SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  19
BERAS SOSOH
LAPORAN
Oleh :
Zelika Gita Sari (141710101061)
Novika Tri Hardini (141710101082)
Reni Soraya (141710101085)
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Beras merupakan komoditas pangan pokok yang dikonsumsi oleh
95% penduduk Indonesia selain jagung, sagu dan ubi jalar (Rahmat,
2010). Kekurangan beras dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas
ekonomi dan politik sehingga kebijakan ketahanan pangan sering
direduksi sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan beras.Penye-bab
utamanya adalah beras memiliki kualitas yang buruk akibat peralatan
penggilingan padi yang digunakan telah tua, 32% di antaranya berumur
lebihdari 15 tahun, masih menerapkan system penyosohan satu pass,
dan terbatasnya kemampuan petani menangani hasil panen padi yang
berproduktivitas tinggi serta lama waktu penyimpanan beras setelah di
sosoh atau digiling juga dapat mempengaruhi kualitas beras sehingga
dapat menurunkan nilai ekonomi dan harga jual. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perbandingan mutu beras, antara lain melalui inovasi
penyosohan dan penggilingan padi.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah
1. Mengetahui perbedaan kualitas beras dengan metode penyosohan
dan penggilingan.
2. Mengetahui kualitas beras setelah disimpan pada waktu tertentu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras
Beras merupakan butiran yang diambil dari padi atau gabah
setelah dihilangkan baguan sekamnya.berdasarkan cara pengolahannya
beras dibagi menjadi 2 jenis yaitu beras tumbuk atau beras pecah kulit
dan beras giling (Winarno, 1981) . beras pecah kulit (BPK) adalah beras
yang berasal dari gabah yang bagian sekamnya saja dibuang.
Sedangkan beras giling adalah beras yang diperoleh dari gabah yang
seluruhnya atau sebagian kulit arinya telah dipisahkan dalam proses
penggilingan, umumnya berhubungan dengan proses penyosohan
(Hubeis, 1984). Struktur butir beras tersusun atas lapisan yang sangat
tipis (Pericarp), Tegmen, Aleuron, embrio, dan endosperm.
Komposisi kimia butir beras pecah kulit bergantung pada varietas
padi dan kondisi lingkungan pada saat pertumbuhan tanaman (Juliano,
1972). Sedangkan perbedaan komposisi kimia pada beras giling dapat
disebabkan oleh perbedaan tingkat penyosohan. Hal ini dikarenakan
adanya faktor bahan seperti kekerasan, ukuran, bentuk, dan jumlah
lapisan sel aleuron, serta faktor alat penyosoh (rubber roll, stone disc
huster, flash type, dan engelberg) .
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang terdapat dalam butir beras sebagian besar
berada dalam bentuk pati. 90 % pati berada dalam endosperm
berbentuk granula polyhedral yang berukuran 3-10 mikron. Molekul
pati tersebut terdiri dari dua komponen yaitu amilosa dan amilopektin
(Juliano, 1980).
Disamping pati, BPK juga mengandung hemiselulosa, selulosa,
dan gula. Juliano (1972) menyatakan bahwa dedak, bekatul, dan
embrio mengandung lebih banyak hemiselulosa dibandingkan beras
giling. Sama halnya dengan hemiselulosa, kadar gula juga lebih
rendah pada beras giling dibandingkan BPK. BPK mengandung 0.83
– 1.39 % gula total dengan gula pereduksi 0.09 – 0.13 %. Sedangkan
beras giling hanya mengandung 0.37 – 0.53 % gula total dengan gula
pereduksi 0.05 – 0.08 % (Juliano, 1972). Kadar gula total tergantung
pada varietas dan derajat sosoh beras giling (Kennedy, 1980).
b. Protein
Menurut Spadaro et al., (1980), variasi kadar protein BPK berkisar
antara 4.5 – 14.3 %. Juliano (1980) menyatakan kadar protein BPK
kira-kira 8 % dan beras giling 7 %. Protein merupakan komponen
utama kedua setelah pati. Perhitungan kadar protein beras
menggunakan faktor konversi Kjeldahl 5.95, didasarkan atas fraksi
protein terbesar yaitu glutelin yang mengandung 16.8 % nitrogen.
Sesungguhnya variasi kadar protein banyak dipengaruhi faktor-
faktor lingkungan seperti radiasi matahari dan suhu. Disamping itu
juga dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas pemupukan nitrogen,
pengontrolan gulma, dan pengelolaan air. (Gomes, 1979).
Daya cerna beras cukup tinggi. Menurut Grist (1975), daya cerna
BPK kira-kira 96.5 %, sedangkan beras giling 98%. Tetapi menurut
Damardjati (1983) pemasakan menurunkan nilai cerna protein sekitar
8 - 10%.
c. Lemak
Kira-kira 80 % lemak terdapat dalam dedak dan bekatul, dimana
sepertiga dari bagian ini berada dalam embrio. Pada BPK tanpa
embrio , kira-kira 70 % lemak berada dalam 8 % lapisan
terluar.Kandungan lemak BPK kira-kira 2.9 %, sedangkan beras
giling hanya 0.5 %.(Juliano, 1976).
Kandungan utama asam lemak yang menyusun lemak BPK
adalah asam linoleat (25.1 – 35.2 %), asam oleat (36.0 – 44.1 %),dan
asam palmitat (18.4 – 25.8 %).
d. Vitamin dan Mineral
Komposisi mineral BPK tergantung dari kondisi tanah pada saat
pertumbuhan tanaman. Distribusi mineral dalam BPK adalah 51 %
pada dedak, 10 % pada embrio, 11 % pada bekatul, dan 28 % pada
beras giling. Elemen-elemen utama penyusun mineral BPK adalah
fosfor dan kalsium, diikuti silicon dan magnesium (Juliano,1980).
Kandungan vitamin BPK lebih besar dibandingkan dengan beras
giling. Beras mengandung vitamin C dan D dalam jumlah yang
sangat kecil atau tidak sama sekali (Juliano, 1986). Kandungan
vitamin B dari beras berprotein tinggi hamper sama dengan beras
berprotein rendah. Tetapi beras berprotein tinggi mengandung
banyak thiamine dan riboflavin (Resurreccion et al., 1979).
2.2 Penggilingan Padi Menjadi Beras
Penggilingan menunjukkan keseluruhan proses pengolahan padi
hingga menjadi beras yaitu meliputi proses pembersihan, penggilingan
sekam, kulit arid an proses pemisahan beras yang dihasilkan berdasarkan
ukurannya (Luh, 1980).
Pengolahan padi menjadi beras di Indonesia dapat dibedakan
atas tiga cara yaitu secara tradisional yaitu ditumbuk dengan tangan,
dengan mesin menggilingan secara kecil-kecilan serta dengan mesin
penggilingan pada perusahaan padi komersial (Winarno,1972).
Pengupasan kulit gabah bertujuan untuk menghilangkan kulit
gabah atau sekam dengan kerusakan pada lapisan dedak yang minimum,
serta diupayakan tanpa adanya kepatahan pada beras pecah kulit yang
dihasilkan (Araullo et al., 1976). Beras yang telah kehilangan sekam ini
masih mengandung lapisan dedak atau pericarp yang menyelimuti
endosperm. Bila lapisan dedak dan endosperm telah dihilangkan, maka
beras ini disebut beras sosoh (Ali dan Ojha, 1976).
Dalam system grading beras yang ditetapkan oleh USDA, beras
giling dibagi menjadi empat grade yaitu beras giling sempurna (well
milled), beras giling cukup sempurna (reasonably well milled), beras giling
ringan (lightly milled), dan beras kurang tergiling (under milled) (Luh,
1980).
Beras yang telah digiling sempurna lebih disukai oleh konsumen
daripada beras yang kurang tergiling. Padahal beras yang kurang tergiling
justru lebih banyak mengandung protein, vitamin, mineral, dan lemak
dibandingkan beras yang digiling sempurna. Namun beras yang kurang
tergiling mudah menjadi asam terutama bila disimpan lebih dari 2 bulan.
2.3 Penyosohan
Beras pecah kulit masih mengandung lapisan dedak dan bekatul,
oleh karena itu perlu dibersihkan supaya dihasilkan beras putih. Lapisan
dedak dan bekatul tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan
mesin penyosohan beras.
Pada proses penyosohan terjadi pengupasan kulit yang berwarna
perak dan lapisan dedak atau sebagian besar lapisan-lapisan beras
pecah kulit yang digiling (Grist, 1973). Derajat sosoh dinyatakan dalam
persen dan menyatakan tingkat kehilangan lembaga dan lapisan kulit ari
luar maupun dalam dari beras (Barber, 1975).
Proses penyosohan merupakan suatu tindakan untuk
menghilangkan atau mengurangi sebagian dari lapisan kulit ari beras
yang terdiri dari tiga lapisan yang terbungkus endosperm beras yaitu
lapisan pericarp, lapisan tegmen atau testa dan lapisan aleuron (Barber,
1975). Tingkat kehilangan kulit ari disebut derajat sosoh. Dengan proses
penyosohan ini, beras menjadi lebih putih dan mengkilap. Hal ini karena
pati endosperm merupakan bagian terputih dari beras. Umumnya
semakin putih beras giling semakin tinggi derajat sosohnya.
Mesin penyosoh pada dasarnya terdiri dari batu penyosoh, rem
karet, dan saringan. Beras disosoh diantara saringan dan batu
penyosoh.Rem karet berguna untuk mencegah perputaran beras terlalu
jauh.
Kesulitan yang biasa dialami dalam penyosohan adalah
penentuan tingkat penyosohan. Dibeberapa Negara, jangka waktu
penyosohan sering digunakan sebagai patokan. Akan tetapi cara tersebut
ternyata kurang efisien karena beras mempunyai ketahanan yang
berbeda-beda terhadap gaya gesekan. Diperlukan suatu metode yang
didasarkan pada kondisi actual yang ada selama proses penyosohan
(Barber, 1979).
Metode penentuan derajat sosoh dibagi menjadi dua golongan
yaitu metode yang didasarkan atas dedak yang terpisahkan atau
tertinggal dalam butir beras dan pengukuran terhadap pengaruh
penyosohan terhadap lapisan luar pada komposisi kimia atau karakteristik
optic dari produk akhir. Pengukuran derajat sosoh dengan pengukuran
presentase (berat/berat) dedak yang terpisahkan sering dilakukan di
laboratorium penggilingan. Agar hasilnya dapat dibandingkan, jumlah
contoh harus mewakili, kondisi penggilingan harus diketahui, sedangkan
pengaruh terhadap beras tidak di evaluasi. Metode pengukuran yang
didasarkan pada dedak yang tertinggal dalam beras antara lain dapat
disebabkan pengamatan secara visual dan pewarnaan biji (Barber, 1979).
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a) Tempeh
b) Magic com
c) Baskom
d) Piring
e) Timbangan
f) Kompor
g) Mesinpenggiling
h) Dandang
3.1.2 Bahan
a) Padi
b) Air
3.2 Skema Kerja
Padi
Penggilingan
0,5 kg
berassosoh
0,5 kg
berastidaksoso
h
Penyimpanan
0,3 kg selama
2 minggu
Pemasakan
0,2 kg
Penyimpanan
0,3 kg selama
2 minggu
Pemasakan
0,2 kg
Pemasakan
Pengamatan
( warna,kenampakan,
tekstur,aroma, rasa )
Pengamatan
(warna,kenampakan,
tekstur,aroma,rasa )
Pemasakan
1 kg beras
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERTHITUNGAN
2.1 Data Pengamatan
2.1.1 BerasDenganPenyosohan
PENGAMATA
N
SEBELUM DIMASAK SETELAH DIMASAK
0 Hari 14 hari 0 Hari 14 hari
Kenampakan Putih Putih Putih Putih
Tekstur TidakPunel TidakPunel Punel Punel
Rasa - - Enak Enak
Aroma
(bauapek)
Tidakapek Tidakapek Tidakapek Tidakapek
Gambar/foto
2.1.2 BerasTanpaPenyosohan
PENGAMATA
N
SEBELUM DIMASAK SETELAH DIMASAK
0 Hari 14 hari 0 Hari 14 hari
Kenampakan Putihkecoklata
n
Putihkecoklata
n
Coklat Coklat
Tekstur Tidakpunel Tidakpunel Kurangpunel Kurangpune
l
Rasa - - Enak Kurangenak
Aroma
(bauapek)
Apek Apek Tidakapek apek
Gambar/foto
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Perlakuan pertama yang harus dilakukan dalam praktikum
penyosohan beras adalah menyiapkan padi kemudian padi digiling agar
menjadi butiran padi dan siap diproses pada tahap selanjutnya. Setelah
itu diambil 1kg beras, dan dipisah masing-masing 0,5 kg untuk dilakukan
dua perlakuan yang berbeda yaitu dengan disosoh dan tanpa disosoh.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas dari beras melalui
proses penyosohan dengan beras tanpa proses penyosohan. Setelah itu
beras masing-masing sampel di ambil 0,2 kg untuk dilakukan proses
pemasakan fungsinya untuk mengetahui kualitas rasa dari kedua sampel
beras. Sisanya yaitu 0,3kg disimpan dengan waktu yang telah ditentukan
lama waktunya yaitu 14 hari, tujuan dari penyimpanan adalah untuk
mengetahui kualitas dari beras setelah disimpan dan dibandingkan
dengan beras dengan daya simpan 0 hari. Setelahitu 0,3 kg beras yang
sudah selesai disimpan selama 14 hari tersebut kemudian di masak,hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas rasa dari beras. Setelah
proses pemasakan sampel beras kemudian diamati
warna,kenampakan,tekstur,aroma dan rasa hal tersebut bertujuan untuk
membandingkan kualitas beras yang disimpan 14 haridan 0 hari dengan
metode penyosohan dan tanpa penyosohan.
5.2 Analisa Data
Beras adalah bagian bulirpadi (gabah) yang telah dipisah dari
sekam. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau
bahkan hitam, yang disebut beras. Sebagaimana bulir serealia lain,
bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga
mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral,
dan air. Pati beras tersusun dari dua polimerkarbohidrat:
a) amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
b) amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat
lengket
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat
menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket,
lunak, keras, atau pera). Pengolahan beras siap konsumsi biasanya
dilakukan dengan tahap penggilingan beras dan penyosohan.
Penggilingan dilakukan untuk memisahkan kulit dengan bulirnya. Dalam
proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling,
dadak dan bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral
akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar komponen-komponen
tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang
diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya
yang berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari berat
beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka
makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras
tersebut akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Dari kedua perlakuan praktikum yang telah dilakukan yaitu
penyosohan dan penyimpanan beras tersebut dapat diperoleh hasil
Beras yang disosoh akan berwrna lebih putih karena kandungan amilum
pada beras berkurang. Dengan berkurangnya kandungan amilosa dan
amilopektin tersebut maka setelah pemasakan beras yang disosoh
kurang punel, tetapi data yang diperoleh beras yang disosoh lebih punel
daripada beras yang tanpa penyosohan ,hal ini diakibatkan pengamatan
secara manual yang menyeabkan perbedaan pendapat masing-masing
panelis. Kepunelan beras tersebut karena amilosa dan amilopektin yang
terkandung dalam beras mengalami geletiniasi karena air pada saat
pemasakan masuk ke sel beras sehingga beras menjadi lengket/ punel.
Faktor lain dari kepunelan beras yaitu banyak sedikitnya air saat
pemasakan . Beras yang disimpan selama 2 minggu bewarna lebih coklat
dan berbau lebih apek terutama beras yang tanpa disosoh karena
kandungan amilum yang masih terkandung di dalamnya mengalami
kerusaakan. Data pengamatan dari segi warna ini sesuai dengan
pernyataan Ruiten (1981); Thahir (2002); Juliano (2003) yang
menyatakan bahwa penyosohan beras adalah proses menghilangkan
sebagian atau keseluruhan lapisan yang me-nutupi kariopsis, terutama
aleuron dengan tidak mengakibatkan keretakan pada butir beras,
menghasilkan beras giling berwarna putih, bersih, dan cemerlang.
Dari segi rasa dan aroma , amilum sangat menentukan rasa beras
setelah dimasak. Kandungan amilum pada beras jika dimakan akan
terasa manis karena amilum diubah oleh enzim amilase yang terdapat
pada mulut menjadi glukosa sehingga jika beras dikunyah dimulut akan
terasa manis. Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa Beras tanpa
disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasa manisnya paling menonjol
karena termasuk beras baru. Pada beras baru kandungan amilumnya
masih banyak dan masih bagus. Apalagi dengan perlakuan tanpa
penyosohan yang mengakibatkan kandungan amilum masih terkandung
di dalamnya. Hal tersebut akan menimbulkan rasa manis ketika dikunyah.
Sedangkan untuk aromanya sebelum dimasak berbau apek dan setelah
dimasak tidak berbau apek. Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari
ke-14 rasa manisnya agak berkurang. Hal tersebut dikarenakan
kandungan amilum didalamnya sedikit mengalami kerusakan yang
mengakibatkan perubahan fisiologi pada beras. Karena kandungan
amilumnya yang mengalami kerusakan, maka rasanya tidak terlalu manis.
Sedangkan aroma beras sebelum dimasak adalah apek dan setalah
dimasak sangat apek. Hal tersebut dikarenakan amilum didalamnya
mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan aroma. Beras dengan
penyosohan yang dimasak pada hari ke-0 rasanya kurang enak
dikarenakan kandungan amilum didalamnya sudah hilang karena
penyosohan tersebut. Untuk aromanya, sebelum dimasak dan setelah
dimasak tidak apek. Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari
ke-14 rasanya enak. Hal tersebut terjadi penyimpangan data karena
seharusnya,kandungan padanasi selain tidak adanya amilum di dalamnya
juga terjadi perubahan secara fisiologi maupun kndungannya yng
mengalami kerusakan yang dikarenakan proses penyosohan terebut. Dari
segi aroma, sebelum dimasak tidak berbau dan setelah dimasak tidak
berbau apek. Berbeda dengan beras tanpa penyosohan yang berbau
sangat apek seteleh disimpan selama 2 minggu, pada perlakuan ini bau
apek kurang tercium karena komponen yang menyebabkan bau apek
telah hilang akibat penyosohan.
Dari semua perlakuan, beras yang disosoh dan dimasak pada hari
ke-0 rasanya paling enak dan beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari
ke 14 rasanya kurang enak. Data ini menunjukkan bahwa beras yang
disosoh lebih baik dari segi warna, aroma,rasa dan kenampakkannya.
Berdasarkan hasil praktikum, data tersebut sesuai dengan
pernyataanMohapatra, Bal (2007) yang menyatakan bahwaberas pecah
kulit atau tanpa penyosohan yang kaya nutrisi kurang disukai karena
penampilannya kurang menarik, teksturkasar, dan susah dikunyah.
Penyosohan akan memperbaiki penampilan beras lebih menarik secara
visualmutu tanak aroma, dan rasanyalebih disukai.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kenampakan beras yang di lakukan penyosohan dengan mesin dengan
yang tidak melalui tahap penyosohan sangat berbeda, beras yang
disosoh memiliki kenampakan lebih putih daripada beras yang tidak
disosoh.
2. Tekstur beras sosoh dan beras tanpa penyosohan yang belum dimasak
tidakpunel, sedangkan kedua sampel beras yang sudah dimasak memiliki
tekstur yang punel.
3. Kandungan amilum mempengaruhi rasa, aroma dan tekstur beras.
4. Penyimpanandapatmempengaruhikondisiamilumpadaberas.
5. Proses penyosohan dapat mengurangi amilum beras sehingga
menurunkan kualitas beras.
6. Selain kondisi amilum, banyak sedikitnya air saat pemasakan dapat
mempengaruhi kepunelan beras.
7. Dari segi rasa, beras yang disosoh terasa lebih enak karena sudah tidak
adanya kotoran.
8. Penyosohan juga mempengaruhi aroma beras, beras yang
tanpa disosoh berbau apek dan yang disosoh berbau agak apek.
6.2 Saran
Saran setelah praktikum dilakukan adalah : Bahwa begitu pentingnya
pengaruh kandungan amilum padakualitas beras, maka tugas kita sebagai
mahasiswa FTP diharapkan untuk bias memodifikasi kandungan gizi pada beras
guna menghasilkan bers yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, N dan Ojha, T.P. 1976. Parboiling technology of paddy.In: Araullo, E.V, de
Padua, D.B dan Graham, M (ed). Rice Post Harvest Technology.
Ottawa : IDRC.. Hal 163-204.
Araullo, E.V. D.B. Papua and Graham. 1976. Rice Postharvest Technology. fM.
Ottawa. Canada Damardjati, D.S. 1983. Karakteristik Sifat
Standardisasi Mutu Beras sebagai Landasan Pengembangan
Agribisnis dan Agro-industri Padi di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli
Peneliti Utama. Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman
Pangan,
Barber, De. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB.
Gomez, K. A. & A. A. Gomez. 1979. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.. pp: 615-618.
Grist D.H., 1973. Rice. Formerly Agricultural Economist. Colonial Agricultural.
Grist, D.H. 1975. Rice. 5th ed. London: Longmans.
Hubeis, M., 1984. Pengantar Pengolahan Tepung Serelia dan Biji-Bijian. .Bogor :
IPB.
Juliano, B.O. 1972. The Rest Caryopsis in J. M. Cordylas. 1990. Processing and
Preservation of Tropical and Subtropical Foods. Hong-kong : ELBS.
Juliano, B.O. 1976. Rice biology. In: Araullo, E.V, de Padua, D.B dan Graham, M
(ed). Rice Post Harvest Technology. Ottawa : IDRC.. Hal. 13-18.
Juliano 1980 dalam Indrasari, S.D. 2006. Kandungan mineral padi varietas
unggul dan kaitannya dengan kesehatan. Jurnal Iptek Tanaman
Pangan 1 : 88-90.
Kennedy BM (1980).Nutritional quality of rice endosperm. Dalam: Rice
Production and Utilization.Luh BS(ed). USA : AVI Publishing Company
Inc Westport Connecticut.p439-468.
Luh, B. S. 1980. Rice Production and Utilization. The AVI Publishing Company,
Inc. Westport, Connecticut.
Resurreccion, A.B. & Banzon, J.A. 1979. Fatty acid composition of the oil from
progressively maturing bunches of coconuts. Philipp. J.Coconut Study.,
IV (3): 1-5.
Winarno, F.G dan W.M. Aman, 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta : Sastra
Hudaya.
LAMPIRAN

Contenu connexe

Tendances

Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoRyan Tito
 
tatalaksana pastura
tatalaksana pasturatatalaksana pastura
tatalaksana pasturaMario Banoet
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Laode Syawal Fapet
 
Bab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulBab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulRMontong
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKdinamuslimah
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Emma Femi
 
Sapi Zebu non India & Sapi inggris
Sapi Zebu non India & Sapi inggrisSapi Zebu non India & Sapi inggris
Sapi Zebu non India & Sapi inggrisJajat Rohmana
 
Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)dewisetiyana52
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananEmi Suhaemi
 

Tendances (20)

Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
 
tatalaksana pastura
tatalaksana pasturatatalaksana pastura
tatalaksana pastura
 
Legum
LegumLegum
Legum
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
 
Unggas
Unggas   Unggas
Unggas
 
Manajemen pemeliharaan ternak kambing
Manajemen pemeliharaan ternak kambingManajemen pemeliharaan ternak kambing
Manajemen pemeliharaan ternak kambing
 
Teknologi pengolahan ekstrusi
Teknologi pengolahan ekstrusiTeknologi pengolahan ekstrusi
Teknologi pengolahan ekstrusi
 
Pengelolaan padang gembala
Pengelolaan padang gembalaPengelolaan padang gembala
Pengelolaan padang gembala
 
Bab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usulBab ii sejarah dan asal usul
Bab ii sejarah dan asal usul
 
Daging dan unggas
Daging dan unggasDaging dan unggas
Daging dan unggas
 
Pasca panen kakao
Pasca panen kakaoPasca panen kakao
Pasca panen kakao
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDK
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
 
Serealia
SerealiaSerealia
Serealia
 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Sapi Zebu non India & Sapi inggris
Sapi Zebu non India & Sapi inggrisSapi Zebu non India & Sapi inggris
Sapi Zebu non India & Sapi inggris
 
Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Tanya Jawab Angka Kecukupan Gizi (AKG)
 
pengawasan mutu pangan
pengawasan mutu panganpengawasan mutu pangan
pengawasan mutu pangan
 
Urea Mollases Block
Urea Mollases BlockUrea Mollases Block
Urea Mollases Block
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
 

En vedette

Pengolahan makanan nusantara nasi
Pengolahan makanan nusantara nasiPengolahan makanan nusantara nasi
Pengolahan makanan nusantara nasidina febriana
 
Analisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padiAnalisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padidewi inne kumalasari
 
Proposal penggiling padi
Proposal penggiling padiProposal penggiling padi
Proposal penggiling padiyuswadi31
 
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogPengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogrizky hadi
 
smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)
smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)
smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)Zelika Gita Sari
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikumrizky hadi
 
Analisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padiAnalisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padidewi inne kumalasari
 
Pengadaan proposal mesin air
Pengadaan proposal mesin airPengadaan proposal mesin air
Pengadaan proposal mesin airNICO AKBAR
 
Contoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikanContoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikanAhmad Bakri
 
Proposal hand traktor ok
Proposal hand traktor okProposal hand traktor ok
Proposal hand traktor okRaffael Net
 
Contoh proposal turnamen sepak bola
Contoh proposal turnamen sepak bolaContoh proposal turnamen sepak bola
Contoh proposal turnamen sepak bolaom makplus
 
Proposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiri
Proposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiriProposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiri
Proposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiriNie Andini
 
Proposal permohonan bantuan
Proposal permohonan bantuanProposal permohonan bantuan
Proposal permohonan bantuanBe Doel
 
Contoh proposol bantuan dana
Contoh proposol bantuan danaContoh proposol bantuan dana
Contoh proposol bantuan danaDiana Ary
 
Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)
Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)
Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)Muhammad Mustafa
 

En vedette (19)

Pengolahan makanan nusantara nasi
Pengolahan makanan nusantara nasiPengolahan makanan nusantara nasi
Pengolahan makanan nusantara nasi
 
Analisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padiAnalisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padi
 
Proposal penggiling padi
Proposal penggiling padiProposal penggiling padi
Proposal penggiling padi
 
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogPengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
 
smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)
smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)
smart packaging (Label dan simbol dalam pengemasan)
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Tabel nutrisi
Tabel nutrisiTabel nutrisi
Tabel nutrisi
 
Analisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padiAnalisa kelayakan mesin penggiling padi
Analisa kelayakan mesin penggiling padi
 
Pabrik Pengolahan Padi Modern
Pabrik Pengolahan Padi ModernPabrik Pengolahan Padi Modern
Pabrik Pengolahan Padi Modern
 
Pengering Padi
Pengering  PadiPengering  Padi
Pengering Padi
 
Pengadaan proposal mesin air
Pengadaan proposal mesin airPengadaan proposal mesin air
Pengadaan proposal mesin air
 
Contoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikanContoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikan
 
Proposal hand traktor ok
Proposal hand traktor okProposal hand traktor ok
Proposal hand traktor ok
 
Contoh proposal turnamen sepak bola
Contoh proposal turnamen sepak bolaContoh proposal turnamen sepak bola
Contoh proposal turnamen sepak bola
 
Proposal tanaman padi
Proposal tanaman padiProposal tanaman padi
Proposal tanaman padi
 
Proposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiri
Proposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiriProposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiri
Proposal permohonan perlengkapan olahraga karang taruna bhakti mandiri
 
Proposal permohonan bantuan
Proposal permohonan bantuanProposal permohonan bantuan
Proposal permohonan bantuan
 
Contoh proposol bantuan dana
Contoh proposol bantuan danaContoh proposol bantuan dana
Contoh proposol bantuan dana
 
Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)
Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)
Proposal Alat Pertaniaan RIce Milling Uni (RMU)
 

Similaire à BERAS SOSOH LAPORAN

LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxSyndiFatmawati1
 
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...Khoirul Anam
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempeAncela Rebeka
 
padi-Karakteristik mutu beras.pptx
padi-Karakteristik mutu beras.pptxpadi-Karakteristik mutu beras.pptx
padi-Karakteristik mutu beras.pptxdulbambang
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptx
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptxPohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptx
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptxRizkalFadli1
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Asvif Ma'rufah
 
BAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docx
BAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docxBAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docx
BAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docxmuhammadsabir463751
 
MEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptx
MEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptxMEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptx
MEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptxsantisusanti70
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSuryadi Buyrami
 
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakfermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakHILDEGARDIS NAI ULU
 

Similaire à BERAS SOSOH LAPORAN (20)

LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
 
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KELAPA SAWIT TERHADAP...
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Ampas tahu
Ampas tahuAmpas tahu
Ampas tahu
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
 
padi-Karakteristik mutu beras.pptx
padi-Karakteristik mutu beras.pptxpadi-Karakteristik mutu beras.pptx
padi-Karakteristik mutu beras.pptx
 
Pascapanen kedelai 2015-bag i
Pascapanen kedelai 2015-bag iPascapanen kedelai 2015-bag i
Pascapanen kedelai 2015-bag i
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptx
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptxPohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptx
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptx
 
Makalah sorgum
Makalah sorgumMakalah sorgum
Makalah sorgum
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
 
Makalah tphp
Makalah tphpMakalah tphp
Makalah tphp
 
Uwi
UwiUwi
Uwi
 
Padi
PadiPadi
Padi
 
BAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docx
BAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docxBAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docx
BAB IV nabati edit smkn2 pendidikan dan jasmani.docx
 
MEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptx
MEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptxMEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptx
MEDIA AJAR (Menerapkan pengolahan hasil serealia).pptx
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
 
Alvin kir
Alvin kirAlvin kir
Alvin kir
 
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakfermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
 

Dernier

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 

Dernier (20)

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 

BERAS SOSOH LAPORAN

  • 1. BERAS SOSOH LAPORAN Oleh : Zelika Gita Sari (141710101061) Novika Tri Hardini (141710101082) Reni Soraya (141710101085) JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2015
  • 2. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Beras merupakan komoditas pangan pokok yang dikonsumsi oleh 95% penduduk Indonesia selain jagung, sagu dan ubi jalar (Rahmat, 2010). Kekurangan beras dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan politik sehingga kebijakan ketahanan pangan sering direduksi sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan beras.Penye-bab utamanya adalah beras memiliki kualitas yang buruk akibat peralatan penggilingan padi yang digunakan telah tua, 32% di antaranya berumur lebihdari 15 tahun, masih menerapkan system penyosohan satu pass, dan terbatasnya kemampuan petani menangani hasil panen padi yang berproduktivitas tinggi serta lama waktu penyimpanan beras setelah di sosoh atau digiling juga dapat mempengaruhi kualitas beras sehingga dapat menurunkan nilai ekonomi dan harga jual. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbandingan mutu beras, antara lain melalui inovasi penyosohan dan penggilingan padi. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan praktikum ini adalah 1. Mengetahui perbedaan kualitas beras dengan metode penyosohan dan penggilingan. 2. Mengetahui kualitas beras setelah disimpan pada waktu tertentu.
  • 3. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras merupakan butiran yang diambil dari padi atau gabah setelah dihilangkan baguan sekamnya.berdasarkan cara pengolahannya beras dibagi menjadi 2 jenis yaitu beras tumbuk atau beras pecah kulit dan beras giling (Winarno, 1981) . beras pecah kulit (BPK) adalah beras yang berasal dari gabah yang bagian sekamnya saja dibuang. Sedangkan beras giling adalah beras yang diperoleh dari gabah yang seluruhnya atau sebagian kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penggilingan, umumnya berhubungan dengan proses penyosohan (Hubeis, 1984). Struktur butir beras tersusun atas lapisan yang sangat tipis (Pericarp), Tegmen, Aleuron, embrio, dan endosperm. Komposisi kimia butir beras pecah kulit bergantung pada varietas padi dan kondisi lingkungan pada saat pertumbuhan tanaman (Juliano, 1972). Sedangkan perbedaan komposisi kimia pada beras giling dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat penyosohan. Hal ini dikarenakan adanya faktor bahan seperti kekerasan, ukuran, bentuk, dan jumlah lapisan sel aleuron, serta faktor alat penyosoh (rubber roll, stone disc huster, flash type, dan engelberg) . a. Karbohidrat Karbohidrat yang terdapat dalam butir beras sebagian besar berada dalam bentuk pati. 90 % pati berada dalam endosperm berbentuk granula polyhedral yang berukuran 3-10 mikron. Molekul pati tersebut terdiri dari dua komponen yaitu amilosa dan amilopektin (Juliano, 1980). Disamping pati, BPK juga mengandung hemiselulosa, selulosa, dan gula. Juliano (1972) menyatakan bahwa dedak, bekatul, dan embrio mengandung lebih banyak hemiselulosa dibandingkan beras giling. Sama halnya dengan hemiselulosa, kadar gula juga lebih rendah pada beras giling dibandingkan BPK. BPK mengandung 0.83 – 1.39 % gula total dengan gula pereduksi 0.09 – 0.13 %. Sedangkan beras giling hanya mengandung 0.37 – 0.53 % gula total dengan gula
  • 4. pereduksi 0.05 – 0.08 % (Juliano, 1972). Kadar gula total tergantung pada varietas dan derajat sosoh beras giling (Kennedy, 1980). b. Protein Menurut Spadaro et al., (1980), variasi kadar protein BPK berkisar antara 4.5 – 14.3 %. Juliano (1980) menyatakan kadar protein BPK kira-kira 8 % dan beras giling 7 %. Protein merupakan komponen utama kedua setelah pati. Perhitungan kadar protein beras menggunakan faktor konversi Kjeldahl 5.95, didasarkan atas fraksi protein terbesar yaitu glutelin yang mengandung 16.8 % nitrogen. Sesungguhnya variasi kadar protein banyak dipengaruhi faktor- faktor lingkungan seperti radiasi matahari dan suhu. Disamping itu juga dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas pemupukan nitrogen, pengontrolan gulma, dan pengelolaan air. (Gomes, 1979). Daya cerna beras cukup tinggi. Menurut Grist (1975), daya cerna BPK kira-kira 96.5 %, sedangkan beras giling 98%. Tetapi menurut Damardjati (1983) pemasakan menurunkan nilai cerna protein sekitar 8 - 10%. c. Lemak Kira-kira 80 % lemak terdapat dalam dedak dan bekatul, dimana sepertiga dari bagian ini berada dalam embrio. Pada BPK tanpa embrio , kira-kira 70 % lemak berada dalam 8 % lapisan terluar.Kandungan lemak BPK kira-kira 2.9 %, sedangkan beras giling hanya 0.5 %.(Juliano, 1976). Kandungan utama asam lemak yang menyusun lemak BPK adalah asam linoleat (25.1 – 35.2 %), asam oleat (36.0 – 44.1 %),dan asam palmitat (18.4 – 25.8 %). d. Vitamin dan Mineral Komposisi mineral BPK tergantung dari kondisi tanah pada saat pertumbuhan tanaman. Distribusi mineral dalam BPK adalah 51 % pada dedak, 10 % pada embrio, 11 % pada bekatul, dan 28 % pada beras giling. Elemen-elemen utama penyusun mineral BPK adalah fosfor dan kalsium, diikuti silicon dan magnesium (Juliano,1980). Kandungan vitamin BPK lebih besar dibandingkan dengan beras giling. Beras mengandung vitamin C dan D dalam jumlah yang
  • 5. sangat kecil atau tidak sama sekali (Juliano, 1986). Kandungan vitamin B dari beras berprotein tinggi hamper sama dengan beras berprotein rendah. Tetapi beras berprotein tinggi mengandung banyak thiamine dan riboflavin (Resurreccion et al., 1979). 2.2 Penggilingan Padi Menjadi Beras Penggilingan menunjukkan keseluruhan proses pengolahan padi hingga menjadi beras yaitu meliputi proses pembersihan, penggilingan sekam, kulit arid an proses pemisahan beras yang dihasilkan berdasarkan ukurannya (Luh, 1980). Pengolahan padi menjadi beras di Indonesia dapat dibedakan atas tiga cara yaitu secara tradisional yaitu ditumbuk dengan tangan, dengan mesin menggilingan secara kecil-kecilan serta dengan mesin penggilingan pada perusahaan padi komersial (Winarno,1972). Pengupasan kulit gabah bertujuan untuk menghilangkan kulit gabah atau sekam dengan kerusakan pada lapisan dedak yang minimum, serta diupayakan tanpa adanya kepatahan pada beras pecah kulit yang dihasilkan (Araullo et al., 1976). Beras yang telah kehilangan sekam ini masih mengandung lapisan dedak atau pericarp yang menyelimuti endosperm. Bila lapisan dedak dan endosperm telah dihilangkan, maka beras ini disebut beras sosoh (Ali dan Ojha, 1976). Dalam system grading beras yang ditetapkan oleh USDA, beras giling dibagi menjadi empat grade yaitu beras giling sempurna (well milled), beras giling cukup sempurna (reasonably well milled), beras giling ringan (lightly milled), dan beras kurang tergiling (under milled) (Luh, 1980). Beras yang telah digiling sempurna lebih disukai oleh konsumen daripada beras yang kurang tergiling. Padahal beras yang kurang tergiling justru lebih banyak mengandung protein, vitamin, mineral, dan lemak dibandingkan beras yang digiling sempurna. Namun beras yang kurang tergiling mudah menjadi asam terutama bila disimpan lebih dari 2 bulan. 2.3 Penyosohan
  • 6. Beras pecah kulit masih mengandung lapisan dedak dan bekatul, oleh karena itu perlu dibersihkan supaya dihasilkan beras putih. Lapisan dedak dan bekatul tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan mesin penyosohan beras. Pada proses penyosohan terjadi pengupasan kulit yang berwarna perak dan lapisan dedak atau sebagian besar lapisan-lapisan beras pecah kulit yang digiling (Grist, 1973). Derajat sosoh dinyatakan dalam persen dan menyatakan tingkat kehilangan lembaga dan lapisan kulit ari luar maupun dalam dari beras (Barber, 1975). Proses penyosohan merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi sebagian dari lapisan kulit ari beras yang terdiri dari tiga lapisan yang terbungkus endosperm beras yaitu lapisan pericarp, lapisan tegmen atau testa dan lapisan aleuron (Barber, 1975). Tingkat kehilangan kulit ari disebut derajat sosoh. Dengan proses penyosohan ini, beras menjadi lebih putih dan mengkilap. Hal ini karena pati endosperm merupakan bagian terputih dari beras. Umumnya semakin putih beras giling semakin tinggi derajat sosohnya. Mesin penyosoh pada dasarnya terdiri dari batu penyosoh, rem karet, dan saringan. Beras disosoh diantara saringan dan batu penyosoh.Rem karet berguna untuk mencegah perputaran beras terlalu jauh. Kesulitan yang biasa dialami dalam penyosohan adalah penentuan tingkat penyosohan. Dibeberapa Negara, jangka waktu penyosohan sering digunakan sebagai patokan. Akan tetapi cara tersebut ternyata kurang efisien karena beras mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap gaya gesekan. Diperlukan suatu metode yang didasarkan pada kondisi actual yang ada selama proses penyosohan (Barber, 1979). Metode penentuan derajat sosoh dibagi menjadi dua golongan yaitu metode yang didasarkan atas dedak yang terpisahkan atau tertinggal dalam butir beras dan pengukuran terhadap pengaruh penyosohan terhadap lapisan luar pada komposisi kimia atau karakteristik optic dari produk akhir. Pengukuran derajat sosoh dengan pengukuran presentase (berat/berat) dedak yang terpisahkan sering dilakukan di
  • 7. laboratorium penggilingan. Agar hasilnya dapat dibandingkan, jumlah contoh harus mewakili, kondisi penggilingan harus diketahui, sedangkan pengaruh terhadap beras tidak di evaluasi. Metode pengukuran yang didasarkan pada dedak yang tertinggal dalam beras antara lain dapat disebabkan pengamatan secara visual dan pewarnaan biji (Barber, 1979).
  • 8. BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat a) Tempeh b) Magic com c) Baskom d) Piring e) Timbangan f) Kompor g) Mesinpenggiling h) Dandang 3.1.2 Bahan a) Padi b) Air
  • 9. 3.2 Skema Kerja Padi Penggilingan 0,5 kg berassosoh 0,5 kg berastidaksoso h Penyimpanan 0,3 kg selama 2 minggu Pemasakan 0,2 kg Penyimpanan 0,3 kg selama 2 minggu Pemasakan 0,2 kg Pemasakan Pengamatan ( warna,kenampakan, tekstur,aroma, rasa ) Pengamatan (warna,kenampakan, tekstur,aroma,rasa ) Pemasakan 1 kg beras
  • 10. BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERTHITUNGAN 2.1 Data Pengamatan 2.1.1 BerasDenganPenyosohan PENGAMATA N SEBELUM DIMASAK SETELAH DIMASAK 0 Hari 14 hari 0 Hari 14 hari Kenampakan Putih Putih Putih Putih Tekstur TidakPunel TidakPunel Punel Punel Rasa - - Enak Enak Aroma (bauapek) Tidakapek Tidakapek Tidakapek Tidakapek Gambar/foto 2.1.2 BerasTanpaPenyosohan PENGAMATA N SEBELUM DIMASAK SETELAH DIMASAK 0 Hari 14 hari 0 Hari 14 hari Kenampakan Putihkecoklata n Putihkecoklata n Coklat Coklat Tekstur Tidakpunel Tidakpunel Kurangpunel Kurangpune l Rasa - - Enak Kurangenak Aroma (bauapek) Apek Apek Tidakapek apek
  • 12. BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan Perlakuan pertama yang harus dilakukan dalam praktikum penyosohan beras adalah menyiapkan padi kemudian padi digiling agar menjadi butiran padi dan siap diproses pada tahap selanjutnya. Setelah itu diambil 1kg beras, dan dipisah masing-masing 0,5 kg untuk dilakukan dua perlakuan yang berbeda yaitu dengan disosoh dan tanpa disosoh. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas dari beras melalui proses penyosohan dengan beras tanpa proses penyosohan. Setelah itu beras masing-masing sampel di ambil 0,2 kg untuk dilakukan proses pemasakan fungsinya untuk mengetahui kualitas rasa dari kedua sampel beras. Sisanya yaitu 0,3kg disimpan dengan waktu yang telah ditentukan lama waktunya yaitu 14 hari, tujuan dari penyimpanan adalah untuk mengetahui kualitas dari beras setelah disimpan dan dibandingkan dengan beras dengan daya simpan 0 hari. Setelahitu 0,3 kg beras yang sudah selesai disimpan selama 14 hari tersebut kemudian di masak,hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas rasa dari beras. Setelah proses pemasakan sampel beras kemudian diamati warna,kenampakan,tekstur,aroma dan rasa hal tersebut bertujuan untuk membandingkan kualitas beras yang disimpan 14 haridan 0 hari dengan metode penyosohan dan tanpa penyosohan. 5.2 Analisa Data Beras adalah bagian bulirpadi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimerkarbohidrat: a) amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang b) amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket
  • 13. Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Pengolahan beras siap konsumsi biasanya dilakukan dengan tahap penggilingan beras dan penyosohan. Penggilingan dilakukan untuk memisahkan kulit dengan bulirnya. Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Dari kedua perlakuan praktikum yang telah dilakukan yaitu penyosohan dan penyimpanan beras tersebut dapat diperoleh hasil Beras yang disosoh akan berwrna lebih putih karena kandungan amilum pada beras berkurang. Dengan berkurangnya kandungan amilosa dan amilopektin tersebut maka setelah pemasakan beras yang disosoh kurang punel, tetapi data yang diperoleh beras yang disosoh lebih punel daripada beras yang tanpa penyosohan ,hal ini diakibatkan pengamatan secara manual yang menyeabkan perbedaan pendapat masing-masing panelis. Kepunelan beras tersebut karena amilosa dan amilopektin yang terkandung dalam beras mengalami geletiniasi karena air pada saat pemasakan masuk ke sel beras sehingga beras menjadi lengket/ punel. Faktor lain dari kepunelan beras yaitu banyak sedikitnya air saat pemasakan . Beras yang disimpan selama 2 minggu bewarna lebih coklat dan berbau lebih apek terutama beras yang tanpa disosoh karena kandungan amilum yang masih terkandung di dalamnya mengalami kerusaakan. Data pengamatan dari segi warna ini sesuai dengan pernyataan Ruiten (1981); Thahir (2002); Juliano (2003) yang menyatakan bahwa penyosohan beras adalah proses menghilangkan sebagian atau keseluruhan lapisan yang me-nutupi kariopsis, terutama
  • 14. aleuron dengan tidak mengakibatkan keretakan pada butir beras, menghasilkan beras giling berwarna putih, bersih, dan cemerlang. Dari segi rasa dan aroma , amilum sangat menentukan rasa beras setelah dimasak. Kandungan amilum pada beras jika dimakan akan terasa manis karena amilum diubah oleh enzim amilase yang terdapat pada mulut menjadi glukosa sehingga jika beras dikunyah dimulut akan terasa manis. Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasa manisnya paling menonjol karena termasuk beras baru. Pada beras baru kandungan amilumnya masih banyak dan masih bagus. Apalagi dengan perlakuan tanpa penyosohan yang mengakibatkan kandungan amilum masih terkandung di dalamnya. Hal tersebut akan menimbulkan rasa manis ketika dikunyah. Sedangkan untuk aromanya sebelum dimasak berbau apek dan setelah dimasak tidak berbau apek. Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-14 rasa manisnya agak berkurang. Hal tersebut dikarenakan kandungan amilum didalamnya sedikit mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan fisiologi pada beras. Karena kandungan amilumnya yang mengalami kerusakan, maka rasanya tidak terlalu manis. Sedangkan aroma beras sebelum dimasak adalah apek dan setalah dimasak sangat apek. Hal tersebut dikarenakan amilum didalamnya mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan aroma. Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari ke-0 rasanya kurang enak dikarenakan kandungan amilum didalamnya sudah hilang karena penyosohan tersebut. Untuk aromanya, sebelum dimasak dan setelah dimasak tidak apek. Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari ke-14 rasanya enak. Hal tersebut terjadi penyimpangan data karena seharusnya,kandungan padanasi selain tidak adanya amilum di dalamnya juga terjadi perubahan secara fisiologi maupun kndungannya yng mengalami kerusakan yang dikarenakan proses penyosohan terebut. Dari segi aroma, sebelum dimasak tidak berbau dan setelah dimasak tidak berbau apek. Berbeda dengan beras tanpa penyosohan yang berbau sangat apek seteleh disimpan selama 2 minggu, pada perlakuan ini bau apek kurang tercium karena komponen yang menyebabkan bau apek telah hilang akibat penyosohan.
  • 15. Dari semua perlakuan, beras yang disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasanya paling enak dan beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke 14 rasanya kurang enak. Data ini menunjukkan bahwa beras yang disosoh lebih baik dari segi warna, aroma,rasa dan kenampakkannya. Berdasarkan hasil praktikum, data tersebut sesuai dengan pernyataanMohapatra, Bal (2007) yang menyatakan bahwaberas pecah kulit atau tanpa penyosohan yang kaya nutrisi kurang disukai karena penampilannya kurang menarik, teksturkasar, dan susah dikunyah. Penyosohan akan memperbaiki penampilan beras lebih menarik secara visualmutu tanak aroma, dan rasanyalebih disukai.
  • 16. BAB 6. PENUTUP 6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Kenampakan beras yang di lakukan penyosohan dengan mesin dengan yang tidak melalui tahap penyosohan sangat berbeda, beras yang disosoh memiliki kenampakan lebih putih daripada beras yang tidak disosoh. 2. Tekstur beras sosoh dan beras tanpa penyosohan yang belum dimasak tidakpunel, sedangkan kedua sampel beras yang sudah dimasak memiliki tekstur yang punel. 3. Kandungan amilum mempengaruhi rasa, aroma dan tekstur beras. 4. Penyimpanandapatmempengaruhikondisiamilumpadaberas. 5. Proses penyosohan dapat mengurangi amilum beras sehingga menurunkan kualitas beras. 6. Selain kondisi amilum, banyak sedikitnya air saat pemasakan dapat mempengaruhi kepunelan beras. 7. Dari segi rasa, beras yang disosoh terasa lebih enak karena sudah tidak adanya kotoran. 8. Penyosohan juga mempengaruhi aroma beras, beras yang tanpa disosoh berbau apek dan yang disosoh berbau agak apek. 6.2 Saran Saran setelah praktikum dilakukan adalah : Bahwa begitu pentingnya pengaruh kandungan amilum padakualitas beras, maka tugas kita sebagai mahasiswa FTP diharapkan untuk bias memodifikasi kandungan gizi pada beras guna menghasilkan bers yang lebih baik.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Ali, N dan Ojha, T.P. 1976. Parboiling technology of paddy.In: Araullo, E.V, de Padua, D.B dan Graham, M (ed). Rice Post Harvest Technology. Ottawa : IDRC.. Hal 163-204. Araullo, E.V. D.B. Papua and Graham. 1976. Rice Postharvest Technology. fM. Ottawa. Canada Damardjati, D.S. 1983. Karakteristik Sifat Standardisasi Mutu Beras sebagai Landasan Pengembangan Agribisnis dan Agro-industri Padi di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Barber, De. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB. Gomez, K. A. & A. A. Gomez. 1979. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.. pp: 615-618. Grist D.H., 1973. Rice. Formerly Agricultural Economist. Colonial Agricultural. Grist, D.H. 1975. Rice. 5th ed. London: Longmans. Hubeis, M., 1984. Pengantar Pengolahan Tepung Serelia dan Biji-Bijian. .Bogor : IPB. Juliano, B.O. 1972. The Rest Caryopsis in J. M. Cordylas. 1990. Processing and Preservation of Tropical and Subtropical Foods. Hong-kong : ELBS. Juliano, B.O. 1976. Rice biology. In: Araullo, E.V, de Padua, D.B dan Graham, M (ed). Rice Post Harvest Technology. Ottawa : IDRC.. Hal. 13-18.
  • 18. Juliano 1980 dalam Indrasari, S.D. 2006. Kandungan mineral padi varietas unggul dan kaitannya dengan kesehatan. Jurnal Iptek Tanaman Pangan 1 : 88-90. Kennedy BM (1980).Nutritional quality of rice endosperm. Dalam: Rice Production and Utilization.Luh BS(ed). USA : AVI Publishing Company Inc Westport Connecticut.p439-468. Luh, B. S. 1980. Rice Production and Utilization. The AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Resurreccion, A.B. & Banzon, J.A. 1979. Fatty acid composition of the oil from progressively maturing bunches of coconuts. Philipp. J.Coconut Study., IV (3): 1-5. Winarno, F.G dan W.M. Aman, 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta : Sastra Hudaya.