sinton-sinton lazim. 
Sinton Ekivalen sintetik 
R+ R-Br, R-I, R-OMs, R-OTs 
R=alkil, bukan aril 
R- RMgBr, RLi, LiCuR2
9 
Pada suatu rantai hidrokarbon, pola berselang-seling antara posisi elektrofilik dan 
nukleofilik dapat berlanjut sepanjang rantai hidrokarbon tak jenuh dengan syarat ikatan-ikatan 
rangkap berada dalam keadaan terkonjugasi dengan gugus karbonil. Penulisan pola 
berselang-seling muatan bayangan atau ‘kepolaran laten’ pada molekul target dapat sangat 
membantu dalam mengenali sinton potensial. Kepolaran laten pada senyawa alkohol (1) 
ditunjukkan sebagai berikut : 
Pada molekul target yang memiliki lebih dari satu substituent atau gugus fungsi, 
sintesis harus dirancang dengan mempertimbangkan posisi akhir dari gugus fungsi tersebut. 
Untuk senyawa 1,3-disubstitusi dan 1,5-disubstitusi, kepolaran laten terhadap kedua gugus 
fungsi tersebut berimpit. Hubungan yang bersesuaian di antara kepolaran-kepolaran laten 
yang berimpit ini dikenal sebagai pola konsonan. Hal yang demikian dapat mempermudah 
dalam analisis retrosintesisnya. 
Contoh :
10 
Analisis retrosintesisnya : 
Namun pada senyawa 1,4-dikarbonil, pola muatan laten tidak saling berimpit. 
Hubungan ini disebut disonan. Oleh karena itu kita memerlukan pereaksi yang tidak 
mengikuti kepolaran normal. Istilah bahasa Jerman umpolung digunakan untuk 
menggambarkan keadaan semacam ini, yakni ketika kita harus menggunakan sinton dengan 
kepolaran yang berlawanan dengan kepolaran normal dari gugus fungsi yang diperlukan. 
Analisis retrosintesisnya : 
Beberapa pereaksi ekuivalen yang dapat digunakan dalam kasus ini ialah : 
a) Epoksida
11 
b) α-haloketon atau α-haloester 
c) 1,3-ditiana 
d) Adisi sianida
12 
2.4.Pendekatan Diskoneksi Beberapa Golongan Senyawa Organik 
Berikut ini akan dibahas sintesa beberapa golongan senyawa organik (golongan 
berdasarkan gugus fungsional) dengan pendekatan diskoneksi. Ulasan ini dapat digunakan 
sebagai pedoman untuk sintesa senyawa golongan lain yang tidak dikemukakan dalam 
pembahasan ini. 
1. Senyawa Aromatik 
Reaksi terhadap senyawa aromatic khususnya derivate benzene adalah substitusi 
elektrofilik, sehingga analisis didasarkan pada reaksi tersebut. 
Contoh: Molekul Target (MT) adalah sebagai berikut. 
Bahan awal (starting material) p-amino benzoate adalah tidak lazim dan diskoneksi (C--- 
NH2) juga tidak ada. Maka untuk mendapatkan bahan awal yang tersedia harus dilakukan 
IGF sebagai berikut:
13 
Berdasarkan IGF di atas maka diskoneksi (C----NO2) adalah sesuatu yg logis dan umum 
dilakukan. 
Analisis II: 
Berdasarkan kedua analisis di atas maka di susun rencana sintesis sebagai berikut: 
2. Senyawa Organo Halida 
Terdapat dua macam senyawa organo halida yaitu organo halida aromatic (Ar-X) dan 
halida alifatik (R-X). untuk halida arimatik maka sintesanya adalah berdasarkan reaksi 
substitusi elektrofilik seperti (1), yaitu melalui halogenasi (X2) yang pada umumnya adalah 
Cl2 dan Br2 dengan katalis AlX3 atau FeX3. Sedangkan untuk halida alifatik reaksi sintesanya 
lazim melalui reaksi substitusi nukleofilik. Walaupun halida adalah nukleofil yang realatif 
lemah namun dengan penggunaan katalis akan dapat mengganti gugus (-OH) dari suatu 
alkohol. 
Reaktivitas alkohol adalah tersier > sekunder > primer. Katalis yang biasa digunakan 
adalah asam yang akan memprotonasi gugus (-OH), menjadi H2O+ yang merupakan suatu 
gugus pergi yang sangat baik. 
Contoh : Molekul target (MT) adalah t-butil klorida (CH3)3-C-Cl 
Analisis: C Cl 
(CH3)3 – C Cl (CH3)3-C-OH + HCl
14 
OH 
OH MgBr 
O 
Br 
MgBr 
OH 
Sintesa: 
(CH3)3-C-OH + HCl (CH3)3-C-Cl (MT) + (HOBF3)H+ 
(fasa air) 
3. Senyawa Alkohol 
Alkohol lazim disintesa dengan mereaksikan senyawa karbonil dengan pereaksi 
Grignard (R-Mg X) dengan reaksi umum sebagai berikut. 
Formaldehid + R – MgX Alkohol 1o 
Aldehid + R – MgX Alkohol 2o 
Keton + R – MgX Alkohol 3o 
Untuk alkohol 1o maka gugus samping (-R) dari alcohol tergantung dari pereaksi Grignard, 
sedangkan untuk alkohol 2o dan 3o tergantung pada pereaksi Grignard serta aldehid dan 
ketonnya. 
Contoh: Molekul Target adalah 2,4-dimetil 2-pentanol 
Analisis: 
C – C 
+ 
Sintesis: 
Mg/Et2O Me2C = O 
(MT) 
Jalur lain untuk sintesa alkohol adalah dengan cara substitusi nukleofilik (Sn) organo halogen 
dengan basa kuat (OH-) dengan reaksi umum sebagai berikut. 
R-X + OH- R-OH + X 
Dengan melakukan analisis dan sintesa terhadap suatu MT tertentu maka pendekatan 
diskoneksi dapat diaplikasikan pada sintesa alcohol lewat jalur Sn ini.
15 
4. Senyawa Eter dan Tioeter (Eter sulfida) 
Golongan eter (R-O-R) atau tioeter (R-S-R) mempunyai struktur yang mirip karena 
baik O maupun S berada pada satu golongan SPU yaitu golongan VIA. Sintesa eter paling 
lazim adalah melalui mekanisme Sn yang dikenal dengan sintesa Williamson dengan (RO = 
alkoksi atau PhO = Fenoksi) sebagai nukleofil. 
Contoh: Molekul target adalah Wallflower 
Me O Me 
Me O Me + Me - Y 
Me OH 
Me OH 
Me OMe (MT) 
R C O 
OH 
R C O 
Cl 
R O R 
C C 
O O 
R C O 
OR' 
R C O 
NR2 
Analisis : 
C---O 
Bahan awal (sinton) Me – Y adalah suatu reagenpengasilisasi fenol dan dimetil sulfat (MeO)2 
SO2 lazim digunakan untuk metilasi fenol 
Sintesis : 
CH3 
SO2 
+ NaOH 
CH3 
Untuk eter alifatik maka nukleofilnya adalah alkoksi (RO) dan pereaksi yang umum, juga 
adalah senyawa organo halide dengan reaksi umum sebagai berikut (Sintesa Williamson). 
R-X + R’O R-O-R’ + X- 
5. Senyawa Karbonil 
Senyawa karbonil adalah merupakan turunan atau derivate asam karboksilat melalui jalur 
sintesa sebagai berikut:
16 
Reaksi derivatisasi di atas adalah merupakan dasar sintesis dengan MT senyawa 
O 
NHC 
CH2 CH3 
O 
NH2 CH3 CH2 C 
Cl 
NO2 
NO2 
NH2 
O 
CH3 CH2 C 
Cl 
NH 
O 
C CH3 
CH2 
karbonil melalui pendekatan diskoneksi. 
Contoh : Molekul target suatu amida 
Analisis : 
Sintesis: 
(MT) 
NH 
O 
CHC 3 
6. Senyawa Alkena 
CH2 
Sintesa alkena adalah melalui jalur eliminasi dan yang umum adalah eliminasi air dari suatu 
alcohol (dehidrasi) atau dehidrohalogenasi (eliminasi HX ). Sesuai dengan Hukum Sayitz 
maka alkena yang banyak subtituennya akan lebih muda terbentuk (Stabilitas termodinamika) 
Contoh : 
a. Molekul Target 
+ 
IGF (reduksi) 
C-N (nitrasi) 
C---N 
HNO3/H2SO4 H2, Pd , C 
Reduksi
17 
Analisis 
CH3 
C – C 
Sintesis 
b. Molekul target 
Analisis 
OH 
O + CH3 - Mg - Br (X) 
IGF/dehidrasi 
O + CH3 - Mg - Br (X) 
CH3 
OH 
H2SO4 
dehidrasi 
Ph 
Ph 
CH3 
Ph 
Ph 
CH3 
Ph 
IGF/dehidrasi C-C 
Ph 
CH3 
OH 
O 
Ph-C-CH2-CH3 
+ Ph-Mg Br(X)
18 
Sintesis 
O 
Ph-C-CH2-CH3 + Ph-Mg Br(X) 
2. reduksi senyawa bergugus fungsi jamak alkena dan karbonil. 
O O 
Dalam hal ini perlu selektivitas reduktor agar tidak terjadi reduksi kedua gugus tidak jenuh 
seperti berikut. 
OH 
Padsa prakteknya kemoselektivitas ini dilakukan dengan cara melindungi gugus yang tidak 
dikehendaki untuk bereaksi dengan suatu gugus pelindung (protecting group). Pada akhir 
reaksi gugus pelindung dilepaskan dengan suatu pereaksi tertentu. ada tiga persyaratan yang 
harus dipenuhi oelh suatu gugus pelindung sebagai berikut: 
1. mudah dimasukkan dan dikeluarkan 
2. resisten terhadap reagen yang akan menyerang gugus fungsional yang tidak 
terlindungi. 
3. resisten terhadap semua jenis reagen lain yang mirip, yang dapat menyerang gugus 
yang tidak terlindungi. 
Ph 
CH3 
Ph OH 
Ph 
CH3(MT) 
Ph 
R CH CH C CH3 
[H], Kat R CH2 CH2 C CH3 
+ 
R CH2 CH2 C CH3
19 
Contoh : reduksi terhadap ketoester 
O 
O 
OEt 
NaBH4 
OH 
O 
OEt 
O 
OH 
(MT) 
Reduksi terhadap ketoester diatas secara teoritis akan menghasilkan dua jenis reaktan sebagai 
molekul target (MT). Agar reaksi kemoselektif maka gugus keton harus dilindungi sehingga 
diperoleh hasil selektif 4-keto pentanol (sebagai molekul target). 
Untuk gugus keton (karbonil) digunakan gugus pelindung dengan dasar reaksi sebagai 
berikut: 
1. reaksi antara aldehid dan keton akan menghasilkan asetal. 
O 
+ 
R OH R' C H 
OH 
R C R' (Asetal) 
H 
2. reaksi antara alkohol dan keton akan menghasilkan ketal. 
O 
+ R'' 
R OH R' C 
OH 
R C R' (Ketal) 
R'' 
Dengan demikian molekul target di atas harus disintesa dengan gugus pelindung melalui jalur 
berikut.
20 
O 
O 
OEt 
HO OH 
O 
O 
(Gugus Pelindung) O 
OEt 
H2O, H+ 
(Melepaskan gugus pelindung) 
OH 
O 
(MT) 
Beberapa gugus pelindung untuk gugus fungsional senyawa organic dan cara 
menegluarkannya, ketahanan dan reaksinya adalah seperti pada table dibawah ini 
Tabel beberapa gugus pelindung (GP) 
gugus GP Penambahan Penghilangan Ketahanan GP GP bereaksi dengan 
Aldehida Asetal R-OH, H+ H2O/H+ Nukleofil, basa, 
reduktor 
Elektrofil, oksidator 
Keton Ketaal R-OH, H+ H2O/H+ Nukleofil, basa, 
reduktor 
Elektrofil, oksidator 
Asam Ester Alkohol H2O/H+, OH- Basa lemah, 
elektrofil 
Basa kuat, nukleofil, 
reduktor 
Alkohol/fenol eter basa hidrogenasi nukleofil elektrofil 
(sumber: Sitorus, 2008)
21 
BAB III 
PENUTUP 
3.1.Kesimpulan 
Diskoneksi pada hakekatnya adalah merupakan kebalikan langkah sintetik atau reaksi 
senyawa organic. Ikatan yang didiskoneksi adalah yang diyakini reaksi tersebut dapat 
berlangsung berdasarkan kaedah – kaedah dan jenis-jenis reaksi yang mungkin. 
Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang 
dibayangkan dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material start yang mungkin. 
Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi ikatan yang diputuskan haruslah 
berhubungan dengan reaksi-reaksi yang dipercaya serta metodenya dapat dikerjakan di 
laboratorium. Dari hasil diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Starting Material) atau 
sinton yang tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi Gugus Fungsi (IGF). 
Pedoman yang sangat penting untuk menciptakan suatu sintesis dengan pendekatan 
diskoneksi adalah analisis dan sintesis. 
Hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan sintesis dengan 
pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa organik maupun jenis-jenisnya 
serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu melakukan analisis terhadap bahan 
awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus diperoleh dari suatu hasil sintetik yang dikenal 
dengan IGF tadi, karena reaksi senyawa organik tidak lain dan tidak bukan adalah 
transformasi gugus fungsional.
22 
DAFTAR PUSTAKA 
Sitorus, Marham, 2008, Kimia Organik Fisik, Graha Ilmu, Yogyakarta. 
Willis, C.L., 2004, Sintesis Organik, Penerjemah : Marcellino Rudyanto, Airlangga 
University Press, Surabaya.

More Related Content

What's hot

Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Dokter Tekno
 
Tugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organikTugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organik
sanrorobby
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
wd_amaliah
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
asterias
 

What's hot (20)

Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Konformasi isomer
Konformasi isomerKonformasi isomer
Konformasi isomer
 
Tugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organikTugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organik
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
 
Spektroskopi NMR
Spektroskopi NMRSpektroskopi NMR
Spektroskopi NMR
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Kestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleksKestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleks
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
 
Spektrometri massa
Spektrometri massaSpektrometri massa
Spektrometri massa
 
Stereoisomer Konfigurasional
Stereoisomer KonfigurasionalStereoisomer Konfigurasional
Stereoisomer Konfigurasional
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Kimia Analitik I
Kimia Analitik IKimia Analitik I
Kimia Analitik I
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-pptPresentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
 

Viewers also liked

Kesetimbangan Kimia Yeni Purwati
Kesetimbangan Kimia Yeni PurwatiKesetimbangan Kimia Yeni Purwati
Kesetimbangan Kimia Yeni Purwati
Yeni Purwati
 
Alkohol dan fenol
Alkohol dan fenolAlkohol dan fenol
Alkohol dan fenol
XINYOUWANZ
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
Fransiska Puteri
 
Análise Retrossintética
Análise RetrossintéticaAnálise Retrossintética
Análise Retrossintética
QMCLINK
 
Contoh cover laporan praktikum
Contoh cover laporan praktikumContoh cover laporan praktikum
Contoh cover laporan praktikum
Keszya Wabang
 
Bab 6 benzena dan turunannya
Bab 6   benzena dan turunannyaBab 6   benzena dan turunannya
Bab 6 benzena dan turunannya
1habib
 

Viewers also liked (20)

Sintesa organik
Sintesa organikSintesa organik
Sintesa organik
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Kesetimbangan Kimia Yeni Purwati
Kesetimbangan Kimia Yeni PurwatiKesetimbangan Kimia Yeni Purwati
Kesetimbangan Kimia Yeni Purwati
 
Quiz Ikatan Kimia
Quiz Ikatan KimiaQuiz Ikatan Kimia
Quiz Ikatan Kimia
 
Kuliah 1-retro
Kuliah 1-retroKuliah 1-retro
Kuliah 1-retro
 
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikReaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
 
Contoh brosur internasional
Contoh brosur internasionalContoh brosur internasional
Contoh brosur internasional
 
M3PK ppt
M3PK pptM3PK ppt
M3PK ppt
 
Buku persiapan i ch o-38
Buku persiapan i ch o-38Buku persiapan i ch o-38
Buku persiapan i ch o-38
 
Perancangan alat proses
Perancangan alat prosesPerancangan alat proses
Perancangan alat proses
 
Alkohol dan fenol
Alkohol dan fenolAlkohol dan fenol
Alkohol dan fenol
 
Makalah kimia organik yani
Makalah kimia organik yaniMakalah kimia organik yani
Makalah kimia organik yani
 
Mahendra (mc n 407)
Mahendra (mc n 407)Mahendra (mc n 407)
Mahendra (mc n 407)
 
Makalah biokimia
Makalah biokimiaMakalah biokimia
Makalah biokimia
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
 
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XI SMA
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XI SMASilabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XI SMA
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XI SMA
 
Análise Retrossintética
Análise RetrossintéticaAnálise Retrossintética
Análise Retrossintética
 
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas X SMA
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas X SMASilabus Kimia Kurikulum 2013 kelas X SMA
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas X SMA
 
Contoh cover laporan praktikum
Contoh cover laporan praktikumContoh cover laporan praktikum
Contoh cover laporan praktikum
 
Bab 6 benzena dan turunannya
Bab 6   benzena dan turunannyaBab 6   benzena dan turunannya
Bab 6 benzena dan turunannya
 

Similar to Makalah retrosintesis Kimia Organik 3

sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...
sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...
sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...
ssuser2fadc9
 
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.pptBAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
sitimarfuah36
 
6108825 metabolisme
6108825 metabolisme6108825 metabolisme
6108825 metabolisme
Juliar Bio
 
BAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdf
BAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdfBAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdf
BAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdf
PinkPantsu
 
Metabolisme dan Katabolisme
Metabolisme dan KatabolismeMetabolisme dan Katabolisme
Metabolisme dan Katabolisme
RahmaniarNia
 
METABOLISME XII.pptx
METABOLISME XII.pptxMETABOLISME XII.pptx
METABOLISME XII.pptx
AyuPuspita73
 

Similar to Makalah retrosintesis Kimia Organik 3 (20)

sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...
sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...
sintesis senyawa organik berdasarkan teori kimia organik yang meliputi metode...
 
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.pptBAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
 
6108825 metabolisme
6108825 metabolisme6108825 metabolisme
6108825 metabolisme
 
bab-02-metabolisme1.ppt
bab-02-metabolisme1.pptbab-02-metabolisme1.ppt
bab-02-metabolisme1.ppt
 
BAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdf
BAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdfBAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdf
BAB 02 METABOLISME BIOLOGI KELAS 12 .pdf
 
Bab 02 metabolisme
Bab 02 metabolismeBab 02 metabolisme
Bab 02 metabolisme
 
Metabolisme
MetabolismeMetabolisme
Metabolisme
 
Bab i dan ii (repaired)
Bab i dan ii (repaired)Bab i dan ii (repaired)
Bab i dan ii (repaired)
 
Pang4222 m1
Pang4222 m1Pang4222 m1
Pang4222 m1
 
Metabolisme dan Katabolisme
Metabolisme dan KatabolismeMetabolisme dan Katabolisme
Metabolisme dan Katabolisme
 
Anabolisme
AnabolismeAnabolisme
Anabolisme
 
MATERI Anabolisme KELAS XII SMA
MATERI Anabolisme KELAS XII SMAMATERI Anabolisme KELAS XII SMA
MATERI Anabolisme KELAS XII SMA
 
Enzim dan Metabolisme.ppt
Enzim dan Metabolisme.pptEnzim dan Metabolisme.ppt
Enzim dan Metabolisme.ppt
 
Metabolisme
Metabolisme Metabolisme
Metabolisme
 
Modul 2-struktur-dan-fungsi-protein
Modul 2-struktur-dan-fungsi-proteinModul 2-struktur-dan-fungsi-protein
Modul 2-struktur-dan-fungsi-protein
 
Materi Enzim dan Metabolisme Kelas XII SMA & SMK
Materi Enzim dan Metabolisme Kelas XII SMA & SMKMateri Enzim dan Metabolisme Kelas XII SMA & SMK
Materi Enzim dan Metabolisme Kelas XII SMA & SMK
 
Metabolisme
MetabolismeMetabolisme
Metabolisme
 
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzimEnzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
METABOLISME XII.pptx
METABOLISME XII.pptxMETABOLISME XII.pptx
METABOLISME XII.pptx
 

More from yunita97544748 (10)

Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutan
 
Analisis hari efektif
Analisis hari efektifAnalisis hari efektif
Analisis hari efektif
 
RPP Kurikulum 2013 Kimia kelas XI kesetimbangan kimia
RPP Kurikulum 2013 Kimia kelas XI kesetimbangan kimiaRPP Kurikulum 2013 Kimia kelas XI kesetimbangan kimia
RPP Kurikulum 2013 Kimia kelas XI kesetimbangan kimia
 
Media Pembelajaran Diagram mnemonic pengisian orbital ucle wigly
Media Pembelajaran Diagram mnemonic pengisian orbital ucle wiglyMedia Pembelajaran Diagram mnemonic pengisian orbital ucle wigly
Media Pembelajaran Diagram mnemonic pengisian orbital ucle wigly
 
makalah prosiding ilmiah
makalah prosiding ilmiahmakalah prosiding ilmiah
makalah prosiding ilmiah
 
Rancangan Laboratorium Kimia SMA
Rancangan Laboratorium Kimia SMARancangan Laboratorium Kimia SMA
Rancangan Laboratorium Kimia SMA
 
Kimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimiaKimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimia
 
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XII SMA
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XII SMASilabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XII SMA
Silabus Kimia Kurikulum 2013 kelas XII SMA
 
Teori Tumbukan dan Mekanisme reaksi (Yunita Sihotang)
Teori Tumbukan dan Mekanisme reaksi (Yunita Sihotang)Teori Tumbukan dan Mekanisme reaksi (Yunita Sihotang)
Teori Tumbukan dan Mekanisme reaksi (Yunita Sihotang)
 
RPP Kimia kelas X IKATAN KIMIA
RPP Kimia kelas X IKATAN KIMIARPP Kimia kelas X IKATAN KIMIA
RPP Kimia kelas X IKATAN KIMIA
 

Recently uploaded

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Recently uploaded (20)

Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 

Makalah retrosintesis Kimia Organik 3

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Senyawa organik pada umumnya dihasilkan oleh organisme hidup. Dalam tubuh makhluk hidup, senyawa organik disintesis melalui proses biosintesis dan dikatalisis oleh biokatalis yg disebut enzim. Enzim ini tentu saja sangat spesifik. Biosintesis atau lebih dikenal dengan istilah metabolisme (dengan proses in vivo tentunya) sehingga produk sintesisnya dikenal dengan nama metabolit. Ada dua jenis produk metabolisme yaitu metabolit primer dan sekunder. Kandungan senyawa organik dalam metabolit sekunder pada makhluk hidup relatif rendah, padahal kebutuhan akan senyawa-senyawa organik terus meningkat, sehingga ahli kimia organik berusaha mensintesis senyawa yang sama, mirip atau berfungsi mirip di laboratorium (in vitro). Meniru proses in vivo di laboratorium tentu sangat sulit sehingga prosesnya lebih tepat bila disebut sebagai proses semisintetik (Sitorus : 2008). Proses semisintetik mencakup transformasi metabolit primer dan sekunder menjadi senyawa lain yang lebih bermanfaat. Di laboratorium kimia organik tentu saja ahli kimia organik sintetik sangat intens melakukan penelitian semisintetik. Demikian juga halnya ahli kimia industri telah banyak menghasilkan produk sintetik seperti : bahan-bahan farmasi, berbagai surfaktan, pupuk kimia, polimer, zat warna, pewangi dan masih banyak yang lainnya. Berbagai cara telah dilakukan oleh para ahli agar sintesis senyawa organik semakin maksimal dan semakin banyak jenis senyawa organik melalui proses sintetik. Dewasa ini telah berkembang suatu metode sintesis organik melalui pendekatan pemutusan (diskoneksi) atau pendekatan sinton atau retrosintesis.
  • 2. 2 BAB II PENDEKATAN RETROSINTESIS 2.1.Pengertian Retrosintesis Retrosintesis adalah proses pembelahan molekul target sintesis menuju ke material start yang tersedia melalui serangkaian pemutusan ikatan (diskoneksi) dan perubahan gugus fungsi atau interkonversi gugus fungsional (IGF) Retrosintesis merupakan teknik pemecahan masalah untuk mengubah struktur dari molekul target sintesis menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana melalui jalur yang berakhir pada suatu material start yang sesuai dan mudah didapatkan untuk keperluan sintesis. Dengan cara ini, struktur molekul yang akan disintesis ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai molekul target (MT). Selanjutnya MT dipecah/dipotong/diputus dengan seri diskoneksi. Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang dibayangkan dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material start yang mungkin. Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi ikatan yang diputuskan haruslah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang dipercaya serta metodenya dapat dikerjakan di laboratorium. Dari hasil diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Starting Material) atau sinton yang tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi Gugus Fungsi (IGF). 2.2.Pedoman pendekatan diskoneksi Pedoman yang sangat penting untuk menciptakan suatu sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah sebagai berikut : 1. Analisis : a. Mengenal gugus fungsional dan molekul target (MT) b. Melakukan diskoneksi dengan metode yang berhubungan dengan reaksi-reaksi yang mungkin. c. Memastikan bahwa reagen pereaksi hasil pemutusan (sinton) tersedia sebagai starting Material. 2. Sintesis : a. Membuat rencana berdasarkan analisis Starting Material dan kondisi sintesis. b. Bila tidak berhasil dalam sintesis dilakukan pengkajian ulang analisis.
  • 3. 3 Dengan demikian hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa organik maupun jenis-jenisnya serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu melakukan analisis terhadap bahan awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus diperoleh dari suatu hasil sintetik yang dikenal dengan IGF tadi, karena reaksi senyawa organik tidak lain dan tidak bukan adalah transformasi gugus fungsional. 2.3.Contoh pendekatan diskoneksi Pada kesempatan ini kita akan menggunakan analisis retrosintetik untuk menguraikan senyawa alkohol (1) dibawah ini sebagai molekul target : Gambar 1. 1,5-difenil-1-pentanol(1) Sering kali terdapat lebih dari satu analisis yang “benar” untuk sintesis suatu senyawa. Begitu pula pada senyawa (1) diatas, terdapat sedikitnya 6 cara berbeda untuk menguraikan molekul tersebut. Melalui keenam metode ini, akan dijelaskan prinsip-prinsip analisis retrosintesis serta keunggulan masing-masing jalur. 1. Analisis retrosintetik I Dalam analisis retrosintesis, hal pertama yang dilakukan ialah melakukan pemutusan (diskoneksi) ikatan, kemudian memberi muatan positif pada salah satu ujung ikatan yang diputuskan dan muatan negatif pada fragmen yang lain.
  • 4. 4 Gambar 2. Analisis Retrosintetik 1 untuk alkohol (1) Diskoneksi dinyatakan dengan garis bergelombang melintasi ikatan yang akan diputus. Panah retrosintetik menyatakan alur mundur dari molekul target ke sepasang fragmen bermuatan. Fragmen bermuatan tersebut disebut dengan sinton. Pereaksi ekuivalen sinton dinyatakan dengan tanda garis datar tiga. Secara teoritis diskoneksi ini dapat menghasilkan dua pasang fragmen bayangan. Jika belum yakin dalam meletakkan muatan positif dan negative pada kedua fragmen, maka sebaiknya tuliskan kedua pasang fragmen dengan muatan yang berbeda. Pada kasus ini, karena oksigen lebih bersifat elektronegatif daripada karbon, maka tidaklah mudah mendapatkan pereaksi sederhana dari sinton pada jalur A. sebaliknya pada jalur B, tersedia pereaksi Grignard. Oleh karena itu, dari analisis ini tampak bahwa senyawa (1) dapat disintesis secara langsung melalui reaksi sebagai berikut : Gambar 3. Sintesis I untuk senyawa (1) 2. Analisis retrosintetik II Analisis retrosintetik lain juga mungkin untuk senyawa (1) melibatkan diskoneksi ikatan karbon-karbon :
  • 5. 5 Gambar 3. Analisis Retrosintesis II untuk alkohol (1) Pada proses ini juga terdapat dua pasang fragmen terionkan yang mungkin, namun hanya jalur D yang terdapat pereaksi ekuivalen yang sederhana, yaitu pereaksi Grignard dan aldehida. Jalur sintesisnya ditunjukkan sebagai berikut : Gambar 4. Sintesis 2 untuk alkohol (1) 3. Analisis Retrosintetik III Pada retrosintetik kali ini dan berikutnya, tidak lagi dimunculkan dua pasang sinton, namun tetap dipertimbangkan ketika memilih jalur yang tepat untuk sintesis molekul target. Retrosintetik senyawa (1) dapat dinyatakan seperti gambar di bawah ini, dengan pereaksi epoksida dan pereaksi Grignard. Analisis Retrosintetik: Gambar 5. Analisis Retrosintetik III
  • 6. 6 Sintesis Gambar 6. Sintesis III senyawa (1) 4. Analisis Retrosintetik IV Pendekatan berbeda untuk sintesis (1) dapat didasarkan pada pengetahuan bahwa keton dapat dengan mudah direduksi menjadi alkohol sekunder dengan pereaksi seperti natrium borohidrida atau litium aluminium hidrida. Interkonversi gugus fungsi (IGF) adalah istilah yang digunakan dalam analisis retrosintetik untuk menggambarkan proses mengubah (mengonversi) satu gugus fungsi ke gugus fungsi lain, misalnya dengan oksidasi atau reduksi. Proses ini dinyatakan menggunakan tanda dengan ‘IGF’ diatasnya. Oleh karena itu bila alkohol (1) diubah menjadi keton terlebih dahulu, maka pasangan sintonnya dapat ekuivalen dengan adisi enolat dari asetofenon pada halida. Perlu diingat bahwa proton α dari gugus karbonil bersifat asam dapat ditarik oleh basa sehingga menghasilkan suatu enolat. Analisis retrosintetik Gambar 7. Analisis Retrosintetik IV Sintesis Gambar 8. Sintesis IV senyawa (1)
  • 7. 7 5. Analisis Retrosintetik V Analisis lebih lanjut untuk alkohol (1) melibatkan lagi interkonversi gugus fungsi dari alkohol ke keton sebelum pemutusan ikatan karbon-karbon. Analisis ini menghasilkan sinton yang bermuatan positif pada posisi β terhadap karbonil dan sinton nukleofil karbon. Analisis Retrosintetik Gambar 9. Analisis Retrosintetik V Sintesis Gambar 10. Sintesis V senyawa (1) 6. Analisis Retrosintetik VI Analisis retrosintetik ini juga memerlukan interkonversi gugus fungsi dari alkohol ke keton diikuti IGF kedua untuk membentuk keton tak jenuh-α,β. Adisi litium difenilkuprat pada dienon menghasilkan kerangka karbon yang diperlukan. Analisis retrosintetik Gambar 11. Analisis Retrosintetik VI Sintesis Gambar 12. Sintesis VI senyawa (1)
  • 8. 8 Keunggulan keenam jalur sintesis senyawa (1) Ringkasan retrosintetik Penentuan metode sintesis yang terbaik Diskoneksi yang lebih dekat dengan pusat molekul biasanya menghasilkan penyederhanaan terbaik, karena itu metode 1, 2 dan 4 lebih disukai. Jumlah tahap sintesis harus dibuat sesedikit mungkin kecuali terdapat keuntungan bila digunakan IGF, yakni dapat membantu pembentukan ikatan karbon-karbon dengan rendemen yang tinggi. Ekivalen sintetik untuk sinton-sinton lazim. Sinton Ekivalen sintetik R+ R-Br, R-I, R-OMs, R-OTs R=alkil, bukan aril R- RMgBr, RLi, LiCuR2
  • 9. 9 Pada suatu rantai hidrokarbon, pola berselang-seling antara posisi elektrofilik dan nukleofilik dapat berlanjut sepanjang rantai hidrokarbon tak jenuh dengan syarat ikatan-ikatan rangkap berada dalam keadaan terkonjugasi dengan gugus karbonil. Penulisan pola berselang-seling muatan bayangan atau ‘kepolaran laten’ pada molekul target dapat sangat membantu dalam mengenali sinton potensial. Kepolaran laten pada senyawa alkohol (1) ditunjukkan sebagai berikut : Pada molekul target yang memiliki lebih dari satu substituent atau gugus fungsi, sintesis harus dirancang dengan mempertimbangkan posisi akhir dari gugus fungsi tersebut. Untuk senyawa 1,3-disubstitusi dan 1,5-disubstitusi, kepolaran laten terhadap kedua gugus fungsi tersebut berimpit. Hubungan yang bersesuaian di antara kepolaran-kepolaran laten yang berimpit ini dikenal sebagai pola konsonan. Hal yang demikian dapat mempermudah dalam analisis retrosintesisnya. Contoh :
  • 10. 10 Analisis retrosintesisnya : Namun pada senyawa 1,4-dikarbonil, pola muatan laten tidak saling berimpit. Hubungan ini disebut disonan. Oleh karena itu kita memerlukan pereaksi yang tidak mengikuti kepolaran normal. Istilah bahasa Jerman umpolung digunakan untuk menggambarkan keadaan semacam ini, yakni ketika kita harus menggunakan sinton dengan kepolaran yang berlawanan dengan kepolaran normal dari gugus fungsi yang diperlukan. Analisis retrosintesisnya : Beberapa pereaksi ekuivalen yang dapat digunakan dalam kasus ini ialah : a) Epoksida
  • 11. 11 b) α-haloketon atau α-haloester c) 1,3-ditiana d) Adisi sianida
  • 12. 12 2.4.Pendekatan Diskoneksi Beberapa Golongan Senyawa Organik Berikut ini akan dibahas sintesa beberapa golongan senyawa organik (golongan berdasarkan gugus fungsional) dengan pendekatan diskoneksi. Ulasan ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk sintesa senyawa golongan lain yang tidak dikemukakan dalam pembahasan ini. 1. Senyawa Aromatik Reaksi terhadap senyawa aromatic khususnya derivate benzene adalah substitusi elektrofilik, sehingga analisis didasarkan pada reaksi tersebut. Contoh: Molekul Target (MT) adalah sebagai berikut. Bahan awal (starting material) p-amino benzoate adalah tidak lazim dan diskoneksi (C--- NH2) juga tidak ada. Maka untuk mendapatkan bahan awal yang tersedia harus dilakukan IGF sebagai berikut:
  • 13. 13 Berdasarkan IGF di atas maka diskoneksi (C----NO2) adalah sesuatu yg logis dan umum dilakukan. Analisis II: Berdasarkan kedua analisis di atas maka di susun rencana sintesis sebagai berikut: 2. Senyawa Organo Halida Terdapat dua macam senyawa organo halida yaitu organo halida aromatic (Ar-X) dan halida alifatik (R-X). untuk halida arimatik maka sintesanya adalah berdasarkan reaksi substitusi elektrofilik seperti (1), yaitu melalui halogenasi (X2) yang pada umumnya adalah Cl2 dan Br2 dengan katalis AlX3 atau FeX3. Sedangkan untuk halida alifatik reaksi sintesanya lazim melalui reaksi substitusi nukleofilik. Walaupun halida adalah nukleofil yang realatif lemah namun dengan penggunaan katalis akan dapat mengganti gugus (-OH) dari suatu alkohol. Reaktivitas alkohol adalah tersier > sekunder > primer. Katalis yang biasa digunakan adalah asam yang akan memprotonasi gugus (-OH), menjadi H2O+ yang merupakan suatu gugus pergi yang sangat baik. Contoh : Molekul target (MT) adalah t-butil klorida (CH3)3-C-Cl Analisis: C Cl (CH3)3 – C Cl (CH3)3-C-OH + HCl
  • 14. 14 OH OH MgBr O Br MgBr OH Sintesa: (CH3)3-C-OH + HCl (CH3)3-C-Cl (MT) + (HOBF3)H+ (fasa air) 3. Senyawa Alkohol Alkohol lazim disintesa dengan mereaksikan senyawa karbonil dengan pereaksi Grignard (R-Mg X) dengan reaksi umum sebagai berikut. Formaldehid + R – MgX Alkohol 1o Aldehid + R – MgX Alkohol 2o Keton + R – MgX Alkohol 3o Untuk alkohol 1o maka gugus samping (-R) dari alcohol tergantung dari pereaksi Grignard, sedangkan untuk alkohol 2o dan 3o tergantung pada pereaksi Grignard serta aldehid dan ketonnya. Contoh: Molekul Target adalah 2,4-dimetil 2-pentanol Analisis: C – C + Sintesis: Mg/Et2O Me2C = O (MT) Jalur lain untuk sintesa alkohol adalah dengan cara substitusi nukleofilik (Sn) organo halogen dengan basa kuat (OH-) dengan reaksi umum sebagai berikut. R-X + OH- R-OH + X Dengan melakukan analisis dan sintesa terhadap suatu MT tertentu maka pendekatan diskoneksi dapat diaplikasikan pada sintesa alcohol lewat jalur Sn ini.
  • 15. 15 4. Senyawa Eter dan Tioeter (Eter sulfida) Golongan eter (R-O-R) atau tioeter (R-S-R) mempunyai struktur yang mirip karena baik O maupun S berada pada satu golongan SPU yaitu golongan VIA. Sintesa eter paling lazim adalah melalui mekanisme Sn yang dikenal dengan sintesa Williamson dengan (RO = alkoksi atau PhO = Fenoksi) sebagai nukleofil. Contoh: Molekul target adalah Wallflower Me O Me Me O Me + Me - Y Me OH Me OH Me OMe (MT) R C O OH R C O Cl R O R C C O O R C O OR' R C O NR2 Analisis : C---O Bahan awal (sinton) Me – Y adalah suatu reagenpengasilisasi fenol dan dimetil sulfat (MeO)2 SO2 lazim digunakan untuk metilasi fenol Sintesis : CH3 SO2 + NaOH CH3 Untuk eter alifatik maka nukleofilnya adalah alkoksi (RO) dan pereaksi yang umum, juga adalah senyawa organo halide dengan reaksi umum sebagai berikut (Sintesa Williamson). R-X + R’O R-O-R’ + X- 5. Senyawa Karbonil Senyawa karbonil adalah merupakan turunan atau derivate asam karboksilat melalui jalur sintesa sebagai berikut:
  • 16. 16 Reaksi derivatisasi di atas adalah merupakan dasar sintesis dengan MT senyawa O NHC CH2 CH3 O NH2 CH3 CH2 C Cl NO2 NO2 NH2 O CH3 CH2 C Cl NH O C CH3 CH2 karbonil melalui pendekatan diskoneksi. Contoh : Molekul target suatu amida Analisis : Sintesis: (MT) NH O CHC 3 6. Senyawa Alkena CH2 Sintesa alkena adalah melalui jalur eliminasi dan yang umum adalah eliminasi air dari suatu alcohol (dehidrasi) atau dehidrohalogenasi (eliminasi HX ). Sesuai dengan Hukum Sayitz maka alkena yang banyak subtituennya akan lebih muda terbentuk (Stabilitas termodinamika) Contoh : a. Molekul Target + IGF (reduksi) C-N (nitrasi) C---N HNO3/H2SO4 H2, Pd , C Reduksi
  • 17. 17 Analisis CH3 C – C Sintesis b. Molekul target Analisis OH O + CH3 - Mg - Br (X) IGF/dehidrasi O + CH3 - Mg - Br (X) CH3 OH H2SO4 dehidrasi Ph Ph CH3 Ph Ph CH3 Ph IGF/dehidrasi C-C Ph CH3 OH O Ph-C-CH2-CH3 + Ph-Mg Br(X)
  • 18. 18 Sintesis O Ph-C-CH2-CH3 + Ph-Mg Br(X) 2. reduksi senyawa bergugus fungsi jamak alkena dan karbonil. O O Dalam hal ini perlu selektivitas reduktor agar tidak terjadi reduksi kedua gugus tidak jenuh seperti berikut. OH Padsa prakteknya kemoselektivitas ini dilakukan dengan cara melindungi gugus yang tidak dikehendaki untuk bereaksi dengan suatu gugus pelindung (protecting group). Pada akhir reaksi gugus pelindung dilepaskan dengan suatu pereaksi tertentu. ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oelh suatu gugus pelindung sebagai berikut: 1. mudah dimasukkan dan dikeluarkan 2. resisten terhadap reagen yang akan menyerang gugus fungsional yang tidak terlindungi. 3. resisten terhadap semua jenis reagen lain yang mirip, yang dapat menyerang gugus yang tidak terlindungi. Ph CH3 Ph OH Ph CH3(MT) Ph R CH CH C CH3 [H], Kat R CH2 CH2 C CH3 + R CH2 CH2 C CH3
  • 19. 19 Contoh : reduksi terhadap ketoester O O OEt NaBH4 OH O OEt O OH (MT) Reduksi terhadap ketoester diatas secara teoritis akan menghasilkan dua jenis reaktan sebagai molekul target (MT). Agar reaksi kemoselektif maka gugus keton harus dilindungi sehingga diperoleh hasil selektif 4-keto pentanol (sebagai molekul target). Untuk gugus keton (karbonil) digunakan gugus pelindung dengan dasar reaksi sebagai berikut: 1. reaksi antara aldehid dan keton akan menghasilkan asetal. O + R OH R' C H OH R C R' (Asetal) H 2. reaksi antara alkohol dan keton akan menghasilkan ketal. O + R'' R OH R' C OH R C R' (Ketal) R'' Dengan demikian molekul target di atas harus disintesa dengan gugus pelindung melalui jalur berikut.
  • 20. 20 O O OEt HO OH O O (Gugus Pelindung) O OEt H2O, H+ (Melepaskan gugus pelindung) OH O (MT) Beberapa gugus pelindung untuk gugus fungsional senyawa organic dan cara menegluarkannya, ketahanan dan reaksinya adalah seperti pada table dibawah ini Tabel beberapa gugus pelindung (GP) gugus GP Penambahan Penghilangan Ketahanan GP GP bereaksi dengan Aldehida Asetal R-OH, H+ H2O/H+ Nukleofil, basa, reduktor Elektrofil, oksidator Keton Ketaal R-OH, H+ H2O/H+ Nukleofil, basa, reduktor Elektrofil, oksidator Asam Ester Alkohol H2O/H+, OH- Basa lemah, elektrofil Basa kuat, nukleofil, reduktor Alkohol/fenol eter basa hidrogenasi nukleofil elektrofil (sumber: Sitorus, 2008)
  • 21. 21 BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Diskoneksi pada hakekatnya adalah merupakan kebalikan langkah sintetik atau reaksi senyawa organic. Ikatan yang didiskoneksi adalah yang diyakini reaksi tersebut dapat berlangsung berdasarkan kaedah – kaedah dan jenis-jenis reaksi yang mungkin. Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang dibayangkan dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material start yang mungkin. Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi ikatan yang diputuskan haruslah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang dipercaya serta metodenya dapat dikerjakan di laboratorium. Dari hasil diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Starting Material) atau sinton yang tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi Gugus Fungsi (IGF). Pedoman yang sangat penting untuk menciptakan suatu sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah analisis dan sintesis. Hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa organik maupun jenis-jenisnya serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu melakukan analisis terhadap bahan awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus diperoleh dari suatu hasil sintetik yang dikenal dengan IGF tadi, karena reaksi senyawa organik tidak lain dan tidak bukan adalah transformasi gugus fungsional.
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA Sitorus, Marham, 2008, Kimia Organik Fisik, Graha Ilmu, Yogyakarta. Willis, C.L., 2004, Sintesis Organik, Penerjemah : Marcellino Rudyanto, Airlangga University Press, Surabaya.