Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh modifikasi media dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di tingkat SMP.
2. Masalah yang diangkat adalah apakah penggunaan media dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, serta bagaimana memodifikasi alat bantu peluru dan pelampung menggunakan limbah.
3. Tujuan penulisan dok
1. Pengaruh Modifikasi Media Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Di Tingkat SLTP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang
studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru belum memberdayakan
seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi
maupun dalam menggunakan media pembelajaran melainkan hanya menggunakan
talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara materi-materi dalam Pendidikan
Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yang dalam arti
teori melainkan praktek di lapangan. Dalam praktek di lapangan sering sekali didapati
pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien. Dalam pengajaran materi,
kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat bantu. Padahal jika dikaji lebih
mendalam, dengan menggunakan alat bantu informasi/pesan yang akan disampaikan
akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran
lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu
tersebut dan kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media
pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas
dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga hanya bermodalkan talk
and chalk.
Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi Penjas yang efeknya
dapat mengkondisikan siswa dalam situasi Duduk Diam Catat Hafal (DDCH). Hal ini
tentu bertentangan dengan tujuan pengajaran Penjas yang sangat kompleks yang
seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan
sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping itu, hal ini tentu bertentangan
dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak–anaknya
2. tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah–masalah sehari-hari yang
kontekstual.
Hal ini sesuai dengan tuntutan dari UU RI No: 20/tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2a: “ Pendidikan dan tenaga kependidikan
berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis”.
Alat bantu ini sangat penting peranannya demi kelancaran proses belajar
mengajar. Dari hasil pengalaman Penulis selama kurang lebih lima (5) bulan dalam
Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPL-T) di SMP Negeri 8 Binjai, Sumatera
Utara, masih mendapati kendala dalam pembelajaran materi–materi dikarenakan tidak
adanya alat bantu, seperti alat bantu untuk materi tolak peluru dan renang dasar yang
standar sehingga seringkali didapati masalah dalam pengajaran materi ini. Tambahan
juga dari pengalaman penulis ketika berenang di kolam renang Sejahtera Club Chain
(SCC) Unimed, sering mendapati suatu proses pembelajaran renang yang menurut
penulis kurang efektif dan efisien (gambar terlampir dalam Lampiran). Guru dalam
mengajarkan teknik dasar renang masih secara personal, sementara jumlah siswa
lebih dari 30 orang. Secara logika tidak akan mungkin guru tersebut dapat melayani
siswanya satu per satu. Di samping itu juga, dengan luas kolam yang tidak terlalu luas
dan pengunjung yang banyak sungguh tidak memungkinkan si guru dapat mengajari
murid–muridnya dengan efektif. Dampak dari hal ini adalah banyak siswa yang tidak
berenang, duduk manis dan tinggal mengisi absen, dan yang lebih mengherankan,
siswa justru lebih suka dengan hal yang demikian. Namun dalam hal ini, menurut
Penulis perlu adanya suatu pemikiran yang inovatif dan kreatif dari guru Penjas. Alat
bantu tidak harus standar, tetapi dapat dimodifikasi atau direkayasa sedemikian rupa
yang menyerupai aslinya. Karena tujuan dari pembelajarannya adalah sekedar tahu
3. apa itu tolak peluru, apa itu renang dasar dan dapat melakukan teknik–teknik dasar
dengan benar.
Tidak adanya suatu usaha dalam pengadaan alat bantu ini dipercaya akan
berdampak buruk bagi siswa, karena gurunya tidak akan mengajarkan materi ini.
Secara otomatis siswa tidak akan pernah tahu apa itu tolak peluru dan cara
melakukannya. Gejala yang terjadi di lapangan adalah pada saat pengajaran materi
ini, siswa hanya dapat membayangkan saja, tahu secara tertulis namun tidak pernah
merasakannya secara nyata. Sementara jika dilihat dalam silabus materi ini jelas–jelas
dimasukkan menjadi salah satu materi yang harus diterima siswa baik dalam bentuk
teori maupun dalam praktek.
Jadi, hal ini sangat perlu dikaji dan benar–benar diperhatikan karena sangat
besar manfaatnya baik bagi kelancaran proses KBM, maupun pengembangan
pengetahuan siswa mengenai materi-materi dalam Pendidikan Jasmani secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, penulis yang juga seorang mahasiswa jurusan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unimed
tertarik dan berniat untuk berkreasi dalam melancarkan proses pembelajaran
pendidikan jasmani yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan barang–barang
bekas/limbah masyarakat. Sebagai gagasan, untuk membatu proses pembelajaran
materi tolak peluru dapat diusahakan dengan modifikasi peluru menggunakan bola
plastik bekas, semen, pasir kasar, air, yang diatur sedemikian rupa. Untuk
pembelajaran renang dapat diusahakan dengan modifikasi pelampung menggunakan
botol akua bekas yang ukurannya disesuaikan dan didesain sedemikian rupa.
4. B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjadi
masalah dalam hal ini adalah :
1. Apakah penggunaan media (alat bantu) dapat membantu kelancaran proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah yang lebih efektif dan efisien?
2. Bagaimana caranya memodifikasi alat bantu peluru dan pelampung dengan
memanfaatkan limbah masyarakat?
5. C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk membuka wawasan bagi
para guru Pendidikan Jasmani untuk lebih kratif dan inovatif dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya.
2. Manfaat
6. Dengan dibuatnya karya tulis ini diharapkan para guru pendidikan jasmani
termotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain media/alat bantu
pembelajaran materi yang efektif dan efisien.
BAB II
A. Hakekat Media
Dr. Soepartono dalam bukunya, “Media Pembelajaran” (2000: 3) menyatakan
bahwa media adalah kata jamak dari medium, berasal dari bahasa Latin yang berarti
perantara atau pengantar. Pengertian secara harfiah ini selanjutnya menurunkan
7. berbagai definisi media seirama dengan perkembangan teknologi dalam pendidikan
seperti yang dikatakan dosen Program D2 PGSD Pendidikan Jasmani (1991),
Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan
media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk memproses penyaluran
informasi. Sedang National Education Association (NEA) mendefinisikan bahwa
media adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta perantinya untuk kegiatan tersebut. Media sering juga disebut
sebagai perangkat lunak yang bukan saja memuat pesan atau bahan ajar untuk
disalurkan melalui alat tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6).
Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan,
alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung
secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar
dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang
digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan
lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
B. Pengertian Pembelajaran
8. Pembelajaran adalah berasal dari kata belajar. Sebelum kita mengartikan apa
itu pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti belajar. Drs.
Husdarta dan Drs. Yudha M. Saputra, M. Ed menyatakan dalam bukunya “Belajar
dan Pembelajaran” (2000: 2) bahwa belajar itu dimaknai sebagai proses perubahan
tingkahlaku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Tingkahlaku itu menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Tingkahlaku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati dan yang
tidak. Tingkahlaku yang dapat diamati disebut dengan behavioral performance,
sedangkan yang tidak dapat diamati disebut behavioral tendency.
Muhibbin Syah, M. Ed dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru” (1995: 89) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Beberapa pendapat dari para pakar tentang belajar yang dikutip
dari buku “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” (1995: 90) karangan
Muhibbin Syah, M. Ed adalah sebagai berikut :
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology :The Teaching-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkahlaku yang berlangsung secara progesif.
Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . . . a
process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F.
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila ia diberi penguatan (reinforcer).
9. Skinner, seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar
berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa
timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan)
dengan respons. Namun, patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini
dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak
sedikit pakar yang menentangnya.
Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua
macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi : . . . . acquisition of any relatively
permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Rumusan keduanya Process of acquiring responses as a result of
special practice, belajar adalah proses memperoleh respons–respons sebagai akibat
adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the
organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar
apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belajar itu menambahkan
bahwa pengalaman pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat
memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu
pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
organisme yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami
10. gagasan everyday learning (belajar sehari–hari) yang dipopulerkan oleh Prof. John B.
Biggs.
Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar
sebagai : any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire
that occurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkahlaku suatu organisme sebagai
hasil pengalaman.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkahlaku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa
perubahan tingkahlaku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk,
lelah dan jenuh, tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian
dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media.
Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan
tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh
Rohani (1997 : 16) yaitu :
a) Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film
strip, atau overhead proyektor.
b) Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang
tidak bersuara.
11. c) Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
d) Televisi
e) Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
f) Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah
sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media
Visual dan media Audio Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan
daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan
ruang dan tempat dan media pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media
sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua
dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.
C. Peranan Media dan Manfaatnya Dalam Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa dalam komunikasi ini sering terjadi penyimpangan–
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Penyebab
penyimpangan dalam komunikasi pembelajaran antara lain adanya kecenderungan
verbalisme dalam proses pembelajaran, ketidak siapan siswa, kurangnya minat,
kegairahan siswa dan lain–lain.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas ialah penggunaan media
dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena fungsi media dalam proses
pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain–lain) dan untuk
12. meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Juga dalam hal–hal tertentu
media mempunyai nilai–nilai praktis yang sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun
guru.
Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan
dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada
materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru
untuk belajar. Dengan media guru juga dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar
dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja tanpa tergantung kepada keberadaan seorang guru.
Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar
proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal.
Lebih khusus manfaat media diidentifikasikan oleh Kemp dan Dayton (1985) sebagai
berikut :
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Berkaitan dengan penyeragaman materi, guru mungkin mempunyai penafsiran yang
beranekaragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini
dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang
13. melihat atau mendengar uraian melalui media yang sama akan menerima informasi
persis sama dengan yang diterima oleh teman–temannya.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat
menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual)
sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses atau suatu
prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lengkap dan jelas.
Keingintahuan dapat bangkit melalui media. Untuk menghidupkan suasana kelas,
media merangsang siswa bereaksi terhadap penjelasan guru, membuat siswa ikut
tertawa atau ikut sedih. Media memungkinkan siswa menyentuh objek kajian
pelajaran, membantu siswa mengkongkritkan sesuatu yang abstrak dan membantu
guru menghindarkan suasana monoton.
Media memungkinkan proses pembelajaran lebih interaktif karena adanya
interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Tanpa media guru akan
cenderung berbicara satu arah, namun dengan media guru dapat mengatur kelas
sehingga siswa ikut pula menjadi aktif.
Dengan menggunakan media, waktu lebih efisien. Seringkali seorang guru
terpaksa menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk menjelaskan suatu konsep
atau teori baru karena tidak menggunakan media, misalnya menerangkan teknik
tangan renang gaya bebas pasti memerlukan banyak waktu jika guru hanya
menggunakan metode ceramah tanpa alat bantu lain. Pada hal jika memanfaatkan
media dengan baik, waktu yang dihabiskan pasti tidak sebanyak itu.
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah
memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan lebih baik
lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami
14. melalui media. Di samping itu, media dapat memperkuat kecintaan dan apresiasi
siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses mencari ilmu itu sendiri.
Dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran peranan guru lebih positif
karena; (1) guru tidak banyak mengulang–ulang penjelasannya, (2) dengan
mengurangi waktu untuk menjelaskan maka guru dapat memberikan perhatiaanya
kepada aspek–aspek pembelajaran yang lain dan (3) peran guru meningkat bukan
hanya sebagai pengajar, tetapi berperan juga sebagai penasehat, konsultan dan
manager.
Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah
suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang
gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan
– pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan
media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa,
terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu
sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi
dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi
pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh
siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang
disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata –
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya)
15. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan
peredaran darah.
Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan
belajar.
Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
Membangkitkan motivasi belajar
Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Prinsip – prinsip memilih media pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah
guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan
pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
16. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran,
yaitu :
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang
bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus
lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa
TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat
pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut
perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau
pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara
penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media
pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk
menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran
mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
1. Apakah proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan media atau alat bantu?
17. Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan
Jasmani di SLTP diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untuk mengajari jumlah
siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media atau alat bantu, sangat kecil
kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apa yang diajarkan guru. Dari
kenyataan yang diamati Penulis terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani tanpa
menggunakan media, kebanyakan siswanya komplain dan sebagai dampaknya adalah
siswa lebing senang bermain–main dan bahkan sama sekali tidak ikut dalam proses
pembelajaran.
Dr. Soepartono dalam bukunya “Media Pembelajaran” (2000: 14) menyatakan
bahwa penggunaan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran sangat
bermanfaat bukan hanya untuk siswa saja melainkan bermanfaat juga bagi guru.
Kemp dan Dayton (1985) dalam buku karangan Dr. Soepartono “Media
Pembelajaran (2000: 15) juga mengatakan bahwa media itu sangat bermanfaat dalam
proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
18. 2. Bagaimana memodifikasi media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan
Jasmani di tingkat SLTP.
Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di
tingkat SLTP dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat.
Dalam hal ini penulis membatasi cara pengadaan media pembelajaran yaitu
pengadaan media atau alat bantu pembelajaran tolak puluru dan renang.
1. Pengadaan peluru
Peluru dapat dibuat dengan bahan–bahan sebagai berikut: bola pelastik, pasir,
semen, air, timbangan. Proses pembuatannya adalah semen, pasir, dan air dicampur
dan diaduk dengan merata sesuai dengan porsinya. Setelah agak kering dan merata,
dimasukkan ke dalam bola plastik berukuran sedang kira – kira berdiametr 10 cm
yang sudah dibuat lobang kecil dan diisi penuh kemudian dikeringkan. Setelah
kering, bola yang berisi campuran itu ditimbang dan diujicobakan.
2. Pengadaan pelampung
Pelampung adalah salah satu media atau alat bantu yang dapat digunakan
dalam pembelajaran teknik dasar renang. Dalam hal ini pelampung dapat dibuat
dengan menggunakan botol akua berukuran sedang, benang pancing (nilon), lem
setan, tali pelastik, yang dirancang dan didesain sedemikian rupa.
KONSEP MODIFIKASI
Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru
agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya.
19. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi
lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari
aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.
Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa
dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu,
pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.
a. Apa yang dimodifikasi ?
Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang
tujuan,karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,
karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan
media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai
kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang
paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan
dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media
pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.
Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-
sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam
memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.
Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu
yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang
semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran
penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru
pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.
20. Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun
apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau pengembangan
– pengembangan kea rah itu dengan melakukan modifikasi ?
Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan
sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan
dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi
aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan
sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui
pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci
pendidikan jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.
b. Mengapa Dimodifikasi ?
Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani
diperlukan, dengan tujuan agar :
a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat
disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik
anak.
Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan
pertimbangan :
1. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa
2. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi
cedera pada anak
3. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak
lebih cepat
dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan
21. 4. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada
anak-anak
dalam situasi kompetitif.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan
sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya
pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik
anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan
gembira.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jadi, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa media atau alat bantu itu
sangat bermanfaat bagi keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan juga bermanfaat bagi guru. Dalam pengadaannya juga tidak terlalu sulit,
hanya butuh kemauan dan kreatifitas dari guru.
B. Saran
22. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada semua guru Pendidikan Jasmani agar
tidak mudah putus asa dalam mengajarkan materi-materi dalam mata pelajaran
Penjas, dan sekaligus mengajak para guru untuk berkreasi menyalurkan ide–ide yang
mereka miliki yang mungkin selama ini terpendam dalam pengadaan media atau alat
bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat SLTP. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi setiap pembacanya.