1. BAB 2
LANDASAN TEORITIS
A. Landasan Teoritis Medis
2.1 Defenisi
Defenisi gastritis menurut para ahli,
Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding lambung merah, bengkak,
berdarah, dan berparut ( Arief Mansjoer,1999 ).
Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri ( Charlene J,2001 ).
Menurut Hirlan (2007) secara sederhana, gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung yang bersifat akut dan kronik.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan lokalatau
menyeluruh pada mukosa lambungyang berkembang bila mekanisme proteksi mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Gastritis dibedakan oleh dua jenis yaitu :
a. Gastritis akut
b. Gastritis kronik
2.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
2. 1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari bagian dalam dan bagian
luar. Bagian dalam meliputi rongga mulut, palatum dan mandibularis. Sedangkan bagian
luar yaitu gusi, bibir, gigi dan pipi.
2. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, juga
merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan yang letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung.
3. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ±
25 cm.
4. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah
gaster, yang berfungsi untuk mencerna makanan yang dikonsumsi.
5. Usus halus adalah saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan arbsopsi hasil
pencernaan.
6. Usus besar memiliki panjang ± 1,5m dengan lebar 5 - 6 cm yang berfungsi menyerap air
dari makanan.
7. Rektum merupakan penghubung intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga
pelvis didepan os sakrum dan os koksigis.
Seluruh saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membaran mukosa), dari bibir sampai
ujung akhir esofagus ditambah lapisan – lapisan epitalium.
Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat – zat sederhana
yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan
terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan
pencernaan.Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus.Menyaring dan bekerja atas satu
jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya.
Ptialin (Amilase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung sedangkan pepsin
hanya atas protein satu jenis cairan pencernaan misalnya cairan pankreas, dapat mengandung
beberapa enzim dan setiap enzim bekerja atas satu jenis makanan.
Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan gugusan kimia terhadap zat lain
tanpa enzim itu sendiri mengalami perubahan. Untuk dapat bekerja secara baik, berbagai
enzim tergantung adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar alkali yang tepat. (
Evelyn C, 2009 ).
b. Fisiologi
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makan merangsang isi
lambung karena syaraf bekerja menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan
dinding lambung melepas hormon yang disebut sekresi getah lambung.Getah lambung
dihalangi oleh syaraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan seperti marah dan
rasa takut.
3. Lambung berfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan
oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
Getah cerna lambung yang dihasilkan oleh oleh lambung, yaitu :
1. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
2. Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan
desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsin.
3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
karsinogen (karsinogen dan protein susu).
4. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung. ( Syaifuddin,2006 )
2.3 Etiologi
a. Gastritis akut
1. Obat analgesik – anti inflamsi terutama aspirin
2. Bahan kimia seperti Lysol
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stress fisis (combustin, sepsis, trauma, gagal ginjal)
6. Refluks usus – lambung
7. Bakteri
8. Makanan berbumbu
9. Terlambat makan
b. Gastritis kronik
Belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum
alkohol berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis kronik) dapat terjadi juga pada
klien dengan anemiaperniosa, patogenesis berkaitan dengan mekanisme imunologik. Gastritis
kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan kanker. (Mansjoer Arief, 2007)
4. 2.4 Patofisiologi
H.Pylori
Stress Obat analgesik, bahan kimia, H.Pylori
merokok, alkohol
rangsangan saraf simpatis peningkatan sekresi mukus menyerang sel permukaan
nervus vagus gaster vasodilatasi mukosa gaster respon kronis pada gaster
peningkatan HCl lambung elastisitas lambung menurun
mual, muntah, anorexia kaku pada lambung
resiko tinggi kekurangan nyeri
volume cairan ansietas
nyeri sel mukosa lapisan lambung (hilang)
perubahan kesehatan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa
ketidaktahuan dalam pengobatan/penyakit perdarahan
kurang pengetahuan hipovolemia
resti kerusakan perfusi jaringan
5. 2.5 Manifestasi Klinis
a. Perasaan penuh pada abdomen
b. Anorexia, nausea
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptic
e. Keluhan – keluhan anemia
f. Hematemesis dan melena pada gastritis kronis
2.6 Komplikasi
a. Gastritis akut
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena
2. Ulkus pepticum
3. Syock hemoragik
b. Gastritis kronik
1. Perforasi
2. Gangguan penyerapan vitamin B12
3. Anemia
4. Ulkus pepticum
5. Kanker lambung
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium hematologi dan biokimia terdapat peningkatan hitung jenis leukosit LED
pada serangan berat
b) Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi adanya komplikasi
6. c) Analis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit walaupun tanpa perdarahan rectum,
dan adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi dan infeksi
d) Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon dan gambaran perforasi pada kasus
colitis yang fulminen
2.8 Penatalaksanaan Medis
a) Gastritis akut
1. Instruksikan klien untuk menghindari alkohol
2. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan
3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral
4. Bila peradarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragik saluran
gastrointestinal
5. Untuk menetralisir asam digunakan jus lemon encer atau cuka encer
6. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat perforasi
7. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus
b) Gastritis kronik
1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makanan lunak diberikan sedikit tapi
lebih sering
2. Mengurangi stress
3. H. Pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin ¼, amoxilin) dan gram bismuth
(peptobismol)
7. B. Landasan Teoritis Keperawatan Keluarga
2.1 Defenisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan keluarga, masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, sehat
sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sasarannya.
Menurut Depkes RI (1998), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling bergantung.
Baylon dan Maglaya (1989), Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Sri Setyowati, 2008 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan dan adopsi. Mereka berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai
peran masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Arita
Muwarni,Skep.Ns, 2008).
8. Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinanatau
adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memerhatikan
satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran
sosial yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan mencipyakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial para anggotanya
2.2 Ciri – ciri Keluarga Indonesia
Adapun ciri – ciri keluarga Indonesia yaitu :
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambilan keputusan
f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
9. 2.3 Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti ( Nuclear Family )
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi,dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composive)
Adalah keluarga yang berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended Family) karena
masyarakat Indonesiayang terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat
istiadat yang sangat kuat.
2.4 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
10. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dan ayah dari anak – anak, berperan sebagi pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spritual (Arita Muwarni,Skep.Ns).
2.5 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
A. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4. Memelihara dan merawat anggota keluarganya
11. B. Fungsi Psikologis
1. Memberi kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3. Membina kedewasaan, kepribadian anggota keluarga
4. Memberikan identitas keluarga
C. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak
2. Memebentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
3. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
4. Memberikan identitas keluarga
D. Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang misalnya pendidikan anak – anak, jaminan hari tua, dsb.
E. Fungsi Pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk membagikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya
12. 2.6 Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan ( Ruth B.Freeman,2005 )
Adapun alasan keluarga sebagai unit pelayanan yaitu :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat.
b. Keluarga sebagai unit kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah – masalah kesehatan dalam kelompoknya
c. Masalah – masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya
kesehatan masyarakat.
2.7 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman membagi 5 tugas yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
13. c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak
dapat membantunya karena cacat dan karena usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan lembaga –
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan
yang ada. (H.Zardin Ali,2010)
C. Landasan Teoritis Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan adalah metode rasional, sistematis dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan dalam proses keperawatan ini ada 5 tahap, yaitu :
2.1 Pengkajian Keluarga
Pengkajian adalah pengumpulan, validasi dan organisasi data tentang kesehatan klien yaitu
data fisik, emosional, perkembangan, sosial intelektual dan spritual klienyang diperoleh dari
sumber – sumber yang berbeda yang merupakan dasar untuk kegiatan dan keputusan yang
diambil untuk tahap berikutnya.
Pengumpulan data dasar untuk perawat kesehatan keluarga yaitu :
Struktur dan sifat keluarga, data anggota keluarga yang hidup dan yang mati, genogram, data
kesehatan keluarga, kebutuhan hidup sehari – hari, faktor sosial budaya, ekonomi, faktor
lingkungan fisiologis, derajat kesehatan masalah kesehatan spesifik.
Untuk mengukur keadaan pasien/keluarga maka digunakan norma – norma kesehatan
pribadi maupun sosial dan kesanggupannya mengatasi masalah. Dibawah ini akan disebutkan
sifat – sifat keluarga dinamika atau tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa
14. perkembangan keluarga yang merupakan tahap penjajakan kedua pada tipologi masalah
keperawatan dalm keluarga yaitu :
a. Ketidaksanggupan mengenal masalah disebabkan oleh :
1. Ketidaktahuan tentang fakta
2. Sifat dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
disebabkan karena :
1. Tidak mengerti mengenai sifat, beratnya dan luasnya masalah
2. Masalah tidak begitu menonjol
3. Kurang pengetahuan mengenai berbagai jalan keluar yang dapat digunakan
4. Rasa takut akibat tindakan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, fisik dan
psikologis
c. Ketidakmampuan merawat/menolong anggota keluarga yang sakit karena :
1. Tidak mengetahui keadaan penyakit ( sifat, penyebaran, kompliksai, progonosis
dan perawatan, pertumbuhan dan perkembangan anak )
2. Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan prosedur
perawatan/pengobatan
d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang bila mempengaruhi kesehatan
dan pengembangan pribadi anggota keluarga karena :
1. Sumber – sumber keluarga tidak seimbang/tidak cukup :
- Keuangan
- Tanggung jawab/wewenang anggota keluarga
- Fisik (isi rumah yang tidak teratur)
15. 2. Kurang dapat meliputi keuangan / manfaat memelihara lingkungan dimasa yang
akan datang
3. Ketidaktahuan tentang pentingnya hygienisanitasi
4. Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk memelihara kesehatan
karena :
a. Ketidaktahuan atau sadar bahwa fasilitas kesehatan tersedia
b. Tidak memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses yang menghasilkan pernyataan diagnostik
keperawatan atau gangguan status kesehatan klien baik aktual maupun potensial.
Penetapan diagnosa keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor
potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatannya, formula perumusan diagnosa keperawatan keluarga adalah problem, etiologi dan
sistem (PES) :
a. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang dialami oleh keluarga atau keluarga (individu)
b. Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
16. c. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung yang mendukung masalah
dan penyebab.
Adapun diagnosa keperawatan yang timbul dari penyakit gastritis sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi
yang in adekuat
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebih karena muntah
4. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit
5. Ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan
dengan menggunakan cara sebagai berikut :
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga Scoring Baylon ( Baylon&
Maglaya)
NO Kriteria Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala :
- Ancaman kesehatan 2
- Tidak / kurang sehat 3
- Krisis 1
2. Kemungkinan masalah untuk dapat diubah. 2
17. Skala :
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dapat dicegah 1
Skala :
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala :
- Masalah berat segera ditangani 2
- Masalah tidak perlu segera ditangani 1
- Masalah tidak perlu dirasakan 0
Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dilakukan bobot
Skor bobot
Angka tertinggi
3. Jumlah skor untuk semua kriteria dengan skor tertinggi adalah 5 (lima) sama dengan
seluruh bobot
18. 2.3 perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan langkah berikutnya adalah perumusan
rencana Asuhan Keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah/diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.
Syarat rencana Asuhan Keperawatan :
a. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan masalah yang telah disusun dfengan
jelas dan benar
b. Rencana tersebut harus realistis dan dapat dilaksanakan ( ada sarana metodologi dan
sumber daya manusia )
c. Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijakan pemerintah dan institusi
layanan kesehatan tersebut
d. Rencana asuhan keperawatan harus dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga
sebagai objek dan subjek pelayanan
e. Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain agar dapat
berkesinambungan dengan mudah dievaluasi
f. Rencana asuhan keperawatan dengan mudah difokuskan pada tindakan yang dapat
dicegah / meringankan masalah yang dihadapi
g. Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan pada proses sistematis
h. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang dan masa lalu
i. Rencana asuhan keperawatan terkait masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi sebelumnya
j. Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan
19. k. Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus –
menerus
Adapun intervensi yang dilakukan adalah :
1. Diagnosa 1 : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
Tujuan :Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala
nyeri menunjukkan angka 0.
I/ :Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri
R/ : Dapat membantu melokalisasi nyeri
I/ : Observasi TTV
R/ : Mengontrol keadaan pasien
I/ : Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
R/ : Untuk meningkatkan relaksasi
I/ :Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam
R/ : Meminimalisasi nyeri
I/ :Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi
nyeri.
R/ : Membantu mempercepat pengobatan
2. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang adekuat
Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan
muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
20. I/ : Kaji intake makanan
R/ : Pemasukan dan pengeluaran harus seimbang
I/ : Timbang BB secara teratur
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
I/ : Berikan perawatan oral secara teratur
R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan
I/ : Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
R/ : Makanan mempunyai efek penetralisir asam
I/ : Berikan makanan dalam keadaan hangat
R/ : Mengurangi distress saluran cerna
I/ : Auskultasi bising usus
R/ : Mengontrol bising usus
I/ : Kaji makanan yang disukai
R/ : Meningkatkan nafsu makan
3. Diagnosa 3 : resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup
dan kehilangan cairan berlebih karena muntah.
Tujuan :Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,
pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.
I/ : Kaji tanda dan gejala dehidrasi
21. R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebiahan
I/ : Observasi TTV
R/ : Mengontrol keadaan pasien
I/ : Ukur intake dan out
R/ : Menghitung balance cairan
I/ : Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml
R/ : Memenuhi cairan
I/ : Observasi kulit dan membran mukosa
R/ : Mengetahui cairan yang hilang
I/ : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
R/ : Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan
4. Diagnosa 4 : kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit
Tujuan :Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
perawatan, pencegahan dan pengobatan.
I/ : Kaji tingkat pengetahuan klien
R/ : Mengetahui tingkat pengetahuan klien
I/ : Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit
R/ : Membantu pengobatan klien
I/ : Beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya
R/ : Menambah wawasan keluarga maupun klien tentang pengobatan
I/ : Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien
R/ : Mempercepat pemulihan
22. 5. Diagnosa 5 : ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan
Tujuan : Rileks dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
Kriteria Hasil : Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif
I/ : awasi respon fisiologis, misalnya : takipnea, pusing, sakit kepala
R/ : indikasi derajat takut yang dialami pasien
I/ : berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan
R/ : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas
I/ : berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat
R/ : memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan relaksasi
I/ : tunjukkan teknik relaksasi, misalnya : nafas dalam
R/ : belajar untuk rileks dalam membantu menurunkan takut dan ansietas
I/ : dorong dan dukung pasien dalam evaluasi pola hidup
R/ : perubahan mungkin perlu untuk menghindari berulangnya kondisi ulkus
2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam kegiatan
selama tahap pelaksanaan, perawat merumuskan, mengumpulkan datadan validasi rencana
asuhan keperawatan.
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon klien terhadap intervensi keperawatan dan
selanjutnya membandingkan respon dengan standart yang telah ditentukan sebelumnya.Kegiatan
evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkan respon
23. keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan pencapaian tujuan
keperawatan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional
S : hal – hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya keluarga mengatakan nyerinya berkurang
O : hal – hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif, setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan
A : analisa dari yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis
P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
Hasil evaluasi yang didapat pada teoritis adalah :
- Nyeri berkurang
- Nutrisi yang adekuat
- Keseimbangan haluaran dan masukan cairan
- Kurang pengetahuan sudah teratasi
- Ansietas menurun