Dokumen tersebut membahas tentang distribusi pendapatan nasional dan kemiskinan di Indonesia. Topik utama mencakup analisis distribusi pendapatan, faktor-faktor penyebab kemiskinan, dan strategi penanggulangan kemiskinan seperti pembangunan sektor pertanian dan sumber daya manusia. Dokumen ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara struktur produksi, pendapatan nasional, distribusi pendapatan, dan tingkat kemiskinan di Indonesia.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Distribusi pendapatan nasional
1. PAPER PEREKONOMIAN INDONESIA
DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
Nama Anggota :
Riska Oktavia (8105110047)
Desta Dwi Putranto (8105112236)
Finsa Hardiyanti (8105110329)
FAKULTAS EKONOMI
PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI REGULER
2013
2. Distribusi Pendapatan Nasional & Kemiskinan
Masalah besar yang dihadapi Negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan)
distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan menicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah
keadaan dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negative terhadap kondisi social
dan politik.
Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan rtidak hanya dihadapi oleh Negara sedang
berkembang namun Negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.
Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka
kemiskinan yang terjadi serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu Negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin
tinggi pula tingkat kesulitan mangatasinya.
Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang
relative jecil dibandingkan Negara sedang berkembang dan untuk mengatasinya tidak terlalu
sulit mengingat GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini
bukan hanya menjadi masalah internal suatu Negara namun telah menjadi permasalahan bagi
dunia internasional.
Berbagai upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh dunia internasional, baik berupa
bantuan maupun pinjaman pada dasarnya merupakan upaya sistematis untuk memperkecil
kesenjangan pendapatan dan tingkat kemiskinan yang terjadi di Negara-negara miskin dan
sedang berkembang. Beberapa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta
lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya berperan dalam hal ini. Kesalahan
pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan atau pinjaman tersebut, justru dapat
berdampak buruk bagi struktur social dan perekonomian Negara bersangkutan.
Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan
factor produksi terutama kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok
masyarakat) yang memiliki factor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan
yang lebih banyak pula. Menurut teori neoklasik, perbedaan dapat dikurangi melalui proses
penyesuaian otomatis yaitu melalui proses “penetasan” hasil pembangunan ke bawah (trickle
down) dan kemudian menyebar sehingga menimbulkan keseimbangan baru. Apabila proses
3. otomatis tersebut masih belum mampu menurunkan tingkat perbedaan pendapatan yang
sangat timpang maka dapat dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi.
Penetapan pajak pendapatan/penghasilan akan mengurangi pendapatan penduduk yang
pendapayannya tinggi. Sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya
rendah. Asalkan tidsak salah saasaran dalam pengalikaasiannya. Pajak yang telah dipungut
apalagi menggunakan sistem tariff progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi
prosentase tarifnya) oleh pemerintah digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi
dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi [roses redistribusi pendapatan yang akan
mengurangi terjadinya ketimpangan.
Tinggi produk domestic bruto (PDB) suatu Negara belum tentu mencerminkan meratanya
terhadap distribusi pendapatan. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak
selalu merata, bahkan kecenderungan yang terjadi justru sebaliknya. Distribusi pendapatan
yang tidak merata akan mengakibatkan terjadinya disparitas. Semakin besar perbedaan
pembagian “kue” pembangunan, semakin besar pula disparitas distribusi pendapatan yang
terjadi. Indonesia yang tergolong dalam Negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari
permasalahan ini.
A. Analisis Distribusi Pendapatan
Distribusi Ukuran (Personal Distribution Of Income) :
Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau distribusi
ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indicator yang paling sering
digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah pernghasilan
yang diterima oelh setiap individu atau rumah tangga.
Yang diperhatikan disini adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak
peduli dari mana sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang,
hadiah ataupun warisan.
Lokasi sumber penghasilan (desa atau kota) maupun sektor atau bidang kegiatan yang
menjadi sumber penghasilan (pertanian, industri, perdagangan dan jasa) juga diabaikan.
4. Kurva Lorenz
Sumbu horinzontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase
kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi atau kelompok terendah
(penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total
penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai
pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah
penduduk.
Sumbu vertical menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing
persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik
100 persen sehingga kedua sumbu (vertical dan horizontal) sama panjangnya.
Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya
(persentase penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi).
Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat
didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.
Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal melambnagkan 75 persen dari
jumlah penduduk.
Garis diagonal merupakan garis “pemerataan sempurna” (perfect equality) dalam distribusi
ukuran pendapatan.
Koefisen Gini Dan Ukuran Ketimpangan
Pengukuran tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang relative
sangat sederhana pada suatu Negara dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang
terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang dimana
kurva Lorenz itu berada.
Koefisien gini dan ukuran ketimpangan agregat
Pengukuran tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang relative
sanagt sederhana pada suatu Negara dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang
terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang dimana
kurva Lorenz itu berada.
Koefisien gini adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan)
agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna)
hingga satu (ketimpangan yang sempurna).
5. Angka ketimpangan untuk Negara-negara yang ketimpangan pendapatan dikalangan
penduduknya dikenal tajam berkisar antara 0,50 hingga 0,70.
Untuk Negara-negara yang distribusi pendapatannya dikenal relative paling baik (paling
merata) berkisar antara 0,20 sampai 0,35
a. Pertumbuhan Dan Pemerataan Dalam Konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia
Selama Ini
Simon kurnets (1955) membuat hipotesis adanya kurva U terbalik (inverted U curve) bahwa
mula-mula ketika pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata,
anmun setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertantu, distribusi pendapatan makin
merata.
Kemiskinan
menurut sallatang (1986) kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan
dan pemilikan kekayaan materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi,
psikologi dan social.
Menurut esmara (1986) mengartikan kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan
sumber-sumber ekonomi untuk mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena
kemiskinan umumnya dikaitkan dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang layak.
Menurut basri (1995) bahwa kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keaadaan serba
kekurangan dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan, seperti sandang, pangan, papa, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan, dan lain sebagainya.
Menurut badan pusat statistic (2000) kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi
yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedasaan dan 480 kg/kapita/tahun didaerah
perkotaan.
Bepenas dalam dokumen strategi nasional penanggulangan kemiskinan juga
mendefinikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah
kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan
untuk menjadi miskin.
6. Poli
(1993)
menggambarkan
kemiskinan
sebagai
keadaan
ketidakterjaminan
pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan assetaset produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan
ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisocial (anti-social behavior), kurangnya dukungan
jaringan untuk mendaoatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan
serta ketidakmampuan dan keterpisahan.
1.
SPECKER (1993) menggatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :
a. kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal
b. gangguan dan tingginya risiko kesehatan
c. risiko keamanan dan kerawanan kehidupan social ekonomi dan lingkungannya
d. kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak dan
e. kekurangan dalam kehidupan social yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan social,
ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah.
Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan masalah
kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin dan adanya
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka yaitu hak social, budaya,
ekonomi dan politik.
2.
Ukuran kemiskinan
1.
Kemiskinan Absolute
konsep kemiskinan pada umumnya sekaku dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan,
kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic need).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
a.
kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b.
Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2.
Kemiskinan Relative
menurut kincad (1975) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin
maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.
7. Faktor-faktor penyebab kemiskinan :
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung maupun
tidak langsung, yaitu sebagai berikut :
1.
tingkat kemiskinan cukup banyak
2.
mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output (produktivitas tenaga kerja)
3.
tingkat inflasi
4.
tingkat infestasi
5.
alokasi serta kualitas sumber daya alam
6.
tingkat dan jenis pendidikan
7.
etos kerja dan motovitas pekerja
3.
Strategi Dalam Mengurangi Kemiskinan :
1.
pembangunan sektor pertanian
sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat dipedesaan berarti
akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
2.
pembangunan sumber daya manusia
sumber daya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar,
diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
umum, maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan, dan gizi merupakan langka
yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.
3.
peranan lembaga swadaya masyarakat
mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu
memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program pengentasan
kemiskinan.
8. KESIMPULAN
Kami menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara struktur produksi, pendapatan nasional,
distribusi pendapatan nasional dan kemiskinan. Bila diperhatikan, setiap manusia pendapatan
nasionalnya berbeda begitu pula dengan struktur produksinya, bila pendapatan nasional yang
didapat semakin meningkat, akan diikutinya dengan struktur produksi yang semakin
meningkat. Lalu dalam distribusi pendapatan nasional yang cukup berkembang didalam
Negara-negara berkembang seperti Indonesia salah satu contohnya, yang dimana
pertumbuhan ekonomi yang tinggi diikutinya pula dengan kemiskinan yang cukup tinggi pula
di Indonesia, tetapi semakin kesini, banyaknya pembangunan ekonomi diindonesia yang
akhirnya hasil dari pembangunan ekonomi tersebut dapat mengurangi tingkat kesenjangan
ekonomi dan jumlah kemiskinan yang tinggi diindonesia walaupun masih banyak
permasalahan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kurangnya kebutuhan fisik dan
pendidikan yang tinggi.